Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN CIDERA OTAK SEDANG

DI RUANG IGD RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Disusun Oleh:
Riska Tamara
NIM. 21101084

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Cedera kepala sedang adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik (Padila, 2012).
Cidera Otak Sedang (COS) biasanya juga disebut sebagai cidera kepala dikarena secara
anatomi organ otak berada di dalam tulang tengkorak kepala. Cidera kepala dapat
diklasifikasikan menurut tingkat kesadaran ditentukan dengan nilai GCS, yaitu:
A. Cidera Kepala Ringan
a. Nilai GCS 13-15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran tetapi kurang dari 30 menit
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma (Andra &
Yessie, 2012 )
B. Cidera Kepala Sedang
a. Nilai GCS 9-12
b. Saturasi 02 > 90% dan tekanan darah systole > 100mmhg
c. Dapat terjadi kehilangan kesadaran > 30 menit dalam 24 jam
d. Dapat terjadi fraktur tengkorak (Padila, 2012).
C. Cidera Kepala Berat
a. Nilai GCS 8 – 3
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial(Andra&
Yessie, 2012).

1.2 Etiologi
Penyebab cidera kepala sedang adalah adanya trauma yang diakibatkan benturan benda
tumpul, trauma benda tajam, kecelakaan saat berkendara atau pun kecelakaan saat berolah raga.
Cidera kepala akan menimbulkan luka robekan yang dapat mengenai otak atau pun luka yang
berbatas pada daerah yang terkena (Andra & Yessie, 2012).

1.3 Patofisiologi

Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan dapat

menyebabkan cidera kepala. Cidera otak primer adalah cidera otak yang terjadi segera setelah

trauma. Cidera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi. Cidera kepala ini dapat

berlanjut menjadi cidera sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan kerusakan sel otak

sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan

penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan metabolisme dan perfusi otak.

Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler sistematik dan

peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah pulmonal

mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan kapiler.

Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan hematomapada serebral sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan intra kranial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing serta nyeri hebat

pada daerah kepala (Padila, 2012).

1.4 Manifestasi Klinis

Klien dengan cidera otak sedang mengalami kelemahan pada salah satu bagian tubuh
disertai kebingungan bahkan terjadi penurunan kesadaran hingga koma. Terjadi abnormalitas
pupil, terjadi defisit neurologis berupa gangguan penglihatan dan pendengar berdasarkan letak
lesi yang terdapat pada otak. Pasien akan mengalami kejang otot dan gangguan pergerakan. Bila
terjadi perdarahan dan fraktur pada tengkorak maka akan terjadi hematoma yang menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial. Peningkatan TIK dapat menimbulkan nyeri atau pusing pada
kepala. (Andra & Yessie, 2012).

1.5 Pemeriksaan Penunjang


A. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
B. Angiografi serebral
C. Pemeriksaan MRI
D. Scan : indikasi ct scan berupa nyeri kepala atau muntah-muntah, penurunan GCS lebih
dari 1 poin, adanya laserasi, fraktur tulang tengkorak, dan adanya luka tembus akibat
benda tajam atau peluru (Andra & Yessie, 2012).

1.6 Penatalaksanaan

Menurut Pedoman Tatalaksana Cidera Otak (2014) penatalaksanaan pasien dengan cidera

otak sedang sebagai berikut :

A. Stabilitasi airway, breathing dan sirkulasi

B. Melakukan anamneses, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis

C. Pemasangan kateter untuk mengevaluasi produksi urin

D. Terapi Medikamentosa :

a. Cairan IV NS 0,9 1,5ml/kgBB/jam

b. Obat simtomatik melalui IV atau supp

c. Obat anti kejang

d. Obat analgesik

E. Pembedahan dilakukan bila terjadi fraktur pada tulang tengkorak dan laserasi

1.7 Komplikasi
Menurut Andra & Yessie (2012) cidera kepala memiliki beberapa komplikasi, antara lain:
A. Edema pulmonal
Edema paru terjadi akibat tubuh berusaha mempertahankan tekanan perfusi dalam
keadaan konstan. Peningkatan tekanan intra kranial dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah sistemik meningkat untuk mempertahankan perfusi otak secara adekuat.
Vasokontriksi menyebabkan peningkatan aliran darah ke paru sehingga perpindahan
cairan ke alveolus juga terganggu.
B. Kejang
Kejang timbul karena adanya gangguan pada neurologis. Resiko ini munjul pada
fase akut cidera otak sedang. Sehingga perawat perlu waspada terjadi kejang yang dapat
menimbulkan penutupan jalan nafas akibat lidah yang jatuh kebelakang.
C. Kebocoran cairan serebrospinal
Adanya fraktur pada area tulang tengkorak dapat merobek meningen sehingga CSS
akan keluar.
D. Infeksi
Luka terbuka pada area fraktur atau tanpa fraktur jika tidak dilakukan perawatan luka
secara benar akan menimbulkan infeksi sekunder pada cidera otak sedang. Infeksi ini
dapat terjadi pada area meningen yang disebut dengan meningitis
1.8 Proses Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian
Umum
Airway
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi
untuk mencegahpenekanan/bendungan pada vena jugularis
c. Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut

Breathing

a. Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman


b. Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigenc.
Circulation
a. Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosispada
kuku, bibir)
b. Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadapcahaya
c. Monitoring tanda- tanda vital
d.  Pemberian cairan dan elektrolit
e. Monitoring intake dan output
 Khusus

a. Konservatif : Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberiansteroid
b. Operatif : Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai dengan sakit kepala hebat,muntah
proyektil dan papil edema
d. Pemberian diet/nutrisi
e. Rehabilitasi, fisioterapi

Prioritas Keperawatan

a. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral
b. Mencegah/meminimalkan komplikas
c. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
d. Meningkatkan koping individu dan keluarga
e. Memberikan informasi

Kebutuhan sehari-hari

a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia
caraberjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma)
ortopedi,kehilangan tonus otot, otot spastic
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahanfrekuensi
jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi,disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi
daninpulsif
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsie.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur
keluar,disfagia)
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian.
Vertigo,sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada
ekstermitas.Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangansebagian lapang pandang, fotofobia.
g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah,pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada
mata,ketidakmampuan mengikuti.
Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran.Wajah
tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalamtidak ada
atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi,deserebrasi),
kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan,kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuhh.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yanghebat,
gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi).
Napasberbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi positif (kemungkinan
karenarespirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle disekitar
telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase)
daritelinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif,gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara
umum mengalami paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang
ulang,disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain

B. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma kepala).
b. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema otak.
c. Ketidakefektifan pola nafas behubungan dengan depresi pada pusat nafas di otak.
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas behubungan dengan penumpukan sputum.
e. Keterbatasan aktifitas behubungan dengan penurunan kesadaran
C. Perencanaan Keperawatan

NO DIAGNOSA RENCANA
TINDAKAN
KEPERAWATAN
KEPERAWTAN

Ketidakefektifan bersihan Status Pernapasan: Kepatenan jalan manajemen jalan napas


jalan nafas b/d obtruksi nafas 1. Monitor status
jalan nafas ditandai Setelah dilakukan tindakan selama 2x12 pernafasan dan
dengan jam status pernafasan klien tidak oksigenisasi
DS : tidak dapat terganggu dengan kriteria hasil:
dinilai DO : 2. Buka jalan nafas
1. Tidak ada suara nafas tambahan
dengan teknik chin
1. Ku:
2. Frekuensi pernafasan normal lift atau jaw thrust
Penurunan
3. Identifikasi
kesadaran
kebutuhan aktual/
2. Kesadaran:
potensial untuk
somnolen
memasukkan alat
3. GCS: E3V2M5 membuka jalan nafas
4. Masukkan alat
4. Terpasang nasopharingeal
Ventilator, 5. RR: airway (NPA) atau
23x/m, oropharingeal airway
N : 78x/M (OPA)
T : 36,60C 5. Posisikan klien untuk
memaksimalkan
ventilasi
6. Lakukan penyedotan
melalui endotrakea

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat ketika di RS. Catat
hasil dari implementasi yang dilakukan. Pastikan implementasi dilakukan secara baik dan
benar sesuai SOP yang dianjurkan. Sertakan tanggal, nama terang dan TTD ketika
membuat dokumentasi evaluasi sebagai legalitas.
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah


kegiatan yang disengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini di perlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
(Padila, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Bajamal, Abdul Hafid, dkk. 2014. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Surabaya: Tim
Nuerotrauma RSUD dr. Soetomo FK Universitas Airlangga Surabaya.

Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa

Indonesia.Jakarta : CV. Mocomedi

ICME STIKes. 2017. Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah: Studi Kasus
Program D-III Keperawatan. Jombang: STIKes ICME Jombang.

Sue, Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisis Bahasa Indonesia.
Jakarta : CV. Mocomedia

Nur Rohman, dr. 2016. Perubahan Kadar Protein S100β Pada Pasien Cidera Otak
Sedang ( COS )Selama Perawatan. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis-
I Program Studi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
RSUD dr. Moewardi Surakarta.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saferi, andra & Putri, Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan


Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP
PPNI.

Yudianta, dkk. 2015. Assesment Nyeri. Departemen Neurologi Fakultas


Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Indonesia.
Vol. 42. No. 3.

Anda mungkin juga menyukai