2. Nurifah (1019031102)
KASUS SGD 1
Pada akhirnya, dokter melakukan skoring paliatif dan pasien diputuskan untuk perawatan paliatif
di rumah, namun keluarga menolak keras karena takut terjadi apa – apa jika dibawa pulang ke
rumah. Sedangkan pasien sendiri ingin pulang karena merasa lelah harus dirawat di rumah sakit.
Akan tetapi pasien pada saat itu tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan,
PERTANYAAN :
1. Kaji dan jenis perawatan paliatif apa yang tepat bagi pasien dengan kondisi tersebut?
Jelaskan !
Jawab :
Pengkajian :
- CA Mamae std IV resisten kemoterapi dan radiasi.
- Faktor Presipitasi dan Predisposisi.
- Terdapat nyeri tulang dan tidak mempan pada morphin IV.
- Nyeri bertambah saat mengubah posisi.(Faktor Pemberat dan yang meringankan)
- Efek buruk obat analgesik pada pasien.
- Ketidaksinambungan antara kemauan pasien dan keluarga dalam menentukan tempat
perawatan
1. Pemeriksaan Fisik,Terutama bagian payudara, Tekanan darah,Nadi,
Respirasi,Suhu,Tingkat Kesadaran (GCS),Tingkat Nyeri (raut wajah &skala),Kaji
Nutrisi dan ADL,Kaji Personal Hygiene
2. Kaji Bio,Psiko,Sosio, Spiritual pasien (Kondisi dengan Tuhan, Kebutuhan
Fisiologis,Pandangan diri sendiri dan orang lain terhadap pasien dll)
3. Mengkaji Terapi dan Tindakan yang efektif pada pasien (Terapi K3,Pembedahan)
4. Penilaian Geriatrik Komprehensif
5. Pendekatan non farmakologis dan integrasi untuk mengatasi gejala
6. Pertimbangan Komunikasi
Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi Mendesak sel syaraf
↓
diatasi dengan pemberian dosis morphin
Interupsi sel saraf
intravena
↓
- itu ditunjukkan dengan adanya rintihan
Nyeri kronik
ketika istirahat dan nyeri bertambah
hebat saat wanita itu mengubah
posisinya.
-
2 DS: Kurangnya kesinambungan dan Ketidakmampuan
pengetahuan keluarga tentang koping keluarga
- dokter melakukan skoring paliatif dan penanganan kondisi ini
pasien diputuskan untuk perawatan ↓
paliatif di rumah, namun keluarga Ketidakmampuan koping keluarga
menolak keras karena takut terjadi apa -
apa jika dibawa pulang ke rumah.
Sedangkan pasien sendiri ingin pulang
karena merasa lelah harus dirawat di
rumah sakit. Akan tetapi pasien pada saat
itu tidak diberikan kesempatan untuk
mengambil keputusan,
-
3 DS: Hiperplasia pada sel mamae Gangguan rasa
↓
- Hal itu ditunjukkan dengan adanya nyaman
Mendesak jaringan sekitar
rintihan ketika istirahat dan nyeri
↓
bertambah hebat saat wanita itu
Menekan jaringan mamae
mengubah posisinya. ↓
- pasien tidak dapat beristirahat dan sering Peningkatan konsistensi mamae
↓
meminta diberikan obat penghilang rasa
Mamae membengkak
nyeri
↓
Gangguan rasa nyaman
4 DS: Ca mamae Gangguan
↓
- adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri mobilitas fisik
Meningkatnya kortisol
bertambah hebat saat wanita itu
↓
mengubah posisinya
Menimbulkan gangguan
metabolisme, gangguan tidur,
hipertensi, penurunan kekebalan
tubuh
↓
Fatigue
↓
Gangguan mobilitas fisik
d. Rencana keperawatan
NO RENPRA
- Berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri(mis,kompres
hangat/dingin, hipnotis)
- Kontrol lingkngan yang
memperberat rasa
nyeri(mis,suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode, da
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaorasi
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,periode, da
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaorasi
Kolaborasi
3. Bagaimana peran perawat yang dapat diterapkan berdasarkan prinsip perawatan paliatif dan
prinsip etik keperawatan ?
Jawab :
Peran perawat yang diberikan pada masalah keperawatan paliatif pada kasus adalah
pemberian asuhan dan edukator.
Prinsip etik keperawatan adalah Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai
oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
Kualitas yang harus dimiliki oleh perawat dalam perawatan akhir kehidupan adalah
keintiman, kesetaraan, pengasuhan, dan nurani (Fagin & Diers, 1983). Perawat adalah
anggota tim yang akan menghabiskan waktu paling banyak dengan pasien dan keluarga di
rumah atau di lingkungan rawat inap. Keunikan dari perawatan itu akan semakin intim setelah
perawat memiliki kesempatan untuk mengenal pasien secara intim bahkan bila hanya ada
beberapa hari tersisa dalam kehidupan pasien. Tanggung jawab perawat dalam perawatan
paliatif adalah kenyamanan fisik, psikososial, dan koordinasi perawatan pasien. Kompetensi
yang harus dimiliki perawat dalam perawatan paliatif yaitu:
1. Memiliki kemampuan yang sangat baik dalam pengkajian fisik, psikososial, dan
spiritual tahap akhir, perkembangan penyakit, dan manajemen gejala dan nyeri.
2. Mendidik pasien dan keluarga tentang peran mereka dalam perawatan pasien paliatif
seperti pemberian obat, penggunaan peralatan, perawatan kulit, dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
3. Bertanggungjawab dalam berkomunikasi antar anggota tim.
4. Mengawasi rencana perawatan dan mengevaluasi keefektifannya dalam memenuhi
tujuan pasien.
5. Mendukung partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan advokat
untuk pasien dan keluarga .
6. Memberi dukungan psikososial.
4. Menurut anda, bagaimana solusi permasalahan diatas berdasarkan prinsip perawatan paliatif?
Jawab :
Terdapat banyak alasan yang menyebabkan pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, diantaranya yaitu fokus pengobatan pasien yang
berorientasi pada menyembuhkan penyakit dan memperpanjang nyawa daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Hal tersebut menyebabkan
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif dan kematian tidak terelakkan. Padahal
seharusnya perawatan paliatif dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan
rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut. Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu
paliatif, fokus perawatan paliatif yang sebelumnya hanya terfokus pada memberikan
kenyamanan bagi pasien, sekarang telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup
aspek fisik, sosial, psikologis, dan spiritual dalam menghadapai kanker. Perubahan perspektif
ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penderita kanker dan merupakan suatu
penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan pengobatan dan pelayanannya
merupakan hak yang mutlak.
Advertising
Perawatan ini telah menjadi bagian integral dari pendekatan terapeutik terhadap pasien tidak
menular, seperti kanker. Perawatan paliatif juga tidak perlu dilakukan di rumah sakit,
melainkan bisa dilakukan di rumah untuk memberi suasana yang lebih menyenangkan dan
positif. Pasien bisa dikelilingi keluarga dan suasana rumah yang lebih nyaman ketimbang
dikelilingi dinding rumah sakit dan peralatan medis.
Pasien kanker umumnya mengetahui penyakit tersebut pada stadium lanjut. Kondisi ini
membuat angka kesembuhan dan harapan hidup pasien kanker tersebut lebih tipis dibanding
pasien kanker yang sudah mengetahui penyakitnya sejak stadium dini. Dalam situasi ini,
pasien kanker membutuhkan perawatan paliatif untuk membantu memiliki kualitas hidup
yang lebih baik.