Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CEDERA OTAK RINGAN (COR) DI RUANG IGD
RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Oleh :
Esty Laillatul F
2030032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA. 2020/2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Esty Laillatul F


NIM : 2030032
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Diagnosa Medis Cedera Otak Ringan (COR) Di Ruang Igd RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat


menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Surabaya, 22 Maret 2021


Pembimbing Institusi

Imroatul Farida, S.Kep., Ns.,


M.Kep

NIP 03028
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSA MEDIS CVA INFARK

A. KONSEP PENYAKIT
1.1 Definisi
Cedera kepala adalah suatu trauma daerah kulit kepala, tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung
pada daerah kepala. Salah satu faktor penyebab terseringnya cedera kepala
adalah kecelakaan lalu lintas (Duque-escobar, 2011)
Cidera otak ringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kehilangan
fungsi neurologis sementara dan tanpa adanya kerusakan struktur (Batticaca,
2014)
1.2 Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian,
jatuh dan cedera olah raga. Cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh
peluru atau pisau. kecelakaan,jatuh, kecelakaan kendaraan motor atau sepeda,
dan mobil. kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan, dan
dapat terjadi pada anak yang cedera akibat kekerasan,. Cidera kepala tumpul
dapat terjadi karena adanya kecelakaan dengan kecepatan tinggi misaln!a
kecelakaan bemotor, kecepatan rendah biasan!a terjadi akibat jatuh dari
ketinggian, dipukul dengan benda tumpul. cidera kepala tembus dapat
disebabkan oleh peluru, tusukan.. Adanya penetrasi selaput dura menentukan
apakan suatu cedera termasuh cidera tembus ataupun cidera tumpul (Arsyad,
2012)

1.3 Klasifikasi
Dalam (Barbara (2012), mengklasifikasikan cidera kepala akut sebagai
berikut:
a) Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak:
1) Trauma kepala tertutup keadaan truma kepala tertutup dapat
mengakibatkan kondisi komosio, kontusio, epidura hematoma,
subdural hematoma, intrakranial hematoma.
2) Trauma kepala terbuka kerusakan otak dapat terjadi bila tulang
tengkorak masuk dalam jaringan otak dna melukai atau merobek
dura mater dan men!ebabkan cairan serebro spinal (CSS)
merembes, serta terjadi kerusakan syaraf otak dan jaringan otak.
b) Trauma pada jaringan otak:
1) Konkusio (ditandai dengan adan!a kehilangan kesadaran sementara
tanpa adanya kerusakan jaringan otak, dan terjadi edema serebral).
2) Kontusio (ditandai adanya perlukaan pada permukaan jaringan
otak yang menyebabkan perdarahan pada area yang terluka,
perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi
yang terkena (coup) atau pada sisi yang berlawanan (contra coup)
3) Laserasi (ditandai oleh adanya perdarahan ke ruang sub arakhnoid,
ruang epidural atau sub dural).
Berdasarkan hasil pemeriksaan GCS atau berta ringannya cidera kepala,
cidera kepala dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Cidera kepala ringan, bila GCS: 13-15
b) Cidera kepala sedang, bila GCS 9-12
c) Cidera kepala berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8.
1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Batticaca, 2014), tanda dan gejala dari cedera kepala, antara lain:
a) Disfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembal
b) Hilang kesadaran sementara, kurang lebih 10-20 menit, beberapa
literatur menyebutkan sampai 30 menit
c) Nyeri kepala
d) Pusing
e) Muntah
f) Disorientasi sementara
g) Tidak ada gejala sisa
1.6 Komplikasi
Komplikasi yang muncul dari cidera otak ringan yaitu dapat menyebabkan
kemunduran pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intrakranial,
edema serebral progressif dan herniasi otak. Edema serebral adalah penyebab
paling umum dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien yang mendapat
cedera kepala.
Komplikasi lain yaitu defisit neurologi dan psikologi (tidak dapat
mencium bau-bauan, abnormalitas gerakan mata, afasia, defek memori dan
epilepsi). (Brunner & Suddarth, 2012).
Yang biasa terjadi pasca cedera kepala
1. Ketidakmampuan dalam mengingat kejadian seputar cedera kepala
merupakan hal yang biasa.
2. Merasa lemah atau lesu dari biasanya adalah hal yang normal.
3. Otak butuh waktu untuk pulih dari cedera kepala. Selama periode ini, sakit
kepala, pusing dan masalah pikiran kognitif umum terjadi.
4. Masalah pada fungsi otak bisa berupa perubahan mood dan kesulitan
dalam berkonsentrasi, mengingat sesuatu, kesulitan melakukan pekerjaan
yang rumit.
5. Umumnya, gejalanya akan hilang atau sembuh total dalam beberapa hari.
6. Sebagian orang mengalami gejala yang berlanjut. Jika ini terjadi, segera
hubungi dokter.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Arsyad, 2012) antara lain :
1. CT-Scan : untuk mengidentifikasi adanya SOL hemografi, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan.
2. Angiografiserebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti
kelainan pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan trauma.
3. EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
petologis.
4. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang ( fraktur)
5. BAER ( Brain Auditori Evoker Respon ) : menentukan fungsi korteks
dan batang otak
6. PET ( Position Emission Yomography ) menunjukan perubahan
aktivitas metabolisme pada otak.
7. Fungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perubahan sub araknoid.
8. Kimia atau elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang
berperan dalam peningkatan TIK atau perubahan status mental.

1.8 Penatalaksaan Medis


Menurut (Arsyad, 2012) jika pasien mengalami cidera otak ringan, maka
perhatikan hal-hal berikut:
1) Periksa kesadarannya.
2) Periksa ABC (airway, breathing, circulation) atau jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi.
a. Jalan nafas (Air way) Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang
turun ke belakang dengan posisi kepala ekstensi,kalau perlu
dipasang pipa orofaring atau pipa endotrakheal, bersihkan sisa
muntahan, darah, lendir atau gigi palsu. Isi lambung dikosongkan
melalui pipa nasograstrik untuk menghindarkan aspirasi
muntahan.
b. Pernapasan (Breathing) Gangguan pernafasan dapat disebabkan
oleh kelainan sentral atau perifer. Kelainan sentral adalah depresi
pernafasan pada lesi medulla oblongata, pernafasan cheyne
stokes, ataksik dan central neurogenik hyperventilation. Penyebab
perifer adalah aspirasi, trauma dada, edema paru, DIC, emboli
paru, infeksi. Akibat dari gangguan pernafasan dapat terjadi
hipoksia dan
hiperkapnia. Tindakan dengan pemberian oksigen kemudian cari
dan atasi faktor penyebab dan kalau perlu memakai ventilator.
c. Sirkulasi (Circulation) Hipotensi menimbulkan iskemik yang
dapat mengakibatkan kerusakan sekunder. Jarang hipotensi
disebabkan oleh kelainan intrakranial, kebanyakan oleh faktor
ekstrakranial yakni berupa hipovolemi akibat perdarahan luar atau
ruptur alat dalam, trauma dada disertai tamponade jantung atau
peumotoraks dan syok septik. Tindakannya adalah menghentikan
sumber perdarahan, perbaikan fungsi jantung danmengganti darah
yang hilang dengan plasma, hydroxyethyl starch atau darah.
d. Pemeriksaan fisik Setalah ABC, dilakukan pemeriksaan fisik
singkat meliputi kesadaran, pupil, defisit fokal serebral dan cedera
ekstra kranial. Hasil pemeriksaan fisik pertama ini dicatat sebagai
data dasar dan ditindaklanjuti, setiap perburukan dari salah satu
komponen diatas bisa diartikan sebagai adanya kerusakan
sekunder dan harus segera dicari dan menanggulangi
penyebabnya.
5) Jangan memindahkan penderita kecuali memang diperlukan.
6) Periksa kesadaran mentalnya.
7) Periksa matanya.
8) Perhatikan bila terjadi muntah.
9) Biarkan penderita terjaga selama beberapa waktu untuk melihat
apakah kondisinya semakin memburuk.
10) Perlu diketahui bahwa keluhan yang telah hilang dapat muncul
kembali di kemudian hari bahkan dengan keluhan yang lebih
parah.
11) Perlu diketahui bahwa gegar otak pada anak-anak bisa memburuk
dengan sangat cepat.
1.9 Web Of Caution (WOC) Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
B. KONSEP PENGKAJIAN
2.1 Pengkajian
A. Identitas/Data pasien:
Anamnesis Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada
usia muda), jenis kelamin (banyak laki-laki, karena ngebut-ngebutan
dengan motor tanpa pengaman helm), pedidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosa medis.
1. Pemeriksaan head to toe : isikan pemeriksaan head to toe yang terkait
sebagai secondary survey yaitu pada
a. Pemeriksaan Kepala dan leher
b. Thoraks
c. Abdomen
d. Genitourinaria
e. Muskuloskeletal
2. Keluhan utama
Keluhan pernyataan yang mengenai masalah atau penyakit yang
mendorong penderita melakukan pemeriksaan diri. Pada umumnya
keluhan utama pada kasus post operative fracture adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut terjadi karena pemasangan traksi / tindakan
pembedahan
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien fraktur / patah tulang nyeri dapat disebabkan karena
tindakan pembedahan. Untuk memperoleh pengkajin yang lengkap
tentang rasa nyeri klien yaitu dengan pengkajian PQRST:
1) Provoking Incident : Faktor nyeri yaitu akibat tindakan
pembedahan.
2) Quality of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah nyerinya seperti terbakar, berdenyut
atau menusuk.
3) Region : Apakah nyeri menjalar atau menyebar, dan seberapa jauh
penyebarannya, dan samapi dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity ( Scale) of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien,
5) Time : kapan nyeri itu timbul, dan berapa lama nyeri berlangsung,
apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
Skala dapat di ukur dengan menggunakan skala nyeri 1- 10 yaitu :
Tipe nyeri :
10 Nyeri sangat berat
4-6 : Tipe nyeri berat
1-3 : Tipe nyeri sedang
1-3 : Tipe nyeri ringan
Skala intesitas nyeri
0 : Tidak ada nyeri
1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut ± nyutan
2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul
3 : Nyeri seperti perih atau mules
4 : Nyeri seperti kram dan kaku
5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak
6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk
7 8, 9 : Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan
aktifitas yang bisa dilakukan.
10 : Sangat dan tidak dapat di kontrol oleh klien
2. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera sebelumnya, atau
kejang/ tidak. Apakah ada penyakti sistemik seperti DM, penyakit
jantung dan pernapasan. Apakah klien dilahirkan secara forcep atau
vakum. Apakah pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan
neurologis sebelumnya. Jika pernah kecelakaan bagimana
penyembuhannya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga klien mengkaji adanya anggota terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes melitus.
4. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga
ataupun masyarakat.
2. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Bright / penafasan)
Sistem pernafasan bergantung pada gradasi dari perubahan jaringan
serebral akibat trauma kepala. Akan didapatkan hasil:
Inspeksi : Didapatkan klien batuk. Peningkatan produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan.
Palpasi : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan
didapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.
Perkusi: Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan
trauma pada thoraks.
Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronkhi
pada klein
dengan pengingkatan produksi sekret dan kemampuan batuak yang
menurun sering didapatkan pada klien cedera kepala dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.
Klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan biasanya klien
dirawat diruang perawatan intensif sampai kondisi klien menjadi
stabil pada klien dengan cedera otak berat dan sudah terjadi
disfungsi pernafasan.

