Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN ASMA TERHADAP

KEJADIAN COVID-19 DI LINGKUNGAN KELURAHAN


SEDINGINAN KECAMATAN TANAH
PUTIH KABUPATEN ROHIL

PROPOSAL PENELITIAN

ISUKRI

19312034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN ASMA TERHADAP
KEJADIAN COVID-19 DI LINGKUNGAN KELURAHAN
SEDINGINAN KECAMATAN TANAH
PUTIH KABUPATEN ROHIL

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

ISUKRI

19312034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN ASMA TERHADAP


KEJADIAN COVID-19 DI LINGKUNGAN KELURAHAN
SEDINGINAN KECAMATAN TANAH
PUTIH KABUPATEN ROHIL

PROPOSAL

ISUKRI
19312034

Proposal Ini Telah Disetujui


Tanggal maret 2021

Pembimbing

Ns. Yureya Nita ,M.Kep


NIDN. 1014088602

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Sri Yanti, M. Kep, Sp. Kep. MB


NIDN. 1001058102
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : ISUKRI
NIM : 19312034
Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Judul proposal : Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma Terhadap
Kejadian Covid-19 di Lingkungan Kelurahan Sedinginan
Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rohil.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal penelitian yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa proposal penelitian ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.

Pekanbaru, Maret 2021


Yang membuat pernyataan,

Isukri
NIM. 19312034

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkannya Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Proposal ini, yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
sarjana keperawatan STIKes Payung Negeri dengan judul “Hubungan Tingkat
Kecemasan Pasien Asma Terhadap Kejadian Covid-19 di Lingkungan Kelurahan
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rohil”.
Dalam penyelesaian menyelesaikan Proposal ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankanlah
peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu DR. Deswinda, S.Kep, Ns, M. Kes selaku ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB, selaku ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns, Yureya Nita, M.Kep. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam menyelesaikan tugas.
4. Seluruh Staf Dosen beserta Karyawan dan karyawati STIKes Payung Negeri
Pekanbaru yang telah banyak memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada
peneliti selama mengikuti pendidikan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
5. Teristimewa ucapan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta yang selalu
memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti kepada saya.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi rekan selama di STIKes Payung
Negeri.
7. Tak lupa pula terima kasih untuk sahabat sekaligus teman-teman sekelas saya
selama saya menempuh perkuliahan ini yang senantiasa membantu,
memberikan semangat, serta mendoakan saya setiap harinya
.
v
Semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan karunianya kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis, Aamiin
ya rabbal „alamin. Harapan peneliti semoga pembaca dapat memberikan kritikan
yang sifatnya membangun guna lebih sempurnanya proposal ini.
Akhir kata semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Maret 2021


Penulis

Isukri
1931203

iv
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR................................................................................................i
SAMPUL DALAM............................................................................................ii
HALAM PERSETUJUAN...............................................................................iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN……………................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
DAFTAR ISI .....................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan penelitian..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7


A. Tinjauan Teoritis..........................................................................................7
B. Penelitian Terkait.........................................................................................22
C. Kerangka Konsep.........................................................................................33
D. Hipotesis.......................................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................24


A. Jenis Dan Desain Penelitian.........................................................................24
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................................................24
C. Populasi Dan Sampel...................................................................................25
D. Instrumen Penelitian....................................................................................27
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas......................................................................28
F. Definisi Operasional....................................................................................29
G. Etika Penelitian............................................................................................29
H. Prosedur Pengumpulan Data........................................................................30
I. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data..................................................31
vii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN

viii
DAFTAR SKEMA

2.1 Rentang Respon Ansietas……………………………………….....…… 9


2.2 Kerangka Konsep…………………………………………………....… 23

ix
DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………………… …..25.


3.2 Definisi Operasional……………………………………………………..…...29
3.3 Distribusi hubungan tingkat kecemasan pasien asma terhadap kejadian
virus covid-19 dilingkungan kelurahan sedinginan kecamatan tanah putih…...34

x
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh turunan


coronavirus baru, ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease
(penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel coronavirus’
atau‘2019-nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus baru yang terkait dengan
keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (WHO, 2020). Coronavirus 2019
(Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut coronavirus 2 (Sars-CoV-2). Penyakit ini pertama kali
ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei China,
dan sejak itu menyebar secara global diseluruh dunia, mengakibatkan
pandemi coronavirus 2019-2020. COVID-19 merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2) (Setiawan,
2020). Penularan virus corona yang sangat cepat karena inilah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona sebagai
pandemi pada 11 Maret 2020 (Zulya, 2020).
Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona menyebabkan
penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom
Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Akut
Parah (SARS-CoV). Virus Corona adalah zoonotik yang artinya ditularkan
antara hewan dan manusia. Berdasarkan Kementerian Kesehatan Indonesia,
perkembangan kasus COVID-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30
Desember 2019 dimana Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan
pernyataan “urgent notice on the treatment of pneumonia
of unknown cause”. Penyebaran virus Corona ini sangat cepat bahkan
sampai ke lintas negara. Sampai saat ini terdapat lebih dari 200 negara yang
3

mengkorfirmasi terkena virus Corona. Penyebaran virus Corona yang


telah meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada
perekonomian Indonsia, baik dari sisi perdagangan, investasi dan
pariwisata (Hanotobun et al, 2020).
Wabah Covid-19 menjadi pandemi global setelah diumumkan oleh
WHO atau Badan Kesehatan Dunia dan dengan penyebarannya yang
begitu cepat membuat Covid-19 menjadi topik utama di penjuru dunia.
Tidak terkecuali di Indonesia karena jumlah masyarakat yang terinfeksi
virus Covid-19 atau Corona mengalami peningkatan hari demi hari.
Berbagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 pun dilakukan oleh
pemerintah guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ini, yang
disebut dengan istilah lockdown dan social distancing (Supriatna, 2020).
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul jika seseorang terinfeksi
COVID-19 ialah dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 0C), batuk,
hilang penciuman, hilang perasa dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak nafas hebat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare, gejala saluran napas lain, dan juga asma.

Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh


dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Saat ini, penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di masyarakat. Asma
dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai
usia dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang
diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik
bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi udara dan
kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor
dominan dalam peningkatan serangan asma. Asma merupakan masalah
kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat dan memiliki angka
kesakitan dan kematian yang tinggi. Asma tidak hanya menyerang anak-
anak melainkan seluruh kelompok usia.
4

Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma


didunia (WHO, 2017). Berdasarkan laporan WHO Desember 2016,
tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang meninggal karena asma.
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018
jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 % (Balitbangkes, 2018).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penurunan arus
puncak ekspirasi pada pasien dengan asma. Penelitian yang
dilakukan oleh (Anita okti, 2016) menunjukkan terdapat pengaruh yang
sangat signifikan terhadap pasien yang menderita asma, dengan perlakuan
yakni teknik pernafasan buyteko, dengan hasil 10 dari 15 responden
mengalami penurunan dalam frekuensi nafasnya, dari yang sebelumnya
28-30 x/ menit, menjadi 23-25 x/ menit.
Prevalensi asma diprovinsi riau cukup tinggi. Berdasarkan laporan
Riskesdas Nasional 2018, prevalensi asma di provinsi riau menempati
peringkat ke-8 di Indonesia setelah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan provinsi Kalimantan Timur. Tercatat prevalensi asma di provinsi riau
sebesar 1,9 % (Balitbangkes, 2018), namun kebanyakan penderita justru
mengalami cemas yang berlebih, sehingga hal tersebutlah yang membuat
para penderita tersebut mengalami kondisi yang kian memburuk
Menurut kamus Kedokteran Dorland, kata kecemasan atau disebut
dengan ansietas adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan,
berupa respon- respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi
bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya disebabkan oleh
konflik intrapsikis yang tidak disadari secara langsung (Dorland, 2010).
Ansietas merupakan perasaan takut yang tidak jelas disertai perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Seseorang
merasa bahwa dirinya sedang terancam (Stuart, 2016).
Berdasarkan data (WHO, 2017), Amerika Serikat menganalisis data
dari 35.539 pasien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara
tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 30 September 2016,
diantaranya terdapat 8.922 pasien (25,1%) mengalami masalah kejiwaan
5

