Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PASIEN

DM SEBAGAI COMORBID COVID19 DI WILAYAH


PUSKESMAS RAWAT INAP SEDINGINAN
KECAMATAN TANAH PUTIH
KABUPTEN ROKAN
HILIR

PROPOSAL

SYAMSUL SAHLENDRA
NIM: 19312064

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat


yang telah dilimpahkannya peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan
proposal ini, yang diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan STIKes Payung Negeri dengan
judul “Gambaran Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai Comorbid Covid19 Di
Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupten
Rokan Hilir”.
Dalam penyelesaian menyelesaikan proposal ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Dr. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku ketua STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Eka Malfasari,M.Kep.Sp.Kep,J selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.
4. Bapak dan ibu dosen serta staf tata usaha STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
5. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta
Ayahanda dan Ibunda karena selalu memberikan dukungan, motivasi dan
doa yang tiada henti.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi rekan selama di STIKes
Payung Negeri, khususnya teman-teman kelas serta sahabat- sahabat
saya yang selalu menghiasi perjalanan peneliti setiap langkah.
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada
penulis, Amin ya rabbal ‘alamin. Harapan penulis semoga pembaca dapat
memberikan kritikan yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya
proposal ini.
Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Januari 2021


penulis

Syamsul Sahlendra
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI...........................................................................................................viii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................3

C. Tujuan Penelitian................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

A. TINJAUAN TEORITIS...................................................................................6

1. Konsep Komorbid............................................................................................6

a. Pengertian Komorbid...................................................................................6

2. Konsep Covid19...............................................................................................7

a. Pengertian Covid19.....................................................................................7

b. Pencegahan Covid19...................................................................................9

3. Diabetes Militus ..............................................................................................9

a. Definisi........................................................................................................9

b. Klasifikasi Diabetes Militus........................................................................9

c. Gejala Diabetes Militus...............................................................................10

d. Faktor Risiko Diabetes Militus....................................................................11

e. Komplikasi Diabetes Militus.......................................................................11

4. Kecemasan ......................................................................................................13

a. Definisi........................................................................................................13
b. Faktor Penyebab Kecemasan Pasien Diabetes Militus................................13

c. Penilaian Kecemasan...................................................................................15

4. Kecemasan ......................................................................................................19

a. Definisi........................................................................................................19

b. Tingkat pengetahuan...................................................................................20

c. Sumber pengetahuan....................................................................................22

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.........................................24

B. Penelitian Terkait.............................................................................................25

C. Kerangka Konsep.............................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................28

A. Jenis dan desain penelitian.................................................................................28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................28

C. Populasi dan Sampel..........................................................................................29

D. Instrumen penelitian...........................................................................................30

E. Defenisi Operasional..........................................................................................31

F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................................32

G. Etika Penelitian..................................................................................................34

H. Analisa Data.......................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan metabolisme yang bersifat
menahun, berhubungan dengan suatu sistem dalam tubuh, akibat berbagai
faktor, yang ditandai dengan adanya jumlah kadar gula darah yang berlebihan
(hiperglikemia) dan jumlah kadar lemak yang berlebihan (hiperlipidemia),
akibat kurangnya sekresi insulin, atau ketidak efektifan kerja insulin yang
disekresi oleh pankreas (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2014). DM menjadi
induk dari berbagai penyakit, sehingga pasien DM akan mengalami dampak
fisik maupun dampak psikologis. Hal tersebut akan mempengaruhi motivasi
pasien DM untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Prevalensi DM dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Data yang diperoleh dari World Health
Organization (WHO), terdapat 422 juta pasien DM di dunia (WHO, 2016).
Prevalensi DM di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Daerah
(Riskesdas) terus mengalami kenaikan yaitu dari 1,1% pada tahun 2007
menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Pasien dengan Diabetes Melitus adalah pasien yang mempunyai resiko
tinggi terkena COVID 19, atau lebih sering di sebut pasien covid 19 dengan
komorbid. Komorbiditas yaitu terdapatnya dua atau lebih penyakit yang
terdiagnosis medis secara bersamaan pada individu yang sama, dengan
masing-masing diagnosis penyakit yang berkontribusi didasarkan pada kriteria
yang telah ditetapkan dan dikenal luas, (Susilo,dkk, 2019). Komorbiditas
memiliki efek negatif pada status kesehatan juga fungsi fisik dan kognitif
yang melampaui jumlah efek penyakit tunggal (Susilo,dkk, 2019). Dengan
penuaan, keberadaan komorbiditas meningkat nyata, karena frekuensi

1
penyakit kronis yang dalam hal ini salah satunya adalah penyakit Diabetes
Melitus pada individu meningkat sebanding dengan bertambanhnya usia.
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Diabetes militus (DM) merupakan salah satu factor risiko
meningkatnya keparahan infeksi covid19, diabetes yang berusia lebih tua (>60
tahun),kadar gula darah tidak terkontrol, dan adanya komplikasi diabetes
dikaitkan dengan prognosis COVID19 yang buruk. Di china, persentase
tingkat kematian pada pasien diabetsi terdiagnosa covid-19 ternyata 7,3%,
diitaly, kematian pada pasien covid-19 ternyata 36% berkaitan dengan
diabetes militus..Laporan dari philiphine – Departerment Of Health (DOH)
menunjukan bahwa diabetes dan hipertensi merupakan komorbid terbanyak
pada kematian pasien covid-19 di Filiphin.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Desember
2020, pada pasien DM yang tergabung dalam Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis) Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan
Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir terdapat 30 Pasien DM. Rata–rata pasien
DM dalam Prolanis tersebut adalah perempuan. Hasil wawancara yang telah
dilakukan didapatkan bahwa 5 dari 5 pasien DM tidak melakukan kontrol
kadar gula darah secara rutin karena terkendala biaya, dan tidak ada anggota
keluarga yang mengantar. Mereka mengalami beberapa perubahan seperti
perubahan selera makan, sering merasa letih, sering merasa mengantuk,
mengalami gangguan tidur, merasa sedih, merasa tidak berdaya, cemas, dan
merasa takut apabila penyakitnya akan bertambah parah dapat menimbulkan
penyakit yang lain seperti Coronavirus, dan pasien DM sebagai komorbid
2
covid 19 juga mengungkapkan ketidak tahuan tentang covid19, yang
membuat mereka merasa cemas.
Melihat pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti ”
Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai
Comorbid Covid19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir”.

B. Rumusan Masalah
DM menjadi induk dari berbagai penyakit, sehingga pasien DM akan
mengalami dampak fisik maupun dampak psikologis. Hal tersebut akan
mempengaruhi motivasi pasien DM untuk mempertahankan kualitas
hidupnya. Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data yang
diperoleh dari World Health Organization (WHO), terdapat 422 juta pasien
DM di dunia (WHO, 2016). Komorbiditas yaitu terdapatnya dua atau lebih
penyakit yang terdiagnosis medis secara bersamaan pada individu yang sama,
dengan masingmasing diagnosis penyakit yang berkontribusi didasarkan pada
kriteria yang telah ditetapkan dan dikenal luas, (Susilo,dkk, 2011).
Komorbiditas memiliki efek negatif pada status kesehatan juga fungsi fisik
dan kognitif yang melampaui jumlah efek penyakit tunggal (Susilo,dkk,
2011). Berdasarkan latar belakang diatas peniliti ingin mengetahui Hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Desember 2020, pada pasien
DM yang tergabung dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
Kabupten Rokan Hilir terdapat 24 Pasien DM. Rata–rata pasien DM dalam
Prolanis tersebut adalah perempuan. Hasil wawancara yang telah dilakukan
didapatkan bahwa 5 dari 5 pasien DM tidak melakukan kontrol kadar gula
darah secara rutin karena terkendala biaya, dan tidak ada anggota keluarga
yang mengantar. Mereka mengalami beberapa perubahan akibat dari

3
kecemasan sebagai comorbid covid19 seperti perubahan selera makan, sering
merasa letih, sering merasa mengantuk, mengalami gangguan tidur, merasa
sedih, merasa tidak berdaya, cemas, dan merasa takut apabila penyakitnya
akan bertambah parah dapat menimbulkan penyakit yang lain seperti
Coronavirus
Melihat pemaparan diatas penulis merasa tertarik untuk meneliti ”
Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai
Comorbid Covid19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Pada Pasien
DM Sebagai Comorbid Covid19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Karakteristik Pasien DM Sebagai Comorbid
Covid19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan
Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir
b. Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan Pasien DM tentang
COVID 19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir.
c. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Pada
Pasien DM Sebagai Comorbid Covid19 Di Wilayah Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupten Rokan
Hilir

D. Manfaat Penelitian

4
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian yang akan datang serta dapat menambah wawasan dalam bidang
ilmu keperawatan.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa
tentang Gambaran Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai Comorbid
Covid19 Di Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan
Tanah Putih Kabupten Rokan Hilir.

3. Bagi Penelitian selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat untuk mengembangkan
penelitian lebih lanju dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan teknik
yang lebih baik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Komorbid
a.Pengertian Komorbid
Komorbiditas yaitu terdapatnya dua atau lebih penyakit yang terdiagnosis
medis secara bersamaan pada individu yang sama, dengan masingmasing
diagnosis penyakit yang berkontribusi didasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan dan dikenal luas. (Susilo,dkk, 2019). Komorbiditas memiliki
efek negatif pada status kesehatan juga fungsi fisik dan kognitif yang
melampaui jumlah efek penyakit tunggal.21 Dengan penuaan, keberadaan
komorbiditas meningkat nyata, karena frekuensi penyakit kronis pada
individu meningkat sebanding dengan bertambahnya usia. (Susilo,dkk,
2019). Untuk menegakkan risiko disabilitas, untuk memperkirakan
prognosis, dan untuk menetapkan alternatif pengobatan pada pasien tua
dengan penyakit tertentu, informasi mengenai komorbiditas sangat penting.
Salah satu skala pengukuran komorbiditas yaitu Charlson Comorbidity
Index (CCI). CCI adalah suatu sistem skoring yang memasukkan penyakit-
penyakit ke dalam bobot tertentu berdasarkan beratnya suatu penyakit.
Charlson et al mendefinisikan beberapa kondisi klinis melalui tinjauan
grafik rumah sakit dan dinilai relevansinya untuk memperkirakan kematian
dalam 1 tahun. Sebuah skor berbobot diberikan untuk masing-masing 17
komorbiditas, berdasarkan risiko relatif kematian dalam 1 tahun. Akibatnya,
jumlah nilai indeks adalah sebagai indikator beban penyakit, dan perkiraan
yang kuat untuk kematian.Bobot masing-masing diagnosis penyakit
menurut CCI akan disajikan dalam tabel

6
Tabel 2.1
Charlson Comorbidity Index (Susilo,dkk, 2019).
Bobot penyakit Penyakit
1 Infark Miokard
Gagal Jantung Kongestif
Penyakit vaskular perifer
Cedera serebrovaskular
Demensia
Penyakit Paru Kronik
Penyakit Jaringan Ikat
Penyakit Ulkus Gastro Intestinal
Penyakit Hepar Ringan
Diabetes mellitus
2 Hemiplegi
Penyakit ginjal sedang – berat
Diabetes dengan kerusakan organ akhir
Tumor- tumor
Leukemia
Limfoma
3 Penyakit hepar sedang – berat
6 Sindrom Defisiensi Autoimmune
Tumor Solid Metastatik
Penjumlahan dari bobot penyakit komorbiditas yang dimiliki pasien
kemudian dapat digolongkan menjadi komorbiditas rendah apabila jumlah
bobotnya 1 atau 0. Apabila jumlah bobot 2 atau lebih maka dapat
dikategorikan komorbiditas tinggi.

2 Konsep Covid19

a. Pengertian covid19
Infeksi COVID-19 yang disebabkan virus corona baru merupakan suatu
pandemik baru dengan penyebaran antar manusia yang sangat cepat. Derajat
penyakit dapat bervariasi dari infeksi saluran napas atas hingga ARDS.
Diagnosis ditegakkan dengan RT-PCR, hingga saat ini belum ada terapi
antivirus khusus dan belum ditemukan vaksin untuk COVID-19. Diperlukan
pengembangan mengenai berbagai hal termasuk pencegahan di seluruh

7
dunia. Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel Corona-
virus 2019 (COVID-19) per 20 Maret 2020, definisi infeksi COVID-19 ini
diklasifikasikan sebagai berikut (World Health Organization, 2020)

1 Kasus Terduga (suspect case)


a. Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas), DAN
riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan penularan
di komunitas dari penyakit COVID-19 selama 14 hari sebelum onset
gejala
b. Pasien dengan gangguan napas akut DAN mempunyai kontak dengan
kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14 hari terakhir
sebelum onset;
c. Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas DAN
memerlukan rawat inap) DAN tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.
2. Kasus probable (probable case)
a. Kasus terduga yang hasil tes dari COVID-19 inkonklusif
b. Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena alasan
apapun.
3. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan laboratorium
infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan
tanda klinis. Kontak adalah orang yang mengalami satu dari kejadian di
bawah ini selama 2 hari sebelum dan 14 hari setelah onset gejala dari
kasus probable atau kasus terkonfirmasi.

8
b. Pencegahan Covid19
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko
hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan
tubuh melalui asupan makanan sehat, meperbanyak cuci tangan,
menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau padat, melakukan
olah raga, istirahat cukup serta makan makanan yang dimasak hingga
matang dan bila sakit segera berobat ke RS rujukan untuk dievaluasi (Liu
T,2019). Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer.
Pencegahan sekunder adalah segera menghentikan proses pertumbuhan
virus, sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan
yang penting termasuk berhenti merokok untuk mencegah kelainan
parenkim paru Pencegahan pada petugas kesehatan juga harus dilakukan
dengan cara memperhatikan penempatan pasien di ruang rawat atau ruang
intensif isolasi. Pengendalian infeksi di tempat layanan kesehatan pasien
terduga di ruang instalasi gawat darurat (IGD) isolasi serta mengatur alur
pasien masuk dan keluar. Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai
dari pintu pertama pasien termasuk triase. Pada pasien yang mungkin
mengalami infeksi COVID-19 petugas kesehatan perlu menggunakan APD
standar untuk penyakit menular. Kewaspadaan standar dilakukan rutin,
menggunakan APD termasuk masker untuk tenaga medis (N95), proteksi
mata, sarung tangan dan gaun panjang (gown) (Liu T,2019). Hingga saat ini
mortalitas mencapai 2% tetapi jumlah kasus berat mencapai 10%. Prognosis
bergantung pada derajat penyakit, ada tidaknya komorbid dan faktor usia.
3 Diabetes Militus
a. Definisi
sejak Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar
gula dalam darah akibat gangguan sekresi insulin dan penyakit kronis yang
kompleks yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes
9
melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan
kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah (American Diabetes Association, 2017a). Diabetes Melitus
adalah penyakit kronis (menahun) yang terjadi ketika pankreas (kelenjar
ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak secara
efektif menggunakan insulin. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi
di pankreas kelenjar tubuh, dan transpor glukosa dari aliran darah ke sel
tubuh dimana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau
ketidakmampuan sel untuk merespon insulin menyebabkan kadar glukosa
darah tinggi, atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas diabetes melitus
(International Diabetes Federation, 2017).
b. Klasifikasi diabetes melitus
International Diabetes Federation (2017) mengemukakan ada dua jenis
Diabetes melitus yaitu :
1) Diabetes tipe 1
2) Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun. Reaksi dimana sistem
kekebalan tubuh menyerang sel beta penghasil insulin di kelenjar
pankreas. Akibatnya tubuh menghasilkan insulin yang sangat sedikit atau
tidak menghasilkan insulin. Penyebab dari proses destruktif ini tidak
sepenuhnya dipahami tapi kombinasi genetik kerentanan dan pemicu
lingkungan seperti infeksi virus, toksin atau beberapa faktor makanan
telah dilibatkan. Penyakit ini bisa berkembang pada segala usia tapi
diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang
dengan diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin setiap hari agar
mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran yang tepat dan tanpa
insulin tidak akan bisa bertahan.
3) Diabetes tipe 2
4) Diabetes tipe 2 adalah tipe diabetes yang paling umum dalam masyarakat,
terhitung sekitar 90% dari semua kasus diabetes melitus. Pada diabetes
10
tipe 2, hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang tidak
memadai didefinisikan sebagai retensi insulin. Selama keadaan resistensi
insulin, insulin tidak efektif. Diabetes tipe 2 Paling sering terlihat pada
orang dewasa yang lebih tua, tapi memang begitu semakin terlihat pada
anak-anak, remaja dan orang dewasa muda karena meningkatnya tingkat
obesitas, ketidakaktifan fisik dan pola makan yang buruk.
c. Gejala diabetes melitus Menurut Barnard (2011) gelaja diabetes melitus
sebagai berikut :
1) Cepat lelah, kehilangan tenaga.
2) Sering buang air kecil.
3) Lapas dan haus terus menerus.
4) Kelelahan berkepanjangan.
5) Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun.
6) Imunitas tubuh rendah, daya sembuh lambat terutama jika mengalami luka
pada tangan dan kaki.
7) Mendengar bunyi berdengung serta mati rasa pada tungkai, tangan dan
jari.
8) Mengalami penurunan daya tahan tubuh saat beraktivitas.
9) Gula darah puasa >126 mg/dL pada pagi hari.
d. Faktor resiko diabetes melitus Priyoto (2015) mengemukakan faktor risiko
yang memiliki peluang sangat besar untuk diabetes melitus yaitu :
1) Riwayat keluarga Faktor keluarga atau genetik mempunyai kontribusi
yang sangat besar untuk seseorang terserang penyakit diabetes melitus.
Jika kita berasal dari keluarga menderita penyakit diabetes melitus
misalnya salah satu dari orang tua kita menderita diabetes melitus maka
anaknya kemungkinan untuk menderita lebih besar dibandingkan dari jika
dengan kita normal.
2) Obesitas (Indeks Massa Tubuh ≥ 25 kg/m2 ) Kegemukan bisa
menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi terhadap hormone
11
insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak untuk
menyerap insulin. Akibatnya organ pancreas akan dipacu untuk
memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan organ ini
menjadi kelelahan dan akhirnya rusak.
3) Usia Yang Makin Bertambah Usia diatas 40 tahun banyak organ-organ
vital melemah dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin.
Bahkan pada wanita yang sudah mengalami menopause punya
kecendrungan untuk lebih tidak peka terhadap insulin.
4) Kurangnya aktivitas fisik Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup
besar untuk seseorang mengalami kegemukan dan melemahkan kerja
organ-organ vital seperti jantung, liver, ginjal dan juga pankreas.
5) Merokok Asam rokok menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan
sifatnya sangat kompleks. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah
terserang penyakit diabetes melitus.
6) Ras/etnis Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi
untuk terserang diabetes melitus. Peningkatan pasien diabetes di wilayah
Asia jauh lebih tinggi dibanding benua lainnya. Bahkan diperkirakan lebih
dari 60% berasal dari Asia.
7) Riwayat Diabetes Gestational atau melahirkan bayi dengan berat lahir > 4
kg Pada saat hamil, placenta memproduksi hormone yang mengganggu
keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel
tubuh menjadi resisten terhadap hormone insulin. Kondisi ini biasanya
kembali normal setelah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun
demikian menjadi sangat berisiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk
kedepan mempunyai potensi diabetes melitus.
8) Stres dalam jangka waktu yang lama Kondisi setress berat bisa
mengganggu keseimbangan berbagai hormone dalam tubuh termasuk
hormone insulin. Disamping itu setres bisa memacu sel-sel tubuh bersifat
liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit kanker juga memicu
12
untuk sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resisten terhadap hormone
insulin. i. Hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg) Mengonsumsi garam
yang berlebih memicu untuk seseorang mengidap penyakit Hipertensi
yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko untuk terserang
penyakit diabetes melitus apabila tekanan darah tidak terkontrol.
e. Komplikasi diabtes melitus International Diabetes Federation (2017)
mengemukakan komplikasi diabetes melitus sebagai berikut :
1) Penyakit jantung (kardiovaskular): Diabetes melitus juga terkait dengan
tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol, yang menyebabkan
peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular seperti angina, penyakit
arteri koroner, infark miokard, stroke dan gagal jantung kongestif.
2) Penyakit mata (retinopati diabetik): terjadi secara langsung akibat
tingginya kadar glukosa darah kronis, kerusakan pada kapiler retina, yang
menyebabkan kebocoran kapiler dan penyumbatan kapiler. Selanjutnya
mengakibatkan hilangnya penglihatan dan akhirnya, kebutaan. Komplikasi
dari retinopati diabetic selain kebutaan yaitu katarak, glaucoma,
kehilangan kemampuan
4. Tingkat kecemasan
a. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kondisi tidak menyenangkan bersifat emosional
dan sangat terasa kekuatannnya, disertai sebuah sensasi fisik yang
memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat atau
akan terjadi (Muis, 2013). Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir,
gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan (Wartonah,
Tarwoto, 2010). Kecemasan adalah perasaan yang tidak mnyenangkan atau
ketakutan yang tidak jelas dan hebat terhadap sesuatu yang dialami oleh
seseoang (Nugroho, 2008). Kecemasan adalah respon emosional terhadap
penelitian

13
individu yang subjektif yang mana keadaannya dipengaruhi alam
bawah sadar dan belum diketahui pasti penyebabnya (Pieter dan Lubis,
2010). Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar
,yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak pasti dan tidak
berdaya .keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Menurut
Ann Isaacs 2011, tingkat kecemasan ada :
a.Cemas ringan:
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
seharihari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan perlu berhati-hati
dan waspada. individu terdorong untuk belajar, menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas seperti bernafas pendek, nadi
dan tekanan darah naik, sakit ringan pada lambung, muka berkerut dan
bibir bergetar, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara
efektif, tidakdapat duduk dengan tenang, dan tremor halus pada tangan.
b. Cemas sedang :
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu
lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain. Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang
menyempit, rangsangan luar tidak mampuditerima, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak enak.

c.Cemas berat :
Pada cemas berat lahan presepsi sangat sempit. Seseorang cenderung
hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.
Seseorang tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan lebih
banyak pengarahan atau tuntunan. Respon kecemasan berarti seperti
sesak nafas pendek,nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan
sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat
14
sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas cepat, dan
perasaan ancaman meningkat.
d. Panik :
Panik dicirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang
tidak terduga di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.pada
lahan panic persepsi terhadap masalah sangat sempit, seseorang akan
mengalami ketidakmampuan total untuk berfokus menginteregasi
kemampuan koping : gejala fisiologik, dan respon.
b. Faktor penyebab kecemasan pasien diabetes melitus
Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah mengidap
penyakit diabetes melitus khususnya diabetes melitus tipe 2. Menurut
(Novitasari, 2012), faktor-faktor penyebab kecemasan pada pasien diabetes
melitus tipe 2, antara lain:
a) Faktor-faktor intrinsik antara lain : usia, pengalaman menjalani
pengobatan, konsep diri dan peran.
b) Faktor-faktor ekstrinsik antara lain: kondisi medis (diagnosis penyakit),
tingkat pendidikan, akses informasi, proses adaptasi, tingkat sosial
ekonomi, jenis tindakan pengobatan, komunikasi terapiotik.
c) Gejala kecemasan pasien diabetes melitus Menurut Stuart (2014), gejala
kecemasan dapat dilihat dari tiga kategori, yaitu :
1) Respon fisiologis :
a) Kardiovaskular : jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa
mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
b) Pernafasan : nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas
dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik,
terengah-engah.
c) Neuromuskular : reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-
kedip, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kaki goyah, badan
lemah, gerakan yang janggal.
15
d) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa
tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung,
diare.
e) Traktus urinarius : tidak dapat menahan kencing dan sering
berkemih.
f) Kulit : wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan),
gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat
seluruh tubuh.
2) Respon perilaku : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara
cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari
hubungan merpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi.
3) Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir, bidang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, sangat waspada,
bingung, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cidera atau
kematian.
4) Respon efektif : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
ketakutan, gugup. Menurut Novitasari (2012), gejala kecemasan pada
pasien diabetes melitus tipe 2 antara lain :
a) Kehilangan minat dan kegembiraan
b) Mudah lelah
c) Konsentrasi dan perhatian berkurang
d) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
e) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
f) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
g) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
h) Tidur terganggu
16
i) Nafsu makan berkurang
c. Penilaian kecemasan
Penilaian kecemasan dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan langsung, mendengarkan cerita, serta mengobservasi terutama
perilaku dan verbal. Perilaku non verbal dapat digunakan sebagai tanda
bahwa seseorang mengalami kecemasan. Dalam Hawari (2016) dijelaskan
bahwa untuk menilai tingkat kecemasan digunakan suatu skala penilaian
buku yaitu Hamilton Rating Scale for anxiety (HRS-A) yang meliputi :
a. Perasaan cemas yang terdiri dari cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
b. Ketegangan, terdiri dari merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
mudah terkejut, mudah menangis, gelisah dan gemetar.
c. Ketakutan dibagi atas ketakutan pada gelap, ketakutan pada orang asing,
ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, dan
pada kerumunan banyak orang.
d. Gangguan tidur terdiri dari sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak bermimpi, mimpi
buruk dan mimpi menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan terdiri dari sukar untuk berkonsentrasi, daya ingat
menurun.
f. Perasaan depresi (murung) terdiri dari hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan berubah-
ubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik/fisik (otot) terdiri dari sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
kejutan otot, gigi menggeretak, dan suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik terdiri dari telinga berdenging, penglihatan kabur, muka
pucat, merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

17
i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) terdiri dari
takikardi denyut jantung cepat, berdebar, nyeri dada, denyut jantung
mengeras, lesu, lemas seperti mau pingsan.
j. Gejala respiratori (pernafasan) terdiri dari rasa tertekan atau sempit di
dada rasa tercekik, sering menarik nafas, dan nafas pendek atau cepat.
k. Gejala gastrointestinal (pencernaan) terdiri dari sulit menelan, perut
melilit, ganggun pencernaan, nyeri sebelum dan setelah makan, perasaan
terbakar perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar
lembek, sukar buang air besar (konstipasi), dan kehilangan berat badan.
l. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) terdiri dari sering buang air
kecil dan tidak dapat menahan air seni. Tidak datang bulan (tidak ada
haid), darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid dangat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, menjadi dingin (frigid) ejakulasi dini, dan ereksi hilang.
m. Gejala vegetatif/otonom terdiri dari mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit, dan
bulubulu berdiri.
n. Tingkah lau (sikap) pada wawancara terdiri dari gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, kening mengkerut, muka tegang, otot tegang/mengeras,
nafas pendek dan cepat, muka merah.

Dalam Hawari, (2016) pemberian skor masing-masing item tersebut


dilakukan dengan ketentuan :

- Skor 0 : bila tidak ditemukan gejala sama sekali

- Skor 1 : bila terdapat satu gejala dari pilihan yang ada

- Skor 2 : bila terdapat separuh dari gejala yang ada

- Skor 3 : bila terdapat lebih dari separuh gejala yang ada

18
- Skor 4 : bila terdapat semua gejala yang ada Setelah dilakukan skoring
terhadap masing-masing item pernyataan tersebut.

5 . Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah
melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan
mengerti. Mubarak (2011), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang
diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan
akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni,
indera pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.
Sebagian pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang dilihat, dikenal, dimengerti terhadap suatu
objek tertentu yang ditangkap melalui pancaindera yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan.
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang
telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan
tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain mampu menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya,

19
seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni
bullying verbal, fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan
misalnya : apa dampak yang ditimbulkan jika seseorang melakukan
bullying, apa saja bentuk perilaku bullying, bagaimana upaya
pencegahan bullying di sekolah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang
telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan,
menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya siswa mampu
memahami bentuk perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi
harus dapat menjelaskan mengapa perilaku bullying secara verbal, fisik
maupun psikologis dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu
materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
penyuluhan kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan dimana saja dan seterusnya. d. Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan
materi atau objek tertentu ke dalam komponen komponen yang terdapat
dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan
seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila orang tersebut
telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya,
20
dapat membedakan antara bullying dan school bullying, dapat membuat
diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
4) Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada. Misalnya, dapat meringkas suatu cerita dengan
menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan tentang artikel
yang telah dibaca atau didengar.

5) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, seorang guru
dapat menilai atau menentukan siswanya yang rajin atau tidak, seorang
ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, seorang bidan
yang membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dan sebagainya.
c. Sumber pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang harus
mengerti atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat
mengetahui pengetahuan tersebut. Menurut Rachman (2008), sumber
pengetahuan terdiri dari :
1) Pengetahuan Wahyu (Revealed Knowledge)
Pengetahuan wahyu diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan
oleh tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya

21
pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu
lebih banyak menekankan pada kepercayaan.
2) Pengetahuan Intuitif (Intuitive Knowledge)
Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada
saat dia menghayati sesuatu. Untuk memperoleh intuitif yang tinggi,
manusia harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang
konsisten terhadap suatu objek tertentu. Intuitif secara umum merupakan
metode untuk memperoleh pengetahuan tidak berdasarkan penalaran
rasio, pengalaman, dan pengamatan indera. Misalnya, pembahasan
tentang keadilan. Pengertian adil akan berbeda tergantung akal manusia
yang memahami. Adil mempunyai banyak definisi, disinilah intusi
berperan.
3) Pengetahuan Rasional (Rational Knowledge)
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap
peristiwa-peristiwa faktual. Contohnya adalah panas diukur dengan
derajat panas, berat diukur dengan timbangan dan jauh diukur dengan
materan.
4) Pengetahuan Empiris (Empirical Knowledge)
Empiris berasal dari kata Yunani “emperikos”, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui sebuah
pengalamannya sendiri. Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti
penginderaan yakni, indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan-
sentuhan indera lainnya, sehingga memiliki konsep dunia di sekitar kita.
Contohnya adalah seperti orang yang memegang besi panas, bagaimana
dia mengetahui besi itu panas ? dia mengetahui dengan indera peraba.
Berarti dia mengetahui panasnya besi itu melalui pengalaman-
pengalaman indera perabanya.
5) Pengetahuan Otoritas (Authoritative Knowledge)
22
Pengetahuan otoritas diperoleh dengan mencari jawaban pertanyaan dari
orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang tersebut.
Apa yang dikerjakan oleh orang yang kita ketahui mempunyai
wewenang, kita terima sebagai suatu kebenaran. Misalnya, seorang
siswa akan membuka kamus untuk mengetahui arti kata-kata asing,
untuk mengetahui jumlah penduduk di Indonesia maka orang akan
melihat laporan biro pusat statistik Indonesia.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
1) Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat
memahami suatu hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima
informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pengetahuannya.
2) Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan
terutama untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan
dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, seseorang yang
bekerja sebagai tenaga medis akan lebih mengerti mengenai penyakit
dan pengelolaanya daripada non tenaga medis.
3) Umur Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola
pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
23
4) Minat Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu
hal. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami
seseorang pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman
seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal
ini, pengetahuan ibu dari anak yang pernah atau bahkan sering
mengalami diare seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu dari
anak yang belum pernah mengalami diare sebelumnya.
6) Lingkungan Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu
yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya, apabila suatu
wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap menjaga kebersihan
lingkungan.
7) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya
semakin mudah memperoleh informasi semakin cepat seeorang
memperoleh pengetahuan yang baru.

B. Penelitian Terkait

1. Berdasarkan penelitian Livana,dkk (2019) dengan judul “Gambaran Tingkat


Ansietas Pasien Diabetes Mellitus Di Kabupaten Kendal” Hasil penelitian
Pasien DM sering mengalami polidipsi, hal ini merupakan salah satu respon
tubuh dalam memberikan sinyal atau perintah untuk mencukupi kebutuhan
cairan atau minum dalam jumlah yang cukup. Jika pasien DM tidak segera
mencukupi kebutuhan cairannya saat merasa kehausan, maka bibir akan terasa

24
kering. Selain itu, terdapat 91,8% pasien DM merasa takut akan terhambat
oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa dilakukan..
2. Berdasarkan penelitian Ariyani (2018) dengan judul “Tingkat Kecemasan
Pasien Diabetes Mellitus dengan luka ganggren di Ruang Inap RSUD
dr.Harjono Ponorogo” Hasil dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari
36 responden didapatkan tingkat kecemasan sedang 16 responden (44,4%),
tingkat kecemasan berat 11 responden (30,6%), tingkat kecemasan ringan 9
responden (25,0%) tentang tingkat kecemasan DM dengan luka ganggren.
3. Berdasarkan penelitian Yusiana (2018) dengan judul, “Gambaran Psikososial:
Kecemasan Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rs Dik Pusdikkes” Hasil
penelitian Hasil penelitian pada responden menunjukkan sebanyak 42,0%
mengalami tingkat kecemasan berat di rentang usia 41-60 tahun yang
sebagian berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan di jenjang
SMA. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya program pendidikan
kesehatan jiwa pada pasien Diabetes Mellitus dalam rangka meningkatkan
kemampuan dalam menghadapi penyakitnya, serta pentingnya terapi
psikoedukasi pada pasien Diabetes Mellitus.

C. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu


perngertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung, agar dapat diukur dan diamati, maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variable-variabel. Dari variable itulah konsep dapat
diamati (Notoatmodjo,2012)
Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang digunakan untuk mengabstraksiakan
unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang akan diteliti dan
menggambarkan bagaimana hubungan antar konsep-konsep tersebut. Secara

25
operasional kerangka konsep dalam penelitian didefenisikan sebagai
penjelasan tentang variable-variabel apa saja yang akan diteliti yang
diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana hubungan antara variable-
variabel tersebut dan hal yang merupakan indiktor untuk mengukur variable-
variabel tersebut (Dharma,2015).

Skema 2.1
Kerangka konsep
Gambaran Pengetahuan dan Kecemasan Pada
Pasien DM SebagaiComorbid Covid19

Pasien Diabetes
Melitus

Pengetahuan :
- Tinggi
- Rendah

Kecemasan :
- Normal
- Ringan
- Sedang
- Berat
- Sangat berat

26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis deasain penelitian ini yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam
suatu komunitas atau masyarakat (Notoadmodjo, 2012). Dengan kata
lain,penelitian deskritif dilakukan untuk mendeskripsikan sesuatu kondisi
yang terjadi di populasi saat ini. Desain penelitian ini menggambarkan
Pengetahuan dan Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai Comorbid Covid19 Di
Wilayah Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
Kabupten Rokan Hilir.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 sampai April 2021,
seperti yang dijabarkan pada tabel di bawah ini
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Kegiatan Tahun 2020/2021

27
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Persiapan
1 (Pengajuan Judul
Skripsi)
Pembuatan
2
Proposal
3 Seminar Proposal
Pelaksanaan,
4 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Penyusunan
5
Laporan skripsi
Presentasi/Semina
6 r
hasil skripsi

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari objek atau
subjek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian di tarik
kesimpulanny (Nursalam, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah
Pasien dengan penyakit Diabetes Militus di wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih berjumla 30 .
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Penelitian dapat menggunakan
seluruh objek atau hanya mengambil sebagian dari keseluruhan
populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang representatife/ mewakili
populasi (Setiadi, 2013).
3. Teknik pengambilan sampel

28
Teknik pengambilan sampel, dilakukan dengan teknik Non Random
(Non Probability) sampling, yaitu pengambilan sampel tidak berdasarkan
acak atau tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan,
tetapi berdasakan segi kepraktisan secara total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurangf
daro 100 (Notoadmodjo, 2012).

4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria
inklusi, maupun kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri
yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel, sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2012).
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien dengan Penyakit Diabetes Militus yang bersedia menjadi
responden penelitian
2) Mampu menjawab pertanyaan dengan baik
3) Pasien dengan penyakit Diabetes Militus yang di rawat di
Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih.
4) Mampu mengingat dan mengikuti arahan dengan baik
b. Kriteria Ekslusi
1) Semua Responden yang mengundurkan diri
D. Instrumen Penelitian
Menurut (Darma K.K, 2015) instrumen dalam penelitian merupakan alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

29
mengumpulkan data. Untuk variabel Kecemasan Pada Pasien DM Sebagai
Comorbid Covid19 pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Untuk kuesioner pengetahuan menggunakan skala guttman yang terdiri
dari pertanyaan, kuesioner kecemasan menggunakan kuesioner DASS 42
dengan mengambil komponen kecemasan saja yang terdiri dari 15 pertanyaan.

E. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut (Notoadmodjo, 2012) dibuat untuk
memudahkan pengumpulan data dan menghindarkan perbedaan interpretasi
serta membatasi ruang lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam
definisi operasional adalah variabel kunci atau penting yang dapat diukur serta
operasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan definisi operasional,
maka dapat ditentukan cara yang dipakai untuk mengukur variabel, tidak
terdapat arti dan istilah-istilah ganda apabila tidak dibatasi akan menimbulkan
tafsiran yang berbeda. Definisi operasional hendaknya memuat batasan
tentang Variabel bebas dan variable terikat.

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Var Definisi Skala


NO Alat Ukur Hasil Ukur
iabel Operasional Ukur
1. pengetahua Kuesioner Ordinal -Tinggi jika
n nilai >
mean/media
-Rendah jika
nilai ≤
mean/media
2. Kecemasan Mereka yang Kuesioner Ordinal -Tinggi jika
mengalami beberapa nilai >
perubahan pada pasien mean/medi
DM sebagai comorbid -Rendah jika
nilai ≤
covid19 seperti
mean/media
perubahan selera
makan, sering merasa

30
letih, sering merasa
mengantuk, mengalami
gangguan tidur, merasa
sedih, merasa tidak
berdaya, cemas, dan
merasa takut apabila
penyakitnya akan
bertambah parah dapat
menimbulkan penyakit
yang lain seperti
Coronavirus

F. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur atau pun langkah-langkah dalam penelitian perlu disusun
sedemikian rupa agar penelitian dapat berjalan dengan mudah dan mencapai
tujuan yang diinginkan. Adapun prosedur yang dijalani peneliti dalam
melakukan penelitian ini antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Peneliti meminta surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Payung Negeri setelah proposal penelitian
disetujui pembimbing dan koordinator skripsi.
b. Surat izin penelitian pertama, dari STIKes Payung Negeri diberikan
kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih, .
c. Setelah penelitian disetujui, peneliti akan mempersiapkan informed
consent, dan instrument penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pelaksanaan ini dimulai setelah penulis menyelesaikan urusan
administrasi dan melakukan ujian proposal. Dalam pengumpulan data,
penulis akan berhadapan secara langsung dengan responden.
b. Selanjutnya penulis mendatangi lokasi penelitian yaitu Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. Setelah sampai

31
dilokasi penelitian kemudian penulis akan melakukan pengecekan
kriteria inklusi pada calon responden.
c. Penulis kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta dampak yang
diperoleh responden. Responden yang bersedia dalam penelitian
menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent) sebagai
bentuk kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
d. Selanjutnya penulis memberikan instrumen penelitian dan
mendampingi dalam proses pengisian instrument tersebut.
3. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk mengubah data
yang diperoleh secara langsung (data mentah), yang belum memberikan
informasi dan belum siap untuk disajikan menjadi sebuah ringkasan
sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013)

a. Editing
Editing kegiatan untuk melakukan pengecekan isian lembar
observasi. Jika isian belum lengkap responden diminta untuk
melengkapi lembar observasi seperti inisial, data umur, jenis kelamin,
dan gambaran Kecemasan.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan analisis dan
mempercepat kegiatan memasukkan data (Hastono, 2007). Peneliti
memberikan kode pada lembar observasi gambaran kecemasan.

c. Memasukkan Data (Data Entry)


Setelah data dikumpulkan kemudian data dimasukan untuk
selanjutnya diolah kedalam analisis data.
32
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.

e. Processing
Setelah semua lembar observasi terisi penuh dan benar, serta
sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianali

G. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka etika penelitian harus di perhatikan.
Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan menurut (Hidayat,
2010) adalah sebagai berikut :
1. Lembar Persetujuan menjadi lembar responden (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden, agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan tidak memberikan atau mencantum nama responden pada lembar
alat ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang disajikan
3. Tidak membahayakan (Non Maleficence)

33
Non Maleficence adalah prinsip dimana peneliti tidak akan melakukan
tindakan yang menyebabkan bahaya pada responden baik yang bersifat
resiko maupun aktual
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
H. Analisis Data
Analisa data berguna untuk menyederhanakan sehingga mudah di
tafsirkan (Notoadmodjo, 2012). Untuk analisa data di gunakan. Analisa data
univariat, teknik iniberlaku untuk setiap variabel tunggal.teknik univariat
berfungsi untuk memberilakan gambaran populasi dan penyajian hasil deskritif
melalui frekuensi serta distribusi tiap variabel (Notoadmojo,2012).

34
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan Melaksanakan
dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Medika

Hidayat, A.A.A. (2010) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: aplikasi dan praktik keperawatan


professional, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan edisi kedua.
Yogyakarta: Graha Ilmu

35

Anda mungkin juga menyukai