2. B2 (Blood / sirkulasi)
Pada sisitem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang
sering terjadi pada klien cedera otak sedang sampa cedera otak
berat. Dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah,
bradikardi, takikardi, dan aritmia.
3. B3 (Brain / persyarafan, otak)
Cedera otak menyebabakan berbagai defisit neurologi terutama
disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intrakranial akibat
adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural
hematoma, dan epidural hematoma. Pengkajian tingkat kesadaran
dengan menggunakan GCS.

4. B4 (Bladder / perkemihan)
Kaji keadaan urin meliputi waran, jumlah, dan karakteristik.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi
akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala, klien
mungkin mengalami inkontinensia urinw karena konfusi,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural.
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah
dihubungkan dengan adanya peningkatan produksi asam lambung.
Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
6. B6 (Musculoskeletal)
Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh
ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.
( Arif Muttaqin, 2018 )
3. Diagram tubuh : Gambarkan pada diagram tubuh terkait laserasi,
trauma atau gangguan fungsi.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik : beri tanda cecklist pada jenis pemeriksaan
yang dilakukan lalu tuliskan hasilnya di kolom sebelah kanan.
5. Pemberian Terapi
Pemberian terapi diisikan di dalam kolom berupa pukul pemberian,
obat –obatan yang diberikan, dosis obat, rute pemberian dan indikasi
6. Tindak lanjut : Isi kolom tindak lanjut terkait kondisi pasien keluar
dari IGD diantaranya
a. KRS : Pasien keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan
b. MRS : Pasien masuk rumah sakit
c. PP : Pasien memutuskan untuk pulang paksa
d. DOA : Death of Arrival (Pasien meninggal saat datang)
e. Operasi : Pasien masuk ke OK dan langsung menjalani operasi
f. Rujuk : Pasien memutuskan untuk pindah dan dirawat di RS lain
g. Pindah Faskes Lain.
Jangan Lupa catat jam Keluar dari ruang IGD : MRS/Rujuk/Pindah.
7. Metode (SAMPLE): metode yang sering dipakai untuk mengkaji
riwayat pasien :
S (signs and symptoms) : tanda dan gejala yang diobservasi dan
dirasakan pasien
A (Allergis) : alergi yang dipunya pasien
M (medications) : tanyakan obat yang diminum pasien untuk
mengatasi nyeri
P (pertinent past medical hystory) : riwayat penyakit yang diderita
pasien
L (last oral intake solid) : makan atau minum terakhir, jenis makanan,
ada penurunan atau peningkatan kualitas makanan
E (event leading to injury or illnes) : pencetus atau kejadian penyebab
keluhan

2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas.
2) Nyeri akut b.d agen cidera fisik post traumatik.
3) Gangguan integritas kulit luka lecet dan luka robek b.d faktor mekanik.
4) Resiko perfusi serebral tidak efektif
2.3 4.Intevensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Bersihan Setelah diberikan Manajemen jalan napas
jalan nafas intervensi selama 1x24 (1.01012)

tidak efektif jam setiap pertemuan SIKI Hal 187


(D.0001) diharapkan bersihan Definisi : mengidentifikasi dan
Kategori jalan nafas tidak efektif mengelola kepatenan jalan napas
Fisiologis meningkat, dengan Observasi :
Subkategori kriteria hasil 1. Monitor pola napas
Respirasi Luaran utama: (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
SDKI Hal : 18 Bersihan jalan nafas 2. Monitor bunyi napas
(L.01001 Hal : 18) tambahan ( mis : gurgling,
mengi, whezzing, ronkhi
1. Produksi sputum kering)
menurun, dari 2 (cukup 3. Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
meningkat) menjadi 5 Terapeutik :
(menurun)
1. Pertahankan kepatenan jalan
2. wheezing menurun napas
dari 2 (cukup 2. Posisi semi fowler atau fowler
3. Berikan minuman hangat
meningkat) menjadi 5 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
(menurun) perlu
5. Berikan oksigen
3. dispnea menurun 3 Edukasi :
(sedang) menjadi 5
1. Anjurkan asupan cairan
(menurun) 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan batuk efektif
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
2. Nyeri Akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) intervensi selama 1x24 SIKI Hal 201
jam setiap pertemuan
Kategori Definisi:
diharapkan tingkat
Psikologis nyeri menurun , dengan Mengidentifikasi dan mengelola
Subkategori kriteria hasil : pengalaman sensorik atau
Nyeri dan Luaran utama: emosional yang berkaitan dengan
Kenyamanan (L.08066 Hal : 145) kerusakan jaringan atau
SDKI Hal : Tingkat nyeri fungsional dengan onset
172 1. Keluhan nyeri dari mendadak atau lambat dan
skala 2 (Cukup berintensitas ringan hingga berat
Meningkat)
dan konstan.
menjadi skala 3
(Sedang) Observasi:
2. Meringis dari 1 Identifikasi karekteristik,
skala 2 (Cukup
durasi, frekuensi, kualitas,
Meningkat)
menjadi skala 3 intentitas nyeri
(Sedang) 2 Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah dari skala
3 Identifikasi respon nyeri
2 (Cukup
Meningkat) non verbal
menjadi skala 3 4 Identifikasi faktor yang
(Sedang) memperberat dan
memperingan nyeri
5 Identifikasi keyakinan dan
pengetahuan tentang nyeri
Terapeutik:
1 Berikan teknik non
farmakologi untuk
menurangi rasa nyeri
2 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3 Fasilitas istirahat tidur
4 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
1 Jeklaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
2 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3 Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4 Anjurkan penggunaan
analgesik yang
tepatajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
3. Gangguan Setelah diberikan Perawatan Luka (I.14564)
integritas intervensi selama 1x24 SIKI Hal 328
jam setiap pertemuan
kulit/jaringan Definisi:
diharapkan gangguan
(D.0129) integritas kulit Mengidentifikasi dan
Kategori menurun, dengan meningkatkan penyembuhan luka
kriteria hasil :
Lingkungan serta mencegah terjadinya
Luaran utama
Subkategori komplikasi luka.
(L.14125 Hal: 33)
Keamanan dan Observasi
Integritas kulit dan
Proteksi 1. Monitor karakteristik luka
jaringan
SDKI Hal : (mis drainse, warna,
1. kerusakan jaringan
282 ukuran, bau)
menurun dari 2 (cukup
2. Monitor tanda-tanda
meningkat) menjadi 5
infeksi
(meningkat)
Terapeutik
2. nyeri menurun dari
1. Lepaskan balutan dan
2 (cukup meningkat)
plester secara perlahan
menjadi 5 (meningkat)
2. Cukur rambut di sekitar
3. perdarahan menurun
daerah luka, jika perlu
dari 2 (cukup
3. Bersihkan dengan cairan
meningkat) menjadi 5
NaCL atau pembersih
(meningkat)
nontoksik, sesuai
kebutuhan
4. Bersihkan jariangan
nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai
ke kulit, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai
jenis luka
7. Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
8. Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
9. Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5ng
/kgBB/hari
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi prosedur
debridement (mis
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
4. Risiko perfusi Setelah diberikan Pencegahan infeksi (I.14539 )
serebral tidak intervensi selama 1x24 SIKI Hal 287
jam setiap pertemuan
efektif Definisi:
diharapkan tekanan
(D.0017) intra kranial menurun , Mengidentifikasi dan mengelola
Kategori dengan kriteria hasil : peningkatan tekanan dalam
Luaran utama:
fisiologis rongga kranial.
(L.02014 Hal : 86)
Subkategori Observasi :
Perfusi serebral
sirkulasi 1. Identifikasi penyebab
1. tingkat kesadaran
SDKI Hal : 51 peningatan intrakranial
meningkat dari 3
Terapeutik :
(sedang menjadi 5
1. Minimalkan stimulasi
(meningkat)
dengan menyediakan
2. tekanan intrakranial
lingkungan yang tenang
menurun dari 3
2. Berikan posisi semi fowler
(sedang) menjadi 5
3. Pertahankan suhu tubuh
(menurun)
normal
3. sakit kepa menurun
Kolaborasi :
dari 3 (sedang)
1. Kolaborasi pemberian
menjadi 5 (menurun)
diuretic osmosi, jika perlu
5. Risiko infeksi Setelah diberikan Pencegahan infeksi (I.14539 )
(D.0142) intervensi selama 1x24 SIKI Hal 287
jam setiap pertemuan
Definisi:
diharapkan tekanan
Kategori intra kranial menurun , Mengidentifikasi dan menurunkan
Lingkungan dengan kriteria hasil : risiko terserang organisme
Luaran utama:
Subkategori patogenik
(L.14137 Hal : 139)
Keamanan dan Observasi :
Tingkat infesi
Proteksi 1. Monitor tanda dan gejala
1. demam menurun
SDKI Hal : infeksi local dan sistemik
dari 3 (sedang)
304 Terapeutik :
menjadi 5 (menurun)
2. kemerahan menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
dari 3 (sedang) 2. Berikan perawatan kulit
menjadi 5 (menurun) pada area edema
3. nyeri menurun dari 3 3. Cuci tangan sebelum dan
(sedang) menjadi 5 sesudah kontak dengan
(menurun) pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan tehnik aseptif
pada pasie berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala
dari infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

2.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan rencana keperawatan merupakan tindakan yang diberikan
kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditentukan,
namun tidak menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang
ditetapkan tergantung situasi dan kondisi pasien.
2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. (Setiadi,
2016).
1.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2012). cedera kepala ringan. Corwin.


Batticaca. (2014). Laporan pendahuluan pada pasien dengan cidera otak ringan
(cor) dan cepalgia.
Duque-escobar, P. G. (2011). GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN: “ CEDERA
KEPALA RINGAN (CKR).”
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (2nd ed.). Jogjakarta: Medi Action.
Setiadi. (2016). Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai