Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua . Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun

2018 penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi 63.5%,

masalah gigi 53.6%, penyakit sendi 18%, masalah mulut 17%, diabetes

mellitus 5.7%, penyakit jantung 4.5%, stroke 4.4%, gagal ginjal 0.8% dan

kanker 0.4% (Kurniawan, 2019 ) .

Berdasarkan Data Proyeksi Penduduk Tahun 2017 terdapat 23,66

juta jiwa penduduk lansia di Indonesia . Di prediksi jumlah penduduk lansia

tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan

tahun 2035 (48,19 juta) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

lansia dengan umur 60+ terdapat (3,34 juta) jiwa (Badan Pusat Satistik

Provinsi Jawa Barat, 2017). Berdasarkan data lansia dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan terdapat 361,891 jiwa dan lansia yang mengalami

hipertensi sebanyak 516 jiwa ( Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan 2021 ) .


Pada studi pendahuluan yang telah di lakukan oleh peneliti di

Kelurahan Cipari di dapatkan jumlah lansia sebanyak 102 jiwa dengan jumlah

lansia laki-laki sebanyak 21 jiwa dan jumlah lansia perempuan sebanyak 81

jiwa dan jumlah lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 49 jiwa ( Yudi

Wahyudi 2021) .

Berdasarkan hasil Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada (2021)

Sebagian besar lansia yang hipertensi mengalami stres ringan 60.66% . Lansia

yang mengalami stres berat 39.34% didapatkan data hasil analisis

menggunakan uji statistik chi square, p value = 0,028 (p value < α 0,05) Nilai

tersebut berarti ada hubungan antara stres dengan hipertensi pada lansia.

Stress adalah realitas kehidupan sehari-hari yang tidak bisa

dihindari, manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia

yang selalu berubah rubah. Sesuai dengan hasil penelitian (Azizah & Hartanti,

2016). Stres bisa dialami oleh siapa saja yaitu mulai dari bayi, anak, dan

dewasa, termasuk pada lansia. Stres bisa memicu terjadinya penyakit,

diantaranya hipertensi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015

dalam (Riskesdas, 2018) menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia

menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.

Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan

pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan

diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya.
Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah menggunakan seni.

Penggunaan berbagai art seperti gerakan, menggambar, mewarnai, memahat,

musik, menulis, suara, dan improvisasi dalam kondisi mendukung untuk

mengalami dan mengekspresikan perasaan disebut expressive art therapy.

Dalam art therapy, keindahan tidak diutamakan, art digunakan untuk

mengekspresikan diri dan untuk memperoleh insight (Anggara, 2016).

Art therapy (terapi menggambar) adalah bentuk paling mudah dan

alami dalam mengekspresikan pengalaman seseorang. Terapi menggambar

dapat mereduksi stres serta memungkinkan individu mengembangkan koping.

(Setiana, dkk, 2017). Menggambar merupakan jalan keluar untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan yang positif & negatif tentang diri

sendiri, keluarga, dan dunia (Imami, 2013).

Efek utama art therapy adalah katarsis ungkapan emosi melalui

menciptakan sesuatu yang unik dapat meningkatkan mood dan harga diri.

Berdasarkan hasil Jurnal Muara Ilmu Sosial Humaniora, dan Seni (2017)

dapat di simpulkan bahwa art therapy dapat menurunkan stres pada tiga lansia

yang berada di panti werdha X. Hal ini dapat terlihat melalui perubahan dari

karya yang dihasilkan, observasi perubahan perilaku, proses pada tiap sesi

intervensi, wawancara dan perbandingan hasil pre test dan post test pada

seluruh subyek.

Selain art therapy salah satu teknik distraksi yang efektif


digunakan untuk mengatasi stres pada lansia adalah menggunakan terapi

murottal Al-Quran, Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard

Medical School menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara

mendalam dengan doa yang diulang-ulang (repetitive prayer) ternyata akan

membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan

detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah,

melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan

metabolisme. Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation

response) (Subandi, 2013).

Seni melagukan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal yang

sering didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan Murottal. Terapi

murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari

luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka yang

ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman.

Bacaan Al-Quran secara murottal mempunyai efek relaksasi dan dapat

menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam tempo murottal berada

antara 60-70 menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang mendadak,

dan dalam nada yang lembut (Widayarti, 2011). Penelitian yang dilakukan

oleh Faradisi (2012) terapi murottal terbukti lebih efektif menurunkan

kecemasan dibandingkan dengan terapi musik lainnya . Berdasarkan Jurnal

Keperawatan Profesional (JKP) (2020) Pada uji hipotesa menggunakan

Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil yang sig. p value = 0,000 yang
artinya p value < 0,05 Maka HI diterima. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah bahwa terapi murottal Al-Qur’an dapat meneurunkan stres pada lansia.

Hasil studi pendahuluan peneliti di Kelurahan cipari didapatkan

data lansia hipertensi yang mengalami stress ringan sebanyak 5 jiwa , stress

sedang sebanyak 25 jiwa dan yang mengalami stress berat sebanyak 19 jiwa .

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh art therapy dan terapi murotal al-

qur’an terhadap tingkat stres pada lansia yang mengalami hipertensi di

Kelurahan Cipari .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan

permasalahan sebagai berikut: ” Adakah pengaruh art therapy dan terapi

murotal al-qur’an terhadap tingkat stres pada lansia yang mengalami

hipertensi?’

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh art therapy dan terapi murotal al-qur’an

terhadap tingkat stres pada lansia yang mengalami hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan Art

Therapy pada lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari

tahun 2021

2. Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan terapi

Murotal Al-qu’an pada lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Cipari tahun 2021

3. Menganalisis pengaruh Art Therapy terhadap tingkat stres lansia yang

mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari tahun 2021

4. Menganalisis pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an terhadap tingkat

stres lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari tahun 2021

5. Menganalisis pengaruh Art Therapy dan Terapi Murotal Al-Qur’an

terhadap tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Cipari tahun 2021

1.4 Manafat Penelitian

1.4.1 Manafat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

keperawatan gerontik khususnya lansia yang mengalami stress karena

hipertensi di Kelurahan Cipari

1.4.2 Manafat Praktis

1. Bagi Keluarga Pasien

Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien tentang pengaruh


pengaruh art therapy dan terapi murotal al-qur’an terhadap tingkat stres

lansia yang mengalami hipertensi

2. Bagi Program Studi Strata I Keperawatan STIKes Kuningan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa serta menjadi bahan bacaan

di perpustakaan STIKes Kuningan tentang pengaruh pengaruh art

therapy dan terapi murotal al-qur’an terhadap tingkat stres lansia yang

mengalami hipertensi .

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No No Penelitian
Penelitian
1
2 Judul JudulPengaruh terapi menggambar
Pengaruh terhadap
Terapi Murotal tingkatTerhadap
Al-Quran stres lansia
Stres

dengan hipertensi di wilayah


Pasien Hipertensi Di kerja
Ruangpuskesmas
PenyakitDenpasar
Dalam Rsud

barat Waled Cirebon


PenellitiPenelliti
Ni madeS cintia prabhawidyaswari
Susilawati (2019) (2016)
SubyekSubyek SampelPasien
terdiri hipertensi
dari 33 lansia yangpenyakit
di ruang dipilih dengan cara
dalam RSUD

purposive sampling
Waled Cirebon . Terapi mutoral diberikan 10-15
Metode Penelitian ini menggunakan rancangan pre-experimental,
menit 1 kali sehari selama 3 hari , besarnya sampel
yaitu one group pre-test and post-test design.
Hasil sebanyakmenggunakan
Hasil penelitian 44 responden.uji wilcoxon sign rank test
Metode Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quassy
didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (<
experiment
Hasil 0,05) yang
Hasilberarti terdapat pengaruh
penelitian terapi menggambar
menunjukkan bahwa terdapat

terhadapperbedaan
tingkat stres lansia dengan
yang signifikan hipertensi
rata-rata tingkat dengan
stres pasien

rata-ratahipertensi
tingkat stres
padamengalami
kelompokpenurunan sebesar
intervensi dan 2,67.
kelompok

kontrol. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar

0,017 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan

rata-rata tingkat stres pasien hipertensi pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.


Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan kepada

pemegang program lansia untuk dapat memasukkan

terapi menggambar dalam program Posyandu lansia

sebagai salah satu terapi untuk mengurangi tingkat stres

lansia.

Berdasarkan keaslian penelitian yang telah dijelaskan pada tabel 1.1

perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya adalah pada penelitian S Susilawati (2019) sasaran

penelitiannya adalah pasien hipertensi di ruang penyakit dalam RSUD

Waled Cirebon . Penelitian lainnya yaitu penelitian oleh Ni made cintia

prabhawidyaswari (2016) sasaran penelitiannya masyarakat di wilayah

kerja puskesmas Denpasar barat .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut WHO Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia

lebih dari atau sama dengan 55 tahun (Rizqiyah, L. 2017). Menurut


Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan menjadi usia

lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan) Lansia dapat juga diartikan sebagai

menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015). Manusia berkembang dari balita,

anak-anak, dewasa kemudian lansia tidak langsung menjadi tua (azizah

2011). Tahap lanjut dari suatu proses hidup yang kemampuan tubuhnya

melemah dan beradaptasi pada stress dilingkungannya (effendi,2015).

Lansia merupakan seorang pria atau wanita yang telah mencapai usia 60

tahun keatas ( nugroho, 2012 ) .

Orang dalam usia enam puluhan biasanya digolongkan sebagai usia

tua, yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah usia madya dan usia

lanjut setelah mereka mencapai usia tujuh puluh, yang menurut standar

beberapa kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya

dan telah kehilagan kejayaan masa mudanya (Elizabet B. Hurlock 2018 hal

380).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut WHO 2013 , klasifikasi lansia adalah sebagai berikut (Rizqiyah, L.

2017). :

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.


4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI 2013 klasifikasi lansia terdiri dari

(Rizqiyah, L. 2017). :

1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan.

2.1.4 Masalah – Masalah Yang Di Hadapi Lansia

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lanjut usia dapat

dikelompokkan sebagai berikut ( siti partini 2011 hal 9-12 ) :

1. Masalah Ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja

memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Pakar


keuangan sering menyarankan para pra-usia lanjut untuk

mempersiapkan diri dengan menciptakan “passive income” atau

penghasilan yang diperoleh secara pasif, seperti misalnya rumah yang

dapat disewakan, memiliki saham, memiliki tabungan deposito, yang

semuanya memberikan pendapatan/penghasilan bagi usia lanjut tanpa

harus bekerja. Jika tidak, hal ini membawanya kepada kondisi

tergantung/beban bagi anak cucu atau anggota keluarga lainnya.

Dengan demikian status ekonomi usia lanjut pada umumnya berada

pada status ekonomi kurang, miskin, bahkan terlantar

2. Masalah Sosial

Memasuki masa tua ditandai dengan kekurangannya kontak

sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun

teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun.

Disamping itu kecendrungan meluasnya keluarga inti atau keluarga

batih (nucleus family) dari pada keluaga luas (extended family) juga

akan mengurangi kontak sosial usia lanjut.

3. Masalah Kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses

penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,

timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeratif. Hal

ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani

perekonomian baik pada usia lanjut maupun pada pemerintah karena


masing-masing penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya. Masa

tua ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai

penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh

menurunnya fungsi berbagai oragan tubuh. Yang diharapkan bagi para

usia lanjut adalah bagaimana masa tua dijalankan dengan kondisi sehat,

bukan dijalani dengan sakit-sakitan. Untuk itu rencana hidup

seharusnya sudah dirancang jauh sebelum memasuki masa usia lanjut,

sudah rencana apa yang akan akan dilakukan kelak sesuai dengan

kemampuannya.

4. Masalah Psikologis

Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada

umumnya meliputi, kesepian, terasing dari lingkungan,

ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri,

ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan

akan rasa memiliki dan dimiliki serta akan rasa kasih sayang, kebutuhan

akan aktualisasi diri. Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan

akan keselamatan, seperti keamanan, kematapan, ketegantungan,

perlindungan, terbebas dari rasa takut, kecemasan. Keinginan untuk

lebih dekat kepada Tuhan merupakan kebutuhan usia lanjut. Proses

menua yang sering tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan

sebagai beban mental yang cukup berat.

2.2 Konsep Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes

(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit

lain .

Hipertensi, suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi,

merupakan kondisi kronis karena pada dinding peinbuluh darah ateri

tekanan darahnya meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan jantung

bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah di

dalam tubuh . Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung

berkontraksi atau berdetak untuk memompa darah. Saat istirahat, sistolik

normal bila 100/140 mmHg, sedangkan diastolik normal bila 60-90 (Yanita,

2017).

Tekanan darah adalah aktivitas otot-otot jantung dan aliran darah

secara keseluruhan di mana saat jantung memompa darah, otot-otot jantung

mengerut atau berkontraksi, sebaliknya saat jantung beristirahat darah dari

seluruh tubuh masuk ke jantung (Ardiansyah 2012).

Menurut Brunner Suddarth (2013) hipertensi didefinisikan

sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic

lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih .

2.2.1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health

Organization-International Society of Hypertension), dan ESH-ESC


(European Society of Hypertension-European Society of Cardiology),

2014 (Setiati, 2015)

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Tekanan Darah Sistolik Diastolik
WHO- ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
ISH
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 140-159 140-159 90-99 90-99
1
(ringan)
Cabang: 140-149 90-94
perbatasan
Hipertensi kelas 160-179 160-179 100-109 100-109
2 (sedang)
Hipertensi kelas ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
3
(berat)

Hipertensi ≥140 ≥180 <90 <90


sistolik terisolasi
Cabang: 140-149 <90
perbatasan
Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte

VIII (AHA & JNC VIII, 2014) (Setiati, 2015) , klasifikasi hipertensi

yaitu :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Krisis > 180 > 110

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia 2016 (Setiati, 2015) :

Tabel 2.3 Kategori Tekanan Darah

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi derajat 3 > 180 > 110

Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan darah

arteri yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak. Supaya

pembuluh darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak mengalami

kekurangan oksigen/ normal, MAP yang dibutuhkan yaitu 70-100 mmHg.

Apabila < 70 atau > 100 maka tekanan darah rerata arteri itu harus

diseimbangkan yaitu dengan meningkatkan atau menurunkan tekanan

darah pasien tersebut ( Wahyuningsih, 2016 ).

Rumus menghitung MAP :

MAP = sistol + 2 (diastol)

3
Hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP (Mean

Arterial Pressure). Rentang normal MAP adalah 70-100 mmHg

(Wahyuningsih, 2016; Hamilton, 2017).

Table 2.4 Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada

JNC VIII (2014)

Kategori Nilai MAP (Mmhg)


Normal <93
Pre Hipertensi 93-105
Hipertensi Stage 1 106-119
Hipertensi Stage 2 120 Atau >120
Hipertensi Krisis 133 Atau >133

(Wahyuningsih, 2016; Hamilton, 2017).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

1. Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,

hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi

dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki

penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga

kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer,

2013). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi

bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor
genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan

hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang

cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-

tahun

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan

penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat

menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan

pada curah jantung

2. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., &

Kusuma H., 2015) :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari

140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih

besar dari 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar

dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90

mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia

adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun


2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi

karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi.

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2015), tanda

dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2. Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu :

a.Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan

c.Sesak nafas

d. Gelisah

e.Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

2.2.4 Komplikasi hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1. Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga

aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

2. Infark Miokardium

infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronis dan


hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan

pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan

protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid

plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi

kronik.

