Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HERNIA INGUNALIS LATERALIS

DEXTRA

Disusun oleh:

Nama : Rizky Nur Hidayat


Nim : 210102034

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Eza Kemal Firdaus, M.Kep.,Sp.KMB Fitri Nuryanti, AMK

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN AKDEMIK

2023
A. Pengertian
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
(Mansjoer, A. 2011).
Cidera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat mengakibat
kan perubahan fisik intelektual, emosional, dan sosial. Trauma tenaga dari luar yang
mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan perubahan kemam
puan kognitif, fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil, 2011).
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyi
mpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi-decele
rasi) yang merupakan perubahan bentuk di pengaruhi oleh perubahan peningkatan da
n percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepa
la dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Ren
dy, 2012)
Jadi, cidera kepala ringan adalah cidera karena tekanan atau kejatuhan yang di tandai
denngan GCS 13-15 dan mengeluhkan pusing.

B. Etiologi
Penyebab cedera kepala terdiri dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, kec
elakaan industri, serangan dan yang berhubungan dengan olah raga, trauma akibat per
salinan. Menurut Mansjoer (2011), cidera kepala penyebab sebagian besar kematian d
an kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat k
ecelakaan lalu lintas.

Klasifikasi Cedera Kepala antara lain:

Tabel Kategori Penentuan Keparahan Cedera Kepala berdasarkan Nilai Glasgow


Coma Scale (GCS)

Penentuan Deskripsi
Keparahan
Minor/ Ringan GCS 13 – 15
Sadar penuh, membuka mata bila dipanggil. Dapat terjadi
kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit dan disorientasi. Tidak ada fraktur tengkorak,
tidak ada kontusia
cerebral, hematoma.
Sedang GCS 9 – 12
Kehilangan kesadaran, namun masih menuruti perintah
yang sederhana atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Berat GCS 3 – 8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari
24 jam. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau
hematoma intracranial. Dengan perhitungan GCS sebagai
berikut:
 Eye : nilai 2 atau 1
 Motorik: nilai 5 atau <5
Verbal : nilai 2 atau 1

C. Manifestasi Klinis
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
1. Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung (otho
rrea, rhinorhea), darah dibelakang membran timphani, periobital ecimos (brill ha
ematoma), memar didaerah mastoid (battle sign), perubahan penglihatan, hilang
pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi, berkurangnya gerakan mata,
dan vertigo.
2. Concussion
Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit, a
mnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Contusins dibagi menja
di 2 yaitu cerebral contusion, brainsteam contusion. Tanda yang terdapat:
Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau cepat. Pu
pil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang otak bagia
n atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan pupil.
D. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan
dapat menyebabkan cidera kepala. Cidera otak primer adalah cidera otak yang terjadi
segera setelah trauma. Cidera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi.
Cidera kepala ini dapat berlanjut menjadi cidera sekunder. Akibat trauma terjadi peni
ngkatan kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan
aliran darah ke otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangg
uan metabolisme dan perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan pe
ningkatan tahanan vaskuler sistematik dan peningkatan tekanan darah. Penurunan teka
nan pembuluh darah di daerah pulmonal mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolist
ik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler. Trauma kepala dapat menyebabkan ode
me dan hematoma pada serebral sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra kr
anial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat pada daerah kepala
(Padila, 2012).

E. Pemeriksaan Diasnostik
1. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
2. Angiografi serebral
3. Pemeriksaan MRI
4. CT Scan : indikasi ct scan berupa nyeri kepala atau muntah-muntah,
penurunan GCS lebih dari 1 poin, adanya laserasi, fraktur tulang tengkorak,
dan adanya luka tembus akibat benda tajam atau peluru (Andra & Yessie,
2012).
F. Penatalaksanaan umum
Menurut Pedoman Tatalaksana Cidera Otak (2014) penatalaksanaan pasien dengan ci
dera otak sedang sebagai berikut :
1. Stabilitasi airway, breathing dan sirkulasi
2. Melakukan anamneses, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis
3. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin
4. Terapi Medikamentosa :
a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam
b. Obat simtomatik melalui IV atau sup
c. Obat anti kejang
d. Obat analgesik
5. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang te
ngkorak dan laserasi.

G. Pathway

Trauma kepala

Ekstra kranial tulang kranial intra krnial

Terputusnya kontinuitas terputusnya kontinuitas nyeri akut

Jaringan otot, kulit, vaskuler tulang

Perdarahan dan hematoma Gangguan suplai darah jaringan otak rusak

H.

Perubahan sirkulasi CSS hipoksia odeme serebral

Gangguan perfusi jaringan


kejang

Peningkatan TIK

Obstruksi jalan nafas

Mual muntah deficit nutrisi kurang dari kebutuhan

Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas
I. Pengkajian
A. Identitas Klien

a. Nama
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Pendidikan
f. Pekerjaan
g. Alamat
h. Status Perkawinan

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Berisi data subjektif yang dirasakan pasien ketika masuk ru
mah sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien mengalami penurunan kesadaran, latergi,
mual muntah, nyeri kepala, kelemahan, perdahan, fraktur tengkorak, amnesia s
esaat, gangguan pendengaran, gangguan penciuman.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah mengalami penyakit sistem syaraf, r
iwayat trauma terdahulu, riwayat penyakit darah, dan riwayat penyakit sistem
ik
d. Riwayat Penyakit Keluarga: adanya riwayat penyakit menular

