Anda di halaman 1dari 8

Nama: Eka Putri Suratningsih

Nim: 1019031042
Kelas: PSIK 3 C
KODE KASUS : S02
DIAGNOSA MEDIS : CEDERA KEPALA
DESKRIPSI KASUS :
Perempuan berusia 28 tahun dirawat di ruang perawatan karena terjatuh di tangga rumahnya
karena terpeleset. Saat jatuh, menurut keluarga pasien, keningnya terbentur dan meninggalkan
jejak hematoma. Pasien masih sadar saat kejadian, dan keluarga menuntunnya ke kursi lalu
diberikan minum. Saat itu pasien hanya mengeluh pusing dan sakit pada kepalanya. Namun
sekitar 30 menit setelah kejadia pasien muntah-muntah. Akhirnya keluarga membawa pasien ke
RS. Hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami perdarahan subdural di area anterior.
Tanda vital: tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 98 x/menit regular, frekuensi nafas 25
x/menit, suhu 36,80C.
TUGAS :
1. Urutkan dan uraikan pertanyaan anamnesa yang perlu ditanyakan untuk melengkapi data
pengkajian pada kasus tersebut.
Wawancara
Identitas pasien: perempuan 28 tahun
Keluhan utama pusing dan sakit kepalanya
RPS: pasien terjatuh dari tangga dirumahnya karena terpeleset. Saat jatuh menurut keluarga
pasien, keningnya terbenntur dan meinggalkan jejeak hematoma.

Pengkaian yang harus ditambahkan pada kasus


Kualitas nyeri
PQRST
RPK+ Ggenogram : riwayat hipertensi, DM, hiperkolestrol
RPD: riwayat hipertensi, DM,
Kaji riwayat social dan spiritual
RIWAYAT ALERGI
Riwayat lain
 gaya hidup: pola dan jenis makanan yang sering dikonsumsi( soda, energy drink, dll)
merokok olahraga, pekerjaan

2. Sebutkan jenis pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang serta jelaskan tujuan dari
masing2 pemeriksaan tersebut yang mendukung diagnose medis pada kasus di atas
Pemeriksaan diagnnostik
a. Pemeriksaan fisik dan evaluasi status neurologis
b. Pemeriksaan radiografik: sinar X, CT dan MRI
c. Angiografi serebral
Pemeriksaan penunjang:
a. Serial EEG Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
b. BAER Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
c. PET Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
d. CSS Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid
e. Kadar elektrolit Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan
tekanan intrakranial
f. Screen toxilogy Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran
g. Rontgen thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral) Rontgen thoraks menyatakan akumulasi
udara/cairan pada area pleural
h. Toraksentesis menyatakan darah/cairan

3. Uraikan fokus pemeriksaan fisik pada kasus di atas


1. Kaji GCS
a. Cidera kepala ringan (CKR) jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang lebih 30 menit
b. Cidera kepala sedang (CKS) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau
amnesia antara 30 menit-24 jam.
c. Cidera kepala berat (CKB) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam
2. Disorientasi tempat atau waktu Kehilangan kesadaran, amnesia, perubahan kesadaran
sampai koma, penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Refleksi patologis dan fisiologis Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh
akan menghilang. Setelah beberapa hari reflex fisiologis akan muncul kembali
didahului dengan reflex patologis.
4. Perubahan status mental Cedera kepala dapat menyebabkan cacat permanen,
gangguan mental, dan bahkan kematian. Gegar otak menyebabkan perubahan status
mental seseorang dan dapat mengganggu fungsi otak dari otak.
5. Nervus cranialis XII
NI : penurunan daya penciuman.
NII: pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan.
NIII, NIV, NVI:penurunan lapang pandang, reflex cahaya menurun, perubahan
ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
NV: gangguan mengunyah
NVII, NXII: lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada 2/3 anterior
lidah.
NVIII: penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh.
NIX, NX, NXI:jarang ditemukan
6. Status motoric
Skala kelemahan otot
0 : tidak ada kontrak
1 : ada kontraksi
2 : bergerak tidak bias menahan gravitasi
3 : bergerak mampu menahan gravitasi
4 : normal
7. Perubahan pupil atau penglihatan kabur, diplopia, foto pobhia, kehilangan sebagian
lapang pandang.
8. Perubahan tanda – tanda vital
9. Gangguan pengecapan dan penciuman serta pendengaran
10. Peningkatan TIK
11. Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda
12. Respons menarik diri pada rangsangan nyeri yang hebat
Head to toe
1. Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan membrana
timpani, cedera jaringan lunak periorbital
2. Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
3. Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Score (GCS)
4. Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung,
pemantauan EKG
5. Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul abdomen
6. Pelvis dan ekstremitas Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah
trauma, memar dan cedera yang lain.
7. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
8. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda : Cemas, mudah
tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.
9. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas
berbunyi)
4. Tunjukkan gambar lobus otak beserta fungsinya

 Lobus frontalis
Lobus frontalis adalah lobus terbesar yang letaknya berada di otak bagian depan, kira-
kira sejajar dengan tulang dahi. Fungsi otak depan adalah untuk mengkoordinasikan
perilaku, seperti kemampuan motorik, menyelesaikan masalah, perencanaan, fokus,
dan menimbang baik dan buruk.Ini juga merupakan salah satu bagian otak besar yang
berfungsi untuk mengatur emosi serta mengatur impuls atau informasi rangsang.
 Lobus parietal
Lobus parietal letaknya berada di belakang lobus frontal. Fungsi dari bagian otak
besar ini adalah mengatur sensasi tubuh, tulisan tangan, posisi tubuh, dan
menerjemahkan informasi yang dikirimkan oleh bagian otak lainnya
 Lobus temporal
Lobus temporal terletak di sisi sebelah kiri dan kanan otak, dekat telinga. Fungsi
lobus temporal adalah untuk mengendalikan daya ingat visual dan daya ingat verbal
(mengerti bahasa tertentu).Tak hanya itu saja, ini juga menjadi bagian otak yang
merupakan pusat pendengaran dan menginterpretasikan reaksi.
 Lobus oksipital
Lobus oksipital terletak di bagian belakang otak. Bagian ini berperan besar dalam
kemampuan seseorang untuk bisa membaca dan mengenali literasi serta aspek
penglihatan lainnya.

5. Tentukan pathway hingga terbentuknya 2 diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan data


yang ditemukan saat diskusi poin 1-3.
Pathway

Trauma( kecelakaan)

Cedera kepala

Kerusakan sel otak ( gangguan autoregulasi)

Penurunan Infark jaringan


Sumbatan aliran darah dan oksigen serebral
aliran darah ke otak
otak

Gangguuan
Penurunan perfusi serebral
tekanan
pembuluh darah

Penurunan
kapasitas adaptif
Peningkatan
intrakaranial
tekanan
hidrolistik

Kebocoran cairan
kapiler

Edema dan
hematoma

Peningkatan tekanan
Tekanan intrakarnial
Resiko perfusi
serebral tidak
efektif

6. Buatkan rencana asuhan keperawatan sesuai diagnosis keperawatan yang ditemukan pada
poin 4
1. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
hasil
1 Penurunan kapasitas adiptif Setelah dilakukan Pemantauan tekanan
intrakarnial b.d edema intervensi intrakarnial
serebral keperawatan kurang Observasi
DS lebih 2x24 jam - Identifikasi
- Pasien mengeluh Maka kapasitas penyebab
pusing adaptif intrakarnial peningkatan TIK
- Sakit kepala meningkat dengan (mis. Lesi
- Muntah muntah kriteria hasil: menempati ruang,
DO - Fungsi gangguan
- Pasien mengalami kognitif metabolisme, edema
perdarahan subdural meningkat serebral, dll)
diarea anterior - Sakit keala - Monitor
- Tanda vital: tekanan menurun peningkatan TD
darah 150/90 mmHg, - Muntah - Monitor tekanan
- frekuensi nadi 98 menurun nadi ( slisih TDS
x/menit regular, - Tekanan darah dan TDD)
- frekuensi nafas 25 membaik - Monitor penurunan
x/menit, - Tekanan tingkat kesadaran
- suhu 36,80C intracranial - Monitor
membaik perlambatan atau
ketidaksimetrisan
respon pupil
- Monitor tekanan
perfusi serebral
- Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik
drainase cairan
sereprospinal
- Monitor efek
stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
- Ambil sampel
cairan serebrospinal
- Pertahankan
sterilitas system
pemantauan
- Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
- Bilas system
pemantauan, jika
perlu
- Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2 Resiko perfusi serebral tidak Setlah dilakukan Manajemen peningkatan
efektif d.d cedera kepala intervensi tekanan intracranial
DS keperawatan kurang Observasi
- Pasien mengeluh lebih 2x24 jam maka - Indikasi penyebab
pusing perfusi serebral peningkatan
- Sakit kepala meningkat dengan TIK( mis. Lesi,
- Muntah muntah kriteria hasil: gangguan
- - Tekanan metabolisme, edem
DO intracranial serebral)
- Pasien mengalami menurun - Monitor tanda/
perdarahan subdural - Sakit kepala gejala peningkatan
diarea anterior menurun TIK( mis.tekanan
- Tanda vital: tekanan - Tekanan darah darah meningkat,
darah 150/90 mmHg, sistolik tekanan nadi
- frekuensi nadi 98 membaik melebar, takikardia,
x/menit regular, - Tekanan daras pola napas ireguler,
- frekuensi nafas 25 diastolic kesadaran menurun)
x/menit, membaik - Monitor MAP
- suhu 36,80C - Monitor PAWP,
jika perlu
- Monitor PAP, jika
perlu
- Monitpr ICP
- Monitor CCP
- Monitor gelombang
ICP
- Monitor intake
output cairan
- Monitor cairan
serebrospinalis (mis.
Warna, konsistensi)
Terapeutik
- Minumalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi
fowler
- Cegah terjadinya
kejang
- Atur ventilator
PaCO2 optimal
- Pertahankan sush
tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian deuretik
osmosis, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai