CIDERA KEPALA
A. Pengertian
1. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, dan otak.
(Muttaqin, 2012 : 150)
2. Cedera kepala adalah sustu keadaan kehilangan fungsi neurologis sementara dan tanpa kerusakan struktur.
(Battiscaca, 2008 : 97)
3. Cidera kepala adalah satu diantara kebanyakan bahaya yang menimbulkan kematian pada manusia. (Hudak
& Gallo, 2010 : 225)
4. Dari pengertian diatas cedera kepala adalah cedera karena tekanan yang menyebabkan hilangnya fungsi
neurologi sementara atau menurunnya kesadaran sementara, yang dapat menimbulkan gejala seperti pusing,
nyeri kepala, tanpa adanya kerusakan lainnya.
B. Etiologi
1. Trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak
2. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-
deselerasi)(Standar Asuhan Keperawatan Ruang Saraf, 2009: 1)
G. Pemeriksaan/Diagnostik
1. CT Scan ( Computerized Tomograhy Scanner )Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan,
ventrikuler dan perubahan jaringan otak.
2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) : Digunakan sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras radio aktif
3. Serebral Angiography : Menunjukkan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4. EEG ( Electroencephalograph ) : Untuk memperlihatkan keadaan atau berkembangnya gelombang patologis
5. Sinar-X : Mendeteksi perubuhan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema),
fragmen tulang.
6. BAER ( Brainstem Auditory Evoked Response ) : Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
7. PET ( Positron Emission Tomography ): Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
8. CSS ( Cairan Serebro Spinal ) : Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarakhnoid.
9. Elektrolit darah : Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK
10. Rontgen thorax dua arah (PA/AP dan lateral) : Rontgen thorax menyatakan akumulasi udara atau cairan pada
area pleural
11. Thoraxsentesis menyatakan darah atau cairan
12. Analisa Gas Darah (AGD) : Analias Gas Darah (AGD) adalah salah satu test diagnostik untuk menentukan
status respirasi. Status respirasi yang dapat diigambarkan melalui pemerksaan AGD ini adalah status
oksigenasi dan status asam basah.(Muttaqin, 2008 : 161)
H. Penatalaksanaan
1. Riwayaat kesehatan .
a. Tinggikan kepala 300.
b. Istirahatkan klien (tirah baring).
2. Penatalaksanaan medis :
a. Memepertahankan A,B,C (Airway, Breathing, Cirkulation).
b. Menilai status neurologis (Disability dan exposure).
3. Penatalaksanaan konservatif meliputi :
a. Bedrest total.
b. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran).
c. Pemberian obat-obatan:
Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat
ringanya trauma.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu: manitol 20%, atau glukosa 40%, atau gliserol
10%.
Antibiotika yang mengandung barier darah otak (Penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan
metronidazol.
4. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa hanya cairan
infus dextrose 5%, Aminofusin, Aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan).
5. Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapatkan klien mengalami penurunan kesadarandan
cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit.
6. Observasi status neurologis.
(Smeltzer & Bare, 2002 : 2214-2216).
ASUHAN KEPERAWATAN
ICU
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Data
Nama : An. I
Umur : 13 tah un
Jenis K elamin : L aki-laki
Pendidikan : S LTP
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : J awa/Indonesia
Agama : Isl am
Alamat/no telepon : Pucung Kidul RT 08/09 Kroya
Diagnosa Medis : CKS Post Op. Craniotomy a/i EDH
No CM : 073043
Tanggal masuk : 25 Juli 2009 pukul 13.52 WIB
3. Keluhan Utama
Kondisi pasien secara umum: Sopor.
4. Riwayat Klien
Pasien datang dari rujukan RS Siaga Medika post kecelakaan terjatuh dari pohon kelapa
setinggi 3meter pada tanggal 24 Juli 2009 pukul 16.00 WIB, sampai IGD kesadaran belum
penuh dan sempat muntah. Terdapat hematom di daerah belakang kepala (occipital) sebesar ± 3
cm.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Pasien mengatakan, pasien dari dulu jarang sekali sakit paling hanya sakit
pusing, batuk dan pilek biasa.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada yang sakit sampai mondok dirumah sakit hingga beberapa
hari. Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan.
d. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah seorang siswa SLTP.
e. Riwayat Geografi
Pasien beserta keluarga tinggal di daerah pedesaan yang mayoritas penduduknya bekerja
sebagai petani, pedagang dan wiraswasta.
f. Riwayat Alergi
Keluarga pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami alergi terhadap makanan, obat-obatan,
debu/udara, bahan atau benda logam lainnya.
g. Riwayat Sosial
Pasien selama perawatan tetap diam, paling mengikuti apa yang dilakukan perawat dan tim
medis lainnya. Hubungan dengan perawat atau tim medis yang lain terjalin baik.
h. Kebiasaan Merokok
Keluarga pasien mengatakan pasien bukan seorang perokok.
5. Pemeriksaan Fisik
b. Sistem Tubuh :
Breath (Pernafasan)
- RR = 17 x/menit
- Saturasi O2 : 100%
Blood (Kardiovaskuler)
- HR = 135 x/menit
Brain (Persyarafan)
- Kesadaran : Sopor
- GCS : E1M2VET
- Ada kejang
Bladder (Perkemihan)
- Terpasang DC Produktif
Bowel (Pencernaan)
- Terpasang NGT
- Mual (-)
- Muntah (–)
- Akral hangat
Sosial
Selama dirawat di ruang ICU hubungan pasien dengan perawat, dengan tenaga ahli yang
lain terjalin baik.
Spiritual
Pasien beragama islam
28 JULI AGD :
2019 Ph 7,41 7,35-7,45
Po2 392,4 83-108
Pco2 43,3 35-45
Hco3 27,3 21-28
Total co2 plasma 28,5 21-30
Base excess (beb) 3,3 -2-(+3)
Hco3 standar 27,4 21-28
O2 saturasi 99,8 95-98
7. Program terapi
B. Analisa Data
No Data Penyebab Etiologi
1 DS : - Resiko perfusi serebral tidak Cedera kepala
DO : efektif
Hemoglobin 10,1 g/dl
Td : 135/82 mmHg
HR : 135 x/menit
RR : 17 x/menit
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala
2. Resiko cedera ditandai dengan perubahan fungsi kognitif
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi
No Evaluasi Ttd
1 S:-
O:
- TD : 132/66 mmHg
- HR : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- SPO2 : 100%
- Terapi : masuk
- Urin output : 500 cc
A:
Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan harapan
P : lanjutkan intervensi
- Perfusi serebral
- Manajemen kejang
2 S:-
O:
- TD : 115/72 mmHg
- HR : 83 x/menit
- RR : 23 x/menit
- SPO2 : 97%
- Suhu : 38°C
- Urin output : 800 cc
A:
Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan harapan
P : lanjutkan intervensi
- Perfusi serebral
- Manajemen safety
3 S:-
O:
- TD : 118/78 mmHg
- HR : 144 x/menit
- RR : 30 x/menit
- SPO2 : 100%
- Suhu : 37,9°C
- Urin output : 800 cc
A:
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
P : lanjutkan intervensi
- Kontrol infeksi
- Tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata dalam rentan
harapan
Hasil Uji Diagnosis
Radiologi
Dilakukan pemeriksaan CT Scan pada tanggal 26 Juli 2009, terlihat adanya
perdarahan didaerah epidural
Laboratorium
-2-(+3)
21-28
95-98
Program Terapi
2
x
1
A
m
p
2
x
2
0
0
m
g
2
x
1
A
m m x
p g 2
5
3 2 0
x x m
1 5 g
0
2 0 4
x m x
5 g 7
0 5
0 2 c
c
Ds :