Anda di halaman 1dari 6

KEGIATAN BELAJAR II (KASUS NEURO)

A. URAIAN MATERI :

Ruang intrakranial terdiri atas tiga kompartemen utama berupa pembuluh darah, sel otak,
dan cairan serebrospinal dengan volume yang relative tetap. Adanya peningkatan volume
dari salah satu kompartemen akan meningkatkan tekanan intra kranial disebut doktrin
Monroe-Kellie (Mumenthaler, 2006). Di ruang intracranial bagian luar, terdapat tiga
lapisan yang membatasi otak dengan kranium (tulang tengkorak) disebut meningen,
terdiri dari durameter, piameter, dan arachnoid. Jika terjadi perdarahan di antara
meningen tersebut akan meningkatkan resiko perubahan tekanan intrakranial karena
perdarahan yang terjadi dapat mendesak ke intraserebral (Brunner and Suddarth, 2005).

Penyakit yang terjadi di sistem persyarafan dapat meliputi penyakit di area pembuluh
darah seperti stroke iskemik dan stroke hemoragik atau akibat trauma misalnya cedera
kepala. Selain itu terdapat penyakit infeksi seperti meningitis dan ensefalitis, dan
penyakit di sel otak seperti neoplasma. Stroke iskemik merupakan penyakit dengan
insidensi 87% dari seluruh kejadian stroke . Sampai saat ini, telah dikembangkan
penatalaksanaan komprehensif bagi pasien stroke iskemik dengan tujuan mengurangi
dampak kerusakan otak akibat hipoperfusi serebral . Menurut Mumenthaler, Mattle,
Taub (2006) salah satu yang sering terjadi dan mengakibatkan mortalitas dan
morbiditas yaitu traumatic brain injury. Kondisi ini memerlukan penatalaksanaan
segera untuk mencapai prognosis yang baik. Pasien dengan injuri otak berisiko terjadinya
hipotensi, hipoksemia, serta edema serebri

Manifestasi klinis tersering dari gangguan sistem neurologi adalah nyeri yang sering
terjadi pada pasien head injury. Nyeri secara umum dideskripsikan sebagai sensasi yang
tidak menyenangkan dan mempengaruhi emosi seseorang. Nyeri biasanya terkait adanya
kerusakan aktual atau potensial pada jaringan. Pada pasien persyarafan, nyeri
berhubungan dengan penyakit tulang belakang, neuralgia trigeminal, atau patologi
neuropatik (Brunner and Suddarth, 2005).

Manifestasi lain terkait sistem neurlogi ialah kejang (seizure). Kejang terjadi karena
perubahan abnormal di korteks serebri yang kemudian bermanifestasi pada gangguan
sensasi, perilaku, pergerakan, persepsi, dan kesadaran (Hickey, 2003). Tipe aktivitas
kejang dipengaruhi area otak yang terkena. Kejang biasanyanya disertai gejala lain seperti
demam, penggunaan obat dan alkohol, atau kondisi hipoglikemia. Kejang juga dapat
1
menandai gejala awal lesi otak. Seizure disebabkan karena ketidakseimbangan antara
eksitasi dan inhibisi sistem saraf pusat (Hickey, 2003). Eksitasi eksesif atau inhibisi
eksesif dapat terjadi pada area fokal korteks serebri (kejang fokal) atau di atas korteks
serebri (kejang generalisasi). Kejang fokal atau general meningkatkan eksitabilitas neural
karena gagal produksi energi di neuron saat depolarisasi yang menyebabkan
hiperpolarisasi membran dan aktivasi tipe T calsium channels.

Selain itu juga dapat terjadi Dizziness pada pasien gangguan persarafan. Hal ini
merupakan sensasi abnormal pada ketidakseimbangan atau pergerakan. Ditemukan pada
pasien lansia dan sering dikeluhkan kepada petugas kesehatan. Dizziness disebabkan
berbagai hal seperti infeksi virus, cuaca ekstrim, infeksi telinga, dan lain sebagainya.
Salah satu yang sering dikeluhkan adalah vertigo. Biasanya berkaitan dengan disfungsi
vestibular. Dapat menimbulkan derajat yang berat seperti disorientasi spasial, kehilangan
keseimbangan, mual dan muntah (Brunner and Suddarth, 2005).

Kelemahan fisik dan seperti kelemahan atau parese satu sisi tubuh juga sering didapatkan
pada pasien dengan gangguan persarafan seperti pasien stroke. Kelemahan sering disertai
dengan gejala lain dan menyebabkan disabiliti. Kelemahan bisa terjadi tiba-tiba dan
permanen misalnya pada stroke, atau progresif seperti pada penyakit neuromuskular
amitropik lateral sklerosis. Pasien juga dapat mengalami gangguan sensasi seperti baal
atau sensasi abnormal atau kehilangan sensasi baik sebagai manifestasi sistem saraf pusat
maupun perifer. Gangguan sensasi dapat mempengaruhi sebagian area atau mencakup
pula area yang lebih luas. Sering terjadi pula gangguan sensasi nyeri (hiperestesia). Baik
kelemahan maupun baal, dapat mengganggu koordinasi dan keseimbangan (Brunner and
Suddarth, 2005).

B. LATIHAN :
1. Kasus Pemicu I
2
Seorang laki-laki berusia 70 tahun, dirawat dengan keluhan mulut tiba-tiba menceng ke
kanan, sisi tubuh sebelah kanan tidak bisa digerakkan, tidak mampu berjalan. Bicara
pelo dan tidak jelas. Hasil CT – scan menunjukkan lesi hemisfer kiri. Pasien punya
riwayat hipertensi selama 16 tahun. Hipertensi terkontrol. Keluhan dirasakan tiba-tiba
setelah bangun dari tidur.
2. Kasus Pemicu II
Seorang Perempuan berusia 65 tahun, dirawat dengan penurunan kesadaran sekitar 24
jam yang lalu. Menurut keterangan keluarga pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah
tidur siang utk istirahat, namun pasien tidak bangun kembali malah cenderung tidur
ngorok dan sulit dibangunkan. Pemeriksaan fisik terlihat kelumpuhan pada ekstremitas
sebelah kanan, mulut rero. Hasil CT – scan menunjukkan perdarahan hemisfer kiri.
Pasien punya riwayat hipertensi selama 20 tahun. Jarang kontrol dan minum obat
Hipertensi tidak teratur.
3. Kasus Pemicu III
Seorang wanita usia 25 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas. Terjadi perdarahan
intra serebral. Telah dilakukan kraniotomi. Saat ini pasien telah dirawat selama 3 hari,
dan sudah dipindahkan ke ruang rawat saraf. Pasien masih merasakan sakit kepala dan
mual. Muntah tidak ada. Kelemahan otot tidak terjadi. Terdapat luka lebam di area
periorbital kanan. Pasien mendapatkan cairan intravena 500 ml/8 jam dan manitol 100
cc/ 8 jam.
4. Kasus Pemicu IV
Seorang perempuan berusia 45 tahun terdiagnosis SOL a.r tempoparietal kiri. Tampak
penurunan kesadaran pasien cenderung tertidur dan bangun bila diberi rangsangan
verbal. GCS 13 E 3 M 6 V 4. Riwayat sebelumnya pasien pernah mengalami batuk yang
lama dan pengobatan Tb paru selama 4 bulan dan tidak tuntas karena pasien merasa
bosan. Pernah dirawat dengan radang selaput otak , namun pulih dengan perbaikan.
Saat ini pasien mengalami SOL. Pendengaran menurun. Kernig sign (+). Kaku kuduk (+).
5. Kasus Pemicu V
Seorang perempuan berusia 28 tahun terdiagnosis meningitis. Dirawat diruang neuro
dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan terus menerus skala nyeri 6. Hasil lumbal
fungsi ditemukan liquor cerebrospinal none dan pandi (+). Riwayat sebelumnya dengan
TB paru pengobatan 3 bulan dan tidak tuntas.pemeriksaan fisik ditemukan kaku kuduk,
gangguan fungsi menelan dan kelemahan anggota gerak

PERTANYAAN (UNTUK KASUS 1-5)


a. Apakah faktor predisposisi dan presipitasi pada pasien?
3
b. Deskripsilan pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik) spesifik yang perlu
dilengkapi pada kasus tersebut?
c. Buatlah patoflow berdasarkan kasus diatas !
d. Buatlah Analisa Data untuk menentukan diagnosa keperawatan yang utama pada
kasus tersebut?
e. Buatlah Rencana Keperawatan pada pasien tersebut?

Form Pengisian :
a. Jawaban singkat.....................................................................................................................................
b. Wawancara
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
c. Pemeriksaan fisik
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................

d. Tabel analisa data


NO DATA ETIOLOGI MASALAH

e. Rencana keperawatan

4
NO DIAGNOSA RENPRA

TUJUAN (NOC) NIC (LABEL) AKTIFITAS

1 - -

C. RANGKUMAN

1. Mengetahui pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan


medis
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
2. Mengetahui asuhan keperawatan (pengkajian, pemeriksaan fisik, penegakkan
diagnosa, dan renpra)
.......................................................................................................................................
3. Analisa Kasus
a. stroke hemoragik (Konsep Teori dan Askep)
b. stroke non hemoragik (Konsep Teori dan Askep)
c. cedera kepala (Konsep Teori dan Askep)
d. meningitis (Konsep Teori dan Askep)
e. tumor otak (Konsep Teori dan Askep)

4. Mengetahui konsep asuhan keperawatan (pengkajian, pemeriksaan fisik,


analisa kasus dan dokumentasi keperawatan)

D. TES FORMATIF : post tes dalam bentuk analisa kasus kompetensi dari mulai
pengkajian, perfis, diagnosa, renpra (total 5 kasus)
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT
1. Menjelaskan hasil post test
2. Tindak lanjut berupa Recall berdasarkan sumber buku bacaan wajib
F. DAFTAR PUSTAKA
Black J.M. & Hawks J. H. (2014) . Medical-surgical nursing: clinical
management for positive outcones 8th. Elsevier : Singapore
Brunner & Suddarth. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Ed. 8.
EGC:Jakarta
Haryani, Halimatusadiah. (2008). Anatomi Fisiologi. Cakra: Bandung
Sherwood L. (2012). Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Ed.6. EGC: Jakarta

5
6

Anda mungkin juga menyukai