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami

kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh

kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.3 Terapi Farmakologi Hipertensi

6 Jenis – Jenis obat anti-hipertensi ( Tedjasukmana, P. 2012).

1. Diuretik

2. Penyekat Beta ( Β-Blockers)

3. Golongan Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

4. Golongan Calcium Channel Blokers ( CCB )


5. Golongan Anti Hipertensi Lain

2.4 Konsep stress

2.3.1 Definisi stres

Stress ialah suatu keadaan yang terjadi pada individu yang tidak

menyenangkan bisa menimbulkan tekanan fisik dan psikis individu tersebut

(Manurung, 2016). Stress rnerupakan suatu gangguan di tubuh dan

pikirannya penyebabnya berupa tuntutan hidup dan perubahan pikirannya,

lingkungannya maupun penampilan individunya di lingkungan tersebut itu

inempengaruhi stress (Lestari, 2015). Stress bisa menyebabkan hipertensi

karena rneningkatnya tekanan darah intermintent ( tidak pasti ) disebabkan

aktisfitas sistem saraf simpatis (Andria, 2013). Saat seseorang terkena stres,

tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokonstriksi) dan peningkatan

detak jantung meningkat karena hormon adrenalin. Jika stres terus

berlanjut maka tekanan darah tetap tinggi dan menyebabkan oarang tersebut

menderita hipertensi .
2.3.2 Sumber – Sumber Stress

Kondisi stress dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab atau sumber

dalam istilah yang lebih umum disebut stressor . stressor adalah keadaan ,

situasi , objek atau individu yang dapat menimbulkan stress ( priyoto

2014 ) , secara umum yaitu :

1. stressor fisik

bentuk stressor fisik adalah suhu, ( panas dan dingin ) suara

bising, polusi udara keracunan obat- obatan ( bahan kimia )

2. stressor sosial

a. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang

tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi

yang cepat, kejahatan.

b. Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota

keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan

atau anggota keluarga yang lain.

c. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan yang

kurang baik dengan atasan atau sejawat , pelatihan, aturan kerja.

d. Hubungan interpersonal dan lingkungan misalnya harapan social yang

terlalu tinggi pelayanan yang buruk dan hubungan social yang buruk.
3. Stressor Psikologis

a. Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada

hambatan

b. Ketidakpastian

apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak

pasti mengenai masa depan, pekerjaannya atau merasa selalu

bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior

4. Kegagalan Mencapai Tujuan

Keterbatasan diri menghambat kita dalam mencapai

tujuan seperti cacat fisik, sakit, kurang kemampuan intelektual, kurang

kemampuan sosial, hal tersebut akan berpeluang sebagai stressor

bagi seseorang .

5. Konflik Tujuan

Konflik tujuan atau dilema atau kebingungan terjadi karena

adanya dua keinginan yang disukai tetapi seseorang tersebut tidak

bisa mengambil keputusan dalam memilih tujuan yang tepat. Stress

terjadi karena seseorang tersebut tidak mengetahui Tindakan atau

pilihan yang akan diambil


6. Perubahan gaya hidup

Orang yang mengalami banyak perubahan dalam

kehidupan dalam waktu yang relatif singkat mungkin menjadi

frustasi, emosi, marah dan kecewa. Riset membuktikan bahwa

perubahan-perubahan yang dramatis dalam bidang teknologi, sosisal

atau factor social dapat memicu terjadinya stress

2.3.3 Tingkatan Stress

Menurut Hartanti, (2016), tingkat stress dibagi menjadi tiga :

1. stres ringan

Saat stressor yang dihadapi semua orang biasa terjadi, contohnya

kebanyakan tidur, macet. Kondisi ini berlangsun selama her jam-jam atau

menitan dan tidak memiliki dampak fisik maupun psikologis. Dia

menjadi sedikit tegang dan cemas.

2. stres sedang

Waktu yang dibutuhkan bisa lama, dari hitungan jam hinga ber

hari-hari, misalnya perjanjian yang tidak selesai , berlebihan beban

kerjanya, ekspektasi pekerjaannya yang baru . Dalam media ini,

seseorang inulai sulit tidur dan sering sendirian dan tegang.

3. stres berat

Misalnya, jika ini merupakan situasi kronik yang dapat berlangsung

dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, hubungan antara seorang

pria dan wanita yang tidak harmonis , ada kesulitan keuangan dan
penyakit fisik yang berkepanjangan. Pada stress berat ini individu mulai

mengalami gangguan fisik dan mental .

2.3.4 Dampak stress

Stress bisa memengaruhi kesehatan dengan dua cara:

Pertama, pada sistem fisik bisa mempengaru hi kesehatan itu adalah

stress karena perubahannya tersebut. Kedua,perilaku individu,

inenyebabkan penyakit, atau inemperburu k kondisi yang ada secara

tidak langsung dipengaru hi oleh stress. Menurut Manurung (2016),

keadaan stres terjadi karena beberapa gejala, antara lain:

1. Gejala Biologi

Ada beberapa gejala fisik yang bisa muncul saat orang

terkena stress, antara lain nyeri kepala berat , kurang tidur,

masalah pencernaan, kehilangan selera makannya , kondisi kulit,

dan keringat berlebih di seluruh tubuh.

2. Gejala Realisasi

Masalah daya ingat, kurang perhatian dan fokus sehingga

seseorang tidak fokus melakukan sesuatu.

3. Gangguan Emosi

Seperti remaja yang marah, ketakutan yang berlebihan


terhadap segala sesuatu , perasaan sedih dan tertekan.

2.3.5 Jenis – Jenis Instrumen Penilaian Stress

1. Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang

dirancang oleh William WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam DSM II (Diagnostic and Statistical Manual Of Mental

Disorders). Terdapat 20 pertanyaan dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4

( 1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap

waktu ) (Nursalam, 2016).

2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Adalah penilaian untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang berat atau berat sekali.

HARS ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

kelompok dirinci lagi dengan gejala yang lebih spesifik (Hawari, 2011).

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara

0-4 dimana ( 0: tidak ada gejala, 1: ringan/satu gejala dari pilihan yang

ada, 2: sedang/separuh dari gejala yang ada, 3: berat/ lebih dari gejala

dari gejala yang ada, 4: sangat berat/ semua gejala ada ) (Nursalam,

2016).
3. Skala Holmes

Adalah untuk mengetahui derajat stres pada diri seseorang

yang terdiri dari 36 butir pertanyaan berbagai pengalaman dalam

kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi nilai (score). Kalau

jumlah nilai berbagai pengalaman seseorang itu melebihi angka 300

dalam kurun waktu 1 tahun masa kehidupan, maka yang bersangkutan

sudah menunjukkan gejala- gejala stres. Alat ukur ini dapat dilakukan

oleh diri yang bersangkutan dan tentunya tidak semua ke 36 butir

pertanyaan tersebut akan dialami oleh seseorang (Hawari, 2011).

4. Kessler Psychological Distress Scale yang terdiri dari 10 pertanyaan

yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana

responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana

responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden

kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden

sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu

mengalami stres dalam 30 hari terakhir

5. Perseived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report questionnaire

yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres

beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS

diperoleh dengan reversing responses ( 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0)

terhadap 4 soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 dan 8) dan

menunjukkan skor jawaban masing- masing. Soal dalam Perseived


Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran

responden dalam 1 bulan terakhir

6. Depression Anxiety Stres Scale (DASS) merupakan seperangkat alat

subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk

mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk

proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian dan pengukuran

yang berlaku dimanapun dari status emosional, secara signifikan

biasanya digambarkan sebagai stres. Dengan penilaian ( 0: tidak pernah

dialami, 1: kadang-kadang, 2: sering, 3: hampir setiap saat) (Nursalam,

2016).

2.4 Konsep Art Therapy

2.4.1 Deinisi art therapy

Art therapy merupakan salah satu terapi komplementer dalam

mereduksi stres ( Setiana, dkk, 2017:193). Art therapy (terapi menggambar)

adalah bentuk paling mudah dan alami dalam mengekspresikan pengalaman

seseorang. Terapi menggambar dapat mereduksi stres serta memungkinkan

individu mengembangkan koping. Hal tersebut ditunjukkan pada interpretasi

hasil sebagian individu yang mengikuti terapi menggambar merasa sangat

senang dan lebih tenang. Ketika individu melakukan kegiatan dengan

perasaan senang dan tenang, hal tersebut dapat memicu tubuh untuk

mengeluarkan hormon endorphin yang berefek meningkatkan perasaan

nyaman dan tenang sehingga otot tubuh yang semula tegang menjadi
mengendur (Setiana, dkk, 2017:196).

Menggambar merupakan jalan keluar untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan yang positif & negatif tentang diri sendiri, keluarga,

dan dunia (Imami, 2013). Efek utama art therapy adalah katarsis; ungkapan

emosi melalui menciptakan sesuatu yang unik dapat meningkatkan mood

dan harga diri Malchiodi (2018) mengungkapkan bahwa art therapy adalah

bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni, material seni, dengan

pembuatan karya seni untuk berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil,

kapur berwarna, cat warna, potongan-potongan kertas, dan tanah liat. Art

therapy dapat digunakan dalam setting klinis dengan beragam populasi

termasuk anak-anak, orang dewasa, dan keluarga.

Art therapy adalah pelayanan kesehatan mental dan manusia

yang terpadu secara langsung dapat dilakukan secara individu, keluarga dan

kelompok dengan mencoba membuat karya seni, proses kreatif,

mengaplikasikan teori psikologi dan pengalaman hidup seseorang dengan

pendekatan psikoterapeutik . Kegiatan art therapy mencakup berbagai

kegiatan seni seperti menggambar, melukis, memahat, gerakangerakan

kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan menilai karya seni orang lain.

Art drawing therapy adalah terapi seni yang menggabungkan coretan-

coretan untuk menggambar objek atau keadan di atas permukaan rata

dengan menggunakan pensil warna, cat, atau krayon (Malchiodi, 2018).


2.4.2 Tujuan Art Therapy

Tujuan art therapy bukan untuk menghasilkan bentuk-bentuk

artistik. Kekuatan art therapy bagi individu yang mengalami kecemasan

terletak pada proses kreatif dalm art therapy yang mampu memfasilitasi

untuk mengungkapkan ekspresi diri dan mengeksplorasi diri. Pengalaman

dalam aktivitas menggambar, melukis ataupun aktivitas aristik lainnya

melibatkan proses di otak dan terlihat melalui reaksi tubuh. Proses

pembuatan gambar mengakstifkan visual cortex pada otak. Tubuh

memberikan respon yang sama ketika menghadapi situasi yang nyata

(Sarah & Hasanat, 2010).

The American Art Therapy Association, mengatakan bahwa terapi

seni banyak digunakan sebagai sarana menyelesaikan konflik emosional,

meningkatkan kesadaran diri, menyelesaikan permasalahan, mengurangi

kecemasan, mengerahkan realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai

gangguan psikologis lainnya. Tujuan terapi seni ini lebih menekankan pada

kebebasan komunikasi daripada menghasilkan bentuk (hasil karya) artistik.


Melalui aktifitas seni, individu diasumsikan mendapat media paling aman

untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi,

keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi. Proses dan respon subjek

saat menggambar serta karya seni subjek digunakan sebagai refleksi

perkembangan, kemampuan, kepribadian, ketertarikan, perhatian dan

konflik individu (Mukhlis, 2011:102).

Simbol-simbol gambar umumnya memberikan kesempatan pada

individu untuk mengekspresikan perasaan serta emosinya sehingga

memberikan kepuasan pada individu. Menurut Freud, hal tersebut sering

disebut sublimasi (Mukhlis, 2011:103). Melalui aktivitas seni, individu

dapat melepasan emosi, mengekspresikan diri melalui cara-cara non verbal

dan membangun komunikasi. Proses membuat kreasi seni dapat

mengembangkan kemampuan coping individu terhadap stres dan gejala-

gejala kesehatan (Sarah & Hasanat, 2010:32).

2.4.3 Manfaat Art Therapy

Art drawing therapy memiliki banyak manfaat dan juga kelebihan,

beberapa manfaat dari art drawing therapy dalam konteks masalah

psikologis menurut Pambudi (2020), adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Awareness atau Kesadaran Akan Masa Kini Kesadaran

akan masa kini (present moment) adalah salah satu hal penting yang

harus dimiliki untuk bisa menghadapi situasi sosial ataupun masalah

psikologis yang mengganggu. Namun, banyak orang yang sulit


memfokuskan dirinya pada present moment ini. Karena itu, art drawing

therapy dapat digunakan untuk membantu lebih fokus pada present

moment.

2. Membantu Mengidentifikasi Respon Emosional, Merasakan Koneksi

Antara Tubuh, Pikiran dan Jiwa (Body, Mind and Soul) Respon

emosional terhadap situasi tertentu kadang sulit sekali untuk dirasakan

dan juga diungkapkan. Dengan menggunakan art drawing therapy, maka

bisa lebih mudah dalam melakukan identifikasi terhadap respon

emosional. Selain itu, body, mind and soul yang saling terkoreksi satu

sama lain yang akan meningkatkan kesadaran akan diri sendiri.

3. Dapat Memperkuat Self Image Self image bisa dikatakan mirip seperti

self concept, yaitu merupakan suatu gambaran tentang diri sendiri.

Dengan menggunakan teknik art drawing therapy, seseorang akan lebih

mudah untuk mengidentifikasikan dan juga memperkuat self image

positif dalam dirinya.

4. Mampu Merasakan Emosi yang Ada di Dalam Diri Malchiodi (2018)

mengungkapkan hasil penelitiannya mengenai penatalaksanaan art

drawing therapy dapat menurunkan tingkat hormon kortisol. Kortisol atau

“hormon stress” yang berkorelasi dengan tingkat stress ditubuh dan apa

yang umum dikenal sebagai respon fight-or-flight terhadap kejadian yang

mengancam atau berbahaya.

2.4.4 Fungsi Art Therapy

Art therapy memiliki fungsi sebagai proses terapi dan sebagai proses
perkembangan. (Nguyen 2015:34)

1. Art therapy as a therapeutic process (terapi seni sebagai proses terapi)

Dengan menekankan pada kebutuhan klien, seni bisa

menjadi efektif dalam berbagai proses perilaku (behavioral processes),

termasuk katarsis, meningkatkan atau mengurangi komunikasi yang

efektif, keterbukaan diri (self-disclosure), serta perubahan sikap dan

perilaku. Terdapat enam tujuan dalam teknik terapi seni: eksplorasi

(exploration), membangun hubungan (building raport), ekspresi

perasaan batin (expression of inner feelings), persepsi diri (self-

perception), relasi interpersonal (interpersonal relation), dan kedudukan

individu dalam dunianya (individual’s place in his world). Setiap

kategori menggambarkan fokus yang berbeda serta disarankan untuk

menggunakan satu pendekatan dalam membimbing proses terapi seni.

2. Art therapy as a developmental process (terapi seni sebagai proses

perkembangan) Expressive Therapis Continuum (ETC) merupakan

model konsepsi ekspresi dan interaksi dengan media pada tingkat yang

berbeda.

