Anda di halaman 1dari 12

1.

Muhamad Umaedi (1019031087)

2. Nurifah (1019031102)

3. Sifah vajiah (1019031129)

4. Sulis Agestiani (1019031141)

5. Novi erma savitri (1019031099)

6. Siti Laelatul Mubarokah (1019031135)

7. Saputra Al-Hurry (1019031126)

8. Siti Rokmah (1019031138)

KASUS SGD 1

Ny K berumur 55 tahun menderita penyakit Ca Mamae stadium IV A dengan metastase ke


jantung yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami
nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin
intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat
saat wanita itu mengubah posisinya. Walapun pasien tidak dapat beristirahat dan sering meminta
diberikan obat penghilang rasa nyeri serta keluarganya pun meminta untuk dilakukan
penambahan dosis pemberian obat pereda nyeri. Saat dilakukan diskusi perawat dengan tim
dokter paliatif, disimpulkan bahwa penambahan obat analgesic berpengaruh buruk terhadap
kondisi fisiknya yang akibat fatalnya pada kematian.

Pada akhirnya, dokter melakukan skoring paliatif dan pasien diputuskan untuk perawatan paliatif
di rumah, namun keluarga menolak keras karena takut terjadi apa – apa jika dibawa pulang ke
rumah. Sedangkan pasien sendiri ingin pulang karena merasa lelah harus dirawat di rumah sakit.
Akan tetapi pasien pada saat itu tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan,

PERTANYAAN :

1. Kaji dan jenis perawatan paliatif apa yang tepat bagi pasien dengan kondisi tersebut?
Jelaskan !
Jawab :
Pengkajian :
- CA Mamae std IV resisten kemoterapi dan radiasi.
- Faktor Presipitasi dan Predisposisi.
- Terdapat nyeri tulang dan tidak mempan pada morphin IV.
- Nyeri bertambah saat mengubah posisi.(Faktor Pemberat dan yang meringankan)
- Efek buruk obat analgesik pada pasien.
- Ketidaksinambungan antara kemauan pasien dan keluarga dalam menentukan tempat
perawatan
1. Pemeriksaan Fisik,Terutama bagian payudara, Tekanan darah,Nadi,
Respirasi,Suhu,Tingkat Kesadaran (GCS),Tingkat Nyeri (raut wajah &skala),Kaji
Nutrisi dan ADL,Kaji Personal Hygiene
2. Kaji Bio,Psiko,Sosio, Spiritual pasien (Kondisi dengan Tuhan, Kebutuhan
Fisiologis,Pandangan diri sendiri dan orang lain terhadap pasien dll)
3. Mengkaji Terapi dan Tindakan yang efektif pada pasien (Terapi K3,Pembedahan)
4. Penilaian Geriatrik Komprehensif
5. Pendekatan non farmakologis dan integrasi untuk mengatasi gejala
6. Pertimbangan Komunikasi

Jenis perawatan paliatif :


Menurut National Cancer Institute, penelitian menunjukkan bahwa pengobatan paliatif
memberikan manfaat kesehatan, peningkatan kesejahteraan pasien kanker dan keluarganya
yang akhirnya bisa memperpanjang harapan hidup pasien.
Oleh karena itu, American Society of Clinical Oncology merekomendasikan semua
pasien kanker stadium lanjut perlu mengikuti pengobatan paliatif. Berikut ini beberapa jenis
perawatan paliatif yang bisa dijalani pasien penyakit kanker.
1. Terapi seni
Salah satu jenis perawatan paliatif yang cukup populer adalah terapi seni untuk
pasien kanker. Pada terapi ini, pasien kanker akan diberi kesempatan untuk belajar
mengekspresikan diri. Tujuannya, untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
ketenangan pada hati dan pikiran. Pada pasien kanker, terapi ini juga bisa membantu
meredakan rasa sakit.
Selama mengikuti terapi senin, Anda akan melakukan berbagai aktivitas yang
memberikan manfaat ditemani oleh terapis, seperti menggambar, melukis, memahat,
merajut, atau membuat kerajinan tangan.
2. Terapi music
Penyakit kanker bisa memunculkan rasa sedih, takut, malu, dan berbagai mosi
negatif lainnya. Menurut studi pada Reports of practical oncology and radiotherapy,
perawatan paliatif berupa terapi musik bisa membantu pasien mengatasi semua
emosi negatif tersebut. Ini karena musik adalah bentuk seni paling dasar yang unik
dan berkemungkinan besar memengaruhi spiritual, emosi, sosial, dan fisik pasien.
Pada terapi ini, pasien kanker akan melakukan beragam kegiatan, contohnya
mendengarkan musik klasik yang menenangkan hati dan pikiran, menyanyi bersama
untuk memperbaiki suasana hati, memainkan alat musik untuk mengelola stres, atau
menuliskan lirik dan membuatnya menjadi sebuah lagu.
3. Terapi hewan
Munculnya rasa sakit di area tubuh tertentu merupakan salah satu gejala kanker.
Selain minum obat kanker atau obat pereda nyeri kanker, rasa sakit juga bisa
diredakan dengan perawatan paliatif berupa terapi hewan.
Pada terapi ini dapat mengurangi stres dan kecemasan dan menggantinya dengan
energi positif. Hal ini berdampak dengan berkurangnya rasa sakit. terapi hewan juga
bisa mengusir kesepian pasien yang interaksinya dengan keluarga dan teman terbatas
karena harus menjalani pengobatan di rumah sakit.
Berinteraksi dengan hewan mungkin membuka peluang terjadinya infeksi pada
pasien. Namun, Anda tidak perlu cemas sebab hewan-hewan pada terapi ini terjaga
kebersihannya. Anda pun akan diajari untuk menjaga kebersihan selama berinteraksi
dengan hewan-hewan tersebut.
Berdasarkan laporan pada jurnal Biopsychosocial Medicine, beberapa rumah sakit di
Jakarta telah berpartisipasi dengan berbagai organisasi untuk menyelenggarakan
program pelatihan tiga tahun untuk dokter, perawat, atau apoteker untuk mendalami
pengetahuan dan keterampilan mengenai perawatan paliatif.
2. Masalah keperawatan apa yang muncul dan rencana keperawatan apa yang dapat diberikan ?

Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Hiperplasia pada sel mamae Nyeri kronik


- Wanita tersebut mengalami nyeri tulang ↓

yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi Mendesak sel syaraf

diatasi dengan pemberian dosis morphin
Interupsi sel saraf
intravena

- itu ditunjukkan dengan adanya rintihan
Nyeri kronik
ketika istirahat dan nyeri bertambah
hebat saat wanita itu mengubah
posisinya.
-
2 DS: Kurangnya kesinambungan dan Ketidakmampuan
pengetahuan keluarga tentang koping keluarga
- dokter melakukan skoring paliatif dan penanganan kondisi ini
pasien diputuskan untuk perawatan ↓
paliatif di rumah, namun keluarga Ketidakmampuan koping keluarga
menolak keras karena takut terjadi apa -
apa jika dibawa pulang ke rumah.
Sedangkan pasien sendiri ingin pulang
karena merasa lelah harus dirawat di
rumah sakit. Akan tetapi pasien pada saat
itu tidak diberikan kesempatan untuk
mengambil keputusan,
-
3 DS: Hiperplasia pada sel mamae Gangguan rasa

- Hal itu ditunjukkan dengan adanya nyaman
Mendesak jaringan sekitar
rintihan ketika istirahat dan nyeri

bertambah hebat saat wanita itu
Menekan jaringan mamae
mengubah posisinya. ↓
- pasien tidak dapat beristirahat dan sering Peningkatan konsistensi mamae

meminta diberikan obat penghilang rasa
Mamae membengkak
nyeri

Gangguan rasa nyaman
4 DS: Ca mamae Gangguan

- adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri mobilitas fisik
Meningkatnya kortisol
bertambah hebat saat wanita itu

mengubah posisinya
Menimbulkan gangguan
metabolisme, gangguan tidur,
hipertensi, penurunan kekebalan
tubuh

Fatigue

Gangguan mobilitas fisik

d. Rencana keperawatan

NO RENPRA

DIAGNOSE TUJUAN LABEL AKTIFITAS

1 Nyeri kroonis b.d Setelah dilakukan Tingkat nyeri Observasi :


penekanan syaraf, yang intervensi
- Identifikasi lokasi,
di tandai dengan: selama 3x24
karakteristik, durasi, kualitas,
DS : jam makanyeri
intensitas nyeri
- menderita penyakit Ca menurun
- Identifikasi skala nyeri
Mamae stadium IV A dengan kreteria
- Identifikasi respon nyeri non
dengan metastase ke hasil :
verbal
jantung yang telah
- Keluhan nyeri - Identifikasi faktor yang
resisten terhadap
menurun memperberat dan memperingan
tindakan kemoterapi
- Meringis
dan radiasi. menurun nyeri
- tersebut mengalami - Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan
nyeri tulang yang hebat menurun keyakinan tentang nyeri
dimana sudah tidak - Fokus - Identifikasi pengaruh nyeripada
dapat lagi diatasi membaik kualitas hidup
dengan pemberian - Prilaku - Monitor terapi komplementer
dosis morphin membaik yang sudah diberikan
intravena. - Pola tidur - Monitor efek samping
DO : membaik penggunaan analgetik
-
Terapeutik :

- Berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri(mis,kompres
hangat/dingin, hipnotis)
- Kontrol lingkngan yang
memperberat rasa
nyeri(mis,suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

- Jelaskan penyebab,periode, da
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri

Kolaorasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


jika perlu
2 Ketidak mampuan koping Setelah dilakukan Status koping Observasi
keluarga b.d resistensi intervensi keluarga
- identifikasi respon emosional
keluarga terhadap selama 3x24
terhadap kondisi saat ini
perawatan/pengobatan jam
- identifikasi beban prognosis
yang kompleks yang di makakoping
secara psikologis
tandai dengan: keluarga
- identifikasi kesesuaian antara
DS: membaik
harapan pasien keluarga dan
- dokter melakukan dengan
tenaga kesehatan
skoring paliatif dan kreteria hasil:
pasien diputuskan Terapeutik
- kepuasan
untuk perawatan
terhadap - dengarkan masalah,perasaan
paliatif di rumah,
prilaku dan pertanyaan keluarga
namun keluarga
bantuan - terima nilai-nilai keluarga
menolak keras karena
anggota tanpa perlu menghakimi
takut terjadi apa – apa
keluarga lain - diskusikan rencana medis dan
jika dibawa pulang ke
meningkat perawatan
rumah.
- kemampuan - fasilitasi pengungkapan
memenuhi perasaan antara pasien dan
kebutuhan keluarga atau antar keluarga
anggota - bersikap sebagai pengganti
keluarga keluarga untuk menenangkan
meningkat pasien dan/atau jika keluarga
- komunikasi tidak dapat memberikan
antara anggota perawatan
keluarga
Edukasi
meningkat
- komitmen pada - informasikan kemajuan pasien
perawat/pengo secara berkala
batan - informasikan fasilitas
meningkat perawatan kesehatanyang
- prilaku tersedia
persetujuan
membaik

3 Gangguan rasa nyaman bd Setelah dilakukan Status Observasi :


gelaja penyakit, yang intervensi kenyamanan
- Identifikasi lokasi,
di tandai dengan: selama 3x24
karakteristik, durasi, kualitas,
DS: jam maka rasa
intensitas nyeri
- Hal itu ditunjukkan nyaman
- Identifikasi skala nyeri
dengan adanya rintihan meningkat
- Identifikasi respon nyeri non
ketika istirahat dan dengan kreteria
verbal
nyeri bertambah hebat hasil:
- Identifikasi faktor yang
saat wanita itu
- dukungan dari memperberat dan memperingan
mengubah posisinya.
keluarga nyeri
- pasien tidak dapat
meningkat - Identifikasi pengetahuan dan
beristirahat dan sering
- perawatan keyakinan tentang nyeri
meminta diberikan obat
sesuai - Identifikasi pengaruh nyeripada
penghilang rasa nyeri
kebutuhan kualitas hidup
meningkat - Monitor terapi komplementer
- keluhan tidak yang sudah diberikan
nyaman - Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
- gelisah
Terapeutik :
menurun
- merintih - Berikan tehnik
menurun nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri(mis,kompres
hangat/dingin, hipnotis)
- Kontrol lingkngan yang
memperberat rasa
nyeri(mis,suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

- Jelaskan penyebab,periode, da
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri

Kolaorasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


jika perlu

4 Gangguan moilitas fisik Setelah dilakukan Mobilitas fisik Observasi


b.d nyeri yang di tandai intervensi
- identifikasi adanya nyeri atau
dengan: selama 3x24
keluhan fisik lainnya
DS: jam maka
- identifiksi toleransi fisik
- adanya rintihan ketika harapan
melakukan pergerakan
istirahat dan nyeri meningkat
- monitor frekuensijantung dan
bertambah hebat saat dengan kreteria
tekanan darah sebelum
wanita itu mengubah hasil :
memulai mobilisasi
posisinya
- rentang - monitor kondisi umum selama
gerak(rom) melakukan mobilisasi
meningkat
Terapeutik
- nyeri menurun
- kecemasan - libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Kolaborasi

- jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
- anjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
(mis,duduk ditempat tidur,
duduk disisi tempat tidur)

3. Bagaimana peran perawat yang dapat diterapkan berdasarkan prinsip perawatan paliatif dan
prinsip etik keperawatan ?
Jawab :
Peran perawat yang diberikan pada masalah keperawatan paliatif pada kasus adalah
pemberian asuhan dan edukator.
Prinsip etik keperawatan adalah Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

Kualitas yang harus dimiliki oleh perawat dalam perawatan akhir kehidupan adalah
keintiman, kesetaraan, pengasuhan, dan nurani (Fagin & Diers, 1983). Perawat adalah
anggota tim yang akan menghabiskan waktu paling banyak dengan pasien dan keluarga di
rumah atau di lingkungan rawat inap. Keunikan dari perawatan itu akan semakin intim setelah
perawat memiliki kesempatan untuk mengenal pasien secara intim bahkan bila hanya ada
beberapa hari tersisa dalam kehidupan pasien. Tanggung jawab perawat dalam perawatan
paliatif adalah kenyamanan fisik, psikososial, dan koordinasi perawatan pasien. Kompetensi
yang harus dimiliki perawat dalam perawatan paliatif yaitu:
1. Memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pengkajian fisik, psikososial, dan
spiritual tahap akhir, perkembangan penyakit, dan manajemen gejala dan nyeri.
2. Mendidik pasien dan keluarga tentang peran mereka dalam perawatan pasien paliatif
seperti pemberian obat, penggunaan peralatan, perawatan kulit, dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
3. Bertanggungjawab dalam berkomunikasi antar anggota tim.
4. Mengawasi rencana perawatan dan mengevaluasi keefektifannya dalam memenuhi
tujuan pasien.
5. Mendukung partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan advokat
untuk pasien dan keluarga .
6. Memberi dukungan psikososial.

4. Menurut anda, bagaimana solusi permasalahan diatas berdasarkan prinsip perawatan paliatif?
Jawab :
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, diantaranya yaitu fokus pengobatan pasien yang
berorientasi pada menyembuhkan penyakit dan memperpanjang nyawa daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Hal tersebut menyebabkan
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif dan kematian tidak terelakkan. Padahal
seharusnya perawatan paliatif dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan
rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut. Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu
paliatif, fokus perawatan paliatif yang sebelumnya hanya terfokus pada memberikan
kenyamanan bagi pasien, sekarang telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup
aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual dalam menghadapai kanker. Perubahan perspektif
ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penderita kanker dan merupakan suatu
penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan pengobatan dan pelayanannya
merupakan hak yang mutlak.
Advertising
Perawatan ini telah menjadi bagian integral dari pendekatan terapeutik terhadap pasien tidak
menular, seperti kanker. Perawatan paliatif juga tidak perlu dilakukan di rumah sakit,
melainkan bisa dilakukan di rumah untuk memberi suasana yang lebih menyenangkan dan
positif. Pasien bisa dikelilingi keluarga dan suasana rumah yang lebih nyaman ketimbang
dikelilingi dinding rumah sakit dan peralatan medis.
Pasien kanker umumnya mengetahui penyakit tersebut pada stadium lanjut. Kondisi ini
membuat angka kesembuhan dan harapan hidup pasien kanker tersebut lebih tipis dibanding
pasien kanker yang sudah mengetahui penyakitnya sejak stadium dini. Dalam situasi ini,
pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif untuk membantu memiliki kualitas hidup
yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai