Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA

A. Pengertian
1. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, dan otak.
(Muttaqin, 2012 : 150)
2. Cedera kepala adalah sustu keadaan kehilangan fungsi neurologis sementara dan tanpa kerusakan struktur.
(Battiscaca, 2008 : 97)
3. Cidera kepala adalah satu diantara kebanyakan bahaya yang menimbulkan kematian pada manusia. (Hudak
& Gallo, 2010 : 225)
4. Dari pengertian diatas cedera kepala adalah cedera karena tekanan yang menyebabkan hilangnya fungsi
neurologi sementara atau menurunnya kesadaran sementara, yang dapat menimbulkan gejala seperti pusing,
nyeri  kepala, tanpa adanya kerusakan lainnya.

B. Etiologi 
1. Trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak
2. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-
deselerasi)(Standar Asuhan Keperawatan Ruang Saraf, 2009: 1)

C. Klasifikasi Cedera Kepala


Ada banyak istilah yang digunakan untuk menggunakan atau mengklasifikasikan pasien dengan cidera kepala
antara lain:  
1. Terbuka 
Cidera kepala terbuka berarti pasien mengalami lasersi kulit kepala seperti halnya peluru menembus otak.
2. Tertutup 
Dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan edema serebral yang luas  bisa diakibatkan
karena adanya benturan. Cedera kepala tertutup terdiri dari:
a. Kontusio  serebral : Merupakan gambaran area otak yang mengalami memar, umumnya pada
permukaan dan terdiri dari area hemoragi kecil-kecil yang tersebar melalui substansi otak pada daerah
tersebut, tanda gejalanya seperti defisit neurologis vokal, edema serebral. Hal ini menimbulkan efek
peningkatan TIK.
b. Hematoma Epidural : Merupakan suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak
bagian dalam dan lapisan meningen paling luar (durameter). Hematom ini terjadi karena robekan arteri
meningeal tengah dan arteri meningeal frontal. Kasus ini biasanya berhubungan dengan fraktur tulang
tengkorak.
c. Hematoma Subdural : Merupakan akumulasi darah dibawah lapisan meningeal durameter dan
diatas lapisan araknoid yang menutupi otak. Hal ini disebabkan karena adanya robekan permukaan vena
atau pengeluaran kumpulan darah vena (sinus).
d. Hematoma intrakranial : Merupakan pengumpulan darah 25ml atau lebih dalam parenkim otak.
Dari hasil radiologi sulit dibedakan antara kontusio otak dengan perdarahan dalam substansi otak.
Biasanya terjadi pada fraktur depresi tulang tengkorak atau cedera penetrasi peluru.(Hudak & Gallo,
2010 : 225-229)
3. Cedera kepala menurut Gaslow Coma Skala
a. Cedera kepala ringan : CGS : 13-15, Tidak ada konklusi, pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan
pusing, pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
b. Cedera kepala sedang : CGS : 9-12, konkusi, amnesia pasca trauma, muntah, tanda fraktur tengkorak,
kejang.
c. Cedera kepala berat : GCS : kurang atau samadengan 8, penurunan derajat kesadaran secara progresif,
Tanda neurologist fokal. (Muttaqin, 2012: 155)

D. Tanda dan Gejala


1. Hilangnya tingkat kesadaran sementara
2. Hilangnya fungsi neurologi sementara
3. Sukar bangun
4. Sukar bicara
5. Konfusi
6. Sakit kepala berat
7. Muntah
8. Kelemahan pada salah satu sisi tubuh (Smeltzer & Bare, 2002: 2211)

E. Patofisologi Keperawatan Cedera Kepala


Trauma kepala dapat terjadi pada ekstrakranial, tulang kranial, dan intrakranial, trauma yang terjadi pada
ekstrakranial akan mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler sehingga berkibat
terjadinya perdarahan, hematoma, gangguan suplai darah, resiko infeksi dan timbulnya nyeri serta kerusakan
integritas kulit. Perdarahan dan hematoma akan mempengaruhi perubahan sirkulasi cairan serebrospinal yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial. Pada keadaan ini akan mengakibatkan girus
medialis lobus temporalis tergeser melalui tepi bawah tentorium serebri.
Kompresi pada korteks serebri batang otak mengakibatkangangguan kesadaran,   dan hilangnya reflek batuk.
Karena terjadi gangguan kesadaran maka klien megalami penumpukan sekret akibat sekret yang statik, hal ini
menyebabkan terjadinya bersihan jalan nafas inefektif. Trauma kepala yang terjadi pada tulang kranial akan
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan hal ini akan merangsang timbulnya rasa nyeri,
sedangkan trauma kepala yang terjadi pada intrakranial, akan merusak jaringan otak atau sering disebut
kontusio, atau terjadi laserasi pada jaringan otak, keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
outoregulasi, dan suplai O2 ke otak terganggu, maka terjadi edema serebral, sehingga terjadi gangguan perfusi
jaringan. Kerusakan yang terjadi juga menyebabkan rangsang simpatis meningkat, sehingga tahanan vasikuler,
TD, tekanan hidrostatik meningkat. Sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh kapiler, dan menyebabkan
edema paru yang menyebabkan penurunan curah jantung dan difusi O2 di alveoli terhambat dan menyebabkan
tidak efektifnya pola nafas. Cidera kepala juga dapat menimbulkan stres bagi klien. Hal ini direspon juga oleh
saraf otonom untuk meningkatkan sekresi hormon. seperti katekolamin yang menyebabkan asam lambung
meningkat dan membuat mual, muntah, dan anoreksia. Hal ini menyebabkan resiko pemenuhan nutrisi tidak
sesuai kebutuhan. Dari uraian di atas dapat dilihat pada skema 2.2 di bawah ini:

F. Komplikasi Cedera Kepala


1. Kebocoran cairan spinal : disebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan biasanya terjadi pada pasien dengan
cedera kepala tertutup.
2. Fistel karotis-karvenosus yang ditandai oleh trias gejala eksotalmus kemosis dan bruit orbita, dapat timbul
segera atau beberapa hari setelah cedera.
3. Kejang pasca trauma.(Smeltzer & Bare, 2002: 2215)

G. Pemeriksaan/Diagnostik
1. CT Scan ( Computerized Tomograhy Scanner )Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,
ventrikuler dan perubahan jaringan otak. 
2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) : Digunakan sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras radio aktif
3. Serebral Angiography : Menunjukkan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4. EEG ( Electroencephalograph ) : Untuk memperlihatkan keadaan atau berkembangnya gelombang patologis
5. Sinar-X : Mendeteksi perubuhan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema),
fragmen tulang.
6. BAER ( Brainstem Auditory Evoked Response ) : Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
7. PET ( Positron Emission Tomography ): Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
8. CSS ( Cairan Serebro Spinal ) : Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarakhnoid.
9. Elektrolit darah : Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK
10. Rontgen thorax dua arah (PA/AP dan lateral) : Rontgen thorax menyatakan akumulasi udara atau cairan pada
area pleural
11. Thoraxsentesis menyatakan darah atau cairan
12. Analisa Gas Darah (AGD) : Analias Gas Darah (AGD) adalah salah satu test diagnostik untuk menentukan
status respirasi. Status respirasi yang dapat diigambarkan melalui pemerksaan AGD ini adalah status
oksigenasi dan status asam basah.(Muttaqin, 2008 : 161)

H. Penatalaksanaan 
1. Riwayaat kesehatan .
a. Tinggikan kepala 300.
b. Istirahatkan klien (tirah baring).
2. Penatalaksanaan medis :
a. Memepertahankan A,B,C (Airway, Breathing, Cirkulation).
b. Menilai status neurologis (Disability dan exposure).
3. Penatalaksanaan konservatif  meliputi :
a. Bedrest total.
b. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran).
c. Pemberian obat-obatan:
 Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringanya trauma.

 Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.

 Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu: manitol 20%, atau glukosa 40%, atau gliserol
10%.

 Antibiotika yang mengandung barier darah otak (Penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazol.
4. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa hanya cairan
infus dextrose 5%, Aminofusin, Aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan).
5. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapatkan klien mengalami penurunan kesadarandan
cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit.
6. Observasi status neurologis. 
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2214-2216).
ASUHAN KEPERAWATAN
ICU

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Data

Nama : An. I
Umur : 13 tah un
Jenis K elamin : L aki-laki
Pendidikan : S LTP
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : J awa/Indonesia
Agama : Isl am
Alamat/no telepon : Pucung Kidul RT 08/09 Kroya
Diagnosa Medis : CKS Post Op. Craniotomy a/i EDH
 No CM : 073043
Tanggal masuk : 25 Juli 2009 pukul 13.52 WIB

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. K 
Umur :39
Suku b angsa : J awa/Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan : w iraswasta
Alamat/no telepon : Pucung Kidul RT 08/09 Kroya
Hub. d engan k lien : A yah

3. Keluhan Utama
Kondisi pasien secara umum: Sopor.

4. Riwayat Klien

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dari rujukan RS Siaga Medika post kecelakaan terjatuh dari pohon kelapa
setinggi 3meter pada tanggal 24 Juli 2009 pukul 16.00 WIB, sampai IGD kesadaran belum
penuh dan sempat muntah. Terdapat hematom di daerah belakang kepala (occipital) sebesar ± 3
cm.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Pasien mengatakan, pasien dari dulu jarang sekali sakit paling hanya sakit
pusing, batuk dan pilek biasa.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada yang sakit sampai mondok dirumah sakit hingga beberapa
hari. Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan.
d. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang siswa SLTP.

e. Riwayat Geografi

Pasien beserta keluarga tinggal di daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya bekerja
sebagai petani, pedagang dan wiraswasta.

f. Riwayat Alergi

Keluarga pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami alergi terhadap makanan, obat-obatan,
debu/udara, bahan atau benda logam lainnya.

g. Riwayat Sosial

Pasien selama perawatan tetap diam, paling mengikuti apa yang dilakukan perawat dan tim
medis lainnya. Hubungan dengan perawat atau tim medis yang lain terjalin baik.
h. Kebiasaan Merokok 
Keluarga pasien mengatakan pasien bukan seorang perokok.

5. Pemeriksaan Fisik 

a. Keadaan umum : Lemah

b. Sistem Tubuh :
 Breath (Pernafasan)

- Tidak ada retraksi dinding dada


- Bentuk dada simetris
- Tidak ada cuping hidung

- Suara nafas :vesikuler di semua lapang paru

- Suara/hembusan nafas dari hidung (+)

- Terpasang endotrakheal 10 liter/menit

- RR = 17 x/menit

- Saturasi O2 : 100%

 Blood (Kardiovaskuler)

- Tekanan Darah : 135/82mmHg

- HR = 135 x/menit

 Brain (Persyarafan)

- Kesadaran : Sopor 

- GCS : E1M2VET

- Terdapat luka bekas operasi craniotomy di daerah kepala

- Ada kejang

- Reflek Patologis (-) , Reflek Fisiologis (+)

 Bladder (Perkemihan)

- Terpasang DC Produktif 

- Jumlah cairan 500 cc/24 jam

 Bowel (Pencernaan)

- Terpasang NGT

- Bising usus (+) 23 x/menit

- BAB 1x/hari konsistensi lembek 

- Mual (-)

- Muntah (–)

- Ascites (–) Hepatomegali (–)

- Mukosa bibir kering


 Bone (Muskuloskeletal)

- Tidak terdapat fraktur, nyeri sendi dan tidak terjadi kiposis,


lordosis maupun skoliosis
- Turgor kulit baik 

- Akral hangat

- Terpasang IVFD NaCl 500 ml pada tangan kanan

- Terpasang IVFD RL 500 ml pada kaki

- Terpasang syring pump dobutamin 10 mq/kg BB/menit

 Sosial
Selama dirawat di ruang ICU hubungan pasien dengan perawat, dengan tenaga ahli yang
lain terjalin baik.

 Spiritual
Pasien beragama islam

6. Hasil Uji Diagnosis


a. Radiologi
Dilakukan pemeriksaan CT Scan pada tanggal 26 Juli 2019, terlihat
adanya perdarahan didaerah epidural
b. Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


28 juli 2019 Elektrolit :
Natrium 140 mmol/1 137-145 mmol/1
kalsium 3,7 mmol/1 3,5-5,1 mmol/1
Klorida 110 mmol/1 98-107 mmol/1
kalsium 8,5 mg/dl 8,6/10,4 mg/dl
Hb 10,1 g/dl L 14-18 g/dl
Leukosit 14.000/UI 5.000-10.000/UI

28 JULI AGD :
2019 Ph 7,41 7,35-7,45
Po2 392,4 83-108
Pco2 43,3 35-45
Hco3 27,3 21-28
Total co2 plasma 28,5 21-30
Base excess (beb) 3,3 -2-(+3)
Hco3 standar 27,4 21-28
O2 saturasi 99,8 95-98

7. Program terapi

Tanggal Therapi Dosis


27 juli 2019 Cheftriaxone 1x2 gr
Ranitidin 2x1 amp
Brainact 2x1 amp
Vit c 2x200 mg
Vit k 2x1 amp
Kaltrofen supp 3x1
Ditranex 2x500 mg
Mersibion 2x500 mg
Dycinone 2x250 mg
Manitol 4x75 cc

28 juli 2019 Cheftriaxone 1x2 gr


Ranitidin 2x1 amp
Brainact 2x1 amp
Vit c 2x200 mg
Vit k 2x1 amp
Kaltrofen supp 3x1
Ditranex 2x500 mg
Mersibion 2x500 mg
Dycinone 2x250 mg
Manitol 4x75 cc

29 juli 2019 Cheftriaxone 1x2 gr


Ranitidin 2x1 amp
Brainact 2x1 amp
Vit c 2x200 mg
Vit k 2x1 amp
Kaltrofen supp 3x1
Ditranex 2x500 mg
Mersibion 2x500 mg
Dycinone 2x250 mg
Manitol 4x75 cc

30 juli 2019 Cheftriaxone 1x2 gr


Ranitidin 2x1 amp
Brainact 2x1 amp
Vit c 2x200 mg
Kaltrofen supp 3x1
Mersibion 2x500 mg
Manitol 4x75 cc
Dobutamin 10 mg/kg BB/menit

B. Analisa Data
No Data Penyebab Etiologi
1 DS : - Resiko perfusi serebral tidak Cedera kepala
DO : efektif
 Hemoglobin 10,1 g/dl
 Td : 135/82 mmHg
 HR : 135 x/menit
 RR : 17 x/menit

2 DS : - Resiko cedera Perubahan fungsi kognitif


DO :
 Kejang selama 5 menit
 Td : 135/82 mmHg
 Hr : 135 x/menit
Rr : 17 x/menit

3 DS : - Resiko infeksi Efek prosedur invasif


DO :
 Leukosit 14.800/UI
 Terpasang endotrakheal 10
lt/menit
 Terpasang dc produktif
 Terpasang ngt
 Terdapat luka bekas operasi
craniotomy di daerah kepala
 Terpasang syring pump
dobutamin 10 mg/kg bb/menit
 Terpasang ivfd nacl 500 ml pada
tangan kanan
 Terpasang ivfd rl 500 ml pada
kaki

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala
2. Resiko cedera ditandai dengan perubahan fungsi kognitif
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

D. Intervensi Keperawatan

No Kriteria Hasil Rencana Tindakan


1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Tekanan Intrakranial
perfusi serebral diharapkan dengan kriteria a. Monitor tekanan darah
hasil b. Monitor ireguleritas irama nafas
awal akhir c. Monitor penuunan tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran 2 4 d. Monitor perlambatan atau
Tekanan intra kranial 2 4
Sakit kepala 2 4 ketidaksimetrisan respon pupil
e. Monitor tekanan perfusi serebral
f. Pertahankan posisi kepala dan leher netral

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Kejang


kontrol kejang diharapkan dengan kriteria a. Monitor terjadinya kejang berulang
hasil b. Monitor karakteristik kejang
awal akhir c. Monitor status neurologis
Kemampuan 3 5 d. Monitor tanda-tanda vital
mengidentifikasi faktor e. Pertahankan kepatenan jalan nafas
resiko/pemicu kejang f. Longgarkan pakaian, terutama di bagian
Melaporkn frekuensi 3 5
leher
kejang
g. Catat durasi kejang
h. Kolaborasi pemberia antikonvulsan

3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Penceghan Infeksi


tingkat infeksi diharapkan dengan kriteria a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
hasil sistemik
awal akhir b. Kolaborasi pemberian imunisasi
Demam 3 5

E. Implementasi Keperawatan

No Tindakan Respon Pasien Ttd


1 a. Memonitor tekanan darah - KU lemah, GCS: E1 M 2 Vet
b. Memonitor ireguleritas irama nafas - TD : 135/82 mmhg, MAP 108
c. Memonitor penuunan tingkat mmhg
kesadaran - HR : 82 x/menit
d. Memonitor perlambatan atau - SPO2 : 100%
ketidaksimetrisan respon pupil - RR : 16 x/menit
e. Memonitor tekanan perfusi serebral
- Suara paru : vesikuler
f. Mempertahankan posisi kepala dan
- Pasien merasa nyaman
leher netral
- Mulut bersih dan tidak terdapat
g. Memonitor terjadinya kejang berulang
sekret pada daerah disekitar ET
h. Memonitor karakteristik kejang
- Suhu 37,4°C, tidak terdapat sianosis,
i. Melonggarkan pakaian, terutama di
tidak terdapat kemerahan pada kulit
bagian leher
dan tidak terdapat tromboplebitis
j. Mencatat durasi kejang
- Selama kejang aman

2 a. Memonitor tekanan darah - Injeksi ceftriaxone 1x2g masuk dan


b. Memonitor ireguleritas irama nafas kaltrofen supp masuk
a. Memonitor penurunan tingkat - KU lemah, GCS : E1 M1 Et
kesadaran - TD : 108/62 mmHg, MAP 76
b. Memonitor status neurologis mmHg
c. Memonitor tanda-tanda vital - HR : 82 X/MENIT
d. Mepertahankan kepatenan jalan nafas - SPO2 : 100%
e. Memberikan injeksi sesuai terapi : Vit
- RR : 16 x/menit
C 2X200mg, ditranex 2x500mg, vit K
- Mulut bersih dan tidak terdapat
2x1 aml, brain act 2x1 aml, dicynone
sekret pada daerah disekitar mulut
2x250mg
- Injeksi : Vit C 2X200mg, ditranex
f. Memberikan manitor 75 cc
2x500mg, vit K 2x1 aml, brain act
2x1 aml, dicynone 2x250mg masuk
melalui IV
- Pasien merasa nyaman
- Urin output 800 cc
- Suhu 38°C, tidak terdapat sianosis,
tidak terdapat kemerahan pada kulit,
dan tidak terdapat tromboplebitis
- Manitol 75 cc masuk

3 c. Memonitor tekanan darah - KU lemah, GCS : E1 M1 Vt


d. Memonitor ireguleritas irama nafas - Td : 118/78 mmHg, MAP 87 mmHg
e. Memonitor penuunan tingkat - HR : 144 X/MENIT
kesadaran - SPO2 : 84%
f. Memonitor perlambatan atau - RR : 30 X/MENIT
ketidaksimetrisan respon pupil
- Mulut bersih dan ridak terdapat
g. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
sekret pada daerah disekitar mulut
dan sistemik
- tidak terdapat tromboplebitis
h. Memberikan injeksi kaltrofen 1x500
- pasien merasa nyaman
mg
- injeksi : mersibion 1x500mg masuk
i. Memberikan kaltrofen supp
melalui iv
- kaltrofen supp masuk
- urin output 500cc
- suhu 38,6°C tidak tidak terdapat
sianosis, tidak terdapat kemerahan
pada kulit

F. Evaluasi

No Evaluasi Ttd
1 S:-
O:
- TD : 132/66 mmHg
- HR : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- SPO2 : 100%
- Terapi : masuk
- Urin output : 500 cc
A:
Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan harapan
P : lanjutkan intervensi
- Perfusi serebral
- Manajemen kejang
2 S:-
O:
- TD : 115/72 mmHg
- HR : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- SPO2 : 97%
- Suhu : 38°C
- Urin output : 800 cc

A:
Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan harapan

P : lanjutkan intervensi
- Perfusi serebral
- Manajemen safety
3 S:-
O:
- TD : 118/78 mmHg
- HR : 144 x/menit
- RR : 30 x/menit
- SPO2 : 100%
- Suhu : 37,9°C
- Urin output : 800 cc

A:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

P : lanjutkan intervensi
- Kontrol infeksi
- Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan
harapan
Hasil Uji Diagnosis
Radiologi
Dilakukan pemeriksaan CT Scan pada tanggal 26 Juli 2009, terlihat adanya
perdarahan didaerah epidural
Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai N


ormal 28-07-2009
 Elektrolit : 140 mmol/l 3,7 137-
mmol/l 110 145
 Natrium
mmol/l 8,5 mmol/l
Kalium
mg/dl 10.1 g/dl 3,5-5,1
Klorida
14.800/UI mmol/l
Kalsium Hb
98-107
Leukosit
mmol/l
28-07-2009 AGD:
7,41 8,6-
PH PO2
392,4 10,4
PCO2
43,3 mg/dl L
HCO3
14-18
27,3
total
g/dl
 plasma 28,5
5.000-
Base excess 10.000/
3,3
HCO3 standar O2 UI
saturasi
27,4
99,8
7,35-7,45
83-108
35-45
21-28
21-30

-2-(+3)

21-28
95-98
Program Terapi

Tanggal Therapi Dosis


27-07-2009 Ceftriaxon 1x2 gr 
Ranitidin 2x1 Amp
Brainact 2x1 Amp
Vit C 2x200
mg
Vit K  2x1 Amp
Kaltrofen supp 3x1
Ditranex 2x500mg
Mersibion 2x500mg
Dycinone 2x250mg
Manitol 4x75cc
2 Ceftriax 1
8 on x
- Ranitidi 2
0 n
7 Brainact g
- Vit C r 
2 Vit 2
0 K Kaltrofen x
0 supp 1
9 Ditranex
Mersibion A
Dycinone m
Manitol p

2
x
1

A
m
p

2
x
2
0
0

m
g

2
x
1

A
m m x
p g 2
5
3 2 0
x x m
1 5 g
0
2 0 4
x m x
5 g 7
0 5
0 2 c
c

29-07-2009 Ceftriaxon 1x2 gr 


Ranitidin 2x1 Amp
Brainact 2x1 Amp
Vit C 2x200
Vit K  mg 2x1
Kaltrofen supp Amp 3x1
Ditranex 2x500mg
Mersibion 2x500mg
Dycinone 2x250mg
Manito 4x75cc
30-07-2009 Ceftriaxon 1x2
Ranitidin gr 2x1
Brainact Amp
Vit C 2x1 Amp
Kaltrofen supp 2x200
Mersibion mg 3x1
Manito 2x500mg
Dobutamin 4x75cc
10
mq/kg
BB/menit
G. ANALISA DATA

no Data masalah Etiologi

Ds :

Anda mungkin juga menyukai