C. Pola Fungsi Kesehatan

a. Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan


Berisi tentang pengetahuan pasien terhadap penyakit yang diderita, harapan di
rawat di RS, alergi pengobatan, dan data lainnya.
b. Nutrisi dan Metabolik
Pasien mengalami mual, muntah, gangguan cerna, gangguan menelan, kaji bis
ing usus
c. Aktivitas dan Latihan
Terjadi gangguan aktivitas karena adanya nyeri kepala dan kelemahan.
d. Tidur dan Istirahat
Terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri kepala dan proses hospitalisasi.
e. Eliminasi
Pasien mengalami inkontinensia serta obstipasi dan hematuria jik
a terjadi perdarahan pada organ perkemihan.
f. Pola Persepsi
Berisi data tentang peran pasien dalam keluarga serta koping terhadap penya
kitnya
D. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Tekanan darah: menunjukan normal hingga abnormal
Suhu : berada pada rentang hipertermi suhu >380C
Nadi : takikardi
Respiratory Rate : normal atau abnormal
b. Kesadaran : somnolen hingga koma GCS : 9 – 12
 Keadaan Umum
a) Status Gizi : pasien mengalami kegemukan, normal atau kurus
b) Sikap : pasien menunjukan menahan nyeri pada area kepala jika terjadi
peningkatan TIK atau fraktur tengkorak.
c. Pemeriksaan Fisik
1. B1 ( Breating ) :
Inspeksi : pasien terlihat menggunakan otot bantu nafas. Pernafasan ter
lihat chyne stokes. Terlihat peningkatan frekuensi nafas.
Auskultasi : terdapat bunyi stridor yang diakibatkan lidah jatuh kebela
kang ketika penurunan kesadaran ataupun kejang. Terdengar suara ron
chi akibat penumpukan sputum pada jalan nafas.
Perkusi : terdapat bunyi redup jika terdapat odeme paru Palpasi : tidak
terdapat benjolan atau masa pada thorak
2. B2 ( Blood )
Inspeksi : pasien telihat pucat, sianosis jika terjadi gangguan perfusi.
Terdpat perdarahan pada area kepala dengan fraktur dan tanpa fraktur
akibat kerusakan jaringan. Auskultasi : terdengar bunyi jantung s1 s2 t
unggal.
Perkusi : tidak terdapat bunyi redup.
Palpasi : terjadi peningkatan frekuensi nadi, nadi teraba lemah, disritmi
a. Tidak terdapat pembesaran vena juularis.
3. B3 ( Brain )
Inspeksi : terjadi penurunan kesadaran, bingung. Respon pupil menunj
ukan mengecil menandakan disfungsi enchepalo dan gangguan metabo
lisme. Terlihat sulit menggerakan bagian tubuh sebagian tergantung ba
gian otak mana yang mengalami cidera.
Palpasi : terdapat benjolan berupa hematoma karena adanya internal bl
edding. Terdapat nyeri tekan pada bagian yang mengalami luka
4. B4 ( Blader )
Inspeksi : tidak terdapat luka pada area blader. Pasien mengalami oligu
ria pada pasien dengan gangguan perfusi hingga ke ginjal akibat adany
a gangguan metabolisme. Terjadi inkontinensia urin akibat gangguan si
stem syaraf.
Palpasi : teraba keras apabila terjadi retensi urin atau pun bendungan ur
in.

E. Diagnosa Keperwatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma kepala).
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak.

F. Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperw
No SLKI SIKI
atan

1 Nyeri akut berhub Setelah dilakukan tindak MANAJEMEN NYERI


ungan dengan ag an keperawatan selama 2
Observasi :
en pencedera fisi x24 jam di harapkan nyer
a. Identifikasi lokasi,
k (trauma kepal i menurun dengan kriteri
a hasil : karakteristik durasi,
a).
frekuensi, kualitas,
Keluhan Nyeri menurun
intensitas nyeri
Gelisah menurun b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri
Kesulitan tidur menurun
non verbal
Meringis menurun d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
h. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.

Terapeutik

a. Berikan teknik nonfarmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin, terapi bermain
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan Tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.

Edukasi

a. Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu
2 Perubahan perfus Setelah dilakukan tindak MENEJEMEN PENINGKATAN IN
i jaringan serebral an keperawatan selama 2 TRAKRANIAL
berhubungan den x24 jam di harapkan perf Observasi
gan edema otak. usi serebral meningkat dn
gan kriteria hasil : a. Identifikasi penyebab peningkatan
TIK (misalnya: lesi, gangguan
Tingkat Kesadaran Meni
metabolism, edema serebral)
ngkat
b. Monitor tanda/gejala peningkatan
Sakit kepala menurun TIK (misalnya: tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar,
Gelisah menurun
bradikardia, pola napas ireguler,
Tekanan intracranial me kesadaran menurun)
mbaik c. Monitor status pernapasan

1. Terapeutik

a. Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang
b. Berikan posisi semi fowler
c. Hindari manuver valsava
d. Cegah terjadinya kejang
e. Hindari penggunaan PEEP
f. Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
g. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
h. Pertahankan suhu tubuh
normal

kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian sedasi


dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nu
ha Medika.
Bajamal, Abdul Hafid, dkk. 2014. Pedoman Tatalaksana Cedera Ota
k. Surabaya: Tim Nuerotrauma RSUD dr. Soetomo FK Uni
versitas Airlangga Surabaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP
PPNI
Saferi, andra & Putri, Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Be
dah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogya
karta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai