Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LANSIA DENGAN

PERILAKU PENGGUNAAN MASKER SEBAGAI UPAYA


PROTEKSI DIRI DARI PENYEBARAN COVID-19 DI DESA
KASTURI KECAMATAN KUNINGAN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pada Program Studi Keperawatan

Oleh:

Bella Tania Defanthy


CKR0170064

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LANSIA DENGAN


PERILAKU PENGGUNAAN MASKER SEBAGAI UPAYA
PROTEKSI DIRI DARI PENYEBARAN COVID-19 DI DESA
KASTURI KECAMATAN KUNINGAN 2021

Diajukan oleh :

Bella Tania Defanthy

CKR0170064

Kuningan,

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pemimbing II

Ns. Heri Hermansyah, S.Kep., M.KM. Ns. Azay Zayinul Waddin, S.Kep.
NIK. 831102200904024 NIK. 960701.202008.143

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan serta urut membantu

kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan proposal penelitian, terutama

kepada:

1. Prof Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku ketua Yayasan

Pendidikan Bhakti Husada Kuningan.

2. Bapak Abdal Rohim, S.Kp., M.H., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan.

3. Bapak Ns. Nanang Saprudin. S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Prodi S1

Keperawatan STIKes Kuningan.

4. Bapak Ns. Heri Hermansyah, S.Kep., M.KM selaku Pembimbing 1 yang

telah meluangkan waktu, memberi motivasi, arahan dan bimbingan serta

masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan proposal penelitian

ini.

5. Bapak Ns. Azay Zayinul Waddin, S.Kep., selaku Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, memberi motivasi, arahan dan bimbingan serta

masukan yang berguna bagi penulis dalam penyusunan proposal penelitian

ini.

ii
6. Seluruh Staf Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kuningan yang telah membantu dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

7. Seluruh Staf Administrasi dan Pengelola Perpustakaan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kuningan yang telah membantu penulis selama masa

pendidikan dan penyelesaian proposal penelitian ini.

8. Desa Kasturi Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan yang telah

memberikan izin melakukan penelitian.

9. Yang teristimewa kedua orang tua saya Bapak Ahmad Tamsar, S.Pd. dan

Ibu Nanin Marlianingsih, A.Ma.Pd., yang selalu memberikan dukungan

motivasi, doa, moril dan materil.

10. Yang saya sayangi adikku Benetta Valoca Tania serta keluarga dan

saudaraku semua yang telah memberikan motivasi selama ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa program studi S1 Keperawatan angkatan 2017,

dan sahabat-sahabatku Devia Yustiandi, Hilmi Rohmatikasari, Indah

Nurhasanah yang telah memberi motivasi selama ini.

Kuningan, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR BAGAN..........................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................6
1.4 Manfaat.............................................................................................7
1.5 Keaslian Penelitian...........................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................10
2.1 Pengetahuan....................................................................................10
2.2 Perilaku...........................................................................................15
2.3 Upaya Proteksi Pencegahan Diri....................................................19
2.4 Lansia..............................................................................................36
2.5 Kerangka Teori...............................................................................39
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS.....................................................................................................40
3.1 Kerangka Konsep...........................................................................40
3.2 Definisi Operasional.......................................................................41
3.3 Hipotesis.........................................................................................42
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................43
4.1 Jenis dan Desain Penelitian............................................................43
4.2 Variabel Penelitian.........................................................................43
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................44

iv
4.4 Instrumen Penelitian.......................................................................46
4.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen...............................................47
4.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................................49
4.7 Pengolahan dan Analisis Data........................................................52
4.8 Etika Penelitian...............................................................................57
4.9 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian.............................................57
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................59
LAMPIRAN....................................................................................................62

Y
DAFTAR BAGAN

YBagan 2.1 Kerangka teori penelitia

Y
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.........................................................42

vi
DAFTAR SINGKATAN

MERSCoV : Middle East Respiratory Syndrome


SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome
WHO : World Health Organization
Covid-19 : Coronavirus Disease 2019
CDC : Centers for Disease Control and Prevention
Sars-coV 2 : Severe Acute Respiratory Syndrome corona 2

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................43


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan………………………....................

Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan………………………….

Lampiran 3 Surat Permohonan Menjadi Responden………………………....

Lampiran 4 Surat Persetujuan Menjadi Responden………………………….

Lampiran 5 Kuesioner……………………………………………………….....

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corona virus merupakan keluarga besar virus yang ditularkan secara

zoonosis (antara hewan dan manusia) dan dapat menyebabkan gejala ringan

hingga berat. Sebelumnya, setidaknya terdapat dua jenis coronavirus yang

diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Middle East Respiratory

Syndrome (MERSCoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV)

(Kemenkes RI, 2020) dalam (Moudy & Syakurah, 2020). Pada 31 Desember

2019, World Health Organization (WHO) China Country Office melaporkan

adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi (penyebab) yang tidak jelas di

Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Pasien dengan infeksi Covid-19 mencapai 1.201.956 jiwa pada 205 negara

dengan angka kematian 5.6%. Pada dunia kasus Covid-19 saat ini mencapai

106.220.644 kasus yang terkonfirmasi, dan 2.318.566 kematian didunia (WHO,

2020). Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama kali di konfirmasi pada tanggal 02

Maret 2020 sejumlah dua kasus yaitu di Jawa Barat (Nurani, 2020). Untuk

konfirmasi kasus positif di Indonesia mencapai 1.157.837 orang (Info Virus

Corona, 2020). Kasus positif di Jawa Barat mencapai 250.282 orang, sementara

penularan Covid-19 di Kabupaten Kuningan sendiri mencapai 4.255 orang

terpapar (Satgas Covid-19 Kabupaten Kuningan, 2021).

Orang lanjut usia atau lansia menjadi salah satu kelompok yang wajib

mendapat perhatian lebih di masa pandemi COVID-19. Sebab, kelompok ini

1
paling rentan terhadap virus corona penyebab Covid-19, terlebih jika memiliki

penyakit lain seperti paru- paru dan jantung. Status kesehatan lansia yang

menurun seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan data yang dihimpun

oleh Gugus Tugas Penanganan COVID-19 kabupaten Kuningan sampai dengan

tanggal 20 Juni 2020, persentase lansia yang terdampak COVID-19 yakni sebesar

13,8 % lansia positif Covid-19, 11,7 % dirawat/diisolasi, 12,5 % sembuh, dan

sebesar 43,7 % meninggal dunia. Meskipun dari jumlah pasien positif dan

dirawat/diisolasi persentasenya tidak terlalu tinggi untuk kelompok lansia, namun

jumlah kematian dan penyebaran merupakan yang tertinggi dibandingkan

kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 43,7%.

COVID-19 dapat menyebar melalui percikan-percikan dari bersin atau batuk

penderita yang menempel pada benda lain seperti pakaian, alat-alat elektronik,

dan benda yang ada disekitar orang dengan positif Covid-19 (Valerisha & Putra,

2020). . Selain itu telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol

(Susilo et al., 2020). Untuk mencegah terjadinya penularan ini pemerintah

menghimbau masyarakat menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan

masker. Mungkin sebagian orang tidak mengetahui pentingnya menjaga jarak,

dikarenakan penularan covid-19 terjadi melalui droplet.

2
3

Pemakaian masker telah ditegakkan di banyak negara terutama Asia, dimana

dilaporkan hasil yang memuaskan dalam perlambatan penyebaran infeksi di

Hongkong dan Singapura. Hal ini membuat pembuktian bahwa seharusnya tidak

menutup kemungkinan masker akan sangat efektif. Penggunaan masker juga akan

mengurangi stigma terhadap seseorang dan membuat pemakaian masker menjadi

sebuah fenomena kultural dibanyak orang Asia Tenggara) (Leung, 2020) dalam

(Atmojo et al., 2020).

Beberapa panduan mengurangi risiko tertular COVID-19 pada lansia telah

dijelaskan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) yakni dengan

membatasi interaksi dengan banyak orang dan melakukan upaya preventif

pencegahan COVID-19. Pemerintah Republik Indonesia juga telah mengeluarkan

panduan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan COVID-19, salah satunya

lansia diharapkan untuk tetap tinggal dirumah, tetap melakukan kegiatan rutin,

istirahat cukup 6-8 jam/hari, makan makanan bergizi dan seimbang, minum multi

vitamin, jaga jarak 1 -2 meter, hindari bersalaman dan sentuhan. Selain itu, secara

umum diakui bahwa pencegahan penularan COVID-19 adalah jaga jarak,

menggunakan masker dan cuci tangan dengan sabun (Sekar Wijaya et al., 2020).

Namun masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan hal tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan masyarakat beberapa

diantaranya pengetahuan, motivasi, dan sikap variabel lingkungan, kualitas

intruksi kesehatan, dan kemampuan mengakses sumber yang ada (Sinuraya et al.,

2018). Tingkat Pengetahuan seseorang yang sangat rendah akan menunjukkan

ketidakpatuhan seseorang karena kurangnya informasi yang didapatkan


(Octavienty et al., 2019). Pada kondisi pandemi seperti ini lansia kadang sulit bisa

memahami beberapa imbauan yang diberikan pemerintah terkait upaya menjaga

diri agar tidak terpapar virus corona. Lansia sangat memerlukan perlindungan, dan

akses terhadap informasi yang akurat, terutama terkait menjaga kesehatan fisik

dan mental selama pandemik. Kehidupan lansia dapat terjaga apabila didukung

dengan kesejahteraan dan kualitas hidup yang baik dimana lansia tetap sehat baik

secara fisik, psikis dan sosial serta dapat produktif.

Adanya pengetahuan yang memadai dan perilaku yang mendukung akan

secara langsung dapat mempengaruhi praktik pencegahan terhadap Covid 19

(Yousif et al., 2020). Memberikan pengetahuan melalui edukasi secara langsung

kepada lansia tentang tindakan pencegahan Covid 19 berupa cara memakai

masker yang benar, cara mencuci tangan dan pentingnya menjaga jarak akan

membantu dalam memberikan wawasan untuk mengatasi pengetahuan yang

kurang tentang penyakit dan pengembangan strategi pencegahan untuk promosi

kesehatan. Hal ini sesuai dengan himbauan pemerintah agar seluruh masyarakat

selalu mematuhi protokol kesehatan.

Menurut (Nurul Aula, 2020) perilaku adalah sebagian tindakan seseorang

yang dapat dipelajari dan diamati. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

manusia atau masyarakat adalah tingkat pengetahuan. Pengetahuan merupakan

pemahaman partisipan tentang topik yang diberikan. Pengetahuan adalah

kemampuan untuk menerima, mempertahankan, dan menggunakan informasi,

yang dipengaruhi oleh pengalaman dan keterampilan. Sebagian besar dari

pengetahuan yang dimiliki seseorang berasal dari pendidikan baik formal dan

4
5

informal, pengalaman pribadi maupun orang lain, lingkungan, serta media massa

(Siltrakoo, 2012) dalam (Moudy & Syakurah, 2020).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada

10 orang responden didapatkan hasil 6 orang lansia tidak mengetahui cara

penggunaan masker yang baik,tidak mengetahui kegunaan masker sebagai

proteksi diri serta tidak mengetahui aturan pakai masker. Hal ini berpengaruh

pada perilaku lansia yang tidak menyediakan masker dirumah, menggunakan

masker yang berulang serta penggunaan masker kain yang tidak sesuai dengan

standar. Serta 4 lansia lainnya mengetahui aturan pakai masker, penggunaan

masker yang baik serta mengatahui kegunaan masker sebagai proreksi diri.

Memiliki perilaku yang mendukung pencegahan seperti menyediakan masker

standar di rumah, menggunakan masker satu kali pakai dan membuang masker

setelah digunakan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

terkait Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Lansia terhadap penggunan face

mask sebagai proteksi diri karena dalam penyebaran COVID-19 lansia lebih

rentan terpapar corona virus disease karena system imun yang menurun sehingga

untuk pengetahuan dan perilakunya terhadap pencegahan penyebaran COVID-19

menggunakan face mask ini harus diketahui dan apakah ada hubungan tingkat

pengetahuan dan perilaku pencegahan penyebaran COVID-19.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rendahnya pengetahuan lansia terhadap

penggunaan masker sebagai upaya proteksi diri dapat mempengaruhi perilaku

lansia terhadap upaya proteksi dirinya dari covid 19 maka dalam penelitian ini

didapatkan rumusan masalah “Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Lansia

Dengan Perilaku Penggunaan Masker Sebagai Upaya Proteksi Diri Dari

Penyebaran Covid-19 Di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan 2021?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan pada lansia tentang penggunaan masker

sebagai upaya proteksi diri dari covid-19 terhadap perilaku pada lansia di Desa

Kasturi Kecamatan Kuningan 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang penggunaan masker sebagai

upaya proteksi diri dari COVID 19 di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan

2021.

2. Mengidentifikasi perilaku lansia tentang penggunaan masker sebagai upaya

proteksi diri dari COVID 19 di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan 2021.

3. Menganalisis hubungan pengetahuan lansia dengan perilaku penggunaan

masker sebagai upaya proteksi diri dari penyebaran COVID 19 di Desa

Kasturi Kecamatan Kuningan 2021.

6
7

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan kesehatan pada

masyarakat, khususnya pengetahuan lansia tentang upaya pencegahan COVID 19

dengan penggunaan masker sebagai upaya proteksi diri dari penyebaran virus

covid-19.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Lansia Di Desa Kasturi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk lansia

dalam mengetahui informasi tentang penggunaan masker sebagai upaya

pencegahan COVID 19.

2. Bagi Desa Kasturi Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi dan kekompakan lansia

dalam penggunaan masker sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-

19.

3. Bagi program studi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memperkaya keilmuan dalam bidang keperawatan

dan menjadi salah satu bahan ajar untuk program pengabdian masyarakat.

4. Bagi Peneliti

Dapat memperkaya keilmuan di bidang penelitian dan keperawatan

khsusnya dalam bidang keperawatan gerontik.


1.5 Keaslian Penelitian

No Penelitian
Judul Tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat kabupaten
wonosobo tentang covid-19
Peneliti Ika Purnamasari1, Anisa Ell Raharyani2
Subyek Masyarakat di Kabupaten Wonosobo.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain analitik korelasi. Sampel berjumlah 144 responden
yang diambil dengan cara random melalui aplikasi google
form yang disebar melalui whatsapp. Data dianalisis
menggunakan analisis korelasi spearman.
Hasil Menunjukkan pengetahuan masyarakat Kabupaten
Wonosobo tentang Covid 19 berada pada kategori Baik
(90%) dan hanya 10% berada pada kategori cukup. Untuk
perilaku masyarakat Kabupaten Wonosobo terkait Covid 19
seperti menggunakan masker, kebiasaan cuci tangan dan
physical / social distancing menunjukkan perilaku yang
baik sebanyak 95,8% dan hanya 4,2% masyarakat
berperilaku cukup baik. Terdapat hubungan bermakna
antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat tentang
Covid 19 dengan p-value 0,047

Judul Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat Dengan


Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai
Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19
Di Ngronggah
Peneliti Devi Pramita Sari, Nabila Sholihah ‘Atiqoh
Subyek Seluruh masyarakat RT03/RW 08 Ngronggah sebanyak 62
responden.
Metode Penelitian ini dilakukan menggunakan survei deskriptif
metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan pedoman
observasi. Analisis data kuantitatif menggunakan uji
hubungan chi-square.
Hasil Dari 62 responden berdasarkan hasil uji
Chi-Square signifikansi p anatara variabel bebas yaitu
pengetahuan masyarakat dengan variabel terikat
kepatuhan penggunaan masker sebesar 0,004 (p<0,05)
maka Ho ditolak dan dinyatakan ada hubungan.
Judul Pengetahuan Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku
Pencegahan COVID-19 di Masyarakat
Peneliti Mujiburrahman, Muskhab Eko Riyadi, Mira Utami Ningsih
Subyek Masyarakat di Dusun Potorono Banguntapan Bantul
D.I.Yogyakarta

8
9

Metode Data pengetahuan dan perilaku responden


dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis
dengan uji spearman.
Hasil Pengetahuan responden tentang pencegahan COVID-19
sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 86
responden (82.7%). Perilaku responden dalam pencegahan
COVID-19 sebagian besar dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 53 responden (51.0%). Uji spearman terhadap
pengetahuan dan perilaku responden menunjukkan nilai p
value = 0,001 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
responden dengan perilaku pencegahan
COVID-19 di masyarakat. Peningkatan pengetahuan
masyarakat diperlukan untuk meningkatkan
perilaku pencegahan COVID-19.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya sehingga menghasilkan

pengetahuan. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra

pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian

pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga (Listiani, 2015) dalam

(Sukesih et al, 2020). Setiap orang memiliki pengetahuan, dan setiap orang

memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan tentang penyakit

COVID-19 merupakan hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan

peningkatan jumlah kasus penyakit COVID-19.

Pengetahuan pasien COVID-19 dapat diartikan sebagai hasil tahu dari

pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, cara pencegahan,

pengobatan dan komplikasinya (Mona, 2020) dalam (Devi Pramita Sari & Nabila

Sholihah ‘Atiqoh, 2020). Pengetahuan tentang pencegahan COVID-19 dengan

kepatuhan penggunaan masker memiliki peranan penting dalam mengantisipasi

kejadian berulang. Penderita harus mengenal, mempelajari dan memahami segala

aspek dari penyakit COVID-19.Pengetahuan memiliki kaitan yang erat dengan

keputusan yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan seseorang memiliki

10
11

landasan untuk menentukan pilihan (Prihantana dkk, 2016) dalam (Devi Pramita

Sari & Nabila Sholihah ‘Atiqoh, 2020).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut (Listiani, 2015) dalam (Sukesih et al, 2020), ia menyebutkan

secara garis besar tingkat pengetahuan seseorang di antaranya, yaitu Tahu (Know),

Memahami (Comprehensif), Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis), Sintesis

(Synthesis), Evaluasi (Evaluation) .

Menurut (Kholid, 2012) dalam (Sapti, 2019), terdapat tingkat pengetahuan,

penelitian pada pengukuran tingkat pengetahuan pada lansia ini yaitu,

1. Tahu (know)

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu

objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktikkan materi yang sudah

dipelajari pada kondisi sebenarnya penilaian terhadap suatu materi atau

objek.

4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau

materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu dengan yang lainnya.

12
13

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suau kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang memengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012)

dalam (Sapti, 2019) adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun informal),

berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

2. Informasi atau Media Massa

Informasi atau media massa adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada

pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,

informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (UU

Teknologi Informasi).
3. Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik,

terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan.

4. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan oleh orang-orang tidak melalui

penalaran apakah baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan

bertambah pengetahuan meskipun tidak melakukan. Status ekonomi juga

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

5. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

6. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di

masa lalu.

14
15
7. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

berkembang usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya menjadi semakin baik.

2.1.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan dalam teorinya

bahwa, perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi di

samping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana atau faktor

pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau

responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan

data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan atau

pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan

jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu

ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif.

Pada pengetahuan digunakan dalam mengukur pengetahuan seseorang

adalah dengan memberikan pertanyaan atau kuesioner di mana setiap pertanyaan

diberi skor (nilai). Bagi setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu), yang salah

diberi nilai 0 (nol). Resources et al, (2018)

16
17

Jawaban seluruh responden dari masing-masing pertanyaan dijumlahkan

dan dibandingkan dengan jumlah responden, kemudian dikalikan dengan 100%

dan hasilnya berupa persentase dengan rumus sebagai berikut :


Sp
N= x100%

sm

Keterangan

N = nilai yang di dapat

Sp = skor yang di dapat oleh responden

Sm = skor maksimal / tertinggi.

Setelah persentase diketahui, kemudian hasil dikelompokkan pada beberapa

kriteria, yaitu:

1. Kategori baik yaitu menjawab benar 76% - 100% dari yang diharapkan.

2. Kategori cukup yaitu menjawab benar 56% - 75% dari yang diharapkan.

3. Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari yang diharapkan.

2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku yaitu bentuk respons atau reaksi kepada stimulus dari orang lain,

namun dalam pemberian respons tergantung pada karakteristik dari individu yang

bersangkutan. Yang disebut dengan determinan yaitu respons terhadap stimulus

yang berbeda namun sama bagi beberapa orang (Notoatmojo, 2012) dalam

(Lowing et al., 2021).


18
19

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi

manusia dengan lingkungannya. Wujud perilaku bisa berupa pengetahuan, sikap

dan tindakan. Perilaku manusia terdiri atas sudut pandang psikologi, fisiologi dan

sosial yang bersifat menyeluruh. Sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan

peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Budiharto, 2013) dalam

(Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, 2012).

2.2.2 Jenis Perilaku

Menurut teori skinner yang dikenal dengan teori Stimulus-Organism-

Response (SOR) yang dikutip oleh (Notoadmojo, 2014) dalam (Natalia, 2021),

perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi jika respons terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang

masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan,

sikap terhadap stimulus bersangkutan.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi jika respons terhadap stimulus tersebut berupa

tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara

jelas. Respons seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka.


2.2.3 Faktor-faktor Terjadinya Perubahan Perilaku

Perilaku manusia seringkali mengalami perubahan, bentuk perubahan

perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli.

Artinya perubahan perilaku memiliki variasi yang didasari dari pemahaman para

ahli. Menurut WHO perubahan perilaku terdiri dari perubahan alami, terencana,

dan kesedihan untuk berubah (Notoatmodjo, 2012) dalam (Isnaeni, Ana Pertiwi,

And Iriantom, 2012).

Menurut (Budiharto, 2013) dalam (Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom,

2012), perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh orang lain. Faktor penyebab

terjadinya perubahan perilaku ialah penyesuaian perilaku berdasarkan orang yang

mempengaruhi, identifikasi dan internalisasi yaitu menerima sikap baru yang

selaras dan memiliki nilai-nilai yang sama dengan sebelumnya.

2.2.4 Pengukuran Tingkat Perilaku

Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek dilakukan

dengan 2 metode ini:

1. Langsung

Mengukur perilaku secara langsung, berarti peneliti langsung mengamati

atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Peneliti dapat

menggunakan media instrumen checklist dengan skala Guttman.

Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau

20
21

pernyataan ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar

dan salah.

Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist dengan interpretasi

penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan

analisisnya dapat dilakukan seperti skala (Likert Hidayat, 2012) dalam

(Vinet & Zhedanov, 2011).

2. Tidak langsung

Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti tidak secara

langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (responden). Peneliti dapat

menggunakan media angket atau kuesioner dengan skala likert

(Notoatmodjo, 2010). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan

dalam skala model Likert adalah skor – T, yaitu: (Azwar, 2012 : 156) dalam

(Vinet & Zhedanov, 2011).

Rumus skor:

T = 50+10 ( (Xi-X^-)/sd)

Keterangan:

xi : jumlah skor responden

x- : nilai rata-rata kelompok

sd : standart deviasi ( simpangan baku kelompok )

Untuk kategori penilaian menjadi:

Perilaku positif : jika skor T hasil penghitungan > mean T

Perilaku Negatif : jika skor T hasil perhitungan < mean T


2.3 Upaya Proteksi Pencegahan Diri

2.3.1 Pengertian Pencegahan

Pencegahan dalam arti luas tidak hanya terbatas ditujukan terhadap

seseorang yang sehat tetapi dapat pula ditujukan terhadap penderita yang sedang

sakit. Sesuai dengan batasan “pencegahan” ialah “the act of keeping from

happening”, yang maksudnya merupakan tindakan yang menjaga jangan sampai

terjadi sesuatu atau dengan kata lain jangan sampai terlanjur parah (Hariyono,

2013) dalam (Willy, 2021).

Dalam melakukan upaya pencegahan maka terdapat 3 tingkat pencegahan

(Ievel of prevention) ialah:

a. Pencegahan primer (primary prevention), ialah tingkat pencegahan awal

dengan cara menghindari atau mengatasi faktor-faktor fisiko, misalnya:

memakai masker, sering mencuci tangan dengan air dan sabun, dan menjaga

jarak satu sama lain.

b. Pencegahan sekunder (secondary prevention), ialah tingkat pencegahan

dengan cara melakukan deteksi dini penyakit pada saat penyakit tersebut

belum menampilkan gejala –gejalanya yang khas, sehingga pengobatan dini

masih mampu menghentikan perjalanan penyakit lebih lanjut, misalnya:

pemeriksaan PCR untuk mengetahui ada tidaknya terinfeksi COVID-19.

c. Pencegahan tersier (tertiary prevention) ialah tingkat pencegahan dengan

cara melakukan tindakan klinis yang bertujuan mencegah kerusakan lebih

22
23

lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit tersebut diketahui,

contohnya: penggunaan obat-obat simptomatik pada pasien COVID-19

untuk mengurangi keparahan pada pasien (Hariyono, 2013) dalam (Willy,

2021).

2.3.2 Konsep-konsep Penting Pencegahan

1. Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan agen penyebab infeksi. Yang termasuk berada

dalam kandungannya bakteri, virus, fungi, dan parasit. Tujuan pencegahan

infeksi dibagi menjadi 3 vegetatif (stafilokokus), mikobakterium

(tuberkulosis), endospora (tetanus), Coronavirus (SARS-CoV-2) (Info Virus

Corona, (2020); Tietjen Linda et al., 2004)).

2. Kolonisasi

Kolonisasi merupakan patogen penyebab penyakit infeksi pada individu

namun belum menimbulkan gejala atau temuan klinik. Infeksi merupakan

organisme yang bersatu pada individu serta menimbulkan respons dengan

adanya kontak atau mendapatkan organisme baru.

3. Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi pada umumnya tergantung pada penempatan pembatas

antara orang yang rentan dan mikroorganisme. Pembatasan perlindungan

merupakan proses fisikal, mekanik, atau kimiawi yang dapat membantu

mencegah penyebaran mikroorganisme infeksi melalui manusia ke manusia,


benda ke manusia, hewan ke manusia dan segala lingkungan manusia

tersebut.

24
25

2.3.3 Proses Pencegahan

Spaulding, (1968) dalam buku (Tietjen Linda et al., 2004) mengusulkan tiga

kategori resiko potensial infeksi menjadi dasar untuk pemilihan proses

pencegahan yang akan digunakan yaitu:

1. Kritikal

Kritikal merupakan bahan dan praktik yang menyangkut jaringan steril atau

sistem darah dan merupakan resiko infeksi tingkat tinggi.

2. Semi kritikal

Semi kritikal merupakan hal terpenting yang menyangkut selaput lendir dan

area kulit yang mengalami luka atau goresan.

3. Non kritikal

Non kritikal merupakan pengelolaan alat dan bahan praktik.

2.3.4 Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap peningkatan jumlah penderita Covid-19, seperti

yang sudah ditetapkan oleh WHO pada bulan Maret 2020 bahwa semua negara

didesak untuk melakukan langkah-langkah efektif untuk mengurangi penularan

Beiu et al., (2020). Oleh karena itu, tindakan pencegahan terhadap jenis penyakit

menular tersebut wajib dilakukan secepat mungkin yang sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2018 yaitu tentang Kekarantinaan Kesehatan, di mana

masyarakat perlu membatasi kegiatan sosial (Telaumbanua, 2020). Penyebaran

pada masyarakat pun dapat dikurangi salah satunya dengan menjaga kebersihan
tangan secara rutin (Beiu et al., 2020) dan upaya penggunaan masker

(Greenhalgh, Schmid, Czypionka, Bassler, & Gruer, (2020). Hal ini perlu

dilakukan karena Covid-19 dapat dengan mudah ditularkan melalui jalur

pernapasan (tetesan dari orang yang terinfeksi, melalui batuk atau bersin) dan

melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Seperti yang sudah

dilakukan oleh masyarakat China, bahwa penggunaan masker sudah menjadi

kewajiban yang harus diterapkan (Matthay, Aldrich, & Gotts, (2020) dalam (Meri

et al., 2020).

Di Negara Indonesia dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran virus

COVID-19 perlu upaya dari Pemerintah serta peran masyarakat untuk

mengatasinya. Berdasarkan himbauan dari Pemerintah RI, sebagai upaya

pencegahan serta penanganan penularan virus COVID-19, mengharuskan

masyarakat menjaga jarak minimal 1 meter dan selalu mencuci tangan dengan

sabun. Selain itu, masyarakat harus saling mengingatkan himbauan tersebut antara

satu dengan yang lainnya. Bagi Lansia, perlu ekstra penjagaannya karena

memiliki imunitas yang kurang baik bila dibandingkan dengan orang berusia

muda (Masrul, dkk., (2020) dalam (Frisma et al., 2020). Rekomendasi WHO

dalam menghadapi wabah Covid-19 adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri

dari cuci tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak

dengan seseorang yang memiliki gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk

atau bersin, dan berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek.

Rekomendasi jarak yang harus dijaga adalah satu meter WHO, (2020). Pasien

rawat inap dengan kecurigaan Covid-19 juga harus diberi jarak minimal satu

26
27

meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin,

dan diajarkan cuci tangan (WHO2, 2020) dalam (Meri et al., 2020).

2.3.5 Pengertian COVID 19

Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama resmi dari penyakit

baru ini, yaitu sebagai “COVID-19” (Coronavirus Disease 2019) yang tertera

pada International Classification of Diseases (ICD). Infeksi SARS CoV-2 pada

manusia menimbulkan gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk,

dan sesak napas. Pada kasus yang berat, penyakit ini dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gejala

penyakit ini dapat muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar virus tersebut

(Kemenkes RI, 2020) dalam (Moudy & Syakurah, 2020).

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-

CoV adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi

virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan

pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian (Wang, et

al, 2020) dalam (Timah, 2021). Coronavirus disease 2019 atau Covid-19

merupakan penyakit infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh corona virus

strain severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2 yang

pertama kali diidentifikasi pada akhir 2019 di kota Wuhan, Provinsi Hubei Cina

menurut (Beiu, Mihai, Popa, Cima, & Popescu, 2020) dalam (Meri et al., 2020)

1. Etiologi
Dalam laporan awal, analisis genom virus lengkap mengungkapkan bahwa

virus tersebut berbagi identitas urutan 88% dengan dua coronavirus akut yang

mirip kelelawar (SARS) yang diturunkan kelelawar. Ada empat protein

struktural utama yang dikodekan oleh genom koronaviral pada amplop, salah

satunya adalah spike protein (S) yang berikatan dengan reseptor enzim

pengonversi angiotensin 2 (ACE2) dan memediasi fusi selanjutnya antara

pembungkus sel dan sel inang untuk membantu entri virus ke dalam sel inang.

Pada 11 Februari 2020, Kelompok Studi Coronavirus (CSG) dari Komite

Internasional tentang Taksonomi Virus akhirnya menetapkannya sebagai

sindrom pernafasan akut berat coronavirus 2 (SARS-CoV-2) berdasarkan

filogeni, taksonomi, dan praktik yang sudah mapan. Segera kemudian, WHO

menyebut penyakit yang disebabkan oleh coronavirus ini sebagai Penyakit

Coronavirus 2019 (COVID-19). Berdasarkan data saat ini, tampaknya COVID-

19 mungkin awalnya dihosting oleh kelelawar, dan mungkin telah

ditransmisikan ke manusia melalui trenggiling atau hewan liar lainnya yang

dijual di pasar makanan laut Huanan tetapi penyebaran selanjutnya melalui

transmisi manusia ke manusia (Chen et al, 2020) dalam (Lubis, 2021)

Proses perjalanan penyakit ini masih belum banyak diketahui, namun

diduga tidak berbeda jauh dengan perjalanan penyakit dari virus pernafasan

lainnya yang sudah diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada manusia apabila

virus ini masuk ke dalam saluran pernafasan dapat mengakibatkan kerusakan

alveoli paru dan menyebabkan gagal nafas. Akan tetapi banyak orang yang

terinfeksi Sars-Cov 2 ini mengalami gejala ringan sampai sedang pada saluran

28
29

pernafasan yang dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan

penanganan khusus. Bagi kelompok orang dengan masalah kesehatan lain

seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit pernafasan kronis, diabetes dan

kanker, jika mengalami infeksi COVID-19 ini dapat mengalami masalah yang

lebih serius (WHO, 2020) dalam (Mahdalena, 2021).

2. Faktor Risiko Covid 19 Bagi Lansia

Virus yang menyebabkan COVID-19 menginfeksi orang-orang dari segala

usia. Namun, bukti sampai saat ini menunjukkan bahwa dua kelompok orang

berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang parah. Ini adalah orang

yang lebih tua (yaitu orang di atas 60 tahun tua), dan mereka yang memiliki

kondisi medis yang mendasarinya (seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,

pernapasan kronis) penyakit, dan kanker). Risiko penyakit parah secara

bertahap meningkat dengan usia mulai dari sekitar 40 tahun (WHO, 2020)

dalam (Setyaningsih & Dewi, 2020).

Dalam dua studi terbaru, para peneliti NYU (New York University)

menyebutkan ada beberapa faktor risiko yang menjadikan Covid-19 bisa

menginfeksi seseorang lebih parah, misalnya, pengaruh usia, obesitas

(kegemukan) dan penyakit kronis Citroner, G. Healthline, (2020) Pada lansia,

terutama mereka yang memiliki komorbiditas, memiliki tingkat kematian kasus

yang jauh lebih tinggi (sekitar 15% pada mereka yang berusia 80 tahun atau

lebih) daripada mereka yang lebih muda Centers for Disease Control and

Prevention, (2020) dalam (Setyaningsih & Dewi, 2020).


Seiring pertambahan usia, tubuh akan mengalami berbagai penurunan akibat

proses penuaan, mulai dari menurunnya produksi pigmen warna rambut,

produksi hormon, kekenyalan kulit, massa otot, kepadatan tulang, kekuatan

gigi, hingga fungsi organ-organ tubuh (American Heart Association, 2020)

dalam (Setyaningsih & Dewi, (2020).

Sistem imun sebagai pelindung tubuh pun tidak bekerja sekuat ketika masih

muda. Inilah alasan mengapa orang lanjut usia (lansia) rentan terserang

berbagai penyakit, termasuk COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona

Selain itu, tidak sedikit lansia yang memiliki penyakit kronis, seperti penyakit

jantung, diabetes, asma, atau kanker. Komplikasi yang timbul akibat COVID-

19 juga akan lebih parah bila penderitanya sudah memiliki penyakit-penyakit

tersebut (Worldometer, 2020) dalam (Setyaningsih & Dewi, 2020) .

3. Cara Penularan

Penularan dari manusia ke manusia telah terjadi sejak pertengahan

Desember 2019. Penyebaran lebih lanjut terus berlangsung dengan cepat

selama bulan-bulan berikutnya. Para peneliti memperkirakan bahwa angka

reproduksi untuk SARSCoV-2 adalah 2,2, yang berarti bahwa setiap orang

yang terinfeksi dapat menginfeksi rata-rata 2,2 orang. Dalam penelitian lain,

jumlah reproduksi SARSCoV-2 adalah 2,68 dengan waktu penggandaan

epidemi 6,4 hari. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Guangzhou

(CDC) mendeteksi bahwa pada kenop pintu yang disentuh oleh pasien yang

30
31

telah dikonfirmasi positif COVID-19 mengandung virus SARS-CoV-2 (Yang,

2020) dalam (Frisma et al, 2020) .

Berdasarkan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari manusia ke manusia

melalui percikan batuk/bersin (droplet). Orang yang paling berisiko tertular

penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 termasuk

yang merawat pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk mencegah

penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan

sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak

secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat

dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk

dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Depkes, 2020)

dalam (Timah, 2021).

2.3.6 Masker

Face mask atau masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan

sebagai metode untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau

kontaminan yang berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak

dimaksudkan untuk menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan

penyakit, tetapi digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya (Cohen

& Birdner, 2012).

1. Jenis-jenis Masker
Menurut (Redaksi, 2020) dalam (Buku Pedoman KKN-PPM Daring UGM,

(2020) ada 4 jenis masker, diantaranya yaitu:

a. Masker kain (cloth mask)

Masker kain merupakan masker yang terbuat dari kain yang dapat

dibersihkan dan digunakan kembali. Masker ini umumnya digunakan oleh

masyarakat yang sehat di tempat umum dan bukan petugas kesehatan dan

berfungsi untuk melindungi diri dari paparan virus maupun polusi.

Penggunaan masker kain digunakan sebagai pengganti masker medis untuk

mencegah kelangkaan masker medis yang diperlukan oleh petugas

kesehatan. Masker kain memiliki proteksi yang paling rendah dimana

masker ini tidak mampu menyaring seluruh partikel droplet atau partikel

virus yang melayang di udara. Kapasitas fitrasi masker kain hanya mampu

menyaring 10-60% partikel berukuran 3 mikron.

b. Masker bedah

Masker bedah lebih efektif melindungi dibandingkan dengan masker kain.

Namun penggunaannya yang hanya sekali pakai atau tidak dapat digunakan

secara berulang-ulang mengakibatkan terjadinya kelangkaan masker di

pasaran. Masker bedah meskipun lebih efektif dibandingkan dengan masker

kain dalam melindungi dari paparan virus, tetapi pada masker bedah masih

terdapat potensi kebocoran karena tidak menutup wajah secara penuh.

Efektivitas masker bedah dalam memfitrasi paparan virus sekitar 30-96%

dengan ukuran partikel yang dapat ditahan yaitu > 5µm. Masker bedah

32
33

dianjurkan untuk orang-orang yang sakit dan petugas kesehatan yang sehari-

hari berhubungan langsung dengan pasien.

c. Masker N95

Masker N95 memiliki tingkat proteksi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan masker bedah. Hal ini dikarenakan tidak adanya kebocoran atau

celah pada masker sehingga dapat melindungi dari paparan virus. Masker ini

mampu menahan partikel berukuran 0,1 mikron dengan efektivitas diatas

95%. Masker ini dianjurkan hanya bagi petugas kesehatan dan bukan untuk

masyarakat umum. Petugas kesehatan yang dimaksud yaitu mereka yang

berinteraksi dengan pasien yang memiliki potensi penularan tinggi atau

penyakit yang dapat menular melalui udara (airborne) maupun droplet.

Penggunaan masker N95 dikhususkan untuk kondisi dengan tingkat resiko

tinggi. Masker ini memiliki banyak lapisan bahan penyaring dan harus

menempel erat pada wajah sehingga sebelum penggunaannya diperlukan uji

pengepasan pada setiap pemakainnya.

d. Respirator mask atau full-face mask

Masker ini umumnya dipakai pada lingkungan industri yang memiliki

potensi terpapar partikel berbahaya. Masker ini memiliki proteksi sekitar

99% dan dipastikan tidak ada partikel berukuran 0,1 mikron yang dapat

menembus masker ini. Masker ini dapat dipakai secara berulang-ulang

namun dengan tetap memperhatikan prosedur pembersihan.


Sumber : www.pertamina.com

34
35

2. Manfaat dan Kekurangan Masker dalam Proteksi Virus

Jenis Masker Fitur Manfaat Proteksi Kekurangan

Powered Air- 1. Tutup kepala 1. Perlindungan 1. Mahal,


Purifying dapat lebih besar ketersediaan
Respirators disesuaikan dibandingkan terbatas.
(PAPRs) 2. Di lengkapi dengan N95. 2. Biaya tinggi
dengan baterai 2. Tidak butuh uji dan
3. Di lengkapi kesesuaian pada pemeliharaan
blower bentuk dan yang sulit.
bertenaga untuk ukuran wajah.
menyaring 3. Lebih nyaman
udara. 4. Bukan sekali
4. Untuk pakai
digunakan 5. Tidak membuat
selama prosedur sesak karena
aerosol generasi aliran udara
(AGP). lancer

N95 1. Desain pas Perlindungan yang 1. Memerlukan uji


Respirator tergolong ketat. lebih besar terhadap kesesuaian
(tingkat filtrasi aerosol dan tetesan secara
> 95%) dari masker medis. teratur dan
2. Digunakan oleh pengecekan
tenaga segel
kesehatan masker.
2. Persediaan
terbatas.
3. Harga lebih
mahal
dari masker
medis.

Masker 1. Bentuk 1. Lebih murah, 1. Masih mungkin


bedah tergolong agak lebih mudah di terjadi
longgar. dapat kebocoran
2. Peruntukan 2. Proteksi diatas udara
utama bagi 90% 2. Sekali pakai
tenaga
kesehatan
3. Orang dengan
gejala Covid-19
atau yang
dicurgai.
4. Orang yang
merawat pasien
yang
dikonfirmasi
dan dicurigai
Covid-19.
5. Orang yang
berusia 60 tahun
ke atas dan
berisiko tinggi.

Masker kain 1. Pemasangan 1. Bisa dibuat Tidak memberikan


longgar, sendiri, dicuci perlindungan yang
biasanya terbuat dan digunakan memadai dari
dari poliester kembali. aerosol.
atau kapas. 2. Penggunaan
2. Dapat dilapisi dapat mencegah
dengan kertas penimbunan
saring (sangat limbah masker
disarankan medis
dalam masa
pandemi).
3. Untuk
digunakan oleh
masyarakat
umum

Sumber : (WHO, 2020) dalam (Atmojo et al, 2020)

36
37

3. Cara Memakai Masker

Menurut (WHO, 2020) menyampaikan panduan berikut mengenai

penggunaan tepat atas masker, yaitu:

1. Bersihkan tangan sebelum memakai masker.

2. Periksa apakah ada sobekan atau lubang pada masker, dan jangan gunakan

masker yang rusak.

3. Tempatkan masker dengan hati-hati, dengan cara memastikan masker

menutup mulut dan hidung, sesuaikan bentuk masker dengan batang hidung,

dan pasang masker dengan kencang untuk meminimalisasi jarak apa pun

antara masker dan wajah. Jika masker menggunakan tali lingkar telinga (ear

loop), pastikan tali ini tidak menyilang, karena silangan ini memperlebar

jarak antara wajah dan masker.

4. Hindari sentuhan pada masker saat sedang memakai masker. Jika masker

tidak sengaja tersentuh, bersihkan tangan.

5. Gunakan teknik yang tepat untuk melepas masker. Jangan menyentuh

bagian depan masker, melainkan lepaskan masker dari belakang.

6. Jika masker menjadi lembab, segera ganti masker dengan masker yang baru

dan kering.

7. Buang masker atau simpan masker di dalam kantong plastik yang dapat

ditutup rapat kembali sampai masker tersebut dapat dicuci dan dibersihkan.

Jangan simpan masker di lengan atau pergelangan tangan atau menarik

masker ke dagu atau leher.


8. Segera bersihkan tangan setelah membuang masker.

9. Jangan menggunakan kembali masker sekali pakai.

10. Setelah masker dipakai satu kali, segera buang masker sekali pakai dengan

tepat setelah dilepas.

11. Jangan melepas masker saat berbicara.

12. Masker yang sama jangan dipakai bergantian dengan orang lain.

13. Cuci masker kain dengan sabun atau detergen dan sebaiknya dengan air

panas (minimal 60° Celsius) minimal sekali setiap hari. Jika penggunaan air

panas tidak memungkinkan, cuci masker dengan sabun/detergen dan air

bersuhu ruangan, kemudian rendam masker dalam air mendidih selama 1

menit.

4. Cara Melepaskan Masker

Cara melepaskan masker medis menurut (WHO, 2020) yaitu :

1. Sebelum menyentuh masker, bersihkan tangan dengan antiseptik berbasis

alkohol atau sabun dan air.

2. Lepaskan tali pengikat dari belakang kepala atau telinga, tanpa menyentuh

bagian depan masker.

3. Saat melepaskan masker, condongkan tubuh ke depan dan tarik masker dari

wajah.

4. Masker medis hanya untuk sekali pakai, buang masker segera, sebaiknya ke

tempat sampah tertutup.

5. Bersihkan tangan setelah menyentuh masker.

38
39

6. Waspadai kondisi masker, ganti jika kotor atau lembab.


Sedangkan cara melepaskan masker kain menurut (WHO, 2020) yaitu:

1. Bersihkan tangan sebelum melepas masker.

2. Lepaskan masker dengan melepasnya dari loop telinga tanpa menyentuh

bagian depan masker.

3. Jika masker kain tidak kotor atau basah dan akan digunakan kembali

masukan ke dalam kantong plastik bersih yang dapat di tutup kembali. Jika

perlu menggunakannya lagi pegang masker di simpul elastis saat

melepasnya dari tas.

4. Bersihkan masker sehari sekali.

5. Bersihkan tangan setelah melepaskan masker.

5. Efektivitas Penggunaan Masker

Bukti bahwa masker wajah dapat memberikan perlindungan yang efektif

terhadap infeksi pernapasan di masyarakat masih langka. Sangat sedikit

penelitian berkualitas yang tersedia tentang penggunaan masker kain, terutama

dalam konteks non-medis. Penggunaan masker kain selama pandemic

coronavirus (Covid-19) sampai dengan saat ini masih diperdebatkan (Susanna

Esposito, Nicola Principi, Chi Chi Leung, 2020) (Tirupathi, Bharathidasan,

Palabindala, Salim, & AlTawfiq, 2020) dalam (Putri, 2020).

Efektivitas filtrasi masker kain umumnya lebih rendah dari masker medis

dan respirator. Namun, masker kain mungkin memberikan perlindungan yang

signifikan apabila diproduksi dengan baik dan dipakai secara benar, sesuai

40
41

panduan Kementerian Kesehatan. Masker kain multilayer didesain agar sesuai

dapat menutup dan dagu yang terbuat dari kain tahan air dengan jumlah serat

benang yang banyak dan lebih halus, serta dapat memberikan perlindungan

secara baik (Chughtai, Seale, & Macintyre, 2020) dalam (Putri, 2020).

Penggunaan masker merupakan bagian dari keseluruhan upaya

pencegahan transmisi yang dilaksanakan dengan tetap menjaga jarak, menjaga

kebersihan tangan dan tindakan lain yang membentuk suatu tindakan preventif

saling berkaitan dalam mencegah transmisi Covid-19. Mengenakan masker kain

dengan efisiensi filtrasi yang lebih rendah mungkin masih lebih baik daripada

tidak memakai masker sama sekali ketika berada pada sekelompok komunitas

dengan risiko transmisi yang tinggi. Namun, masker ini tidak melindungi

individu yang sehat dari risiko tertular virus (Acute & Syndrome, 2020) dalam

(Putri, 2020).

Sejalan dengan rekomendasi terbaru oleh Pusat Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit AS (CDC) bagi orang sehat untuk mengenakan masker

yang terbuat dari bahan kain sebagai alternatif yang sederhana, ekonomis dan

berkelanjutan, sehingga masker bedah sekali pakai yang digunakan untuk

penanganan masyarakat yang terjangkit Covid- 19 dan respirator N95 dapat

diprioritaskan untuk fasilitas pelayanan kesehatan. Intervensi seperti itu

kemungkinan besar akan menghemat kebutuhan di tengah sumber daya yang

terbatas (Susanna Esposito, Nicola Principi, Chi Chi Leung, 2020). Karena

ketersediaan masker untuk tenaga kesehatan mengalami krisis, termasuk masker


N95, di beberapa negara masker non-medis, seperti masker kain

direkomendasikan untuk digunakan oleh masyarakat (Szepietowska, Krajewski,

& Szepietowski, n.d.) dalam (Putri, 2020).

Masker pelindung dapat mengurangi kemungkinan infeksi, tetapi tidak

menghilangkan risiko, terutama ketika suatu penyakit memiliki lebih dari satu

jalur penularan. Jadi, masker apapun tidak akan berpengaruh dari segi efisiensi

penyaringannya atau seberapa bagus segelnya, serta akan memiliki efek

minimum jika tidak digunakan bersamaan dengan upaya pencegahan lainnya

(Silva, 2020) dalam (Putri, 2020).

2.4 Lansia
2.4.1 Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari

fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

proses yang disebut aging process atau proses penuaan (WHO, 2015) dalam

(Setyaningsih & Dewi, 2020).

Lansia atau usia lanjut adalah fase di mana terjadinya proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Dapat

disimpulkan lansia yang berusia 60 tahun ke atas akan mengalami penurunan daya

42
43

tahan tubuh yang rentan terhadap infeksi (Constantinides, (1994) dalam (Yakub

dan Herman, 2011).

Batasan umur lanjut usia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas, hal ini di

pertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Kemenkes RI, 2016).

2.4.2 Batasan-batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam (Larandang et al,

2019), ada empat tahapan yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015) lanjut usia dikelompokkan

menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari

70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan) (Larandang et al, 2019)

2.4.3 Klasifikasi Lansia

Menurut (WHO, 2013) dalam (Setyaningsih & Dewi, 2020):

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun

3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.


4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

2.4.4 Karakteristik Lansia

Menurut pusat data dan informasi, (Kementerian Kesehatan RI, 2016),

karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini:

1. Jenis kelamin

Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini

menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.

2. Status perkawinan

Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus

kawin 60% dan cerai mati 37%

3. Living arrangement

Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan perbandingan

banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan >65 tahun) dengan

orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka tersebut menjadi cermin

besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung penduduk usia produktif

untuk membiayai penduduk usia nonproduktif.

4. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa menjadi

indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka kesakitan

44
45

menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. (larandang et

al, 2019)
2.5 Kerangka Teori
Pengertian Pengetahuan Pengertian perilaku
Tingkat pengetahuan Jenis-jenis perilaku
Faktor yang
Faktor-faktor terjadinya
mempengaruhi
pengetahuan perubahan perilaku
Perilaku
Pengukuran Pengetahuan Perilaku kesehatan

Pengukuran perilaku

Lansia
Pengertian pencegahan

Tingkat pencegahan

Corona Virus Konsep-konsep penting


Upaya pencegahan
Disease
proteksi diri
Proses pencegahan

Upaya pencegahan

Face Mask Pengertian face mask


atau Masker atau masker
Jenis-jenis face mask
Manfaat dan
kekurangan masker
dalam proteksi virus
Cara memakai masker
Cara melepaskan
masker
Efektivitas penggunaan
masker

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber : Modifikasi dari Teori : Sukaesih et al, (2020), Kholid, (2012), Notoatmodjo,
(2012), Azwar, (2012), Kemenkes RI, (2016), WHO, (2020)
46
,
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : modifikasi teori notoatmodjo (2012)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah disusun

sebelumnya dalam tinjauan pustaka. Kerangka konsep merupakan visualisasi

hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah

membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang

digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya (Masturoh & Nauri, 2018).

Kerangka konsep dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan dan perilaku lansia tentang penggunaan masker sebagai upaya

proteksi pencegahan diri.

Pengetahuan memiliki hubungan dengan perilaku lansia dalam penggunaan

masker karena pengetahuan yang baik dapat mencegah penyebaran covid-19.

Perilaku memiliki hubungan dengan penggunaan masker karena seseorang yang

memiliki perilaku yang positif atau baik mempunyai keinginan dalam mencegah

penularan Covid-19 . Dalam penelitian ini didapatkan masalah berupa

pengetahuan lansia yang rendah terhadap penggunaan masker, bagaimana

menggunakan masker yang benar, jenis masker serta kegunaan masker. Sehingga

berepengaruh pada perilaku lansia yang tidak menggunakan masker, tidak

memakai masker sesuai standar serta menggunakan masker yang berkali kali.

Maka dari itu untuk memiliki perilaku yang mednukung upaya proteksi diri

terhadap pencegahan covid 19 maka perlu ditingkatan pengetahuan lansia

40
41

terhadap penggunaan masker serta proteks diri dari covid 19. Maka dapat

digambarkan dua variabel yaitu pengetahuan sebagai variabel bebas dan perilaku

sebagai variabel terikat.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan Perilaku

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012). Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari masing-

masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional variabel

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No Variabel Pengertian Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1. Pengetahuan Segala Kuesioner Mengisi a. Baik yaitu Ordinal


sesuatu Kuesioner menjawab
yang benar 76-
diketahui 100% dari
oleh lansia yang
mengenai diharapkan
penggunaan b. Cukup
masker yaitu
sebagai menjawab
upaya benar 56-
proteksi diri 75% dari
dari yang di
penyebaran harapkan
covid-19 c. Kurang
yaitu
menjawab
benar
<56% dari
yang di
harapkan.
(Lawrence
Green
dalam
Notoatmod
jo, 2012)

2. Perilaku Upaya Kuesioner Mengisi Positif : jika Ordinal


responden Kuesioner skor T hasil
dalam penghitunga
pencegahan n>mean T
diri dari
terpaparnya Negatif :
covid-19 jika skor T
hasil
penghitunga
n<mean T

(Azwar,
2012 ).

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

penelitian (Nursalam, 2017). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah

dikemukakan di BAB II, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini:

Ha : Tidak ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan perilaku penggunaan

masker sebagai upaya proteksi diri dari corona virus disease di Desa Kasturi

Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan 2021

42
43

Ho : Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan perilaku penggunaan

masker sebagai upaya proteksi diri dari corona virus disease di Desa Kasturi

Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan 2021


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

penelitian kuantitatif. Penelitian yaitu penelitian yang sistematis terhadap bagian-

bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya menggunakan Desain

penelitian observasional analitik (Dharma, 2017). Desain penelitian ini adalah

cross sectional dengan pendekatan deskriptif analitik. Cross sectional adalah

Desain penelitian analitik yang memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antar

variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diartikan pada satu

waktu. Pendekatan deskriptif analitik adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah yang berkaitan dengan

bentuk penyajian (Dharma, 2017).

4.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara

satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian, misalnya jenis

kelamin, berat badan, indeks massa tubuh, kadar hemoglobin (Dharma, 2011)

dalam (Sari, 2019).

4.2.1 Variabel Bebas

43
Variabel bebas (independent) merupakan variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. (Nursalam, 2017) dalam (Sari, 2019). Dalam penelitian

ini variabel bebasnya adalah pengetahuan.

44
45

4.2.2 Variabel Terikat

Variabel Terikat (dependent) merupakan faktor yang dinikmati dan diukur

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2017) dalam (Sari, 2019). Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah perilaku.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan pihak yang akan dijadikan subjek penelitian

yang akan dihitung. Populasi terdiri dari subjek dan objek yang memiliki

karakteristik sama yang akan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2016). Populasi

dalam penelitian ini adalah Lansia di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan

Kabupaten Kuningan Tahun 2021 berjumlah 343 jiwa.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah satuan yang lebih kecil yaitu sekelompok individu

yang merupakan bagian dari populasi yang dapat ditemui, di mana peneliti

langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan, pengukuran (Dharma,

2011). Sampel pada penelitian ini adalah responden yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi penelitian.

Kriteria inklusi:

1. Lansia yang bersedia menjadi responden penelitian


2. Lansia yang berumur 45-65 tahun.

3. Lansia dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar/setara sampai dengan

perguruan tinggi

4. Lansia dengan kondisi sehat baik mental maupun fisik

Kriteria eksklusi:

1. Lansia yang sedang memiliki penyakit menahun dan penyakit menular.

Sampel pada penelitian yang akan dilakukan ini adalah populasi yang

diambil secara tidak acak atau non probability sampling dengan teknik purposive

sampling di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Responden

yang akan digunakan sebagai sampel penelitian menggunakan tingkat kesalahan

10%. Untuk menghitung penentuan jumlah sampel yang akan digunakan dari

populasi tertentu yang dikembangkan, maka pengambilan sampel menggunakan

rumus slovin sebagai berikut:

N N
n=
N .(d 2)+1 N .(d 2)+1

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = populasi

d = tingkat kesalahan

Dari penentuan jumlah sampel yang digunakan penulis menggunakan tingkat

kesalahan 10% karena dalam setiap penelitian tidak akan mungkin jika hasilnya

46
47

sempurna yaitu 100%. Jumlah populasi yang akan digunakan yaitu sebanyak

responden dengan perhitungan-perhitungan sebagai berikut:


343
n=
1+ 0 ,1². n

343
n=
1+ 0,01 x 353

343
n=
4,53

n = 75,7 (dibulatkan menjadi 76 responden)

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2017).

Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang akan

dibuat sendiri oleh peneliti. Data yang diperoleh dari kuesioner pengukuran

kemudian akan dianalisis dan dibuat sebagai bukti dari suatu penelitian. Instrumen

yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Data yang diperoleh

dari kuesioner pengukuran kemudian akan dianalisis dan dibuat sebagai bukti dari

suatu penelitian.

4.4.1 Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner tingkat pengetahuan ini untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh tingkat pengetahuan tentang penggunaan face mask sebagai upaya

proteksi pencegahan diri pada lansia. Terdapat 10 pernyataan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan lansia dengan penggunaan masker sebagai upaya proteksi

pencegahan diri dari covid-19 dengan menggunakan skala guttman. Skala dalam

penelitian ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ”benar dan salah”.

48
49

Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang berbentuk

kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada

jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian pada kuesioner ini

yaitu jika benar nilainya 1 jika salah nilainya 0.

4.4.2 Kuesioner Perilaku

Instrumen yang digunakan untuk melihat perilaku lansia dengan

penggunaan masker sebagai upaya proteksi pencegahan diri terhadap covid-19

dengan menggunakan kuesioner yang di buat oleh peneliti dan menggunakan

skala Guttman. Skala dalam penelitian ini didapat jawaban yang tegas “sangat

setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju”. Untuk skor perilaku positif

dinilai sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Untuk

skor perilaku negatif sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, dan sangat tidak

setuju 4.

4.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.5.1 Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan pengukuran suatu instrumen, di mana suatu

instrumen ini akan valid untuk mengukur apa yang akan diukur. Menurut

Setiawan (2010), faktor yang menyebabkan pertanyaan menjadi tidak valid antara

lain persepsi yang sama antara responden terhadap suatu variabel pertanyaan

sehingga menghasilkan nilai validitas sebesar nol (0). Instrumen dalam penelitian

ini belum dilakukan uji validitas sehingga peneliti akan melakukan uji validitas di

Desa Kadugede dengan jumlah responden 20 jiwa dan waktunya akan

dilaksanakan pada bulan Juli dengan menggunakan Rumus pearson product


moment yang digunakan, sebagai berikut:

50
51

r = NƸ XY − ƸX . (ƸY) √{nƸX2 − (ƸX2)}{nƸY2 − (ƸY2)}

Keterangan:

r : Koefisien korelasi antar variabel X dan Y

n : Jumlah responden

x : Nilai dari setiap pertanyaan

y : Skor

NƸXY : Jumlah perkalian X dan Y

ƸX : Jumlah skor item (X)

ƸY : Jumlah skor total item (Y)

Langkah diketahuinya validitas suatu instrumen yaitu dengan cara

melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Skor

pada setiap item dijumlahkan kemudian dikorelasikan dengan jumlah skor

totalnya, hasil dari skor instrumen lembar kuesioner akan dicocokkan dengan

tabel statistik. Nilai r (Koefisien korelasi antar variabel X dan Y) dikatakan valid

jika r hitung (r pearson) lebih besar atau sama dengan r tabel. Selain itu, variabel

dikatakan valid jika nilai signifikansi p<0,05 (Azwar, 2009)

4.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat merupakan tingkat konsistensi dari suatu

pengukuran. Nilai yang menuju jauh pada alat ukur yang dapat dipercaya dan

diutamakan (Dharma, 2015). Instrumen dalam penelitian yang akan dilakukan ini

menggunakan Kuesioner Pengetahuan, Perilaku dan Upaya Proteksi Pencegahan


Diri yang kuesionernya telah dibuat sendiri oleh peneliti yang akan dilakukan Uji

Ekspert. Peubah pertanyaan pada aspek kompetensi dinyatakan reliabel apabila

mempunyai nilai cronbach’s alpha > 0,6. Uji reabilitas instrumen dalam

penelitian ini menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

(Arikunto, 2013), dikarenakan untuk mengetahui tingkat reliabel yang tinggi,

dengan rumus sebagai berikut:

Pengujian reliabilitas menggunakan uji Alfa Cronbach dilakukan untuk

instrumen yang memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion, 2013).

Instrumen tersebut misalnya instrumen berbentuk esai, angket, atau kuesioner.

Rumus koefisien reliabilitas Alfa Cronbach adalah sebagai berikut :

Ri = koefisien reliabilitas Alfa Cronbach

K = jumlah item soal

∑si2 = jumlah varians skor tiap item

st2 = varians total

4.6 Teknik Pengumpulan Data

4.6.1 Sifat dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang bersifat

kuantitatif karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai

terhadap besaran atas variabel yang diwakilinya. Sumber data penelitian

dibedakan menjadi 2, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder

52
53

(Sugiyono, 2015) dalam (Carolina, 2017). Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Pengertian data primer menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengambilan data untuk

variabel pengetahuan dam perilaku diambil secara langsung menggunakan

kuesioner pada lansia di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan.

b. Data Sekunder

Pengertian data sekunder menurut Sugiyono (2015) adalah sumber data

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen. Pengumpulan data untuk jumlah

lansia di Desa Kasturi diambil secara langsung, data diambil dari dokumen

yang diperoleh dari Kepala Desa Kasturi.

4.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode kuesioner untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Alat pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari

pertanyaan yang berisi tentang pengetahuan dan perilaku lansia dalam

penggunaan face mask sebagai upaya proteksi diri dari corona virus disease di

Desa Kasturi Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan Tahun 2021

Prosedur penelitian:
1. Tahap Persiapan

Pada tahap awal penyusunan proposal penelitian, peneliti menemukan

masalah dan lahan penelitian terlebih dahulu. Kemudian melakukan pendekatan

terhadap objek terkait, yaitu lansia di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan untuk

melakukan studi pendahuluan. Studi kepustakaan dilakukan peneliti

menggunakan e-book dan e-jornal dari internet. Tahap selanjutnya adalah

menyusun proposal peneliti dilanjutkan dengan seminar proposal peneliti.

Selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen peneliti. Dalam tahap ini,

peneliti juga mengajukan surat ijin penelitian ke Desa Kasturi Kecamatan

Kuningan.

2. Tahap Pelaksana

Pada tahap pelaksana, peneliti melaksanakan penelitian setelah

mendapatkan izin dari Kepala Desa di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan.

Sebelum memberikan kuesioner, peneliti melakukan informed consent kepada

responden mengenai tujuan dan cara pelaksaan. Apabila responden setuju,

peneliti memberikan kuesioner untuk dilakukan pengisian yang sebelumnya

telah dijelaskan terlebih dahulu cara-cara pengisian kuesioner. Setelah itu

peneliti melakukan pengelolaan data dan analisis data.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir peneliti, peneliti melakukan penyusunan laporan hasil

peneliti, kemudian peneliti melakukan sidang skripsi untuk mempertanggung

jawabkan hasil penelitian. Setelah itu peneliti mendokumentasikan hasil

54
55

penelitian dan menggandakan hasil penelitian yang sebelumnya telah dinilai oleh

para dosen dan penguji.


4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pada rangkaian penelitian, setelah melaksanakan pengumpulan data

selanjutnya yaitu pengolahan data (Heriana, 2015:7). Tujuan dari pengolahan data

pada penelitian yaitu agar memberikan data yang tidak mentah (raw data) pada

hasil penelitian, sehingga diperoleh informasi yang dapat menjawab tujuan

penelitian tersebut. Menurut Heriana (2015:7), terdapat empat tahapan dalam

pengolahan data, yaitu sebagai berikut:

a. Editing data

Editing data adalah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa isi kuesioner

atau formulir yang digunakan penelitian (Heriana, 2015:7). Pada penelitian

ini, tahap editing data dilakukan untuk memeriksa jawaban dari pertanyaan

atau pernyataan yang ada di kuesioner penelitian. Pemeriksaan yang

dimaksud yaitu data tersebut lengkap (pertanyaan atau pernyataan sudah

terisi atau terjawab semua) dan data tersebut jelas (jawaban yang ditulis dari

pertanyaan atau pernyataan jelas terbaca). Tahap ini penting karena apabila

terdapat kuesioner yang tidak ada jawabannya atau masih kurang lengkap,

maka dapat segera di lengkapi sebelum data dianalisis.

b. Coding data

Coding data adalah kegiatan melakukan perubahan data yang berupa huruf

menjadi data angka/bilangan (Heriana, 2015:8). Coding data dapat diartikan

56
57

juga sebagai pengkodean data. Tahap coding data dilakukan pada penelitian

ini agar saat menganalisis data, peneliti dapat memasukkan data dengan

mudah dan cepat. Pada penelitian yang akan dilakukan ini coding-nya yaitu

Kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entri atau memasukkan

data. Pada penelitian ini coding dilakukan pada saat melakukan input data

responden seperti jenis kelamin. Code untuk jenis kelamin laki-laki ialah 1

dan jenis kelamin perempuan ialah 2. Lalu untuk data lainnya seperti nilai

quiz dan kuesioner tidak menggunakan coding tertentu saat proses input dan

analisisnya. Kecuali coding dilakukan saat melakukan input jawaban dari

quiz dan kuesioner.

Pada penelitian yang akan dilakukan Peneliti pada kuesioner pertama yaitu

tingkat pengetahuan menggunakan skala menurut guttman yaitu “Benar”

dan “Salah”. Favorable skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 jika salah.

Untuk unfavoreble skor 0 jawaban benar dan salah 1 jawaban salah,

kuesioner kedua yaitu Perilaku menggunakan skala Likert yaitu pernyataan

favorable dan unfavorable Skor jawaban terdiri dari angka 1,2,3, dan 4 yaitu

di mana Sangat setuju 4, Setuju 3, Tidak setuju 2, dan Sangat tidak setuju 1

pada pernyataan favourable, namun, terbanding balik dengan unfavourable

yaitu Sangat setuju 1, Setuju 2, Tidak setuju 3, dan Sangat tidak setuju 4,

dan kuesioner yang ketiga yaitu Pencegahan menggunakan skala guttman

yaitu favourable : tidak=1, ya=2 dan unfavourable : tidak=2, ya=1.


c. Processing data

Processing data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner penelitian

ke dalam program komputer (Heriana, 2015) dalam (Etanol et al., 2017).

Tahap processing data dilakukan pada penelitian ini agar data yang

diperoleh dari kuesioner dapat dianalisis. Pada penelitian ini, untuk

memasukan serta memproses data menggunakan software pengolah data.

d. Cleaning data

Cleaning data adalah kegiatan pemeriksaan kembali data yang telah

dimasukkan untuk memastikan ada atau tidaknya kesalahan data. Pada saat

memasukkan data ke program komputer terdapat kemungkinan terjadinya

kesalahan (Heriana, 2015:8) dalam (Etanol et al., 2017). Pada penelitian ini,

peneliti melakukan tahapan cleaning data untuk melakukan pemeriksaan

ulang jika terjadi kesalahan seperti terdapat missing data di hasil output

software pengolah data.

4.7.2 Analisa Data

Analisis data dilakukan setelah pengolahan data selesai. Analisis data

dilakukan pada penelitian ini untuk mendapatkan arti dan makna dari data yang

diperoleh sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah. Pada penelitian ini,

analisis data yang digunakan yaitu ada dua, meliputi:

a. Analisis Univariat

58
59

Analisis univariat juga dapat diartikan sebagai analisis deskriptif. Analisis

univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan karakteristik dari variabel yang diteliti (Heriana, 2015:53)

dalam (Etanol et al., 2017). Dalam penelitian ini akan menggunakan uji

univariat distribusi frekuensi yaitu untuk mengetahui data tingkat

pengetahuan, perilaku, pencegahan karakteristik responden meliputi, jenis

kelamin, pendidikan, sedangkan untuk data usia peneliti akan menganalisis

menggunakan mean/median sesuai dengan hasil uji normalitas. Uji

Normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorv-Smirnov, karena

jumlah responden penelitian ini > 50. Rumus:

p
P= =100 %
f

Keterangan:

p = persentase

f = frekuensi

n = jumlah seluruh observasi

b. Analisis Bivariat

Menurut Badriah, (2019) “analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga saling berhubungan satu sama lain, dapat dalam kedudukan

yang sejajar dan kedudukan yang merupakan sebab akibat”. Analisis

bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

lansia dengan perilaku penggunaan masker sebagai upaya proteksi diri dari

penyebaran covid-19 di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan 2021. Variabel


dalam penelitian ini menggunakan skala nominal dan ordinal, maka uji

statistik yang dapat digunakan yaitu uji kolerasi non parametrik dengan

menggunakan rumus Chi-Square.

Uji ststistik Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara dua

variabel independen dengan variabel dependen yang keduanya berbentuk

kategori. Menurut Arikunto, (2013) “Chi-Square digunakan apabila variabel

yang dikolerasikan berbentuk kategori nominal dan ordinal, serta digunakan

untuk menguji signifikan perbedaan frekuensi yang diobservasi dengan

frekuensi yang diharapkan. Skala pengukuran data minimal berskala

nominal dan ordinal yang dapat dihitung frekuensinya dengan batas

kemaknaan 95 % (ɑ = 0,05)”. Adapun rumus uji Chi-Square adalah sebagai

berikut :

( Yo − fℎ )2
2
X =∑
fℎ

Keterangan:

X2 : Chi Square

Yo : Frekuensi yang diobservasi

fℎ : Frekuensi yang diharapkan

∑ : Jumlah seluruh sel yang diharapkan

Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan adanya hubungan dua variabel

dalam penelitian ini bermakna atau tidak. Hubungan antara variabel independen

dengan dependen dikatakan bermakna bila p-value <0,05. Nilai p value ditentukan

dengan cara:

60
61

a. Bila tabel 2x2 dijumpai sel expected (harapan) <5, maka tabel yang digunaka

n adalah Fishers Exact Test.

b. Bila tabel 2x2 dijumpai sel expected (harapan) >5, maka tabel yang digunaka

n adalah Continuity Correction.

c. Bila tabel 2x2 atau lebih, misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka tabel yang

digunakan adalah Pearson Chi-Square.

4.8 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah peraturan yang digunakan saat melakukan penelitian

(Masturoh dan Anggita .T, 2018). Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan

penelitian harus menerapkan sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan

prinsip yang terkandung dalam etika penelitian. Tidak semua penelitian memiliki

risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subjek penelitian, tetapi peneliti

tetap berkewajiban untuk mempertimbangkan aspek moralitas dan kemanusiaan

subjek penelitian.

Dalam penelitian ini akan diterapkan 8 prinsip penelitian menurut Masturoh

dan Anggita (2018) di antaranya:

1. Menghormati atau Menghargai Subjek (Respect For Person)

2. Manfaat (Beneficence)

3. Tidak Membahayakan Subjek Penelitian (Non Maleficence)

4. Keadilan (Justice)

4.9 Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian

4.9.1 Lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan dengan

alasan karena di tempat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang

hubungan tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku penggunaan masker

sebagai upaya proteksi diri dari penyebaran covid-19.

62
63

4.9.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli sampai dengan 15 Juli 2021.

4.9.3 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian terlampir di lampiran


DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, Joko Tri, Iswahyuni, S., Rejo, & Setyorini, C. (2020). Penggunaan
Masker Dalam Pencegahan Dan Penanganan Covid-19. Penggunaan Masker
Dalam Pencegahan Dan Penanganan Covid-19: Rasionalitas, Efektivitas,
Dan Isu Terkini, 3(2), 84–95.
Carolina, F. A. (2017). Analisis Penerimaan Pengguna Sistem Informasu
Akuntansi Dalam Perspektif Technologi Acceptance Model. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Dan, P., Laporan, P., Praktek, K., Iii, P. D., Studi, P., Mesin, T., Tinggi, S., &
Wiworotomo, T. (2007). Buku pedoman. 0281, 1–74.
Devi Pramita Sari, & Nabila Sholihah ‘Atiqoh. (2020). Hubungan Antara
Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker Sebagai
Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 Di Ngronggah. Infokes: Jurnal Ilmiah
Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 10(1), 52–55.
https://doi.org/10.47701/infokes.v10i1.850
Dharma, K. K. (2017). metodologi penelitian keperawatan (revisi tah). CV. Trans
Info Media.
Erlin, F. (2021). Edukasi Pencegahan Covid-19 Bagi Lansia Panti Jompo. 5(1),
257–265.
Etanol, E., Waru, D., & Hibiscus, G. (2017). Digital Digital Repository
Repository Universitas Universitas Jember Jember Bacillus cereus Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember.
Fitria. (2013). 済 無 No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Frisma, F., Resa Fitria Andeani, Nadia Rosita, Fitri Ardian, & Anisa Tiara
Septiani. (2020). Pemberdayaan serta Penerapan Protokol Kesehatan di
Posyandu Puskesmas Leuwigoong Kabupaten Garut, Jawa Barat Sebagai
Upaya Mencegah Penularan COVID-19. JURPIKAT (Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat), 1(1), 1–12. https://doi.org/10.37339/jurpikat.v1i1.270
Info Virus Corona. (2020). Info Virus Corona.
Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, A. and A. (2012). Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta | 9. Jurnal Kesehatan, 6(6), 9–33.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf
larandang, rulban, Sudirman, S., & Yani, A. (2019). Gizi Lanjut Usia (Lansia).
9–21. https://doi.org/10.31227/osf.io/fc7vj
Lowing, V. G., Sumampouw, O. J., Pinontoan, O., Kesehatan, F., Universitas, M.,
Ratulangi, S., Respiratory, S. A., & District, E. L. (2021). 79 gambaran
prilaku pencegahan penyebaran corona virus disease 2019 pada masyarakat
pesisir desa atep oki kecamatan lembean timur. 10(4), 79–86.
Lubis, D. A. S. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap dan
Perilaku terhadap Pencegahan Infeksi Covid-19 Pada Mahasiswa Semester
6 Fakultas Kedokteran USU.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/31033
Meri, Khusnul, Suhartati, R., Mardiana, U., & Nurpalah, R. (2020).

64
65

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penggunaan Hand Sanitizier dan Masker


Sebagai Upaya Preventif Terhadap Covid-19. Bantenese - Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(1), 26–33.
https://doi.org/10.30656/ps2pm.v2i1.2340
Moudy, J., & Syakurah, R. A. (2020). Pengetahuan terkait usaha pencegahan
Coronavirus Disease (COVID-19) di Indonesia. Higeia Journal of Public
Health Research and Development, 4(3), 333–346.
Natalia, D. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Covid-19 dengan
Perilaku Gizi Seimbang pada Masyarakat Umum Kota Medan.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/30882
Nurul Aula, S. K. (2020). Peran Tokoh Agama Dalam Memutus Rantai Pandemi
Covid-19 Di Media Online Indonesia. Living Islam: Journal of Islamic
Discourses, 3(1), 125. https://doi.org/10.14421/lijid.v3i1.2224
Pikobar. (2021). Angka Kejadian di Jawa Barat. Tetap Waspada Dengan
Menerapkan AKB Selama Vaksin Belum Ditemukan, Cara Terbaik Untuk
Kembali Beraktivitas Adalah Dengan Menerapkan ADAPTASI KEBIASAAN
BARU (AKB) Di Tengah Pandemi. Berdasarkan Peraturan Gubernur No.63
Tahun 2020, Penentuan Risiko Kesehata.
Putri, S. I. (2020). Studi Literatur: Efektivitas Penggunaan Masker Kain dalam
Pencegahan Transmisi Covid-19. Jurnal Kesehatan Manarang, 6(khusus),
10.
Resources, N., iisd (International Institute for Sustainable Development, Report,
F., Wicke, B., Sikkema, R., Dornburg, V., Faaij, A., Creech, H., Jabatan
Penerangan Malaysia, Ministry of Economic Affairs, Saadatian, O., Ba, A.
F., Nadeson, T., Barton, M., Greenwald, P., UNCED, Monjelat, N.,
Carretero, M., ‫ عبد الفتاح شراد خضير‬،‫ • التميم ّي‬,‫عباس‬, … Joy, M. K. (2018). No
Titleq‫داد‬q‫وبي بغ‬q‫الى جن‬q‫دراسة بيئية وبكتيرية لمياه نهري دجلة ودي‬. Director, 15(40), 6–13.
http://awsassets.wwfnz.panda.org/downloads/earth_summit_2012_v3.pdf
%0Ahttp://hdl.handle.net/10239/131%0Ahttps://www.uam.es/gruposinv/mev
a/publicaciones jesus/capitulos_espanyol_jesus/2005_motivacion para el
aprendizaje Perspectiva alumnos.pdf%0Ahttps://ww
Sapti, M. (2019). 済 無 No Title No Title. Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9), 1689–1699.
Sari, N. M. D. K. (2019). Pengaruh Terapi Menulis Ekspresif Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada ODHA di Yayasan Spirit Paramacitta Denpasartahun
2019. 4, 5–10.
Sekar Wijaya, C., Khoirotul Umaroh, A., & Umam Ekosakti, N. (2020). Praktek
Cuci Tangan dan Penggunaan Masker dalam Pencegahan COVID-19 pada
Lansia di Jawa Tengah. University Research Colloqium, 301–306.
Setyaningsih, W., & Dewi, N. A. (2020). Gambaran Persepsi , Sikap , Serta
Perilaku Lansia Dan Pra-Lansia Tentang Pencegahan Penularan Covid-19
Di Wilayah Jabodetabek Tahun 2019-2020 dari rencana tahun pertama
Disusun Oleh : Proposal Program Penelitian Tahun 2020 (Issue
01025056601).
Simanjuntak, E. Y. B., Silitonga, E., & Aryani, N. (2020). Jurnal abdidas. Jurnal
Abdidas, 1(3), 119–124.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif,kualitatif,dan R&D.
ALFABETA,CV.
Sukesih, S., Usman, U., Budi, S., & Sari, D. N. A. (2020). Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 258.
https://doi.org/10.26751/jikk.v11i2.835
Tietjen Linda, Deboda, B., & Noel, M. (2004). panduan pencegahan infeksi untuk
fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas ( saifudin bari
Abdul, S. Sudraji, Djajadilaga, & Santoso iman budi (Eds.)). yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo.
Timah, S. (2021). Hubungan Penyuluhan kesehatan dengan Pencegahan covid 19
di Kelurahan kleak kecamatan Malalayang Kota Manado. Indonesian
Journal of Community Dedication (IJCD), 3, 7–14.
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). A “missing” family of classical orthogonal
polynomials. Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8),
1689–1699. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
WHO. (2020a). Coronavirus disease (COVID-19): Masks.
Https://Www.Who.Int/Emergencies/Diseases/Novel-Coronavirus-
2019/Question-and-Answers-Hub/q-a-Detail/Coronavirus-Disease-Covid-19-
Masks. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-
2019/question-and-answers-hub/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19-
masks
WHO. (2020b). Jumlah kasus covid-19. 68–70.
WHO. (2020c). Penggunaan Masker Dalam Konteks COVID-19. World Health
Organization, 1–23. https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-
19.pdf?sfvrsn=9cfbcc1f_5
Willy. (2021). Hubungan Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap Masyarakat dengan
Perilaku Pencegahan Wabah Virus Corona.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/30911
Yakub dan Herman. (2011). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention
Center Di Kota Tegal, 4(80), 4.

66
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi
Bulan
N Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
o 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
Judul
2 Studi
Pendahuluan
3 Penyusunan
Proposal
4 Seminar
Proposal gel.1
5 Seminar
Proposal gel.2
6 Penulisan
Skripsi
7 Sidang Skripsi
gel.1
8 Sidang Skripsi
gel.2
Nomor : B.066/K-STIKKU/IV/2021
Lampiran :-
Perihal : Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Kuningan

Kuningan, 8 April 2021

Kepada:
Yth. Kepala Desa Kasturi
Di
Tempat

Disampaikan dengan hormat berkenaan dengan kegiatan


penyusunan Skripsi sebagai tugas akhir pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Bersama ini kami mohon bantuan untuk mengijinkan Mahasiswa
kami :
Nama : Bella Tania Defanthy
NIM : CKR0170064
Untuk memperoleh informasi tentang Studi Pendahuluan mengenai
“Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku
Penggunaan Masker Sebagai Upaya Proteksi Diri Dari
Penyebaran Covid-19 Di Desa Kasturi Kecamatan Kuningan
2021” Adapun kegiatan tersebut diperlukan guna melengkapi
bahan-bahan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Demikian atas bantuan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Ketua,

46
47

Tembusan:
1. Yth. Ketua YPBHK (sebagai laporan)
Lampiran 2 Surat Permohonan Responden
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth : Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa STIKes

Kuningan (STIKKu) Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII (delapan)

Nama : Bella Tania Defanthy

NIM : CKR017064

Berkenaan sedang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi dengan

judul “Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Penggunaan

Masker Sebagai Upaya Proteksi Diri Dari Penyebaran Covid-19 Di Desa

Kasturi Kecamatan Kuningan 2021”.

Apabila Saudara/i menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan

untuk mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya

ajukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Kuningan, Juni 2021


Hormat Saya

Bella Tania Defanthy


Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin :

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh Hilmi Rohmatika Sari yang berjudul : Hubungan Antara

Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Penggunaan Masker Sebagai Upaya

Proteksi Diri Dari Penyebaran Covid-19 Di Desa Kasturi Kecamatan

Kuningan 2021. Demikian persetujuan ini saya buat dengan sejujurnya dan tanpa

ada paksaan dari pihak manapun.

Kuningan, Juni 2021

Responden

(...................................)
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LANSIA
DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER
SEBAGAI UPAYA PROTEKSI DIRI DARI
PENYEBARAN COVID-19 DI DESA KASTURI
KECAMATAN KUNINGAN 2021

Kuesioner Pengetahuan tentang Penggunaan Masker


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dan perhatikan baik-baik pernyataan yang tertera dibawah ini.
2. Bacalah tanda checklist ( ) pada jawaban yang sesuai pernyataan dibawah
ini dengan sesuai pendapat anda pribadi tanpa terpengaruhi orang lain.
3. Pilihlah jawaban dari salah satu jawaban yang telah disesuaikan
No Pernyataan Benar Salah
1 Face mask atau masker adalah
perlindungan pernafasan yang digunakan
sebagai metode untuk melindungi
individu dari menghirup zat-zat bahaya
2 Masker adalah salah satu protokol
kesehatan yang harus digunakan saat
keluar rumah untuk mengantisipasi
penyebaran virus covid-19
3 Masker bisa mencegah penyebaran
corona virus disease
4 Masker hanya bisa digunakan 1 kali
pemakaian
5 Masker hanya bisa digunakan untuk
orang yang sakit
6 Penggunaan masker hanya untuk petugas
tenaga kesehatan
7 Masker sekali pakai dapat disimpan untuk
digunakan lagi
8 Masker benar-benar efektif dalam
mengurangi risiko terkena covid-19
9 Masker bisa digunakan secara bergantian
dengan orang lain
10 Masker tidak perlu diganti jika masker
telah lembab

48
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN LANSIA
DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER
SEBAGAI UPAYA PROTEKSI DIRI DARI
PENYEBARAN COVID-19 DI DESA KASTURI
KECAMATAN KUNINGAN 2021

Kuesioner Perilaku tentang Penggunaan Masker


Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dan perhatikan baik-baik pernyataan yang tertera dibawah ini.
2. Bacalah tanda checklist ( ) pada jawaban yang sesuai pernyataan dibawah
ini dengan sesuai pendapat anda pribadi tanpa terpengaruhi orang lain.
3. Pilihlah jawaban dari salah satu jawaban yang telah disesuaikan

Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
1 Membuang masker
setelah digunakan
2 Ketika keluar rumah
sebaiknya
menggunakan masker
3 Mengganti masker
kain dengan masker
bedah
4 Membatasi aktivitas
di luar rumah
meskipun sudah
menggunakan masker
5 Menggunakan
masker untuk
menghindari razia
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
petugas
6 Selalu menyediakan
masker di rumah
7 Terus menerus
menggunakan masker
yang sama
8 Membiarkan anggota
keluarga tidak
menggunakan masker
saat beraktivitas di
luar rumah
9 Menghindari kontak
langsung dengan
orang yang tidak
memakai masker

50

Anda mungkin juga menyukai