dan 2,473 pasien (7%) mengalami kecemasan. Di Indonesia prevalensi


kecemasan diperkirakan antara 9%-21% di populasi umum. Sedangkan
angka populasi yang lebih besar bervariasi antara 17%-27%, terdapat di
antara pasien-pasien dalam dunia medis dan tergantung kriteria diagnostik
yang digunakan (Yustin, 2017). Terkait dengan mahasiswa dilaporkan
bahwa 25% mahasiswa mengalami cemas ringan, 60% mengalami cemas
sedang, dan 15% mengalami cemas berat. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa setiap orang dapat mengalami kecemasan baik
cemas ringan, sedang atau berat (Suyanto, 2009).
Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta
penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Linda Fitria, 2020),


dengan menggunakan metode purposive random sampling, dengan uji chi
- square menjelaskan bahwa dari 54 remaja pada masa pandemic virus
covid-19 memiliki tingkat kecemasan 2,1 % tingkat kecemasan rendah,
43,9% kategori sedang, dan 54 % kategori tinggi. Berdasarkan uji tersebut
didapatkan hasil α = 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara tingkat kecemasan remaja dengan pandem covid-19.

Berdasarkan survei awal dan wawancara kepada masyarakat di


Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rohil yang kepada 5 orang
masyarakat yang terkena penyakit asma mengatakan bahwa 4 diantaranya
memiliki tingkat kecemasan yang relative tinggi atas kejadian virus
covid-19. Maka dari itu berdasarkan fenomena diats peneliti memilih
rumusan masalah pada penelitian ini adalah hubungan tingkat kecemasan
pasien asma terhadap kejadian covid-19 dilingkungan kelurahan sedinginan
kecamatan tanah putih kabupaten rohil.
6

Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma
terhadap Kejadian Virus Covid-19 Dilingkungan Kelurahan
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rohil.
7

B. Rumusan Masalah
Semakin maraknya penyebaran covid-19 di seluruh dunia khususnya
di Indonesia menyebabkan meningkatnya tingkat kecemasan diberbagai
kalangan, apalagi yang menderita penyakit di beberapa ssistem tubuh,
salah satunya di sistem pernafasan yakni asma. Padatnya penduduk
Indonesia menyebabkan semakin cepatnya penyebaran virus corona,
ditambah lagi kecamatan tanah putih ini merupakan salah satu daerah
yang menghubungkan kota pekanbaru dan kabupaten rohil, sehingga
tingkatt kecemasan didaerah ini cukup menghawatirkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian yang berjudul apakah ada “Hubungan Tingkat Kecemasan
Pasien Asma terhadap Kejadian Covid-19 Dilingkungan Kelurahan
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rohil?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma terhadap Kejadian
Covid-19 di Lingkungan Kelurahan Sedinginan Kecamatan Tanah
Putih Kabupaten Rohil.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien asma di kelurahan
sedinginan kecamatan tanah putih kabupaten rohil.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian covid 19 di lingkungan
kelurahan sedinginan kecamatan tanah putih kabupaten rohil
c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat
kecemasan pasien asma terhadap kejadian covid-19.
8

D. Manfaat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai masalah-masalah
yang berhubungan terhadap pasien asma dengan kejadian covid 19 di
lingkungan kelurahan sedinginan.

2. Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi kesehatan khusunya bidang keperawatan,
penelitian ini dapat menjadi masukan ataupun referensi pembelajaran
yang berhubungan dengan pasien asma dan kejadian covid-19.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan atau sumber untuk penelitian selanjutnya, dan
mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
4. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat membantu subjek dalam memberikan
pemahaman baru tentang hubungan tingkat kecemasan pasien asma
terhadapat kejadian covid-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Kecemasan
a. Definisi Kecemasan
Ansietas dapat diartikan sebagai suatu respon perasaan yang tidak
terkendali. Ansietas adalah respon terhadap ancaman yang sumbernya
tidak diketahui, internal, dan samar-samar. Ansietas berbeda dengan rasa
takut, yang merupakan respon dari suatu ancaman yang asalnya
diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik (Murwani, 2009).
Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif
individu. Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara
langsung. Seorang perawat menilai pasien ansietas berdasarkan perilaku
tertentu. Penting untuk diingat bahwa ansietas adalah bagian dari
kehidupan sehari-hari. Ansietas adalah dasar kondisi manusia dan
memberikan peringatan berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi
ansietas diperlukan untuk bertahan hidup. Selain itu, seseorang dapat
tumbuh dari ansietas jika seseorang berhasil berhadapan, berkaitan
dengan, dan belajar dari menciptakan pengalaman ansietas (Stuart, 2016).
b. Respon Ansietas dan Gangguan Ansietas
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat ansietasnya yang parah tidak berjalan sejalan dengan
kehidupan. Adapun tingkat ansietas menurut (Murwani, 2009):
1. Ansietas ringan
Adalah berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

9
10

meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar


dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lahan persepsi persepsi seseorang.
Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terlihat
dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal ini. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian
terpecah dari proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali.
Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsinya yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan. Jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan
yang sangat bahkan kematian.
5. Gejala psikologis dan kognitif
Pengalaman ansietas memiliki 2 komponen, yaitu kesadaran
adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat) dan
kesadaran sedang gugup atau ketakutan. Disamping efek motorik dan
visceral, kecemasan mempengaruhi berpikir, persepsi, dan belajar.
11

Kecemasan cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi


persepsi, tidak hanya pada ruang dan waktu tetapi pada pada orang
dan arti peristiwa. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan
menurunkan kemampuan, memuaskan perhatian, menurunkan daya
ingat, dan mengganggu kemampuan untuk menghubungan sesuatu
hal dengan yang lain yaitu untuk membuat asosiasi.
Orang yang kecemasan cenderung memilih benda tertentu di
dalam lingkungannya dan tidak melihat yang lainnya untuk
membuktikan bahwa mereka benar-benar dalam memperhatikan
situasi yang menakutkan dan berespon dengan tepat.

c. Rentang respon kecemasan

.
RENTANG RESPONS ANSIETAS

Respons adaptif Respons maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Skema 2.1. Rentang Respons Ansietas Sumber: (Stuart, 2016)


1. Respons adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat


menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu
tantangan, motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah dan
merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi.
Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur
kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain,
menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.
12

2. Respons maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan

mekanisme koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan

dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis

termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas isolasi diri, banyak

makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat

terlarang.

d. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan
pasien menurut (Majid, 2011) adalah:
1) Pengalaman operasi sebelumnya.
2) Pengertian pasien tentang tujuan atau alasan tindakan operasi.
3) Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik
fisik maupun penunjang.
4) Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi
dan petugas kamar operasi
5) Pengetahuan pasien tentang prosedur (pra, intra, pasca operasi)
6) Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setelah operasi, seperti
latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dan lain-lain.

e. Penatalaksanaan kecemasan
1. Farmakologi, (Depkes RI, 2008)
a. Antiansietas
1) Golongan Benzodiazepam
13

2)
Buspiron b.
Antidepresi
Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors
(SNRI). Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan
kecemasan menyeluruh adalah pengobatan yang
mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi. Pengobatan
mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang
terlibat (Mansjoer, 2010)
2.
Nonfarmakolo
gi a.
Distraksi
Merupakan metode menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien
akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yag bisa
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit
stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak, sehingga dapat
menurunkan hormon-hormon stresor, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,
pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih
baik (Potter & Perry, 2010) (Potter & Perry, 2010).
2. Konsep Asma
a. Definisi Asma
14

Asma adalah penyakit kronis dengan angka kejadian yang terus


meningkat dari tahun ke tahun. Definisi asma sendiri telah mengalami
perubahan dari waktu ke waktu seiring berkembangnya pengetahuan
dan pemahaman mengenai patologi, potofisiologi, immunologi, dan
genetik asma. Menurut pedoman nasional asma anak (PNAA, 2015),
asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik
yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori
dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk,
wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan
atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini
hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus (Rahajoe dkk, 2015).

Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang memiliki


reaksi berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversibel
(Rahajoe dkk, 2015). Definisi asma juga disebutkan oleh Reeves dalam
buku Padila yang menyatakan bahwa asma adalah obstruksi pada
bronkus yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang sensitif
serta bersifat reversible. Asma merupakan penyakit kronis yang
mengganggu jalan napas akibat adanya inflamasi dan pembengkakan
dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat sensitif terhadap
masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan. Akibatnya
saluran nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam
paru-paru berkurang. Hal ini menyebabkan timbulnya napas
berbunyi (wheezing), batuk-batuk, dada sesak, dan gangguan bernapas
terutama pada malam hari dan dini hari (Soedarto, 2012).

b. Etiologi
Penyebab awal terjadinya inflamasi saluran pernapasan
pada penderita asma belum diketahui mekanismenya (Soedarto, 2012).
Terdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan
asma, diantara lain:
1. Kegiatan fisik (exercise)
15

2. Kontak dengan alergen dan irritan


Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di
sekitar penderita asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap
hewan. Selain itu debu rumah yang mengandung tungau debu
rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan alergi. Hewan
seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu
timbulnya alergi bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan
seperti tepung sari dan ilalang serta jamur (nold) juga dapat
bertindak sebagai allergen.
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan
oleh berbagai hal seperti asap rokok, polusi udara. Faktor
lingkungan seperti udara dingin atau perubahan cuaca juga dapat
menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari cat atau
masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi
emosi yang berlebihan (menangis, tertawa) dan stres juga dapat
memicu iritasi pada penderita asma.
3. Akibat terjadinya infeksi virus
4.Penyebab lainnya. Berbagai penyebab dapat memicu
terjadinya asma yaitu:
a. Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
b. Sulfite (buah kering wine)
c. Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa
terbakar pada lambung (pyrosis, heart burn) yang
memperberat gejala serangan asma terutama yang terjadi pada
malam hari
d. Bahan kimia dan debu di tempat kerja
e. Infeksi
c. gejala klinis asma
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi,
dyspnea, wheezing, pusing-pusing, sakit kepala, nausea, peningkatan
nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan kelelahan. Hiperventilasi
16

adalah salah satu gejala awal dari asma. Kemudian sesak nafas
parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan
hilus). Gejala utama yang sering muncul adalah dipsnea, batuk dan
mengi. Mengi sering dianggap sebagai salah satu gejala yang harus ada
bila serangan asma muncul.

d. Patofisiologi

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan


oleh limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara
antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel mast. Sebagian
besar alergen yang menimbulkan asma bersifat airbone. Alergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode waktu tertentu agar
mampu menimbulkan gejala asma. Namun, pada lain kasus terdapat
pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke
dalam tubuh sudah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit yang jelas.
Obat yang sering berhubungan dengan induksi fase akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik dan
bahan sulfat. Sindrom khusus pada sistem pernafasan yang sensitif
terhadap aspirin terjadi pada orang dewasa, namun dapat pula dilihat dari
masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor
perennial lalu menjadi rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal
akhirnya diikuti oleh munculnya asma progresif.
Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya
dengan pemberian obat setiap hari. Setelah pasien yang sensitif terhadap
aspirin dapat dikurangi gejalanya dengan pemberian obat setiap hari.
Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang akan terbentuk
terhadap agen anti inflamasi nonsteroid. Mekanisme terjadinya
bronkuspasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi
mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi
secara khusus oleh aspirin.
17

Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya


menyebabkan obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikian juga
dengan pasien lain dengan peningkatan reaktifitas jalan nafas. Oleh
karena itu, antagonis beta-agrenergik harus dihindarkan oleh pasien
tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen
sanitasi dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang sensitif.
Senyawa sulfat tersebut adalah kalium metabisulfit, kalium dan natrium
bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida. Pada umumnya tubuh
akan terpapar setelah menelan makanan atau cairan yang
mengandung senyawa tersebut seperti salad, buah segar, kentang,
kerang dan anggur.
Faktor penyebab yang telah disebutkan di atas ditambah dengan
sebab internal pasien akan mengakibatkan reaksi antigen dan antibodi.
Reaksi tersebut mengakibatkan dikeluarkannya substansi pereda alergi
yang merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan, yaitu
dikeluarkannya histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Sekresi zat-zat
tersebut menimbulkan gejala seperti berkontraksinya otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler dan peningkatan sekresi mukus.
e. Jenis asma
Ada 3 jenis asma menurut (Prayahara, 2011) antara lain:
1. Asma alergenik atau ekstrinsik
Merupakan asma yang disebabkan karena terpapar oleh
alergen seperti debu, bulu, makanan, dan sebagainya. Asma jenis
ini biasanya muncul sejak anak-anak
2. Idiopatik atau non alergenik/intrinsik
Asma idiopatik merupakan asma yang disebabkan bukan
karena paparan alergi pada asma alergenik. Penyebab dari asma
jenis ini yaitu faktor seperti polusi, infeksi saluran pernafasan atas,
aktivitas, dan emosi. Asma non alergenik biasanya muncul pada
saat dewasa atau sekitar usia 35 tahun.
18

3. Asma campuran
Asma campuran merupakan gabungan dari dua jenis asma
yang telah disebutkan sebelumnya dan asma ini paling umum
terjadi.

f. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan gejala klinis dan keluhan penderita, diagnosis asma
dapat ditegakkan. Riwayat adanya asma dalam keluarga dan adanya
benda-benda yang dapat memicu terjadinya reaksi asma penderita
memperkuat dugaan penyakit asma. Pemeriksaan spinometri hanya dapat
dilakukan pada penderita berumur di atas 5 tahun. Jika pemeriksaan
spinometri hasilnya baik, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk
menetapkan penyebab asma, yaitu: (Soedarto, 2012)
1. Uji alergi untuk menentukan bahan alergen pemicu asma
2. Pemeriksaan pernapasan dengan peak flow meter setiap hari selama
1-2 minggu
3. Uji fungsi pernapasan waktu melakukan kegiatan fisik
4. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya gastroesophageal reflux
disease
5. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit sinus
6. Pemeriksaan Sinar-X thorax dan elektrokardiogram untuk
menemukan penyakit paru, jantung, atau adanya benda asing
pada jalan napas penderita
g. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan saat terjadi serangan asma
antara lain :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenali dan menghindarkan faktor yang dapat
menimbulkan serangan asma
19

3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam


cara pengobatan atau penanganan penyakit
Penatalaksanaan asma dapat dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. Pengobatan dengan obat-obatan :
a) Beta agonist (beta adregenik agent)
b) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c) Anti kolinergik (bronkodilator)
d) Kortekosteroid
e) Mast cell inhibitor (inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik
a) Pemberian oksigen
b) Pemberian agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5
mg atau terbutalin 10 mg), inhalasi nebulezer dan
pemberiannya dapat diulang setiap 30 - 60 menit.
c) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB
d) Kortekosteroid hidrokortison 100-200 mg, digunakan jika tidak
ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral
atau dalam serangan yang sangat berat.

3. Konsep Covid-19

a. Definisi Covid-19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,


berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga coronavirus. Struktur coronavirus membentuk
struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan
virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein
antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan
gen. Protein S berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel
inang) (wang, 2020). Covid 19 bersifat sensitif terhadap panas
dan secara efektif dapat dinonaktifkan oleh desinfektan
20

mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 560 C selama 30


menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, datergen non- ionik,
formalin, oxiidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak
efektif dalam menonaktifkan virus (Otalora, 2020).

b. Patogenesis dan Patofisiologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan


bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar
penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit
berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang
dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang bisa ditemukan untuk Coronavirus.
Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk
kejadian Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) (Otalora, 2020).

Coronavirus hanya dapat memperbanyak diri melalui sel


host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari
Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.
Pertama, penempalan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus. 5 Protein S penentu
utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu
tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV Protein S berikatan
dengan reseptor di sel host yaitu Angiotensin- Converting Enzyme 2
(ACE 2). ACE 2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru-paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel
enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA
21

genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis


virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus
(Fehr,2015). Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas
atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas
(melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas
bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas
dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai
muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Otalora, 2020).

c. Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan,


sedang, atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam
(suhu >38 0C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai
dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan
secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang dikoreksi dan perdarahan atau difungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang
muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan
pasien memiliki proognosis baik, dengan sebagian kecil dalam
kondisi kritis bahkan meninggal (Otalora, 2020).

d. Penegakkan Diagnosis

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga


gejala utama: demam, batuk kering (sebagian kecil berdahak) dan
sulit bernapas atau sesak.
1. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek/possible
Seseorang yang mengalami :
a) Demam (>38o C) atau riwayat demam
22

b) Batu atau pilek atau nyeri tenggorokan


c) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis
dan/atau gambaran radiologis. (pada pasien
immunocompromised presentasi kemungkinan atipikal)
dan disertai minimalm satu kondisi sebagai berikut :
d) Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/
negara yang terjangkit dalam 14 hari timbul gejala.
Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah
merawat pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat
yang tidak diketahui penyebab / etiologi penyakitnya,
tanpa memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal.

2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan


ringan sampai berat dan salah satu berikut dalam 14 hari
sebelum timbul gejala :
a) Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
covid-19, atau
b) Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah
terindentifikasi), atau
c) Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan
kasus terkonfirmasi atau probable infeksi covid-
19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.
d) Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan mamiliki demam
0
(suhu >38 C) atau riwayat demam.
3. Orang dalam pemantauan
a) Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat
demam tanpa pneumonia yang memiliki riwayat
perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit,
dan tidak memiliki satu atau lebih riwayat paparan.
b) Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid- 19.
Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi covid-19 di
23

Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai


dengan perkembangan penyakit).
c) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika
hewan penular sudah terindentifikasi) di Tiongkok atau
wilayah/negara yang tetjangkit (sesuai dengan perkembangan
penaykit.

4. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk
covid- 19 tetapi inkonklusif atau tidak dapat disimpulkan
atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-
coronavirus atau beta coronavirus.
5. Kasus Terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi
covid-19.
e. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT-scan toraks, USG
toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral,
konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass.
b) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
c) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan
orofaring). Salarunan napas abwah (Sputum, bilasan bronkus,
BAL, bila menggunkanan endotrakeal tube dapat berupa aspirat
endotrakeal.
d) Bronkoskopi
e) Fungsi pleura sesuai kondisi
f) Pemeriksaan kimia darah
g) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran
napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur
24

darah untuk bakteri dilakukan, idenya sebelum terapi antibiotik.


Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil
kultur darah) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi
kemungkinan penularan).

B. Penelitian Terkait
1. Berdasarkan penelitian (Izma daud & Alfian, 2017) dengan judul
“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Asma Pada Pasien
Asma Bronkial” Hasil penelitian menggunakan desain anlitik dan
pendekatan cross secsational, alat pengumpulan data berupa kuesioner.
Didapatkan hasil ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kejadian asma di wilayah kerja puskesmas kuin raya banjarmasin
dengan kekuatan korelasi sangat kuat (p value = 0,000 < α 0,05 dan
nilai r = 0,780).
2. Berdasarkan hasil penelitian dari (Dhona Anggreni & safitri, 2020)
dengan judul „‟Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Covid - 19
Dengan Kepatuhan Dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Di Masa
New Normal‟‟. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik
dengan rancang bangun cross sectional. Metode ini dilakukam dengan
111 orang sampel usia dari 15 tahun sampai 23 tahun di kabupaten
Mojokerto. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara remaja tentang covid 19 dan kepatuhan untuk
menerapkan protokol kesehatan.
25

C. Kerangka konsep
(Hidayat, 2010), kerangka konsep merupakan kegiatan penelitian
yang dilakukan meliputi, siapa yang akan diteliti (subjek),
variabel yang akan diteliti (variabel independen), dan
variabel yangmempengaruhi dalam penelitian (variabel dependen).

Skema 2.2
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat kecemasan pasien Kejadian covid-19


asma

D. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pertanyaan tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara
empiris, biasanya hipotesis terdiri dari pertanyaan terhadap variable
independen dan dan variable dependen (Arikunto, 2013).
1. Ha

Ada hubungan antara tingkat kecemasan pasien asma terhadap


keadian viruss covid-19 dilingkungan kelurahan sedinginan
kecamatan tanah putih kabupaten rohil.
2. Ho

Ada hubungan antara tingkat kecemasan pasien asma terhadap


keadian viruss covid-19 dilingkungan kelurahan sedinginan
kecamatan tanah putih kabupaten rohil
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian kuantitatif merupakan
penelitian yang ilmiah dan sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena, sedangkan pendekatan cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan
data (Notoatmojo, 2012). Desain cross sectional adalah
rancangan penelitian dengan lakukan pengukuran dan pengamatan
pada variabel independen (Hubungan tingkat kecemasan) dan
variabel dependen (kejadian virus covid-19) secara bersamaan
pada suatu waktu (Dharma, 2015).
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan
peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah
terhadap jalannya penelitian. Desain penelitian ditetapkan
berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian (Dharma, 2015). Desain
penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa, sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau
macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian,
serta berperan untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).
B. Lokasi dan waktu penelitian
a. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan sedinginan, kecamatan tanah putih.
27

b. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan penelitian
yang dilakukan mulai bulan Desember 2020 dan pelaksanaan
penelitian hingga seminar hasil penelitian yaitu bulan Februari-
Mei 2021, jadwal penelitian lengkap dapat dilihat pada table
3.1

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Tahun 2021
No Uraian Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei
2020 2021 2021 2021 2021 2021
Persiapan (Pengajuan Judul
1 Skripsi)
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
laksanaan, Pengumpulan dan
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan Laporan skripsi

Presentasi/ Seminar hasil


6 skripsi

c. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2013). Populai dalam penelitian ini adalah seluruh pasien asma
yang mengalami ansietas di wilayah kerja puskesmas
kelurahan sedinginan kecamatan tanah putih dari bulan januari
sampai bulan maret 2021 yang berjumlah 61 orang.
28

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili
populasi yang akan diambil (Notoatmojo, 2015). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien asma yang mengalami
ansietas di wilayah kerja puskesmas kelurahan tanah putih dari
bulan januari sampai bulan maret 2021 yang berjumlah 61 orang.
dipilih secara random sampling yang sekaligus dapat digunakan
untuk menggambarkan keadaan populasi. Sampel menjadi
bagian dari populasi yang digunakan untuk menarik kesimpulan
tentang populasi. Teknik yang digunakan untuk mengambil
sampel pada penelitian ini adalah total sampling, dimana seluruh
populasi dijadikan sampel karena total populasi kuang dari 100.
(Swarjana, 2016).
3. Sampling
Sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel
dan besar dalam penelitian dari populasi yang ada, untuk
menentukan beberapa sampel yang akan diambil (Notoatmojo,
2015). Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti
(Notoatmojo, 2015). Teknik purposive sampling termasuk dalam
metode penentuan sampel non-probability sampling dengan
menggunakan ktiteria-kriteria khusus terhadap data sampel.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang
ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
1. Bersedia menjadi responden
2. Masyarakat yang menderita asma dan mengalami ansietas
bersedia untuk mengisi kuesioner.
29

Kriteria ekslusi sebagai berikut:


1. Pasien tidak bersedia menjadi responden
2. Pasien yang kondisinya tidak memenuhi standar.

D. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data. Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar kuesioner
(Notoatmojo, 2015). Alat pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti adalah kuesioner, yaitu suatu alat pengumpul data
secara formal pada subjek dengan menjawab pertanyaan tertulis.
Kuesioner yang disebarkan peneliti adalah kuesioner yang
menggunakan tipe check list (√) atau daftar cek yang merupakan
daftar yang berisi pernyataan atau pertanyaan yang diamati dan
responden memberikan jawaban dengan memberikan check list
(√) Bagian pertama terdiri dari data demografi yaitu nama, umur,
anak keberapa, alamat dan jenis kelamin.
Instrumen penelitian adalah cara atau alat yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian atau alat
ukur (Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian ini instrument yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu daftar
pertanyaan yang disusun secara tertulis. Pengumpulan data
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yaitu
kuesioner yang terdiri dari 5 pertanyaan (Kejadian Covid-
19),dan 14 pertanyaan (ansietas). dimana pertanyaan tersebut
merupakan kuesioner yang sudah di uji validitas sebelumnya.
Kuesioner ini menggunakan skala Guttman dengan 2 pilihan
yaitu “YA” dan “TIDAK” (untuk kejadian covid-19), dan
30

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dengan 4 pilihan yaitu


(0,1,2,3,4) (untuk ansietas).

E. Uji Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kuesioner yang
digunakan oleh peneliti dalam mengukur dan memperoleh data penelitian
dari para responden. Untuk tingkat validitas dilakukan uji signifikansi dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung > r tabel
maka kuesioner dikatakan valid. Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat
apakah kuesioner memiliki konsistensi jika pengukuran dilakukan dengan
kuesioner tersebut dilakukan secara berulang. Kuesioner dikatakan reliable
jika nilai Cronbach Alpha > 0,60.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).
31

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Definisi Alat skala Ukur Hasil


Variabel Operasional Ukur Ukur

independen Ansietas dapat diartikan Kuesioner Nominal ≤ 14 tidak cemas


sebagai suatu respon perasaan 15-20 cemas
Tingkat ringan
kecemasan yang tidak terkendali. Ansietas
21-27 cemas
pasien asma
adalah respon terhadap sedang
ancaman yang sumbernya 28-41 cemas
berat
tidak diketahui, internal, dan
42-56 cemas
samar-samar. berat sekali

Dependen Coronavirus (Covid-19) adalah Kuesioner ordinal ≤ 2 beresiko


virus yang menginfeksi sistem rendah
Kejadian ≥ 3 beresiko
covid-19 pernapasan, yang dapat
tinggi
menyebabkan gangguan sistem
pernafasan sampai kematian.

G. Etika Penelitian
Menurut (Hidayat, 2012) etika penelitian sangat penting
karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika harus diperhatikan dalam kegiatan
penelitian. Etika penelitian keperawatan meliputi:
1) Informed concent (persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian ini. Tujuannya agar subjek mengerti
maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
subjek bersedia maka mereka harus menandatangani informed
32

concent dan jika tidak bersedia peneliti harus menghormati hak


penderita.
2) Anomity (tanpa nama)
Merupakan tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Penulis menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi
yang telah dikumpulkan. Hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan dalam hasil riset.
4) Beneficence (Manfaat)
Makna dari beneficence ini adalah meminimalkan
kekerasan serta memaksimalkan manfaat dari penelitian yang
dilakukan. Prinsip ini terkandung hak-hak responden yang
diperhatikan oleh peneliti.
5) Justice (keadilan)
Didalam prinsip ini terkandung hak-hak responden yaitu hak
terhadap keadilan tindakan dan hak untuk mendapat privacy.

H. Prosedur Pengumpulan Data


1. Tahap Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
1) Menentukan masalah penelitian
2) Mencari studi keperpustakaan dan studi pendahuluan
3) Menyusun proposal untuk mendapatkan persetujuan dari
pembimbing
4) Melakukan seminar proposal
33

5) Mengurus surat izin penelitian yang dibuat oleh kampus


STIKes Payung Negeri Pekanbaru
6) Setelah mendapatkan surat izin dari STIKes Payung Negeri
Pekanbaru, selanjutnya peneliti memasukkan surat izin
penelitian ke Puskesmas wilayah kelurahan sedinginan
kecamatan tanah putih.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Setelah memperoleh izin penelitian dari kepala Puskesmas
Rejosari Kota Pekanbaru
2) Selanjutnya peneliti mendatangi responden untuk
menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta meminta
responden menandatangani informed consent.
3) Setelah responden menandatangani informed consent,
peneliti memberikan instrument penelitian. Apabila
responden tidak bisa mengisi kuesioner yang diberikan
sendiri, maka peneliti membantu membacakan kuesioner
dan menanyakan secara wawancara.
c. Tahap akhir
1) Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti
melakukan analisis dengan menggunakan uji statistic yang
sesuai dengan data.
2) Diakhiri dengan menyusun laporan hasil dan penyajian
hasil penelitian.

I. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Setelah data data terkumpul kemudian diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
34

a. Editing (Pengeditan Data)

Editing merupakan suatu bentuk kegiatan untuk


memeriksa kuisioner yang diisi oleh responden penelitian.
Pemeriksaan ini meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi
dan konsisten dengan jawaban pertanyaan lainnya
(Hidayat, 2012). Setelah kuesioner diisi kemudian
dikumpulkan langsung oleh penulis selanjutnya diperiksa
kelengkapan data dan kelengkapan isian. Data yang belum
lengkap responden langsung diminta untuk melengkapi
lembar observasi yang belum diisi pada saat itu. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan pemeriksaan pada lembar
kuesioner yang telah diberikan pada responden,
memastikan reponden telah mengisi semua pertanyaan
pada lembar kuesioner yang telah diberikan pada saat
penelitian dilakukan.
b. Coding (Penandaan)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting,
selanjutnya dilakukan peng”kode”an atau “coding” yaitu
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna
dalam memasukkan data (data entry) (Hidayat, 2012).
Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing, yakni
jawaban-jawaban dari masing masing responden yang
dalam bentuk “kode” dimasukkan kedalam program atau
“software” komputer, dan dalam proses ini dibutuhkan
ketelitian dari peneliti yang memasukkan data entry ini,
apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya
memasukkan data saja (Notoatmojo, 2012).
c. Cleaning (Pembersihan Data)
Data yang sudah ada diperiksa kembali
35

kelengkapannya, data yang sudah dimasukkan ternyata


tidak lengkap, maka dianggap gugur dan diambil sampel
baru (Notoatmojo, 2012). Cleaning dapat dilakukan
setelah keseluruhan data dimasukkan ke dalam
program di komputer selanjutnya diperiksa apakah data
yang dimasukkan telah benar.
2. Analisa Data
Setelah data hasil penelitian terkumpul maka peneliti
melakukan analisa data dengan cara:
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentasi dari setiap variabel (Notoatmojo,
2012). Analisa data dilakukan secara universal dengan
melihat hasil perhitungan frekuensi dan presentase dari hasil
penelitian yang nantinya dapat dipergunakan dalam
pembahasan dan kesimpulan. Pada penelitian ini dilakukan uji
univariat pada data karakteristik demografi. Presentase nilai
analisa univariat didapatkan dari jumlah frekuensi jawaban
yang benar dibagi dengan jumlah pertanyaan.
b. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel senam ergonomik dengan variabel kadar asam
urat. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi kedalam
tabel sesuai dengan variabel yang ingin diukur. Setelah proses
tabulasi dilakukan, untuk mengetahui hubungan antara
variabel digunakan uji statistik dengan uji Chi-Square. Batas
derajat kepercayaan a=0,05. Apabila p value < a maka dapat
36

dikatakan ada hubungan antara kedua variabel sehingga Ho


ditolak. Apabila p value > a maka tidak ada hubungan antara
kedua variabel sehingga Ho gagal ditolak (Hidayat 2012).
Tabel 3.3
Distribusi Hubungan tingkat kecemasan pasien asma terhadap kejadian virus
covid-19 dilingkungan kelurahan sedinginan kecamatan tanah putih

HubunganTingkat
kecemasan Ada hubungan Tidak N
Ada hubungan

kejadian covid-19
Terjadi A b a+b c+d
Tidak terjadi C d a+b+c+d
N a+c b+d

Keterangan :
Sel a : ada hubungan tingkat kecemasan terhadap terjaddinya kejadian covid-19
Sel b : tidak ada hubungan tingkat kecemasan terhadap terjadinya kejadian
covid-19
Sel c : ada hubungan tingkat kcemesan terhadap tidak terjadinya kejadian
ccovid-19
Sel d : tidak ada hubungan tingkat kecemasan terhadap tidak terjadinya kejadian
covid-19
37

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 20 Mei 2021 sampai 20


Juni 2021 tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma Terhadap Kejadian
Covid-19 di Lingkungan Kelurahan Sedinginan Kecamatan Tanah Putih Kabupaten
Rohil” dengan jumlah responden sebanyak 61 orang, penelitian dilakukan dengan
cara menyebar kuesioner melalui google form bekerja sama dengan Puskesmas
Rawat Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih. Dengan hasil yang didapatkan
sebagai berikut:
A. Analisa Univariat
Analisa univariat dalam penelitian ini memaparkan distribusi frekuensi dan
persentase tentang data karakteristik usia,jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
responden dari data Tingkat Kecemasan Pasien Asma Terhadap Kejadian Covid-19,
adapun hasil univariat pada penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Gambaran karakteristik responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia,
Jenis Kelamin, dan Pendidikan Di Puskesmas Rawat
Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
No Karakteristik Responden Frekuensi(n) Persentase %
1 Usia
26-35 (dewasa awal) 18 29,5%
36-45 (dewasa akhir) 30 49,2%
46-55 (lansia awal) 13 21,3%
Total 61 100
2 Jenis kelamin
Laki-laki 27 44,3%
Perempuan 34 55,7%
Total 61 100
3 Pendidikan
SD 15 24,6%
SMP 30 49,2%
SMA 12 19,7%
PT 4 6,6%
Total 61 100
(Sumber : Analisis Data Primer 2021)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa karakteritik responden
berdasarkan usia sebagian besar berada pada rentang usia dewasa akhir (36-45
38

tahun) yaitu sebanyak 30 orang (49,2%), berdasarkan jenis kelamin sebagian


besar responden yaitu perempuan sebanyak 34 orang (55,7%) dan berdasarkan
tingkat pendidikan responden sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan
SMP yaitu sebanyak 30 orang (49,2%).

2. Gambaran tingkat kecemasan pasien asma.


Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan gambaran
tingkat kecemasan pasien asma Di Puskesmas Rawat
Inap Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

No Interpretasi Frekwensi Presentase(%)


1 Tidak Cemas 22 36,1%
2 Cemas ringan 19 31,1%
3 Cemas sedang 11 18,0%
4 Cemas berat 4 6,6%
5 Cemas berat sekali 5 8,2%
Total 61 100
Berdasarkan hasil analisa dari variabel tingkat kecemasan pada pasien asma
menunjukan bahwa responden rata-rat memiliki tingkat kecemasan, tidak cemas
yaitu sebanyak 22 orang (36,1%).

3. Gambaran kejadian covid19

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan gambaran
Kejadian covid19 di Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

No Interpretasi Frekuensi(n) Presentase(%)


1 Risiko rendah 51 83,6%
2 Risiko tinggi 10 16,4%

Total 35 100
(sumber : Analisa Data Primer 2021)

Berdasarkan hasil analisa dari variabel kejadian covid19 pada pasien


asma di Puskesmas Rawat Inap Sedinginan menunjukan bahwa responden
mayoritas berisiko rendah yaitu sebanyak 51 orang (83,6%).
39

B. Analisa Bivariat

Tabel 4.5
Distribusi data Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma
Terhadap Kejadian Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap
Sedinginan Kecamatan Tanah Putih

Kejadian covid19 Risiko rendah Risiko tinggi Total P value

Kecemasan
Pasien asma N % N % N %
Tidak Cemas 22 100% 0 0% 22 100% 0,000

Cemas ringan 18 94,7 1 5,3% 19 100%


%
Cemas sedang 8 72,7 3 27,3% 11 100%
%
Cemas berat 1 25% 3 75% 4 100%

Cemas berat sekali 2 40% 3 60% 5 100%

Total 51 83,6 10 16,4% 61 100%


%
Sumber : analisa data primer, 2021

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan 22 responden memiliki tingkat kecemasan


pasien asma yaitu tidak cemas, yang risiko rendah kejadian covid19 sebanyak 22
responden (100%), dan yang risiko tinggi kejadian covid19 sebanayak 0 responden
(0%). Untuk responden yang memiliki tingkat kecemasan pasien asma yaitu cemas
ringan sebanyak 19 responden, yang risiko rendah kejadian covid19 sebanyak 28
responden (94,7%), dan yang risiko tinggi kejadian covid19 sebanayak 1 responden
(5,3%). Untuk responden dengan tingkat kecemasan pasien asma yaitu cemas sedang
berjumlah 11 responden, yang risiko rendah kejadian covid19 sebanyak 8 responden
(72,7%), dan yang risiko tinggi kejadian covid19 sebanayak 3 responden (27,3%).
Untuk responden dengan tingkat kecemasannya cemas berat yaitu berjumlah 4
responden, dengan risiko rendah kejadian covid19 sebanyak 1 responden (25%), dan
yang risiko tinggi kejadian covid19 sebanayak 3 responden (75%). Sedangkan untuk
responden dengan tingkat kecemasannya cemas berat sekali berjumlah 5 responden,
40

dengan risiko rendah kejadian covid19 sebanyak 2 responden (40%), dan yang risiko
tinggi kejadian covid19 sebanayak 3 responden (60%). Hasil uji statistic di peroleh P
value = 0,000 dimana ɑ = 0,05 ini berarti p < ɑ sedangkan hipotesis alternative gagal
ditolak, yang berarti ada Hubungan Tingkat Kecemasan Pasien Asma Terhadap
Kejadian Covid-19 di Lingkungan Kelurahan Sedinginan Kecamatan Tanah Putih
Kabupaten Rohil.
41

DAFTAR PUSTAKA

Dorland. (2010). kamus kedokteran edisi 31. buku kedokteran EGC.


Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Anita, Okti. (2016) "Manajemen keperawatan sesak nafas pada pasien asma
di Unit gawat darurat". Jurnal Keperawatan.
Dharma. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans info
media.
Depkes RI. (2008). Bagian Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Depkes RI. (2010). Bagian Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Dhona. (2020). penanggulangan covid-19. Jakarta : EGC.
Fehr. (2015). berbagai macam virus. Universitas Teuku Umar.
Hidayat A. A.( 2010). metode penelitian kesehatan. Jakarta: Heath Books.
Hanotobun. (2020). pencegahan virus. yogyakarta : Salemba medika
Izma Daud (2017). " hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian asma
pada pasien asma bronkial". jurnal keperawatan.
Linda Fitria . (2020). Corona virus dissease - 19. UNY press.
Majid. (2011). perencanaan program pengembangan. Bandung PT remaja.
Masjoer (2015). Patofisiologi Konsep klinis. Jakarta : EGC.
Mawarni. (2009). penyakit sistem pernafasan. Yogyakarta : salemba medika.
Notoatmodjo, S. (2012). metodologi penelitian kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Otalora. (2020). Virus Covid-19. http:// doi.org/10.2307/j.ctvzxxb18.12.
prayahara. (2011). Jenis Penyakit Asma. Jakarta : EGC.
PNAA. (2015). Program nasional penganggulangan asma.
Potter & Perry. (2010). fundamental of nursing consep edisi 7 vol 3 . Jakarta :
EGC.
Setiawan. (2020). Analisa sistolik filter. Universitas Teuku Umar..
Soedarto. (2012). buku ajar patofisiologi kedokteran. Jakarta ; Sagung seto.
42

Stuart. (2016). Prinsip praktik keperawatan jiwa. jakarta : EGC.


Suyanto. (2009). Pendidikan. Jakarta : Gema insani pres.
Swarjana (2016). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta : ANDI.
WHO. (2017). Mental Health Status of Adolences in South East Asia.
WHO. (2020). Mental Health Status of Adolences in South East Asia.
Yustin. (2017). Buku ajar kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2015). metodologi penelitian kesehatan. PT. Rineka Cipta.
LAMPIRAN

42
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN STIKES
PAYUNG NEGERI
PEKANBARU TAHUN
2020

Dengan ini saya menyatakan d an memberikan persetujuan


menjadi responden d alam pelaksanaan penelitian yang berjudul “Hubungan
Mekanisme Koping dengan Resiko Perilaku Bunuh Diri Pada Mahasiswa di
STIKes Payung Negeri Pekanbaru”.
Penelitian ini akan d ilakukan oleh mahasiswa Program Studi
S1
Keperawatan STIKes Payung Negeri
Pekanbaru. Nama : Isukri
NIM : 19312034

Demikian surat persetujuan ini saya buat sebagai bentuk


ketersediaan saya menjadi respond en penelitian ini tanpa mendapat
paksaan dan tekanan
dari pihak manapun.
Pekanbaru, Maret 2021

Responden

(……………………………)

43
KUISIONER
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN ASMA
TERHADAP KEJADIAN VIRUS COVID-19
DILINGKUNGAN KELURAHAN SEDINGINAN
KECAMATAN TANAH PUTIH
KABUPATEN ROHIL

PETUNJUK PENGISIAN
1. Berikut ini disajikan pertanyaan-pertanyaan mohon kepada responden bersedia
memberikan bantuan untuk pengisian lembar observasi
2. Memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia yang sesuai dengan
pendapat anda sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

DATA DEMOGRAFI
Inisial :
Jenis Kelamin :
Agama :
Usia : tahun
Kuisioner Kejadian Covid-19
Kuisioner ini terdiri dari 5 pertanyaan.dimohonkan untuk membaca
pertanyaan dengan seksama satu per satu, pilihlah jawaban pada kolom berikut sesuai
dengan apa yang anda lakukan, silahkan beri tanda ceklis (√) dikolom yang telah
disediakan.
Keterangan :
1. Ya
2. Tidak

Kuisioner Kejadian Covid-19


No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak

1. Apakah anda pakai masker jika keluar


rumah?
2. Apakah anda menjaga jarak jika ada
anak/saudara/tamu yang datang ke rumah?
3. Apakah anda rajin mencuci tangan dengan
air dan sabun didalam atau di luar rumah?
4. Apakah anda menghindari menyentuh
mata, hidung, dan mulut ketika dan setelah
berhadapan dengan seseorang?
5. Apakah anda melindungi anggota keluarga
dengan sementara tidak menerima orang
luar masuk ke dalam rumah?

45
Kuesioner Ansietas Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Kuisioner ini terdiri dari 14 pertanyaan.dimohonkan untuk membaca pertanyaan


dengan seksama satu per satu, pilihlah jawaban pada kolom berikut sesuai dengan apa
yang anda rasakan, silahkan beri tanda ceklis (√) dikolom yang telah disediakan.
dengan skala penilaian :
Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1: gejala ringan
Nilai 2 : gejala sedang
Nilai 3 : gejala berat
Nilai 4 : gejala berat sekali

NO Gejala Kecemasan Nilai (Score)


1 perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4

Cemas
firasat buruk
takut akan pikiran sendiri
mudah tersinggung
2 Ketegangan 0 1 2 3 4
merasa tegang
Lesu
tidak bisa istirahat tenang
mudah terkejut
mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3 ketakutan 0 1 2 3 4
pada gelap

46
pada orang asing
ditinggal sendiri
pada binatang besar
4 Gangguan Tidur 0 1 2 3 4
sukar masuk tidur
terbangun malam hari
tidur tidak nyenyak
bangun dengan lesu
banyak mimpi mimpi buruk
mimpi menakutkan
5 gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

sukar konsentrasi
daya ingat menurun
daya ingat buruk
6 perasaan depresi 0 1 2 3 4
(murung)
hilangnya minat
berkurang kesenangan pada
hobi
sedih
bangun dini hari
perasaan berubah-ubah
sepanjang hari
7 gejala somatik / fisik 0 1 2 3 4
(otot)

sakit dan nyeri di otot-otot


kedutan otot
gigi gemeletuk
suara tidak stabil
Kaku

47
8 gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
Takikardia
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau
pingsan
detak jantung menghilang
(berheti sekejap)
9 gejala somatik / fisik 0 1 2 3 4
(sensorik)
tinitus (telinga berdenging)
penglihatan kabur
muka merah atau pucat
merasa lemas
perasaan ditusuk-tusuk
10 gejala respiratori 0 1 2 3 4
(pernapasan)
rasa tertekan atau sempit di
dada
rasa tercekik
sering menarik nafas
nafas pendek / sesak
11 gejala gastrointestinal 0 1 2 3 4
(pencernaan)
sulit menelan
perut melilit
gangguan pencernaan
nyeri sebelum dan sesudah
makan
perasaan terbakar di perut
rasa penuh atau kembung
mual
muntah

48
buang air besar lembek
sukar buang air besaar
(konstipasi)
kehilangan berat badan
12 gejala urogenital 0 1 2 3 4
(perkemihan dan
kelamin)
sering buang air kecil
tidak dapat menahan air
seni
tidak datang bulan
darah haid berlebihan
darah haid amat sedikit
masa haid berkepanjangan
masa haid amat pendek
haid beberapa kali dalam
sebulan
menjadi dingain (frigid)
ejakulasi dini
ereksi melemah
ereksi hilang
13 gejala autonom 0 1 2 3 4
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat
kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
bulu-bulu berdiri
14 tingkah laku (sikap) pada 0 1 2 3 4
wawancara
Gelisah
tidak tenang
jari gemetar
kerut kening

49
muka tegang
otot tegang / mengereas
nafas pendek dan cepat
muka merah
LAMPIRAN STATISTIC SPSS
TABEL MASTER HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN ASMA
TERHADAP KEJADIAN VIRUS COVID19
NAMA UMUR JENIS-KELAMIN PENDIDIKAN SKOR KECEMASAN KETERANGAN SKOR KEJADIAN COVID19 KETERANGAN
DAS 34 LAKI-LAKI SMP 14 tidak_cemas 2 resiko_rendah
D 34 PEREMPUAN SMA 16 cemas_sedang 1 resiko_rendah
M 30 PEREMPUAN SMP 17 cemas_ringan 2 resiko_rendah
P 33 PEREMPUAN SMA 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
ZL 42 PEREMPUAN SMP 14 tidak_cemas 2 resiko_rendah
E 33 PEREMPUAN SMP 17 cemas_sedang 2 resiko_rendah
NI 49 LAKI-LAKI SMP 27 cemas_berat 3 resiko_tinggi
RA 50 LAKI-LAKI SMA 27 cemas_sedang 3 resiko_tinggi
AN 40 PEREMPUAN SMA 22 cemas_sedang 3 resiko_tinggi
FN 43 PEREMPUAN SMA 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
SY 43 LAKI-LAKI SMP 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
ML 43 LAKI-LAKI SMP 15 cemas_sedang 2 resiko_rendah
AT 42 PEREMPUAN SMP 15 cemas_ringan 1 resiko_rendah
AF 41 PEREMPUAN SD 15 cemas_berat_sekali 2 resiko_rendah
MS 40 PEREMPUAN SD 16 cemas_ringan 1 resiko_rendah
F 44 LAKI-LAKI SMP 17 cemas_ringan 2 resiko_rendah
DF 44 PEREMPUAN SMP 14 cemas_sedang 1 resiko_rendah
NR 40 LAKI-LAKI SMP 13 tidak_cemas 2 resiko_rendah
SK 44 LAKI-LAKI SMP 13 cemas_berat 2 resiko_rendah
DY 47 LAKI-LAKI SD 13 tidak_cemas 1 resiko_rendah
DW 44 PEREMPUAN SD 12 cemas_ringan 2 resiko_rendah
YN 49 PEREMPUAN SD 10 tidak_cemas 1 resiko_rendah
TY 44 LAKI-LAKI PT 11 tidak_cemas 1 resiko_rendah
AN 44 PEREMPUAN PT 13 cemas_ringan 2 resiko_rendah
AY 34 LAKI-LAKI SMA 12 tidak_cemas 1 resiko_rendah
RB 48 PEREMPUAN SMP 30 cemas_berat 4 resiko_tinggi
RI 34 LAKI-LAKI SMA 25 cemas_sedang 3 resiko_rendah
S 33 PEREMPUAN PT 31 cemas_berat 4 resiko_tinggi
E 35 LAKI-LAKI SD 13 tidak_cemas 1 resiko_rendah
U 44 PEREMPUAN SD 12 cemas_sedang 2 resiko_rendah
PR 37 PEREMPUAN SMP 11 tidak_cemas 1 resiko_rendah
TS 43 LAKI-LAKI SMA 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
YR 35 LAKI-LAKI SMP 13 tidak_cemas 1 resiko_rendah
JF 42 LAKI-LAKI SMP 12 tidak_cemas 2 resiko_rendah
KS 42 PEREMPUAN SMP 12 cemas_berat_sekali 1 resiko_rendah
BT 47 PEREMPUAN SD 10 tidak_cemas 2 resiko_rendah
YA 42 PEREMPUAN SMP 13 tidak_cemas 2 resiko_rendah
ZA 43 PEREMPUAN SMP 12 cemas_ringan 2 resiko_rendah
RI 43 PEREMPUAN SMP 12 tidak_cemas 2 resiko_rendah
SP 31 PEREMPUAN SMP 16 cemas_ringan 2 resiko_rendah
SA 48 LAKI-LAKI SMP 17 cemas_ringan 2 resiko_rendah
AY 34 LAKI-LAKI SD 12 tidak_cemas 2 resiko_rendah
NM 47 PEREMPUAN SD 16 cemas_ringan 2 resiko_rendah
I 33 LAKI-LAKI SMA 14 tidak_cemas 2 resiko_rendah
AS 51 LAKI-LAKI SD 12 tidak_cemas 2 resiko_rendah
TA 46 LAKI-LAKI SMP 13 tidak_cemas 1 resiko_rendah
RY 33 LAKI-LAKI SMA 11 tidak_cemas 2 resiko_rendah
FY 49 PEREMPUAN SD 16 cemas_ringan 2 resiko_rendah
SU 44 PEREMPUAN SMP 23 cemas_ringan 3 resiko_tinggi
AT 52 PEREMPUAN SMP 25 cemas_sedang 3 resiko_tinggi
AS 33 PEREMPUAN SD 26 cemas_sedang 2 resiko_rendah
YN 51 PEREMPUAN SMP 14 cemas_berat_sekali 2 resiko_tinggi
SN 42 PEREMPUAN SMP 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
ST 42 PEREMPUAN SD 22 cemas_sedang 2 resiko_rendah
RY 28 LAKI-LAKI SMP 21 cemas_berat_sekali 2 resiko_tinggi
N 30 LAKI-LAKI SMA 20 cemas_ringan 2 resiko_rendah
AR 33 PEREMPUAN PT 12 tidak_cemas 2 resiko_rendah
Y 41 LAKI-LAKI SMP 13 tidak_cemas 2 resiko_rendah
TS 42 PEREMPUAN SD 15 cemas_ringan 2 resiko_rendah
R 43 LAKI-LAKI SMP 14 tidak_cemas 2 resiko_rendah
ZE 44 LAKI-LAKI SMA 33 cemas_berat_sekali 3 resiko_tinggi
Frequencies

Statistics

JENIS_KELAMIN PENDIDIKAN

N Valid 61 61

Missing 0 0

Mean 1.56 2.08

Std. Error of Mean .064 .108

Median 2.00 2.00

Std. Deviation .501 .843

Minimum 1 1

Maximum 2 4

Frequency Table

JENIS_KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 27 44.3 44.3 44.3

PEREMPUAN 34 55.7 55.7 100.0

Total 61 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 15 24.6 24.6 24.6

SMP 30 49.2 49.2 73.8

SMA 12 19.7 19.7 93.4

PT 4 6.6 6.6 100.0

Total 61 100.0 100.0


umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 26-35(dewasa_awal) 18 29.5 29.5 29.5

36-45(dewasa_akhir) 30 49.2 49.2 78.7

46-55(lansia_awal) 13 21.3 21.3 100.0

Total 61 100.0 100.0

nilai_cemas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak_cemas 22 36.1 36.1 36.1

cemas_ringan 19 31.1 31.1 67.2

cemas_sedang 11 18.0 18.0 85.2

cemas_berat 4 6.6 6.6 91.8

cemas_berat_sekali 5 8.2 8.2 100.0

Total 61 100.0 100.0

kejadian_vovid19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid resiko_rendah 51 83.6 83.6 83.6

resiko_tinggi 10 16.4 16.4 100.0

Total 61 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

nilai_cemas * 61 100.0% 0 .0% 61 100.0%


kejadian_vovid19
nilai_cemas * kejadian_vovid19 Crosstabulation

kejadian_vovid19

resiko_rendah resiko_tinggi Total

nilai_cemas tidak_cemas Count 22 0 22

% within nilai_cemas 100.0% .0% 100.0%

% within kejadian_vovid19 43.1% .0% 36.1%

cemas_ringan Count 18 1 19

% within nilai_cemas 94.7% 5.3% 100.0%

% within kejadian_vovid19 35.3% 10.0% 31.1%

cemas_sedang Count 8 3 11

% within nilai_cemas 72.7% 27.3% 100.0%

% within kejadian_vovid19 15.7% 30.0% 18.0%

cemas_berat Count 1 3 4

% within nilai_cemas 25.0% 75.0% 100.0%

% within kejadian_vovid19 2.0% 30.0% 6.6%

cemas_berat_sekali Count 2 3 5

% within nilai_cemas 40.0% 60.0% 100.0%

% within kejadian_vovid19 3.9% 30.0% 8.2%

Total Count 51 10 61

% within nilai_cemas 83.6% 16.4% 100.0%

% within kejadian_vovid19 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 23.942a 4 .000

Likelihood Ratio 22.474 4 .000

Linear-by-Linear Association 20.130 1 .000

N of Valid Cases 61

a. 7 cells (70.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .66.
Histogram

Anda mungkin juga menyukai