2.4.6 Tahapan Kegiatan Menggambar (Modifikasi Art Therapy)

Art therapy dapat dilakukan secara intensif atau dalam jangka

waktu panjang seperti pada terapi lainnya. Hal tersebut disesuaikan dengan

kepentingan dan tujuan penelitian. Dalam pemberian terapi jangka

panjang, waktu yang dibutuhkan dalam pemberian art therapy berkisar 3


bulan sampai dengan 1 tahun. Sedangkan pada jangka pendek, art therapy

dilakukan tidak lebih dalam 12 sesi (Mukhlis, 2011:102). Dalam pelaksaan

art therapy, terdiri dari beberapa tahap.

tahapan paling umum dalam terapi seni kelompok adalah:

1. introducing and warming up (10-30 menit),

2. artwork (20-45 menit),

3. discussion of images (30-45 menit),

4. ending (5-10 menit).

2.5 Konsep Terapi Murotal Al-quran

2.4.1. Pengertian murotal Al-Quran

1. Terapi murotal Al-Quran

a. Pengertian Al-Quran

Al-Quran merupakan wahyu dari ilahi dan kitab suci yang

ditujukan untuk bimbingan spiritual manusia. Al-Quran memiliki

saran dan rekomendasi penting untuk kesejahteraan manusia baik

dalam kehidupan duniawi dan akhirat (Mahjoob, 2014). Dalam Q.S.

Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa “Wahai manusia, sungguh telah

datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan penyembuh untuk

apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi kaum

mukminin”

b. Pengertian terapi murotal Al-Quran

Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian

dari suara manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang


menakjubkan . Terapi murottal Al-Quran selama 15 menit dengan

tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress,

mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) ( (Lasalo, 2016).

Sama seperti terapi musik, suara melodi yang bersumber dari Al-

Quran memiliki efek terapeutik terhadap emosioanal, kognitif, dan

kebutuhan sosial individu (Anam 2019).

Murrotal Al-Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas

50 desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran .

Intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang 60

desible sehingga menumbuhkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi

murrotal Al-Qur’an dapat menstimulasi gelombang alpha yang akan

menyebabkan pendengarnya mendapat keadaan yang kurang tentram

dan damai ( Wahida 2015 )

Bacaan murrotal Al-Quran mempunyai irama yang konstan,

teratur dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo

murrotal Al- Quran juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya

rendah sehingga mempunyai efek meningkatkan ketenangan

( Handayani 2014). Manfaat terapi murotal Al-Quran dibuktikan

dalam berbagaipenelitian.

2.1.1 Konsep Murottal


Al-Quran merupakan kitab suci yang paling istimewa. Betapa

tidak, Al- Qura’an adalah kalam Allah SWT, Dzat yang menciptakan

manusia dan seluruh isi alam semesta (Syarbini 2012). Al-Qur’an

diturunkan kepada Nabi Muhammad selama periode 23 tahunan. Al-

Qur’an juga merupakan wasiat.

Rasulullah untuk senantiasa dibaca oleh umat muslim, dipahami,

dan diamalkan, di samping hadist-hadist. Dalam kitab ad-Dur al-Mansur

karya imam Jalal ad-Din as-Suyuti mengatakan tentang maksud hadist

tersebut, bahwa setiap huruf Al-Qur’an dari keseluruhan kalimat-

kalimatnya (dalam Al-Qur’an) mengandung kebaikan (Salim 2012).

Para ahli kesehatan menetapkan pentingnya unsur psikologis dalam

pengobatan modern. Penelitian menunjukkan bahwa 80% pasien di kota-

kota besar menderita tekanan psikologis. Bahkan, setengah dari mereka

tidak menderita penyakit fisik sama sekali. Al-Qur’an adalah obat dari

segala macam penyakit hati, sebagaimana yang telah difirmakan Allah

SWT “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang

mukmin”. Barang siapa yang membaca Al-Quran akan memperoleh suatu

kebaikan (Rosyda, R. 2015 ). Beberapa penjelasan ilmiah menyatakan

bahwa Al-Quran sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan


menyehatkan manusia. Al-Quran dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit jasmani maupun rohani seperti kegelisahan, kecemasan, dan

kejiwaan (Rosyda, R. 2015). Saat membaca Al-Quran atau

mendengarkannya, maka jika yang membaca atau yang mendengar orang

sakit, selain akan memperoleh kesembuhan juga membawa rahmat.

Bacaan Al-Quran atau yang dikenal dengan murottal adalah bacaan

Al-Quran yang memfokuskan pada dua hal, yaitu kebenaran bacaan

(tajwid) dan ritme bacaan Al-Quran. murottal merupakan musik dengan

intensitas 50 desibel. Mendengarkan ayat suci Al-Quran dengan intensitas

kurang dari 60 desibel dapat mempengaruhi gelombang otak manusia,

sehingga seseorang yang mendengarkan menjadi rileks dan tenang

(Rosyda, R. 2015).

Mendengarkan Al-Qur’an membawa pengaruh yang berbeda

dibandingkan dengan mendengarkan audio lain, hasil riset yang

membandingkan antara mendengarkan Al-Qur’an dan musik klasik.

Hasilnya terjadi peningkatan pada gelombang alfa sebesar 12,67%

sebelum dan setelah mendengarkan Al-Quran sementara pada musik klasik

terjadi peningkatan sebesar 9,96% sebelum dan sesudah mendengarkan.

Temuan ini menunjukkan bahwa persentase alpha meningkat dengan nilai


lebih tinggi saat mendengarkan Al-Quran dibandingkan musik klasik.

Penting untuk diketahui bahwa kondisi rileks pada otak manusia

dipengaruhi oleh gelombang alfa (alpha band). Artinya pembacaan Al-

Quran dapat memberikan relaksasi mental (melepaskan ketegangan,

menghilangkan rasa bosan dan melepaskan stres) dan relaksasi spiritual

bagi yang membaca (Zulkurnaini 2012).

Nabi Mohammad SAW bersabda "Tidak ada penyakit yang

diciptakan Allah, kecuali bahwa Allah juga telah menciptakannya

obatnya”. Penyakit yang dimaksud termasuk gangguan mental seperti

stres, cemas dan depresi. Hal ini telah dibuktikan oleh Atye Babaii, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa mendengarkan surat Yasin dan Al-

Fatihah dapat menurunkan kecemasan sebelum dilakukan tindakan invasif

(Babaii 2015). Psikolog dari Universitas Egbal Lahoori Pakistan,

mengemukakan bahwa berdoa kepada Tuhan dan membaca Al- Qur’an

dapat mengatasi gangguan depresi.

Terdapat 114 surat dalam Al-Qura’an, akan tetapi hanya beberapa

ayat yang sering digunakan untuk terapi, yaitu: Al-Fatihah, Al-Baqarah,

Ali `Imron, Al- An`am, Hud, Al-Kahfi, Al-Hijir, As-Sajadah, Al-Ahzab,

Yasiin, Ash-Shaffat, Fushshilat, Ad-Dukhan, Al-Fath, Al-Hujurat, Qaf,

Adz-Dzariyat, Ar-Rahman, Al- Hasyr, Ash-Shaff, Al-Jumu`ah, Al-

Munafiqun, Al-Mulk, Al-Ma`arij, Al-Jin, At- Takwir, Al-Infithar, Al-

Buruj, Ath-Thariq, Al-A`la, Al-Ghasyiyah, Al-Fajr, Al- Balad, Az-

Zalzalah, Al-Qorai`ah, Al-Humazah, Al-Kafirun, Al-Lahab, Al-Ikhlas, Al-


Falaq, dan An-Nas (Salim, 2012).

Salah satu surat yang sering digunakan dalam terapi adalah surat

Ar-Rahman, surat ini menggambarkan nikmat-nikmat Allah kepada

hambanya. Surat Ar- Rahman memiliki gaya bahasa yang sederhana dan

menggunakan sastra yang tinggi. Dalam surat ini terdapat kalimat tanya

yang diulang-ulang sebanyak 30 kali. (Sunny 2014).

2.4.2 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Terapi Murottal

Pendengaran dianggap sebagai sensori terakhir yang hilang

dengan ketidaksadaran den menjadi yang pertama berfungsi pada waktu

sadar . Suara yang terapeutik adalah yang mempunyai intensitas lebih

rendah dari 60 desibel . Murottal merupakan salah satu musik dengan

intensitas 50 desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya

yang dapat diterima oleh otak. Otak akan berada di gelombang beta saat

mendengarkan murottal, yang dapat mempengaruhi alam bawah sadar

manusia (Rosyda 2015).

Pada fisiologi pendengaran, sumber bunyi akan diterima telinga dan

akan ditangkap oleh membran timpani. Tulang-tulang pendengaran yang

saling bersentuhan (yaitu: maleus, incus dan stapes) getaran akan diubah

menjadi impuls mekanis. Kemudian diubah menjadi impuls elektrik (di


telinga dalam) yang diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke

cabang nervus vestibulocokhlearis (N.VII) dan akan diteruskan ke talamus

(mengatur emosi, sensasi dan perasaan), sinyal dari talamus kemudian

diantarkan ke amigdala (pusat memori emosi) yang merupakan bagian dari

sistem limbik (yang mempengaruhi emosi dan perilaku). Amigdala

menjalankan sinyal-sinyal ke korteks yang sama, hipokampus, septum,

talamus dan hipotalamus pada khususnya. Impuls yang dihantarkan

amigdala ke korteks dan ke talamus akan mempercepat kembalinya

neurotransmiter korteks dan batang otak yang terhambat karena

peningkatan sensitifitas GABAA reseptor dan penghambatan LGICs dan

NMDA. Kembalinya ikatan NMDA akan mengembalikan ikatan antar

neuron sehingga neurotransmiter kembali normal sehingga fungsi motorik,

sensorik, dan otonom kembali normal (Rosyda 2015).

Bacaan Al-Quran (Murottal) yang diperdengarkan akan

mempengaruhi impuls yang akan dikirimkan ke amigdala untuk

menentukan jenis emosi seperti ketenangan, kesabaran, optimis dan

sebagainya. Selain itu juga akan mempengaruhi tekanan arteri, frekuensi

denyut jantung, motilitas dan sekresi gastrointestinal, dilatasi atau

konstriksi pupil, sekresi berbagai hormon hipofisis anterior dan pengaturan

suhu tubuh.

Waktu yang tepat bagi tubuh untuk mendengarkan terapi murottal

adalah sehabis isya dimana otak berada pada keadaan rileks dan dapat

menerima berbagai informasi dengan baik, yang nantinya akan tertanam


dalam jangka waktu yang lama pada alam bawah sadar manusia (Rosyda

2015).

2.6 Kerangka Teori

Lansia Tingkatan Stress


Stress Ringan
Stress Sedang
Stress Berat
Stress

Sumber Stress
Stressor Fisik
Stressor Sosial
Stressor Psikologis
Kegagalan Mencapai Tujuan
Konflik Tujuan
Perubahan Gaya Hidup

Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi
Normal
Terapi Hipertensi
Pre Hipertensi

Derajat 1
Farmakologi
Derajat 2 Diuretik Non Farmakologi

Derajat 3 Penyekat Beta ( Β-Blockers)

Golongan Penghambat Angiotensin Art Therapy Terapi Murotal Al-Qur`an


Converting Enzyme ( ACE ) Dan
Angiotensin Receptor Blocker ( ARB )

Golongan Calcium Channel Blokers


( CCB )

Golongan Anti Hipertensi Lain


BAB III

KERANGKA KONSEP , DEINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep menurut (Notoatmodjo 2012 : 100 ) Kerangka konsep

merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal – hal khusus .

Oleh sebab itu, konsep tidak dapat di amati secara langsung atau diukur . Agar

dapat diamatidan diukur , maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam

variabel – variabel dari variabel itu konsep bias diukur dan di amati . Variabel

independen dari penelitian ini adalah Art Therapy dan Terapi Murotal Al –

Qur`an sedangkan variabel dependen nya aadalah stress .

Maka berdasarkan paparan diatas , peneliti mengga;mbar;kan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Art Therapy
Terapi Murotal Al – Qur`an Stress

Klasifikasi Hipertensi

Sumber Stress

Terapi Farmakologi Hipertensi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

: Variabel yang di teliti


: Arah hubungan

: Faktor lain yang tidak di teliti

3.2 Definisi Operasional

Menurut Badriah (2012:97) definisi operasional adalah suatu definisi

mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik- karakteristik

variabel tersebut yang dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti

yang disesuaikan dengan variabel yang terlibat dalam penelitian tersebut.

3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala Ukur


Operasional Ukur
Independent (Variabel Bebas)
1. Art Therapy Art therapy Observassi Meminta Responde -
membantu responden n bersedia
mengekspresika mengekspresika untuk
n diri, n perasaannya menggam
meningkatkan dengan bar
keterampilan menggambar
coping individu,
mengelola
stress, dan
memperkuat rasa
percaya diri.

2. Terapi Murrotal Murrotal Al- Observasi Meminta Responde -


Al-Qur’an Qur’an salah responden n
satu musik mendengarkan mendenga
dengan murotal surah rkan
intensitas 50 Ar-Rahman murotal
desibel yang hingga selesai surah ar-
membawah lalu mengukur rahman
pengaruh positif tingkat stress
bagi responden
pendengaran .
Intensitas suara
yang rendah
merupakan
intensitas suara
kurang 60
desible sehingga
menumbuhkan
kenyamanan dan
tidak nyeri.
Dependent (Variabel Terikat)
2. Stress mengukur status Lembar Mengisi 0 - 14 : nominal
emosional penilaian Kuesioner Normal
negatif dari stres kueisoner 15-18 :
Ringan
19-25 :
Sedang
26-33 :
Berat
34+ :
Sangat
Berat

3.3 Hipotesis

Menurut Notoatmojo (2014:105) hipotesis adalah jawaban

sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan tinjauan pustaka yang

telah di kemukakan di BAB II, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

adalah :

Ada pengaruh yang signifikan antara Art Therapy dan Terapi

Murotal dengan tingkat stress lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Cipari – Kabupaten Kuningan Tahun 2021


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Metode penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment.

Penelitian eksperimen atau percobaan merupakan suatu penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2014).

4.1.2 Desain dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment dengan

menggunakan rancangan one group pretest-posttest. Dalam Notoatmodjo

(2014) rancangan one group pretest-posttest ini tidak ada kelompok

pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh yang signifikan

antara Art Therapy dan Terapi Murotal dengan tingkat stress lansia yang
mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari – Kabupaten Kuningan Tahun

2021 .

4.2 Variabel Penelitian

Menurut Badriah (2012:91) variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau di dapat oleh

satuan penelitian tentang sesuatu konsep, atau pengertian tertentu.

4.2.1 Variabel Bebas

Menurut Badriah (2012:94) variabel bebas adalah suatu variabel

yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas juga berarti

variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin di ketahui.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua.

4.2.2 Variabel Terikat

Menurut Badriah (2012:94) variabel terikat adalah variabel

penelitian yang di ukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh

variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat stress

lansia yang mengalami hipertensi .

4.3 Populasi dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Badriah (2012-101) populasi adalah kelompok subjek

yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,

kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik


bersama yang membedakannya dari kelompok subyek lain. Ciri tersebut

dapat meliputi , ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri karakter tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami hipertensi

dan terdaftar sebagai warga Kelurahan cipari dengan jumlah 49 jiwa

4.3.2 Sampel

Menurut Badriah, (2012, p. 102), sampel adalah sebagian dari

populasi karena dia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki

ciri-ciri yang dimiliki populasi .

Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini adalah total

sampling . Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi . Teknik pengambilan sampel dengan

sumber data dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan

dari populasi yang ada yaitu lansia yang mengalami stress karena

hipertensi di Kelurahan Cipari berjumlah 49 jiwa yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi kasus pada penelitian ini yaitu:

a. Lansia hipertensi yang masih hidup dan bersedia untuk menjadi

responden

b. Lansia hipertensi yang dapat berkomunikasi dengan baik

c. Lansia hipertensi yang masih dapat mendengar


a. Lansia hipertensi yang mengalami stress dan terdaftar sebagai

warga kelurahan cipari

d. Lansia hipertensi yang berumur lebih dari 55 tahun

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi kasus pada penelitian ini yaitu:

a. Lansia hipertensi yang tidak bersedia untuk menjadi responden

b. Lansia hipertensi yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik

c. Lansia hipertensi yang mengalami masalah pendengaran

d. Lansia hipertensi yang tidak mengalami stress dan tidak terdaftar

sebagai warga kelurahan cipari

e. Lansia hipertensi yang berumur krang dari 55 tahun

4.4 Instrumen penelitian

Menurut Badriah (2012:114) istrumen merupakan suatu alat

pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpul data yang memiliki

standar validitas dan reliabiilitas. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.4.1 Kuesioner

Menurut Badriah (2012:114) instrumen adalah “alat pengumpulan data

yang telah baku atau alat pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan

reabilitas”. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data untuk variabel bebas maupun variabel terikat yaitu dengan

menggunakan kuesioner atau angket. Menurut Notoatmodjo (2012:152) kuesioner

merupakan “daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang,
dimana responden (dalam hal angket)”. Adapun kuesioner yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale) milik

Lovibond yang sudah baku dan tidak ada modifikasi dari peneliti. Kuesioner

ini berfungsi untuk mengukur skor stres yang sedang dialami responden.

4.4.2 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016:350) validitas adalah “suatu indeks yang

menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur”.

Menurut para ahli validitas meliputi validitas internal, validitas eksternal,

isi, konstruk, dan face validitas. Menurut Badriah, (2012, p. 131)

menyebutkan bahwa dalam hal penggolongan validitas para ahli statistik

dan metodologi beragam mebedakannya. Namun secara umum, berbicara

validitas sudah pasti mempersoalkan apakah kita benar-benar mengukur

apa yang pikir sedang kita ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan.

Menurut Arikunto (2013:228) untuk mengukur validitas kuesioner

menggunakan rumusan korelasi product moment dengan rumus :

N ∑ XY− (∑ X)( ∑ Y)
rxy= √{NX2− (X2)}{NY2 – (Y2)}
Keterangan:

XY = Skor pertanyaan nomor dikali skor

total X = Skor pertanyaan nomor

Y = Skor total

N = Jumlah sampel
Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan

menggunakan komputer dengan menelaah nilai pearson correlation, tetapi

tidak dilakukan uji validitas content. Untuk mengetahui apakah nilai

korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan, maka perlu dilihat tabel

product moment, yang biasanya ada didalam buku-buku statistik.

Berdasarkan degree of freedom (df)=(n-2) dan α = 0,05 maka:

1) Jika r hitung > r tabel maka pernyataan valid

2) Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

4.4.3 Uji Reliabilitas

Menurut Badriah, (2012, p. 129) hasil penelitian dapat dipercaya

atau tidak sangat tergantung pada akurasi dan kecermatan data yang

diperoleh dan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen sebagai alat ukur

data tersebut. Untuk instrument pengumpulan data faktual seperti kuisioner

dan wawancara, akurasi data banyak tergantung pada isi angket tersebut

mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan penelitian

(validitas banyak dipengaruhi oleh sikap, persepsi, dan motivasi responden

dalam memberikan jawaban).

Menurut Arikunto (2014) uji reliabilitas instrumen menggunakan

rumus uji alpha cronbach :

Rumus :
k M (k−M )
ri =
(k −1){ 1−¿
Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya kuesioner yang

akan disebarkan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk

melihat konsistensi jawaban. untuk mengukur reliabilitas dengan

uji statistik Alpha Cronbach . Instrumen dikatakan reliable jika

mempunyai nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,6.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap awal penyusunan proposal penelitian. Peneliti

menentukan masalah dan lahan penelitian terlebih dahulu. Kemudian

melakukan pendekatan terhadap objek terkait, yaitu di Kelurahan Cipari,

untuk melakukan studi pendahuluan. Studi kepustakaan dilakukan peneliti di

perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan dan dari internet.

Tahap selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian dilanjutkan dengan

seminar proposal penelitian. Selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen

penelitian. Dalam tahap ini,peneliti juga mengajukan surat izin penelitian ke

Poskesdes Kelurahan Cipari.

4.5.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan penelitian setelah

mendapatkan surat izin penelitian dari pihak kampus. Dalam pengisian

kuesioner peneliti dibantu oleh perawat desa Cipari dalam memberikan

kuesioner mengingat dalam kejadian wabah virus covid 19 yang membatasi


aktifitas fisik diluar rumah, peneliti dengan dibantu perawat melakukan

informed consent kepada responden mengenai tujuan dan cara pelaksanaan.

Apabila responden setuju, peneliti memberikan kuesioner untuk dilakukan

pengisian yang sebelumnya telah dijelaskan terlebih dahulu cara-cara

pengisian kuesioner. Setelah itu peneliti melakukan pengolahan data dan

analisis data.

4.5.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan penyusunan laporan

basil penelitian, kemudian peneliti melakukan sidang skripsi untuk

mempertanggung jawabkan hasil penelitian. Setelah itu peneliti

mendokumentasikan hasil penelitian dan mengadakan hasil penelitian yang

sebelumnya telah dinilai oleh para dosen dan penguji.

4.6 Sifat dan Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Badriah (2012:127) data primer atau data tangan

pertama adalah data yang diperoleh langsung dan subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data

primer yang diambil dari penelitian ini yaitu data dari hasil

pengisian kuesioner mengenai stress , SOP Art Therapy dan Terapi

Murotal Al – Qur’an

2. Data Sekunder
Menurut Badriah (2012:128) data sekunder atau data tangan kedua

adalah data yang diperoleh lawan pihak lain., tidak langsung

diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder yang

diambil pada penelitian ini yaitu data lansia dan data lansia yang

hipertensi di Kelurahan Cipari .

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Teknik Pengolahan Data

Analisis penelitian yang menghasilkan informasi akurat

membutuhkan beberapa tahapan pengolahan data :

1. Editing

Memeriksa data kembali terhadap kemungkinan kesalahan

pengisian daftar pertanyaan dan apakah pengisiannya sudah benar

terhadap kekeliruan.

2. Coding

Menerapkan kegiatan merubah data kedalam bentuk yang

lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu.

3. Data Entry

Setelah data yang diedit dan dilakukan pemberian kode

(coding), langkah selanjutnya adalah pemasukan data yaitu

kegiatan memasukkan data kedalam file data komputer sesuai

dengan paket program statistik komputer yang di gunakan.

4. Cleaning Data
dilakukan pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas

dari keseluruhan sebelum dilakukan analisis data.

5. Tabulating

Proses pengelompokan jawaban-jawaban yang serupa dan

menjumlahkan dengan cara yang teliti dan teratur, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah dirumuskan.

4.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu secara univariat dan

secara bivariate.

4.8.1 Analisis Data Univariat

Menurut (Badriah, 2012:148) analisis univariat adalah analisis yang

dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya pada analisis ini

menghasilkan distribusi dan dan presentasi dari tiap variabel. Analisis

penghitungan data dilakukan dengan kuesioner pada setiap variabel. Untuk

menghitung karakteristik pmo yaitu dengan menggunakan rumus :

f
P= X 100 %
N

Keterangan :

P = Prekuensi banyaknya responden

f = Frekuensi

N = Jumlah responden
numberic menggunakan tendensi sentral untuk mengukur hasil ukur

kepatuhan. Tendensi sentral merupakan pusat dari penyebaran variabel

dengan menggunakan skala ratio atau interval, pengukuran ini antara lain:

1. Mean

Mean merupakan teknik menjelaskan kelompok yang didasarkan atas

nilai rata-rata dan kelompok tersebut (Sugiyono, 2011). Rumus untuk

menghitung mean dari data tergolong adalah :

∑ fixi
me=
∑ fi

Keterangan :

Me : Mean

∑fi : Jumlah data atau sample

fi xi : Produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan kelas

xi. Tanda kelas xi adalah rata – rata dari nilai terendah dan

tertinggi setiap interval data.

2. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari

yang terkecil sampai yang terbesar (Sugiyono, 2011). Rumus untuk

menghitung median dari data tergolong adalah :

1
n−f
md=b+p [ ]
2
f
Keterangan :

md : Median

b : Batas bawah dimana median terletak

p : panjang kelas interval

n : Jumlah data atau sampel

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas medium

f : frekuensi kelas media

4.8.2 Analisis Data Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square untuk

mengetahui hubungan antara frekuensi usia, jenis kelamin, status

pernikahan, pendidikan, pekerjaan,dan kepatuhan berobat di Puskesmas

kamarang kecamatan greged kabupaten Cirebon. Untuk uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan rumus :

x 2= ∑ ¿ ¿ ¿ ¿

Keterangan :

x 2 = Nilai chi kuadrat

f e = Frekuensi yang diharapkan

f 0= Frekuensi yang diperoleh atau diamati

4.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan responden karena

privasi responden terjaga dalam penelitian ini.

4.10 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.11 Lokasi Penelitian


Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini di Kelurahan Cipari

4.12 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni terhitung dari

minggu ke-4 bulan Mei sampai minggu ke-3 bulan Juli .

4.12.1 Jadwal Penelitian

KUESIONER STRES

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Anda tidak perlu menuliskan nama, cukup inisial nama, no.registrasi, usia, dan
umur, jenis kelamin.

2. Berikan jawaban dengan jujur, karena kejujuran Anda sangat penting untuk

penelitian ini dan tidak terdapat dampak buruk dari hasil penelitian ini.

3. Usahakan agar tidak ada satupun pertanyaan yang terlewatkan.

4. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.

5. Anda sepenuhnya bebas melakukan pilihan.

6. Setelah semua kuesioner penelitian ini diisi, mohon diserahkan kembali kepada

kami, dan terima kasih.

I. Data Demografi

Tanggal pengisian kuesioner :

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin :

DASS (DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE)

Kuesioner stres ini menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress

Scale) milik Lovibond yang sudah baku dan tidak ada modifikasi dari peneliti.

Kuesioner ini berfungsi untuk mengukur skor stres yang sedang dialami

responden

Keterangan :
0 : Tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Hampir setiap hari

NO PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa sulit untuk bersantai
2 Saya merasa sulit untuk beristirahat
3 Saya merasa kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya kesal
4 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk gugup
5 Saya sedang dalam keadaan gugup
6 Saya mudah merasa kesal
7 Saya merasa bahwa diri saya mudah marah
karena hal-hal sepele
8 Saya mudah merasa gelisah
9 Saya cenderung mudah bereaksi berlebihan
terhadap situasi
10 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung..
11 Saya merasa bahwa saya sedikit sensitif
12 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun
yang menghalangi saya untuk menyelesaikan
hal yang sedang saya lakukan
13 Saya merasa diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya: lift,
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
14 Saya mengalami sulit untuk menoleransi
gangguan-gangguan terhadap hal yang
sedang saya lakukan
TOTAL

Kesimpulan Penilaian :
- Stres sangat berat jika nilai ≥ 34
- Stres berat jika nilai skor 26-33
- Stres sedang jika nilai skor 19-25
- Stres ringan jika nilai skor 15-18
- Tidak stres jika nilai skor 0
PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUDIO:
MUROTAL
AL-QUR’AN (Surah Ar-Rahman. QS: 55, 78 ayat)

1. Menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan


ekslusi melalui observasi dan wawancara
2. Waktu pemberian terapi dilakukan antara Pkl. 08-00 – 11.00 WIB
3. Mengucapkan salam kepada responden
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat pemberian terapi bacaan
murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman, dan tahap penelitian yang
sesuai dengan etik penelitian.
6. Memberikan dan mengisi lembar persetujuan (informed consent)
jika pasien bersedia untuk menjadi responden penelitian.
7. Menyepakati kontrak waktu ±45 menit untuk melaksanakan terapi.
8. Melakukan pengkajian tingkat stres responden dengan melakukan
pengukuran pertama (pretest) yaitu dengan cara mengisi lembar
kuisioner tingkat stres dengan skala DASS 42 (Depression Anxiety
Stres Scale 42): Aspek Stres. Saat mengisi kuisioner responden
dibantu oleh peneliti dalam memberi tanda pada skala peringkat
yang ada pada lembar kuisioner untuk masing-masing pernyataan.
9. Tahap Persiapan Pemberian Terapi Relaksasi Audio Murotal: Al-
Qur’an:
1) Menyiapkan ruangan yang nyaman dan tenang
2) Memposisikan responden sesuai dengan kenyamanan
responden itu sendiri
10. Tahap Latihan:
1) Meminta pasien rileks dan tidak tegang
2) Membaca Basmallah sebelum terapi dimulai
3) Memberikan terapi audio Murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman
(QS: 55, 78 ayat) yang dilantunkan oleh Ahmad Saud dengan
durasi 13 menit 55

detik, menggunakan handphone nokia tipe 201 yang


disambungkan dengan earphone atau headset. Kemudian
pasien diminta untuk mendengarkan dengan khusyu.
4) Membaca hamdallah setelah terapi selesai dilakukan
11. Melakukan pengukuran tingkat stres yang kedua (posttest) setelah
pasien diberikan terapi audio murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman
(QS: 55, 78 ayat) dengan cara mengisi lembar kuisioner tingkat
stres dengan skala DASS 42 (Depression Anxiety Stres Scale 42):
Aspek Stres. Saat mengisi kuisioner responden dibantu kembali
oleh peneliti dalam memberi tanda pada skala peringkat yang ada
pada lembar kuisioner untuk masing-masing pernyataan.
12. Mengucapkan salam dan terima kasih setelah selesai melakukan
semua prosedur.
Menurut Wahyu (2012) tahapan terapi menggambar antara lain :
TUJUAN
a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
b. Pasien dapat memberi makna gambar
c. Pasien dapat melakukan aktivitas terjadwal untuk mengurangi halusinasi

PERSIAPAN ALAT
a. Buku Gambar
b. Pensil
c. Pensil warna

SOP TERAPI MENGGAMBAR

A. PERSIAPAN (5 Menit)
1 Membuat kontrak dengan klien
2 Mempersiapkan alat dan tempat
B. ORIENTASI (5 Menit)
1 Mengucapkan salam terapeutik
2 Menanyakan perasaan klien hari ini
3 Menjelaskan tujuan kegiatan
4 Menjelaskan aturan main :
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin keluar harus meminta izin
c. Lama kegiatan 35 menit
C. KERJA (20 Menit)
1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan
2. menceritakan tentang hasil gambarnya
3. Membagikan kertas, pensil, pensil warna, krayon kepada klien
4. Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuatu yang disukai
atau
5. perasaan saat ini
6. Setelah selesai menggambar terapis mempinta klien untuk menjelaskan
7. gambar apa dan makna gambar yang telah dibuat
8. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah klien selesai
menjelaskan
9. isi gambarnya
D. TERMINASI (5 Menit)
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakan
b. Terapis memberikan pujian pada klien
2. Rencana tindak lanjut:
Terapis menuliskan kegiatan menggambar pada tindakan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati tindakan terapi menggambar yang akan datang
b. Menyepakati waktu dan tempat
c. Berpamitan dan mengucapkan salam

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai