Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH ART THERAPY DAN TERAPI MUROTAL AL-QUR’AN

TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG MENGALAMI


HIPERTENSI DI KELURAHAN CIPARI
KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh :

EL-FIDA NABILLAH
CKR0170011

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
202
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

PENGARUH ART THERAPY DAN TERAPI MUROTAL AL-QUR’AN


TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG MENGALAMI
HIPERTENSI DI KELURAHAN CIPARI
KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2021

Diajukan oleh:
EL-FIDA NABILLAH
CKR0170011

Kuningan, 04 Mei 2021


Telah Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H Ns. Heri Hermansyah, S.Kep., M.KM


NIK. 700805 200908 026 NIK. 831102 200904 024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam, atas rahmat dan

karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Pengaruh Art Therapy Dan Terapi Murotal Al-Qur’an Terhadap

Tingkat Stres Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Kel. Cipari Kec.

Cigugur – Kab. Kuningan Tahun 2021”. Proposal penelitian ini disusun sebagai

salah satu rangkaian penelitian yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada program studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU).

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari banyak mengalami

kesulitan dan hambatan. Namun dengan bimbingan, arahan, dan motivasi dari

berbagai pihak sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian tepat pada waktunya. Maka dalam kesempatan kali ini penulis

menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes, AIFO., selaku Ketua Yayasan

Bhakti Husada Kuningan yang telah memberikan bimbingan, arahan serta

motivasi selama proses penyusunan proposal sehingga penulis mendapat

kemudahan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

2. H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Kuningan sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta motivasi selama proses penyusunan proposal


sehingga penulis mendapat kemudahandalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.

3. Ns. Heri Hermansyah, S.Kep., M.KM sebagai Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi selama proses penyusunan

proposal sehingga penulis mendapat kemudahandalam menyelesaikan

proposal penelitian ini.

4. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.

5. Seluruh staff dosen Program Studi S1 Keperawatan, staf perpustakaan, dan

karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan yang telah membantu

memfasilitasi penulis dalam penulisan proposal penelitian ini.

6. Kepala Kelurahan Cipari yang telah megijinkan serta membantu penulis

dalam proses penyusunan proposal penelitian.

7. Teristimewa kepada Ibunda Partini, Ayahanda Junen , juga Adik – Adikku

tercinta beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan serta kasih

sayang yang tiada hentinya yang menjadikan dorongan motivasi untuk

penulisan proposal ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu mendukung dan

membantu penulis selama penulisan proposal penelitian ini, semoga dengan

iringan do’a kita semua dapat melewati masa-masa ini tepat pada waktunya,

aamiin.
Semoga Allah memberikan balasan atas jasa yang telah diberikan dan

menjadikan ladang pahala bagi kita semua, aamiin. Penulis menyadari bahwa

dalam penulisan proposal penelitian ini masih terdapat banyak sekali kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya perbaikan di masa yang

akan datang.

Akhir kata semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca. Aamiin Allahumma Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Kuningan, Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua . Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018 penyakit yang banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi

63.5%, masalah gigi 53.6%, penyakit sendi 18%, masalah mulut 17%,

diabetes mellitus 5.7%, penyakit jantung 4.5%, stroke 4.4%, gagal ginjal

0.8% dan kanker 0.4% (Kurniawan, 2019 ) .

Berdasarkan Data Proyeksi Penduduk Tahun 2017 terdapat 23,66

juta jiwa penduduk lansia di Indonesia . Di prediksi jumlah penduduk lansia

tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta)

dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2017). Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat

Tahun 2017 lansia dengan umur 60+ terdapat (3,34 juta) jiwa (Badan Pusat

Statistik Provinsi Jawa Barat 2017). Berdasarkan data lansia dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan terdapat 361,891 jiwa dan lansia yang

mengalami hipertensi sebanyak 516 jiwa ( Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan 2021 ).
Pada studi pendahuluan yang telah di lakukan oleh peneliti di

Kelurahan Cipari di dapatkan jumlah lansia sebanyak 102 jiwa dengan

jumlah lansia laki-laki sebanyak 21 jiwa dan jumlah lansia perempuan

sebanyak 81 jiwa dan jumlah lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 49

jiwa ( Wahyudi, 2021) .

Sebagian besar lansia yang hipertensi mengalami stres ringan

60.66% . Lansia yang mengalami stres berat 39.34% didapatkan data hasil

analisis menggunakan uji statistik chi square, p value = 0,028 (p value < α

0,05) Nilai tersebut berarti ada hubungan antara stres dengan hipertensi pada

lansia (Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 2021)

Stress adalah realitas kehidupan sehari-hari yang tidak bisa dihindari,

manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang

selalu berubah rubah. Sesuai dengan hasil penelitian (Azizah & Hartanti,

2016). Stres bisa dialami oleh siapa saja yaitu mulai dari bayi, anak, dan

dewasa, termasuk pada lansia. Stres bisa memicu terjadinya penyakit,

diantaranya hipertensi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi,

artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025

akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap

tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya

(Riskesdas, 2018).
Salah satu cara untuk mengurangi stres adalah menggunakan seni.

Penggunaan berbagai art seperti gerakan, menggambar, mewarnai,

memahat, musik, menulis, suara, dan improvisasi dalam kondisi mendukung

untuk mengalami dan mengekspresikan perasaan disebut expressive art

therapy. Dalam art therapy, keindahan tidak diutamakan, art digunakan

untuk mengekspresikan diri dan untuk memperoleh insight (Anggara, 2016).

Art therapy (terapi menggambar) adalah bentuk paling mudah dan

alami dalam mengekspresikan pengalaman seseorang. Terapi menggambar

dapat mereduksi stres serta memungkinkan individu mengembangkan

koping. (Setiana, 2017). Menggambar merupakan jalan keluar untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan yang positif & negatif tentang diri

sendiri, keluarga, dan dunia (Imami, 2013).

Efek utama art therapy adalah katarsis ungkapan emosi melalui

menciptakan sesuatu yang unik dapat meningkatkan mood dan harga diri.

dapat di simpulkan bahwa art therapy dapat menurunkan stres pada tiga

lansia yang berada di panti werdha X. Hal ini dapat terlihat melalui

perubahan dari karya yang dihasilkan, observasi perubahan perilaku, proses

pada tiap sesi intervensi, wawancara dan perbandingan hasil pre test dan

post test pada seluruh subyek (Jurnal Muara Ilmu Sosial Humaniora, dan

Seni,,2017)

Selain art therapy salah satu teknik distraksi yang efektif digunakan

untuk mengatasi stres pada lansia adalah menggunakan terapi murottal Al-
Quran, Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School

menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan

doa yang diulang-ulang (repetitive prayer) ternyata akan membawa berbagai

perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung,

menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya

gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme.

Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation response) (Subandi,

2013).

Seni melagukan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal yang sering

didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan Murottal. Terapi

murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari

luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut

neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka

yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa

nyaman. Bacaan Al-Quran secara murottal mempunyai efek relaksasi dan

dapat menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam tempo murottal

berada antara 60-70 menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang

mendadak, dan dalam nada yang lembut (Widayarti, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Faradisi terapi murottal terbukti lebih

efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan terapi musik lainnya .

Berdasarkan Jurnal Keperawatan Profesional (JKP) (2020) Pada uji

hipotesa menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil yang

sig. p value = 0,000 yang artinya p value < 0,05 Maka HI diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terapi murottal Al-Qur’an

dapat meneurunkan stres pada lansia (Faradisi, 2012).

Hasil studi pendahuluan peneliti di Kelurahan cipari didapatkan data

lansia hipertensi yang mengalami stress ringan sebanyak 5 jiwa , stress

sedang sebanyak 25 jiwa dan yang mengalami stress berat sebanyak 19 jiwa

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pengaruh art therapy dan terapi murotal al-

qur’an terhadap tingkat stres pada lansia yang mengalami hipertensi di

Kelurahan Cipari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan

permasalahan sebagai berikut: ” Adakah pengaruh art therapy dan terapi

murotal al-qur’an terhadap tingkat stres pada lansia yang mengalami

hipertensi?’

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh art therapy dan terapi murotal al-qur’an terhadap

tingkat stres pada lansia yang mengalami hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat stres pada lansia yang mengalami hipertensi

di Kelurahan Cipari tahun 2021.

2. Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan Art

Therapy pada lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari


tahun 2021.

3. Mengidentifikasi tingkat stres sebelum dan setelah dilakukan terapi

Murotal Al-qu’an pada lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Cipari tahun 2021.

4. Menganalisis pengaruh Art Therapy terhadap tingkat stres lansia yang

mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari tahun 2021.

5. Menganalisis pengaruh Terapi Murotal Al-Qur’an terhadap tingkat

stres lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari tahun

2021.

6. Menganalisis pengaruh Art Therapy dan Terapi Murotal Al-Qur’an

terhadap tingkat stres lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan

Cipari tahun 2021.

1.4 Manafat Penelitian

1.4.1 Manafat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

keperawatan gerontik khususnya lansia yang mengalami stress karena

hipertensi di Kelurahan Cipari

1.4.2 Manafat Praktis

1. Bagi Keluarga Pasien

Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien tentang pengaruh

pengaruh art therapy dan terapi murotal al-qur’an terhadap tingkat stres

lansia yang mengalami hipertensi

2. Bagi Program Studi Strata I Keperawatan STIKes Kuningan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan


pengetahuan dan keterampilan mahasiswa serta menjadi bahan bacaan

di perpustakaan STIKes Kuningan tentang pengaruh pengaruh art

therapy dan terapi murotal al-qur’an terhadap tingkat stres lansia yang

mengalami hipertensi .

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Penelitian
1 Judul Pengaruh Terapi Murotal Al-Quran Terhadap Stres
Pasien Hipertensi Di Ruang Penyakit Dalam Rsud
Waled Cirebon
Penelliti S Susilawati (2019)
Subyek Pasien hipertensi di ruang penyakit dalam RSUD Waled
Cirebon . Terapi mutoral diberikan 10-15 menit 1 kali
sehari selama 3 hari , besarnya sampel sebanyak 44
responden.
Metode Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian quassy
experiment
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata tingkat stres pasien
hipertensi pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar
0,017 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
rata-rata tingkat stres pasien hipertensi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
2 Judul Pengaruh terapi menggambar terhadap tingkat stres
lansia dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Denpasar barat
Penelliti Ni made cintia prabhawidyaswari (2016)
Subyek Sampel terdiri dari 33 lansia yang dipilih dengan cara
purposive sampling
Metode Penelitian ini menggunakan rancangan pre-
experimental, yaitu one group pre-test and post-test
design.
Hasil Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon sign rank test
didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 (<
0,05) yang berarti terdapat pengaruh terapi menggambar
terhadap tingkat stres lansia dengan hipertensi dengan rata-
rata tingkat stres mengalami penurunan sebesar 2,67.
Berdasarkan hasil penelitian di atas disarankan kepada
pemegang program lansia untuk dapat memasukkan terapi
menggambar dalam program Posyandu lansia sebagai salah
satu terapi untuk mengurangi tingkat stres lansia.

Berdasarkan keaslian penelitian yang telah dijelaskan pada tabel 1.1

perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

adalah pada penelitian (S Susilawati, 2019) sasaran penelitiannya adalah

pasien hipertensi di ruang penyakit dalam RSUD Waled Cirebon . Penelitian

lainnya yaitu penelitian oleh Ni made cintia (prabhawidyaswari, 2016)

sasaran penelitiannya masyarakat di wilayah kerja puskesmas Denpasar

barat .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut WHO Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia

lebih dari atau sama dengan 55 tahun (Rizqiyah, 2017). Lanjut usia

dikelompokan menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan

risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan)

(Kementerian Kesehatan RI, 2015) Lansia dapat juga diartikan sebagai

menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015). Manusia berkembang dari balita,

anak-anak, dewasa kemudian lansia tidak langsung menjadi tua (Azizah,

2011). Tahap lanjut dari suatu proses hidup yang kemampuan tubuhnya

melemah dan beradaptasi pada stress dilingkungannya (Effendi, 2015).

Lansia merupakan seorang pria atau wanita yang telah mencapai usia 60

tahun keatas ( Nugroho, 2012 ) .

Orang dalam usia enam puluhan biasanya digolongkan sebagai usia

tua, yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah usia madya dan usia

lanjut setelah mereka mencapai usia tujuh puluh, yang menurut standar

beberapa kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya
dan telah kehilagan kejayaan masa mudanya (Elizabet B. Hurlock, 2018 hal

380).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut WHO 2013 , klasifikasi lansia adalah sebagai berikut

(Rizqiyah, 2017). :

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.

2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI 2013 klasifikasi lansia terdiri

dari (Rizqiyah, 2017). :

1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan.

2.1.3 Masalah – Masalah Yang Di Hadapi Lansia

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lanjut usia dapat

dikelompokkan sebagai berikut ( Siti partini, 2011 hal 9-12 ) :

1. Masalah Ekonomi

Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja

memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Pakar

keuangan sering menyarankan para pra-usia lanjut untuk


mempersiapkan diri dengan menciptakan “passive income” atau

penghasilan yang diperoleh secara pasif, seperti misalnya rumah yang

dapat disewakan, memiliki saham, memiliki tabungan deposito, yang

semuanya memberikan pendapatan/penghasilan bagi usia lanjut tanpa

harus bekerja. Jika tidak, hal ini membawanya kepada kondisi

tergantung/beban bagi anak cucu atau anggota keluarga lainnya.

Dengan demikian status ekonomi usia lanjut pada umumnya berada

pada status ekonomi kurang, miskin, bahkan terlantar

2. Masalah Sosial

Memasuki masa tua ditandai dengan kekurangannya kontak

sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun

teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun.

Disamping itu kecendrungan meluasnya keluarga inti atau keluarga

batih (nucleus family) dari pada keluaga luas (extended family) juga

akan mengurangi kontak sosial usia lanjut.

3. Masalah Kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan

yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya

berbagai macam penyakit terutama penyakit degeratif. Hal ini akan

menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani perekonomian

baik pada usia lanjut maupun pada pemerintah karena masing-masing

penyakit memerlukan dukungan dana atau biaya. Masa tua ditandai

dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit.


Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi

berbagai oragan tubuh. Yang diharapkan bagi para usia lanjut adalah

bagaimana masa tua dijalankan dengan kondisi sehat, bukan dijalani

dengan sakit-sakitan. Untuk itu rencana hidup seharusnya sudah

dirancang jauh sebelum memasuki masa usia lanjut, sudah rencana apa

yang akan akan dilakukan kelak sesuai dengan kemampuannya.

4. Masalah Psikologis

Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya

meliputi, kesepian, terasing dari lingkungan, ketidakberdayaan,

perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan,

keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin. Kebutuhan

psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa

memiliki dan dimiliki serta akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan

aktualisasi diri. Kebutuhan akan rasa aman meliputi kebutuhan akan

keselamatan, seperti keamanan, kematapan, ketegantungan,

perlindungan, terbebas dari rasa takut, kecemasan. Keinginan untuk

lebih dekat kepada Tuhan merupakan kebutuhan usia lanjut. Proses

menua yang sering tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan

sebagai beban mental yang cukup berat.

2.2 Konsep Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi

Menurut American Heart Association atau AHA hipertensi

merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada

setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain (Kemenkes, 2018) .

Hipertensi, suatu kondisi yang menyebabkan tekanan darah tinggi,

merupakan kondisi kronis karena pada dinding peinbuluh darah ateri

tekanan darahnya meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan jantung

bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah di

dalam tubuh . Tekanan sistolik adalah tekanan darah saat jantung

berkontraksi atau berdetak untuk memompa darah. Saat istirahat, sistolik

normal bila 100/140 mmHg, sedangkan diastolik normal bila 60-90 (Yanita,

2017).

Tekanan darah adalah aktivitas otot-otot jantung dan aliran darah

secara keseluruhan di mana saat jantung memompa darah, otot-otot jantung

mengerut atau berkontraksi, sebaliknya saat jantung beristirahat darah dari

seluruh tubuh masuk ke jantung (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada

dua kali pengukuran atau lebih (Brunner, 2013) .

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health

Organization-International Society of Hypertension), dan ESH-ESC

(European Society of Hypertension-European Society of Cardiology),

(Setiati, 2015)

Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Tekanan Darah WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 140-159 90-99 90-99
(ringan)
Cabang: 140-149 90-94
perbatasan
Hipertensi kelas 2 160-179 160-179 100-109 100-109
(sedang)
Hipertensi kelas 3 ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
(berat)
Hipertensi ≥140 ≥180 <90 <90
sistolik terisolasi
Cabang: 140-149 <90
perbatasan
T

tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah


Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte

VIII (AHA & JNC VIII, 2014) (Setiati, 2015) , klasifikasi hipertensi

yaitu :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80


Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Krisis > 180 > 110

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia 2016 (Setiati, 2015) :

Tabel 2.3 Kategori Tekanan Darah


Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 120-129 80-89


Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi derajat 3 > 180 > 110

Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan

darah arteri yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak.

Supaya pembuluh darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak

mengalami kekurangan oksigen/ normal, MAP yang dibutuhkan

yaitu 70-100 mmHg. Apabila < 70 atau > 100 maka tekanan darah

rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu dengan meningkatkan

atau menurunkan tekanan darah pasien tersebut ( Wahyuningsih,

2016 ).

Rumus menghitung MAP :

MAP = sistol + 2 (diastol)

Hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP

(Mean Arterial Pressure). Rentang normal MAP adalah 70-100

mmHg (Wahyuningsih, 2016; Hamilton, 2017).

Table 2.4 Kategori Hipertensi berdasarkan MAP merujuk pada

JNC

Kategori Nilai MAP (Mmhg)


Normal <93
Pre Hipertensi 93-105
Hipertensi Stage 1 106-119
Hipertensi Stage 2 120 Atau >120
Hipertensi Krisis 133 Atau >133
(Wahyuningsih, 2016; Hamilton, 2017).

2.2.1 Etiologi Hipertensi

1. Berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi terbagi atas dua bagian

(Smeltzer, 2013), yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa

antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis

yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat

multifaktor (Smeltzer, 2013). Hipertensi primer tidak bisa

disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat.

Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk

pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi

yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan

darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri


renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya.

Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang menandakan

bahwa adanya perubahan pada curah jantung

2. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H.,

2015) :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari

140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari

90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar

dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.2 Manifestasi Klinis Hipertensi

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Nurarif A.H.,

& Kusuma H., 2015) :

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2. Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

2.2.3 Komplikasi hipertensi

Komplikasi dari hipertensi adalah (Ardiansyah, M, 2012) :

1. Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak


atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga

aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

2. Infark Miokardium

infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronis dan

hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan

pada kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan

protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid

plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi

kronik.
4. Ensefalopati (kerusakan otak)

terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami

kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh

kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong

cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.3 Terapi Farmakologi Hipertensi

6 Jenis – Jenis obat anti-hipertensi ( Tedjasukmana, P. 2012).

1. Diuretik

2. Penyekat Beta ( Β-Blockers)

3. Golongan Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

4. Golongan Calcium Channel Blokers ( CCB )

5. Golongan Anti Hipertensi Lain

2.4 Konsep stress

2.3.1 Definisi stres

Stress ialah suatu keadaan yang terjadi pada individu yang tidak

menyenangkan bisa menimbulkan tekanan fisik dan psikis individu tersebut

(Manurung, 2016). Stress rnerupakan suatu gangguan di tubuh dan

pikirannya penyebabnya berupa tuntutan hidup dan perubahan pikirannya,


lingkungannya maupun penampilan individunya di lingkungan tersebut itu

inempengaruhi stress (Lestari, 2015). Stress bisa menyebabkan hipertensi

karena rneningkatnya tekanan darah intermintent ( tidak pasti ) disebabkan

aktisfitas sistem saraf simpatis (Andria, 2013). Saat seseorang terkena stres,

tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokonstriksi) dan peningkatan

detak jantung meningkat karena hormon adrenalin. Jika stres terus

berlanjut maka tekanan darah tetap tinggi dan menyebabkan oarang tersebut

menderita hipertensi .

2.3.2 Sumber – Sumber Stress

Kondisi stress dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab atau

sumber dalam istilah yang lebih umum disebut stressor . stressor adalah

keadaan , situasi , objek atau individu yang dapat menimbulkan stress

( priyoto, 2014 ) , secara umum yaitu :

1. stressor fisik

bentuk stressor fisik adalah suhu, ( panas dan dingin ) suara

bising, polusi udara keracunan obat- obatan ( bahan kimia )

2. stressor sosial

a. Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi yang

tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan teknologi

yang cepat, kejahatan.

b. Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota

keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan pasangan

atau anggota keluarga yang lain.


c. Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan

yang kurang baik dengan atasan atau sejawat , pelatihan, aturan kerja.

d. Hubungan interpersonal dan lingkungan misalnya harapan social

yang terlalu tinggi pelayanan yang buruk dan hubungan social yang

buruk.

3. Stressor Psikologis

a. Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena ada

hambatan

b. Ketidakpastian

apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak

pasti mengenai masa depan, pekerjaannya atau merasa selalu

bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan khawatir dan inferior

4. Kegagalan Mencapai Tujuan

Keterbatasan diri menghambat kita dalam mencapai tujuan

seperti cacat fisik, sakit, kurang kemampuan intelektual, kurang

kemampuan sosial, hal tersebut akan berpeluang sebagai stressor bagi

seseorang .

5. Konflik Tujuan

Konflik tujuan atau dilema atau kebingungan terjadi karena

adanya dua keinginan yang disukai tetapi seseorang tersebut tidak bisa
mengambil keputusan dalam memilih tujuan yang tepat. Stress terjadi

karena seseorang tersebut tidak mengetahui Tindakan atau pilihan yang

akan diambil.

6. Perubahan gaya hidup

Orang yang mengalami banyak perubahan dalam kehidupan

dalam waktu yang relatif singkat mungkin menjadi frustasi, emosi,

marah dan kecewa. Riset membuktikan bahwa perubahan-perubahan

yang dramatis dalam bidang teknologi, sosisal atau factor social dapat

memicu terjadinya stress

2.3.3 Tingkatan Stress

Tingkat stress dibagi menjadi tiga ( Hartanti, 2016 ), :

1. stres ringan

Saat stressor yang dihadapi semua orang biasa terjadi, contohnya

kebanyakan tidur, macet. Kondisi ini berlangsun selama her jam-jam atau

menitan dan tidak memiliki dampak fisik maupun psikologis. Dia

menjadi sedikit tegang dan cemas.

2. stres sedang

Waktu yang dibutuhkan bisa lama, dari hitungan jam hinga ber

hari-hari, misalnya perjanjian yang tidak selesai , berlebihan beban

kerjanya, ekspektasi pekerjaannya yang baru . Dalam media ini,

seseorang inulai sulit tidur dan sering sendirian dan tegang.

3. stres berat

Misalnya, jika ini merupakan situasi kronik yang dapat berlangsung

dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, hubungan antara seorang


pria dan wanita yang tidak harmonis , ada kesulitan keuangan dan

penyakit fisik yang berkepanjangan. Pada stress berat ini individu mulai

mengalami gangguan fisik dan mental .

2.3.4 Dampak stress

Stress bisa memengaruhi kesehatan dengan dua cara: Pertama,

pada sistem fisik bisa mempengaru hi kesehatan itu adalah stress karena

perubahannya tersebut. Kedua,perilaku individu, inenyebabkan penyakit,

atau inemperburu k kondisi yang ada secara tidak langsung dipengaru hi

oleh stress. keadaan stres terjadi karena beberapa gejala antara lain

(Manurung, 2016) :

1. Gejala Biologi

Ada beberapa gejala fisik yang bisa muncul saat orang terkena

stress, antara lain nyeri kepala berat , kurang tidur, masalah pencernaan,

kehilangan selera makannya , kondisi kulit, dan keringat berlebih di

seluruh tubuh.

2. Gejala Realisasi

Masalah daya ingat, kurang perhatian dan fokus sehingga

seseorang tidak fokus melakukan sesuatu.

3. Gangguan Emosi

Seperti remaja yang marah, ketakutan yang berlebihan terhadap

segala sesuatu , perasaan sedih dan tertekan.

2.3.5 Jenis – Jenis Instrumen Penilaian Stress

1. Zung Self Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)


Adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang

dirancang oleh William WK Zung, dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam DSM II (Diagnostic and Statistical Manual Of Mental

Disorders). Terdapat 20 pertanyaan dimana setiap pertanyaan dinilai 1-

4 ( 1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir

setiap waktu ) (Nursalam, 2016).

2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Adalah penilaian untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan, sedang berat atau berat sekali.

HARS ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

kelompok dirinci lagi dengan gejala yang lebih spesifik (Hawari, 2011).

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara

0-4 dimana ( 0: tidak ada gejala, 1: ringan/satu gejala dari pilihan yang

ada, 2: sedang/separuh dari gejala yang ada, 3: berat/ lebih dari gejala

dari gejala yang ada, 4: sangat berat/ semua gejala ada ) (Nursalam,

2016).

3. Skala Holmes

Adalah untuk mengetahui derajat stres pada diri seseorang

yang terdiri dari 36 butir pertanyaan berbagai pengalaman dalam

kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi nilai (score). Kalau

jumlah nilai berbagai pengalaman seseorang itu melebihi angka 300


dalam kurun waktu 1 tahun masa kehidupan, maka yang bersangkutan

sudah menunjukkan gejala- gejala stres. Alat ukur ini dapat dilakukan

oleh diri yang bersangkutan dan tentunya tidak semua ke 36 butir

pertanyaan tersebut akan dialami oleh seseorang (Hawari, 2011).

4. Kessler Psychological Distress Scale yang terdiri dari 10 pertanyaan

yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana

responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana

responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden

kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden

sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu

mengalami stres dalam 30 hari terakhir

5. Perseived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report questionnaire

yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres

beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS

diperoleh dengan reversing responses ( 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0)

terhadap 4 soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 dan 8) dan

menunjukkan skor jawaban masing- masing. Soal dalam Perseived

Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran

responden dalam 1 bulan terakhir

6. Depression Anxiety Stres Scale (DASS) merupakan seperangkat alat

subyektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk

mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk


proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian dan pengukuran

yang berlaku dimanapun dari status emosional, secara signifikan

biasanya digambarkan sebagai stres. Dengan penilaian ( 0: tidak pernah

dialami, 1: kadang-kadang, 2: sering, 3: hampir setiap saat) (Nursalam,

2016).

2.4 Konsep Art Therapy

2.4.1 Deinisi art therapy

Art therapy merupakan salah satu terapi komplementer dalam

mereduksi stres ( Setiana, dkk, 2017:193). Art therapy (terapi menggambar)

adalah bentuk paling mudah dan alami dalam mengekspresikan pengalaman

seseorang. Terapi menggambar dapat mereduksi stres serta memungkinkan

individu mengembangkan koping. Hal tersebut ditunjukkan pada

interpretasi hasil sebagian individu yang mengikuti terapi menggambar

merasa sangat senang dan lebih tenang. Ketika individu melakukan kegiatan

dengan perasaan senang dan tenang, hal tersebut dapat memicu tubuh untuk

mengeluarkan hormon endorphin yang berefek meningkatkan perasaan

nyaman dan tenang sehingga otot tubuh yang semula tegang menjadi

mengendur (Setiana, dkk, 2017:196).

Menggambar merupakan jalan keluar untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan yang positif & negatif tentang diri sendiri, keluarga,
dan dunia (Imami, 2013). Efek utama art therapy adalah katarsis; ungkapan

emosi melalui menciptakan sesuatu yang unik dapat meningkatkan mood

dan harga diri Malchiodi (2018) mengungkapkan bahwa art therapy adalah

bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni, material seni, dengan

pembuatan karya seni untuk berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil,

kapur berwarna, cat warna, potongan-potongan kertas, dan tanah liat. Art

therapy dapat digunakan dalam setting klinis dengan beragam populasi

termasuk anak-anak, orang dewasa, dan keluarga.

Art therapy adalah pelayanan kesehatan mental dan manusia yang

terpadu secara langsung dapat dilakukan secara individu, keluarga dan

kelompok dengan mencoba membuat karya seni, proses kreatif,

mengaplikasikan teori psikologi dan pengalaman hidup seseorang dengan

pendekatan psikoterapeutik . Kegiatan art therapy mencakup berbagai

kegiatan seni seperti menggambar, melukis, memahat, gerakangerakan

kreatif, drama, puisi, fotografi, melihat dan menilai karya seni orang lain.

Art drawing therapy adalah terapi seni yang menggabungkan coretan-

coretan untuk menggambar objek atau keadan di atas permukaan rata

dengan menggunakan pensil warna, cat, atau krayon (Malchiodi, 2018).

2.4.2 Tujuan Art Therapy

Tujuan art therapy bukan untuk menghasilkan bentuk-bentuk

artistik. Kekuatan art therapy bagi individu yang mengalami kecemasan

terletak pada proses kreatif dalm art therapy yang mampu memfasilitasi

untuk mengungkapkan ekspresi diri dan mengeksplorasi diri. Pengalaman


dalam aktivitas menggambar, melukis ataupun aktivitas aristik lainnya

melibatkan proses di otak dan terlihat melalui reaksi tubuh. Proses

pembuatan gambar mengakstifkan visual cortex pada otak. Tubuh

memberikan respon yang sama ketika menghadapi situasi yang nyata

(Sarah & Hasanat, 2010).

The American Art Therapy Association, mengatakan bahwa terapi

seni banyak digunakan sebagai sarana menyelesaikan konflik emosional,

meningkatkan kesadaran diri, menyelesaikan permasalahan, mengurangi

kecemasan, mengerahkan realitas, meningkatkan harga diri dan berbagai

gangguan psikologis lainnya. Tujuan terapi seni ini lebih menekankan pada

kebebasan komunikasi daripada menghasilkan bentuk (hasil karya) artistik.

Melalui aktifitas seni, individu diasumsikan mendapat media paling aman

untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi,

keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi. Proses dan respon subjek

saat menggambar serta karya seni subjek digunakan sebagai refleksi

perkembangan, kemampuan, kepribadian, ketertarikan, perhatian dan

konflik individu (Mukhlis, 2011:102).

Simbol-simbol gambar umumnya memberikan kesempatan pada

individu untuk mengekspresikan perasaan serta emosinya sehingga

memberikan kepuasan pada individu. Menurut Freud, hal tersebut sering

disebut sublimasi (Mukhlis, 2011:103). Melalui aktivitas seni, individu

dapat melepasan emosi, mengekspresikan diri melalui cara-cara non verbal

dan membangun komunikasi. Proses membuat kreasi seni dapat


mengembangkan kemampuan coping individu terhadap stres dan gejala-

gejala kesehatan (Permatasari, 2017).

2.4.3 Manfaat Art Therapy

Art drawing therapy memiliki banyak manfaat dan juga kelebihan,

beberapa manfaat dari art drawing therapy dalam konteks masalah

psikologis (Pambudi, 2020), adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Awareness atau Kesadaran Akan Masa Kini Kesadaran

akan masa kini (present moment) adalah salah satu hal penting yang

harus dimiliki untuk bisa menghadapi situasi sosial ataupun masalah

psikologis yang mengganggu. Namun, banyak orang yang sulit

memfokuskan dirinya pada present moment ini. Karena itu, art drawing

therapy dapat digunakan untuk membantu lebih fokus pada present

moment.

2. Membantu Mengidentifikasi Respon Emosional, Merasakan Koneksi

Antara Tubuh, Pikiran dan Jiwa (Body, Mind and Soul) Respon

emosional terhadap situasi tertentu kadang sulit sekali untuk dirasakan

dan juga diungkapkan. Dengan menggunakan art drawing therapy, maka

bisa lebih mudah dalam melakukan identifikasi terhadap respon

emosional. Selain itu, body, mind and soul yang saling terkoreksi satu

sama lain yang akan meningkatkan kesadaran akan diri sendiri.

3. Dapat Memperkuat Self Image Self image bisa dikatakan mirip seperti

self concept, yaitu merupakan suatu gambaran tentang diri sendiri.

Dengan menggunakan teknik art drawing therapy, seseorang akan lebih


mudah untuk mengidentifikasikan dan juga memperkuat self image

positif dalam dirinya.

4. Mampu Merasakan Emosi yang Ada di Dalam Diri mengungkapkan hasil

penelitiannya mengenai penatalaksanaan art drawing therapy dapat

menurunkan tingkat hormon kortisol. Kortisol atau “hormon stress” yang

berkorelasi dengan tingkat stress ditubuh dan apa yang umum dikenal

sebagai respon fight-or-flight terhadap kejadian yang mengancam atau

berbahaya (Malchiodi, 2018).

2.4.4 Fungsi Art Therapy

Art therapy memiliki fungsi sebagai proses terapi dan sebagai proses

perkembangan. (Nguyen 2015:34)

1. Art therapy as a therapeutic process (terapi seni sebagai proses terapi)

Dengan menekankan pada kebutuhan klien, seni bisa

menjadi efektif dalam berbagai proses perilaku (behavioral processes),

termasuk katarsis, meningkatkan atau mengurangi komunikasi yang

efektif, keterbukaan diri (self-disclosure), serta perubahan sikap dan

perilaku. Terdapat enam tujuan dalam teknik terapi seni: eksplorasi

(exploration), membangun hubungan (building raport), ekspresi

perasaan batin (expression of inner feelings), persepsi diri (self-

perception), relasi interpersonal (interpersonal relation), dan kedudukan

individu dalam dunianya (individual’s place in his world). Setiap


kategori menggambarkan fokus yang berbeda serta disarankan untuk

menggunakan satu pendekatan dalam membimbing proses terapi seni.

2. Art therapy as a developmental process (terapi seni sebagai proses

perkembangan) Expressive Therapis Continuum (ETC) merupakan

model konsepsi ekspresi dan interaksi dengan media pada tingkat yang

berbeda.

2.4.5 Tahapan Kegiatan Menggambar (Modifikasi Art Therapy)

Art therapy dapat dilakukan secara intensif atau dalam jangka

waktu panjang seperti pada terapi lainnya. Hal tersebut disesuaikan dengan

kepentingan dan tujuan penelitian. Dalam pemberian terapi jangka

panjang, waktu yang dibutuhkan dalam pemberian art therapy berkisar 3

bulan sampai dengan 1 tahun. Sedangkan pada jangka pendek, art therapy

dilakukan tidak lebih dalam 12 sesi (Mukhlis, 2011:102). Dalam pelaksaan

art therapy, terdiri dari beberapa tahap.

tahapan paling umum dalam terapi seni kelompok adalah:

1. introducing and warming up (10-30 menit),

2. artwork (20-45 menit),

3. discussion of images (30-45 menit),

4. ending (5-10 menit).

2.5 Konsep Terapi Murotal Al-quran

2.5.1. Pengertian murotal Al-Quran

1. Terapi murotal Al-Quran


a. Pengertian Al-Quran

Al-Quran merupakan wahyu dari ilahi dan kitab suci yang

ditujukan untuk bimbingan spiritual manusia. Al-Quran memiliki

saran dan rekomendasi penting untuk kesejahteraan manusia baik

dalam kehidupan duniawi dan akhirat (Mahjoob, 2014). Dalam Q.S.

Yunus (10) ayat 57 disebutkan bahwa “Wahai manusia, sungguh telah

datang kepada kalian nasihat dari Rabb kalian dan penyembuh untuk

apa yang ada di dalam dada serta petunjuk dan rahmat bagi kaum

mukminin”

b. Pengertian terapi murotal Al-Quran

Lantunan Ayat-ayat Al-Quran (Murotal) merupakan bagian

dari suara manusia yang merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan . Terapi murottal Al-Quran selama 15 menit dengan

tempo yang lambat serta harmonis dapat menurunkan hormon stress,

mengaktifkan hormon endofrin alami (serotonin) ( (Lasalo, 2016).

Sama seperti terapi musik, suara melodi yang bersumber dari Al-

Quran memiliki efek terapeutik terhadap emosioanal, kognitif, dan

kebutuhan sosial individu (Anam, 2019).

Murrotal Al-Qur’an adalah salah satu musik dengan intensitas

50 desibel yang membawah pengaruh positif bagi pendengaran .

Intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang 60

desible sehingga menumbuhkan kenyamanan dan tidak nyeri. Terapi

murrotal Al-Qur’an dapat menstimulasi gelombang alpha yang akan


menyebabkan pendengarnya mendapat keadaan yang kurang tentram

dan damai ( Wahida, 2015 )

Bacaan murrotal Al-Quran mempunyai irama yang konstan,

teratur dan tidak ada perubahan irama yang mendadak. Tempo

murrotal Al- Quran juga berada antara 60 -70 db/menit serta nadanya

rendah sehingga mempunyai efek meningkatkan ketenangan

( Handayani, 2014). Manfaat terapi murotal Al-Quran dibuktikan

dalam berbagaipenelitian.

2.5.2 Konsep Murottal

Al-Quran merupakan kitab suci yang paling istimewa. Betapa tidak,

Al- Qura’an adalah kalam Allah SWT, Dzat yang menciptakan manusia

dan seluruh isi alam semesta (Syarbini 2012). Al-Qur’an diturunkan

kepada Nabi Muhammad selama periode 23 tahunan. Al-Qur’an juga

merupakan wasiat.

Rasulullah untuk senantiasa dibaca oleh umat muslim, dipahami, dan

diamalkan, di samping hadist-hadist. Dalam kitab ad-Dur al-Mansur karya

imam Jalal ad-Din as-Suyuti mengatakan tentang maksud hadist tersebut,

bahwa setiap huruf Al-Qur’an dari keseluruhan kalimat-kalimatnya (dalam

Al-Qur’an) mengandung kebaikan (Salim, 2012).

Para ahli kesehatan menetapkan pentingnya unsur psikologis dalam

pengobatan modern. Penelitian menunjukkan bahwa 80% pasien di kota-

kota besar menderita tekanan psikologis. Bahkan, setengah dari mereka


tidak menderita penyakit fisik sama sekali. Al-Qur’an adalah obat dari

segala macam penyakit hati, sebagaimana yang telah difirmakan Allah

SWT “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang

mukmin”. Barang siapa yang membaca Al-Quran akan memperoleh suatu

kebaikan (Rosyda, R., 2015 ). Beberapa penjelasan ilmiah menyatakan

bahwa Al-Quran sejatinya merupakan obat yang menyembuhkan dan

menyehatkan manusia. Al-Quran dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit jasmani maupun rohani seperti kegelisahan, kecemasan, dan

kejiwaan (Rosyda, R., 2015). Saat membaca Al-Quran atau

mendengarkannya, maka jika yang membaca atau yang mendengar orang

sakit, selain akan memperoleh kesembuhan juga membawa rahmat.

Bacaan Al-Quran atau yang dikenal dengan murottal adalah bacaan

Al-Quran yang memfokuskan pada dua hal, yaitu kebenaran bacaan

(tajwid) dan ritme bacaan Al-Quran. murottal merupakan musik dengan

intensitas 50 desibel. Mendengarkan ayat suci Al-Quran dengan intensitas

kurang dari 60 desibel dapat mempengaruhi gelombang otak manusia,

sehingga seseorang yang mendengarkan menjadi rileks dan tenang

(Rosyda, R., 2015).

Mendengarkan Al-Qur’an membawa pengaruh yang berbeda

dibandingkan dengan mendengarkan audio lain, hasil riset yang

membandingkan antara mendengarkan Al-Qur’an dan musik klasik.

Hasilnya terjadi peningkatan pada gelombang alfa sebesar 12,67%

sebelum dan setelah mendengarkan Al-Quran sementara pada musik klasik


terjadi peningkatan sebesar 9,96% sebelum dan sesudah mendengarkan.

Temuan ini menunjukkan bahwa persentase alpha meningkat dengan nilai

lebih tinggi saat mendengarkan Al-Quran dibandingkan musik klasik.

Penting untuk diketahui bahwa kondisi rileks pada otak manusia

dipengaruhi oleh gelombang alfa (alpha band). Artinya pembacaan Al-

Quran dapat memberikan relaksasi mental (melepaskan ketegangan,

menghilangkan rasa bosan dan melepaskan stres) dan relaksasi spiritual

bagi yang membaca (Zulkurnaini, 2012).

Nabi Mohammad SAW bersabda "Tidak ada penyakit yang

diciptakan Allah, kecuali bahwa Allah juga telah menciptakannya

obatnya”. Penyakit yang dimaksud termasuk gangguan mental seperti

stres, cemas dan depresi. Hal ini telah dibuktikan oleh Atye Babaii, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa mendengarkan surat Yasin dan Al-

Fatihah dapat menurunkan kecemasan sebelum dilakukan tindakan invasif

(Babaii, 2015). Psikolog dari Universitas Egbal Lahoori Pakistan,

mengemukakan bahwa berdoa kepada Tuhan dan membaca Al- Qur’an

dapat mengatasi gangguan depresi.

Terdapat 114 surat dalam Al-Qura’an, akan tetapi hanya beberapa

ayat yang sering digunakan untuk terapi, yaitu: Al-Fatihah, Al-Baqarah,

Ali `Imron, Al- An`am, Hud, Al-Kahfi, Al-Hijir, As-Sajadah, Al-Ahzab,

Yasiin, Ash-Shaffat, Fushshilat, Ad-Dukhan, Al-Fath, Al-Hujurat, Qaf,

Adz-Dzariyat, Ar-Rahman, Al- Hasyr, Ash-Shaff, Al-Jumu`ah, Al-


Munafiqun, Al-Mulk, Al-Ma`arij, Al-Jin, At- Takwir, Al-Infithar, Al-

Buruj, Ath-Thariq, Al-A`la, Al-Ghasyiyah, Al-Fajr, Al- Balad, Az-

Zalzalah, Al-Qorai`ah, Al-Humazah, Al-Kafirun, Al-Lahab, Al-Ikhlas, Al-

Falaq, dan An-Nas (Salim, 2012).

Salah satu surat yang sering digunakan dalam terapi adalah surat Ar-

Rahman, surat ini menggambarkan nikmat-nikmat Allah kepada

hambanya. Surat Ar- Rahman memiliki gaya bahasa yang sederhana dan

menggunakan sastra yang tinggi. Dalam surat ini terdapat kalimat tanya

yang diulang-ulang sebanyak 30 kali. (Sunny, 2014).

2.5.3 Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Terapi Murottal

Pendengaran dianggap sebagai sensori terakhir yang hilang

dengan ketidaksadaran den menjadi yang pertama berfungsi pada waktu

sadar . Suara yang terapeutik adalah yang mempunyai intensitas lebih

rendah dari 60 desibel . Murottal merupakan salah satu musik dengan

intensitas 50 desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya

yang dapat diterima oleh otak. Otak akan berada di gelombang beta saat

mendengarkan murottal, yang dapat mempengaruhi alam bawah sadar

manusia (Rosyda, 2015).

Pada fisiologi pendengaran, sumber bunyi akan diterima telinga dan

akan ditangkap oleh membran timpani. Tulang-tulang pendengaran yang

saling bersentuhan (yaitu: maleus, incus dan stapes) getaran akan diubah

menjadi impuls mekanis. Kemudian diubah menjadi impuls elektrik (di

telinga dalam) yang diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke


cabang nervus vestibulocokhlearis (N.VII) dan akan diteruskan ke talamus

(mengatur emosi, sensasi dan perasaan), sinyal dari talamus kemudian

diantarkan ke amigdala (pusat memori emosi) yang merupakan bagian dari

sistem limbik (yang mempengaruhi emosi dan perilaku). Amigdala

menjalankan sinyal-sinyal ke korteks yang sama, hipokampus, septum,

talamus dan hipotalamus pada khususnya. Impuls yang dihantarkan

amigdala ke korteks dan ke talamus akan mempercepat kembalinya

neurotransmiter korteks dan batang otak yang terhambat karena

peningkatan sensitifitas GABAA reseptor dan penghambatan LGICs dan

NMDA. Kembalinya ikatan NMDA akan mengembalikan ikatan antar

neuron sehingga neurotransmiter kembali normal sehingga fungsi motorik,

sensorik, dan otonom kembali normal (Rosyda, 2015).

Bacaan Al-Quran (Murottal) yang diperdengarkan akan

mempengaruhi impuls yang akan dikirimkan ke amigdala untuk

menentukan jenis emosi seperti ketenangan, kesabaran, optimis dan

sebagainya. Selain itu juga akan mempengaruhi tekanan arteri, frekuensi

denyut jantung, motilitas dan sekresi gastrointestinal, dilatasi atau

konstriksi pupil, sekresi berbagai hormon hipofisis anterior dan pengaturan

suhu tubuh.

Waktu yang tepat bagi tubuh untuk mendengarkan terapi murottal

adalah sehabis isya dimana otak berada pada keadaan rileks dan dapat

menerima berbagai informasi dengan baik, yang nantinya akan tertanam

dalam jangka waktu yang lama pada alam bawah sadar manusia (Rosyda,
2015).

2.6 Kerangka Teori

Lansia Tingkatan Stress


Stress Ringan
Stress Sedang
Stress Berat
Stress

Sumber Stress
Stressor Fisik
Stressor Sosial
Stressor Psikologis
Kegagalan Mencapai Tujuan
Konflik Tujuan
Perubahan Gaya Hidup

Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi
Normal
Terapi Hipertensi
Pre Hipertensi

Derajat 1
Farmakologi
Derajat 2 Diuretik Non Farmakologi

Derajat 3 Penyekat Beta ( Β-Blockers)

Golongan Penghambat Angiotensin Art Therapy Terapi Murotal Al-Qur`an


Converting Enzyme ( ACE ) Dan
Angiotensin Receptor Blocker ( ARB )
( CCB )

Golongan Anti Hipertensi Lain

BAB III

KERANGKA KONSEP , DEINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi

dari hal – hal khusus . Oleh sebab itu, konsep tidak dapat di amati secara

langsung atau diukur . Agar dapat diamatidan diukur , maka konsep tersebut

harus dijabarkan kedalam variabel – variabel dari variabel itu konsep bias

diukur dan di amati (Notoatmodjo, 2012 : 100 ). Variabel independen dari

penelitian ini adalah Art Therapy dan Terapi Murotal Al – Qur`an sedangkan

variabel dependen nya aadalah stress .

Maka berdasarkan paparan diatas , peneliti mengga;mbar;kan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


Art Therapy
Terapi Murotal Al – Qur`an Stress

Klasifikasi Hipertensi
Terapi Farmakologi Hipertensi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

: Variabel yang di teliti

: Arah hubungan

: Faktor lain yang tidak di teliti

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik- karakteristik variabel tersebut yang

dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti yang disesuaikan

dengan variabel yang terlibat dalam penelitian tersebut (Badriah, 2012:97).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala Ukur


Operasional Ukur
Independent (Variabel Bebas)
1. Art Therapy Art therapy Observassi Meminta Responde -
membantu responden n bersedia
mengekspresika mengekspresika untuk
n diri, n perasaannya menggam
meningkatkan dengan bar
keterampilan menggambar
coping individu,
mengelola
stress, dan
memperkuat rasa
percaya diri.

2. Terapi Murrotal Murrotal Al- Observasi Meminta Responde -


Al-Qur’an Qur’an salah responden n
satu musik mendengarkan mendenga
dengan murotal surah rkan
intensitas 50 Ar-Rahman murotal
desibel yang hingga selesai surah ar-
membawah lalu mengukur rahman
pengaruh positif tingkat stress
bagi responden
pendengaran .
Intensitas suara
yang rendah
merupakan
intensitas suara
kurang 60
desible sehingga
menumbuhkan
kenyamanan dan
tidak nyeri.
Dependent (Variabel Terikat)
2. Stress mengukur status Lembar Mengisi 0 - 14 : Rasio
emosional penilaian Kuesioner Normal
negatif dari stres kueisoner 15-18 :
Ringan
19-25 :
Sedang
26-33 :
Berat
34+ :
Sangat
Berat

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah di kemukakan di BAB II (

Notoatmojo, 2014:105) , maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian

adalah :

Ada pengaruh yang signifikan antara Art Therapy dengan tingkat

stress lansia yang mengalami hipertensi dan ada pengaruh yang signifikan
antara Terapi Murotal Al – Qur’an dengan tingkat stress lansia yang

mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari – Kabupaten Kuningan Tahun

2021

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Metode penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment.

Penelitian eksperimen atau percobaan merupakan suatu penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk

mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya

perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2014).

4.1.2 Desain dan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment dengan

menggunakan rancangan one group pretest-posttest. Dalam Notoatmodjo

(2014) rancangan one group pretest-posttest ini tidak ada kelompok


pembanding (kontrol), tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama

(pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi

setelah adanya eksperimen. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh yang signifikan

antara Art Therapy dan Terapi Murotal dengan tingkat stress lansia yang

mengalami hipertensi di Kelurahan Cipari – Kabupaten Kuningan Tahun

2021 .

4.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau di dapat oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep, atau pengertian tertentu (Badriah, 2012:91).

4.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas juga berarti variabel yang

pengaruhnya terhadap variabel lain ingin di ketahui . Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah Art Therapy dan Murotal Al-Qur’an.

4.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel penelitian yang di ukur untuk

mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain . ( Badriah,

2012:94) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat stress

lansia yang mengalami hipertensi .

4.3 Populasi dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subyek

tersebut harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang

membedakannya dari kelompok subyek lain. Ciri tersebut dapat meliputi ,

ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri karakter tertentu ( Badriah,

2012:101) . Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami

hipertensi dan terdaftar sebagai warga Kelurahan cipari dengan jumlah 49

jiwa

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi karena dia merupakan bagian

dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang dimiliki populasi ( Badriah,

2012:102) .

Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini adalah total

sampling . Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi . Teknik pengambilan sampel

dengan sumber data dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah keseluruhan

dari populasi yang ada yaitu lansia yang mengalami stress disertai

hipertensi di Kelurahan Cipari berjumlah 49 jiwa yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi kasus pada penelitian ini yaitu:

a. Lansia hipertensi yang bersedia untuk menjadi responden


b. Lansia hipertensi yang dapat berkomunikasi dengan baik

c. Lansia hipertensi yang masih dapat mendengar

a. Lansia hipertensi yang mengalami stress dan terdaftar sebagai

warga kelurahan cipari

d. Lansia hipertensi yang berumur lebih dari 55 tahun

2. Kriteria Ekslusi

a. Lansia Hipertensi yang berada dalam keadaan kritis atau sakit

keraas

4.4 Instrumen penelitian

Istrumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang telah baku

atau alat pengumpul data yang memiliki standar validitas dan reliabiilitas (

Badriah, 2012:114) . Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

4.4.1 Kuesioner

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data untuk variabel bebas maupun variabel terikat yaitu dengan

menggunakan kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan “daftar pertanyaan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal

angket)”. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner

DASS (Depression Anxiety Stress Scale) milik Lovibond yang sudah baku

dan tidak ada modifikasi dari peneliti. Kuesioner ini berfungsi untuk

mengukur skor stres yang sedang dialami responden ( Notoatmodjo,

2012:152).
4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap awal penyusunan proposal penelitian. Peneliti

menentukan masalah dan lahan penelitian terlebih dahulu. Kemudian

melakukan pendekatan terhadap objek terkait, yaitu di Kelurahan Cipari,

untuk melakukan studi pendahuluan. Studi kepustakaan dilakukan peneliti

di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan dan dari internet.

Tahap selanjutnya adalah menyusun proposal penelitian dilanjutkan dengan

seminar proposal penelitian. Selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen

penelitian. Dalam tahap ini,peneliti juga mengajukan surat izin penelitian ke

Poskesdes Kelurahan Cipari.

4.5.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan penelitian setelah

mendapatkan surat izin penelitian dari pihak kampus. Dalam pengisian

kuesioner peneliti dibantu oleh perawat desa Cipari dalam memberikan

kuesioner mengingat dalam kejadian wabah virus covid 19 yang membatasi

aktifitas fisik diluar rumah, peneliti dengan dibantu perawat dan bidan desa

melakukan informed consent kepada responden mengenai tujuan dan cara

pelaksanaan. Apabila responden setuju, peneliti memberikan kuesioner

untuk dilakukan pengisian yang sebelumnya telah dijelaskan terlebih dahulu

cara-cara pengisian kuesioner. Setelah itu peneliti melakukan pengolahan

data dan analisis data.


4.5.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan penyusunan laporan

hasil penelitian, kemudian peneliti melakukan sidang skripsi untuk

mempertanggung jawabkan hasil penelitian. Setelah itu peneliti

mendokumentasikan hasil penelitian dan mengadakan hasil penelitian yang

sebelumnya telah dinilai oleh para dosen dan penguji.

4.6 Sifat dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh

langsung dan subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran

atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari Data primer yang diambil dari penelitian ini yaitu

data dari hasil pengisian kuesioner mengenai stress , SOP Art Therapy

dan Terapi Murotal Al – Qur’an

2. Data Sekunder

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh

lawan pihak lain., tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek

penelitiannya (Badriah, 2012:128).. Data sekunder yang diambil pada

penelitian ini yaitu data lansia dan data lansia yang hipertensi di

Kelurahan Cipari .

4.7 Teknik Analisis Data

4.7.1 Teknik Pengolahan Data

Analisis penelitian yang menghasilkan informasi akurat


membutuhkan beberapa tahapan pengolahan data :

1. Editing

Memeriksa data kembali terhadap kemungkinan kesalahan

pengisian daftar pertanyaan dan apakah pengisiannya sudah benar

terhadap kekeliruan.

2. Coding

Menerapkan kegiatan merubah data kedalam bentuk yang lebih

ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu.

3. Data Entry

Setelah data yang diedit dan dilakukan pemberian kode

(coding), langkah selanjutnya adalah pemasukan data yaitu kegiatan

memasukkan data kedalam file data komputer sesuai dengan paket

program statistik komputer yang di gunakan.

4. Cleaning Data

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer

dilakukan pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari

keseluruhan sebelum dilakukan analisis data.

5. Tabulating

Proses pengelompokan jawaban-jawaban yang serupa dan

menjumlahkan dengan cara yang teliti dan teratur, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel-tabel yang telah dirumuskan.

4.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu secara univariat dan


secara bivariat.

4.8.1 Analisis Data Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya pada analisis ini menghasilkan distribusi

dan dan presentasi dari tiap variabel. Analisis penghitungan data dilakukan

dengan kuesioner pada setiap variabel (Badriah, 2012:148).. Untuk

menghitung karakteristik pmo yaitu dengan menggunakan rumus :

f
P= X 100 %
N

Keterangan :

P = Prekuensi banyaknya responden

f = Frekuensi

N = Jumlah responden

Selain menggunakan proporsi juga menggunakan analisis data

numberic menggunakan tendensi sentral untuk mengukur hasil ukur

kepatuhan. Tendensi sentral merupakan pusat dari penyebaran variabel

dengan menggunakan skala ratio atau interval, pengukuran ini antara lain:

1. Mean

Mean merupakan teknik menjelaskan kelompok yang didasarkan atas

nilai rata-rata dan kelompok tersebut (Sugiyono, 2011). Rumus untuk

menghitung mean dari data tergolong adalah :

∑ fixi
me=
∑ fi
Keterangan :

Me : Mean

∑fi : Jumlah data atau sample

fi xi : Produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan kelas

xi. Tanda kelas xi adalah rata – rata dari nilai terendah dan

tertinggi setiap interval data.

2. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan

atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari

yang terkecil sampai yang terbesar (Sugiyono, 2011). Rumus untuk

menghitung median dari data tergolong adalah :

1
n−f
md=b+p [ ]
2
f

Keterangan :

md : Median

b : Batas bawah dimana median terletak

p : panjang kelas interval

n : Jumlah data atau sampel

F : Jumlah semua frekuensi sebelum kelas medium

f : frekuensi kelas media


4.8.2 Analisis Data Bivariat

1. Analisis Univariat

Analisis univariat menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel. Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel

penelitian dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan sebaran data

dalam bentuk tabel. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk

menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data

yang ditampilkan dalam analisa univariat adalah distribusi frekuensi dari

karakteristik sampel, standar deviasi, nilai rata-rata, nilai maksimum dan

minimum dari tingkat stress .

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui

adanya hubungan atau korelasi, perbedaan. Uji yang digunakan adalah uji

T-test dependent dan T-test independent . Dalam penelitian ini uji T-test

yang dilakukan adalah :

a. T-test dependent

T-test dependent atau Paired Sampel T-test digunakan untuk

membandingkan rata-rata dua set data (data sebelum dan sesudah)

yang saling berpasangan. Dalam penelitian ini dua set data adalah

tingkat stress sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing

kelompok sampel, pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05). Untuk

kelompok kontrol, karena data tidak berdistribusi normal untuk

melihat rata-rata perubahan tingkat stress sebelum dan sesudah


intervensi digunakan uji Rank Bertingkat Wilcoxon sedangkan

untuk kelompok perlakuan digunakan uji Paired Sampel T-Test.

Secara manual Rumus t-test yang digunakan

untuk sampel berpasangan (paired) adalah:

b. T-test Independent Independent

Sample t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk

membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan atau

tidak saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa

penelitian dilakukan untuk dua subjek sampel yang berbeda . Dalam

penelitian ini uji T-test Independent untuk mengidentifikasi perbedaan

tingkat stress kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Sebelum

dilakukan uji T-test Independent dilakukan uji normalitas data dengan uji

Shapiro-Wilk. Karena data berdistribusi normal, dilakukan uji

homogenitas atau varian dengan uji F-Test atau Levene’s Test. Dalam

penelitian ini, kedua kelompok data mempunyai varian yang sama

sehingga nilai uji T-test Independent dibaca pada Equal variance. Rumus

manual uji homogenitas varian adalah sebagai berikut :


Data dinyatakan memiliki varian yang sama (equal variance) bila F-

Hitung < F-Tabel, dan sebaliknya, varian data dinyatakan tidak sama

(unequal variance) bila F-Hitung > F-Tabel. Bentuk varian kedua

kelompok data akan berpengaruh pada nilai standar error yang akhirnya

akan membedakan rumus pengujiannya. Uji t untuk varian yang sama

(equal variance) menggunakan rumus manual Polled Varians:

Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variance) menggunakan rumus

manual Separated Varians dibawah ini :

Keterangan :
4.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan responden

karena privasi responden terjaga dalam penelitian ini.

4.10 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.11 Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini di Kelurahan Cipari

4.12 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni terhitung dari

minggu ke-4 bulan Mei sampai minggu ke-3 bulan Juli .

4.12.1 Jadwal Penelitian


KUESIONER STRES

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Anda tidak perlu menuliskan nama, cukup inisial nama, no.registrasi, usia, dan

umur, jenis kelamin.

2. Berikan jawaban dengan jujur, karena kejujuran Anda sangat penting untuk

penelitian ini dan tidak terdapat dampak buruk dari hasil penelitian ini.

3. Usahakan agar tidak ada satupun pertanyaan yang terlewatkan.

4. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan buruk, benar dan salah.

5. Anda sepenuhnya bebas melakukan pilihan.

6. Setelah semua kuesioner penelitian ini diisi, mohon diserahkan kembali kepada

kami, dan terima kasih.

I. Data Demografi

Tanggal pengisian kuesioner :

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin :
DASS (DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE)

Kuesioner stres ini menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress

Scale) milik Lovibond yang sudah baku dan tidak ada modifikasi dari peneliti.

Kuesioner ini berfungsi untuk mengukur skor stres yang sedang dialami

responden

Keterangan :
0 : Tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Hampir setiap hari
NO PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa sulit untuk bersantai
2 Saya merasa sulit untuk beristirahat
3 Saya merasa kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu membuat saya kesal
4 Saya merasa telah menghabiskan banyak
energi untuk gugup
5 Saya sedang dalam keadaan gugup
6 Saya mudah merasa kesal
7 Saya merasa bahwa diri saya mudah marah
karena hal-hal sepele
8 Saya mudah merasa gelisah
9 Saya cenderung mudah bereaksi berlebihan
terhadap situasi
10 Saya merasa bahwa saya mudah
tersinggung..
11 Saya merasa bahwa saya sedikit sensitif
12 Saya tidak dapat memaklumi hal apa pun
yang menghalangi saya untuk menyelesaikan
hal yang sedang saya lakukan
13 Saya merasa diri saya menjadi tidak sabar
ketika mengalami penundaan (misalnya: lift,
kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
14 Saya mengalami sulit untuk menoleransi
gangguan-gangguan terhadap hal yang
sedang saya lakukan
TOTAL

Kesimpulan Penilaian :
- Stres sangat berat jika nilai ≥ 34
- Stres berat jika nilai skor 26-33
- Stres sedang jika nilai skor 19-25
- Stres ringan jika nilai skor 15-18
- Tidak stres jika nilai skor 0
PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUDIO:
MUROTAL
AL-QUR’AN (Surah Ar-Rahman. QS: 55, 78 ayat)

1. Menentukan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi


melalui observasi dan wawancara
2. Waktu pemberian terapi dilakukan antara Pkl. 08-00 – 11.00 WIB
3. Mengucapkan salam kepada responden
4. Memperkenalkan diri
5. Menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat pemberian terapi bacaan
murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman, dan tahap penelitian yang sesuai
dengan etik penelitian.
6. Memberikan dan mengisi lembar persetujuan (informed consent) jika
pasien bersedia untuk menjadi responden penelitian.
7. Menyepakati kontrak waktu ±45 menit untuk melaksanakan terapi.
8. Melakukan pengkajian tingkat stres responden dengan melakukan
pengukuran pertama (pretest) yaitu dengan cara mengisi lembar
kuisioner tingkat stres dengan skala DASS 42 (Depression Anxiety
Stres Scale 42): Aspek Stres. Saat mengisi kuisioner responden dibantu
oleh peneliti dalam memberi tanda pada skala peringkat yang ada pada
lembar kuisioner untuk masing-masing pernyataan.
9. Tahap Persiapan Pemberian Terapi Relaksasi Audio Murotal: Al-
Qur’an:
1) Menyiapkan ruangan yang nyaman dan tenang
2) Memposisikan responden sesuai dengan kenyamanan responden itu
sendiri
10. Tahap Latihan:
1) Meminta pasien rileks dan tidak tegang
2) Membaca Basmallah sebelum terapi dimulai
3) Memberikan terapi audio Murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman
(QS: 55, 78 ayat) yang dilantunkan oleh Ahmad Saud dengan
durasi 13 menit 55 detik, menggunakan handphone nokia tipe 201
yang disambungkan dengan earphone atau headset. Kemudian pasien
diminta untuk mendengarkan dengan khusyu.
4) Membaca hamdallah setelah terapi selesai dilakukan
11. Melakukan pengukuran tingkat stres yang kedua (posttest) setelah
pasien diberikan terapi audio murotal Al-Qur’an surah Ar-Rahman
(QS: 55, 78 ayat) dengan cara mengisi lembar kuisioner tingkat stres
dengan skala DASS 42 (Depression Anxiety Stres Scale 42): Aspek
Stres. Saat mengisi kuisioner responden dibantu kembali oleh peneliti
dalam memberi tanda pada skala peringkat yang ada pada lembar
kuisioner untuk masing-masing pernyataan.
12. Mengucapkan salam dan terima kasih setelah selesai melakukan semua
prosedur.
PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI MENGGAMBAR

Menurut Wahyu (2012) tahapan terapi menggambar antara lain :


TUJUAN
a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
b. Pasien dapat memberi makna gambar
c. Pasien dapat melakukan aktivitas terjadwal untuk mengurangi halusinasi

PERSIAPAN ALAT
a. Buku Gambar
b. Pensil
c. Pensil warna
SOP TERAPI MENGGAMBAR

A. PERSIAPAN (5 Menit)
1 Membuat kontrak dengan klien
2 Mempersiapkan alat dan tempat
B. ORIENTASI (5 Menit)
1 Mengucapkan salam terapeutik
2 Menanyakan perasaan klien hari ini
3 Menjelaskan tujuan kegiatan
4 Menjelaskan aturan main :
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin keluar harus meminta izin
c. Lama kegiatan 35 menit
C. KERJA (20 Menit)
1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan
2. menceritakan tentang hasil gambarnya
3. Membagikan kertas, pensil, pensil warna, krayon kepada klien
4. Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuatu yang disukai
atau
5. perasaan saat ini
6. Setelah selesai menggambar terapis mempinta klien untuk menjelaskan
7. gambar apa dan makna gambar yang telah dibuat
8. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah klien selesai
menjelaskan
9. isi gambarnya
D. TERMINASI (5 Menit)
1. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakan
b. Terapis memberikan pujian pada klien
2. Rencana tindak lanjut:
Terapis menuliskan kegiatan menggambar pada tindakan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati tindakan terapi menggambar yang akan datang
b. Menyepakati waktu dan tempat
c. Berpamitan dan mengucapkan salam
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Salim Badwilan. 2012. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Solo: Diva

Press

Amira, I., Suryani, S., & Hendrawati, H. (2021). HUBUNGAN TINGKAT

STRES DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS

GUNTUR KABUPATEN GARUT. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas

Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan

Farmasi, 21(1), 21-28.

Anam, A., Khasanah, U., & Isworo, A. (2019). Terapi Audio dengan Murottal

Alquran Terhadap Perilaku Anak Autis: Literature Review. Journal of

Bionursing, 1(2), 163-170.

Andria, K.M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, stres dan Pola Makan

Dengan Tingkat Hipertensi pada Pasien Hipertensi di Kelurahan Gebang

Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal Promkes. Volume 1

Nomer 2 (111-117).

Anggara, Onny Fransinata. (2016). Pengaruh Expressive Arts Therapy terhadap

Dimensi Psychological Well Being pada Anak Jalanan di Jaringan XYZ.

Tesis. Surabaya: Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Airlangga.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Azizah, L. M.(2011).keperawatan lanjut usia edisi 1.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Azizah, R., & Dwi Hartanti, R. (2016). Hubungan antara tingkat stress dengan

kualitas hidup lansia hipertensi di wilayah kerja puskesmas wonopringgo

pekalongan.

Azizah, R., & Dwi Hartanti, R. (2016). Hubungan antara tingkat stress dengan

kualitas hidup lansia hipertensi di wilayah kerja puskesmas wonopringgo

pekalongan.

Babaii, A., Abbasinia, M., Hejazi, SF, Seyyed Tabaei, SR, & Dehghani, F. (2015).

Pengaruh mendengarkan suara Alquran pada kecemasan sebelum

kateterisasi jantung: uji coba terkontrol secara acak. Kesehatan,

Spiritualitas dan Etika Medis , 2 (2), 2-7.

Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2017). Jawa Barat: Badan Pusat Statistik Jawa

Barat

Badriah, D. L. (2012). Metodologi penelitian ilmu-ilmu kesehatan. Bandung:

Multazam.

Bahrir, I. N., & Komariah, S. (2020). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an

Terhadap Stres Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Profesional, 8(1), 17-25.

Boedhi-Darmojo, R. (2015). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu

Kesehatan Usia Lanjut). Teori Proses Menua. Edisi ke-5, Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2 . Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. (2021). Laporan Jumlah Lanjut Usia

hipertensi . Kuningan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. (2021). Laporan Jumlah Penduduk Lanjut

Usia . Kuningan

Efendi, Ferry dan Makhfudli.(2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Elizabet B. Hurlock, Psikologi perkembangan, terj, Istiwidayanti & Soedjarwo

(Jakarta: Erlangga, 2018), halaman . 380-385.

Handayani, R., Fajarsari, D., Trisna Asih, D. R., & Rohmah, D. N. (2014).

Pengaruh terapi murottal Al-Qur’an untuk penurunan nyeri persalinan dan

kecemasan pada ibu bersalin kala I Fase Aktif. Bidan Prada: Jurnal

Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 5(2).

Hawari. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

Imami, Alfathka Dwi. (2013). Efektivitas Pendampingan Kegiatan Menggambar

(Dengan Modifikasi Art Therapy) sebagai Katarsis terhadap Agresivitas.

Artikel Penelitian. Malang: Jurusan Psikologi Fakultas Pendidikan

Psikologi Universitas Negeri Malang

Imami, Alfathka Dwi. (2013). Efektivitas Pendampingan Kegiatan Menggambar

(Dengan Modifikasi Art Therapy) sebagai Katarsis terhadap Agresivitas.

Artikel Penelitian. Malang: Jurusan Psikologi Fakultas Pendidikan

Psikologi Universitas Negeri Malang


Indonesia, K. K. R. (2017). Analisis lansia di Indonesia. Jakarta. Pusat Data Dan

Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI, 2018, Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

KemenKes, R. I. (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas.

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015

Kurniawan, R. (Ed.). (2019). Profil kesehatan Indonesia tahun 2018. Kementerian

Kesehatan RI.

Lasalo, N. (2016). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman

Terhadap Skala Nyeri Post Sectio Caesarea Di Rsud Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKES Jenderal A. Yani

Yogyakarta).

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mahjoob, M., Nejati, J., Hosseini, A., & Bakhshani, N. M. (2014). Springer

Science.

Malchiodi, C. A. (2018). Creative arts therapies and arts-based research.


Handbook of arts-based research, 68-87.

Manurung Nixson (2016). Terapi Reminiscence. Jakarta: CV Trans Info Media

Muara, J. (2017). Kata Pengantar JMISHS. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora,

dan Seni, 1(1).

Mukhlis, Akhmad. (2011). Pengaruh Terapi Membatik terhadap Depresi pada

Narapidana. Psikoislamika, 99-116.

Nguyen, Minh-Anh. (2015). Art Therapy – A Review of Methodology. Dubna

Psychological Journal, 29-43.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi revisi.

Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, A. S. (2018). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi

Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Puskesmas Sidokerto

Kabupaten Magetan Tahun 2018 (Doctoral dissertation, STIKes Insan

Cendekia Medika Jombang).

Nurarif .A.H. dan Kusuma.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu

Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pambudi, Eduardus. (2016). Manfaat Art Therapy Yang Sangat Bermanfaat Untuk

Teknik Terapi

Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stres.Yogyakarta: Nuha Medika.


Rizqiyah, L. (2017). Efek Puasa Daud terhadap Perubahan Tekanan Darah pada

Usia Lebih Dari 50 Tahun di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Rosyda, R. (2015). Pengaruh Terapi Murottal Melalui Media Audio Terhadap

Waktu Pemulihan Pasien Anestesi Umum Di RSUD Dr. H. Soewondo

Kendal (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Sarah. (2010). Kajian Teoritis Pengaruh Art Therapy Dalam Mengurangi

Kecemasan Pada Penderita Kanker. Buletin Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada Volume 18, No. 1, 2010: 29 – 35 ISSN: 0854‐

7108

Sari, Yanita Nur Indah. 2017. Berdamai dengan hipertensi. Jakarta : Bumi Medika

Setiana, Dewa Gede Agung Agus., Wiyani, Cristin., & Erwanto, Rizky. (2017).

Pengaruh Art Therapy (Terapi Menggambar) terhadap Stres pada Lansia.

Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , 192-202.

Setiana, Dewa Gede Agung Agus., Wiyani, Cristin., & Erwanto, Rizky. (2017).

Pengaruh Art Therapy (Terapi Menggambar) terhadap Stres pada Lansia.

Jurnal Kebidanan dan Keperawatan , 192-202.

Setiati Siti, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th rev. Jakarta : Internal

Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. h. 2014 -1134

Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2011 ),

Smeltzer & Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (8
ed.). Jakarta: EGC.

Subandi, M. A. (2013). Psikologi agama dan kesehatan mental.

Sugiyono, P. D. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&D.Bandung: Alfabeta

Sunny, Suniarti. Gaya Bahasa dalam Surat Ar Rahman (Kajian Stilistika). 2014.

Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Syarbini, A., & Jamhari, S. (2012). Kedahsyatan Membaca Al-Qur'an. Ruang

Kata.

Tedjasukmana, P. (2012). Tata laksana hipertensi. CDK-192, 39(4), 251-254.

Wahida, S., Nooryanto, M., Andarini, S. (2015). Terapi murotal Al-Qur’an surat

Arrahman meningkatkan beta endorphin dan menurunkan intensitas nyeri

bersalin

Wahyuningsih, F. E. 2016. Efektifitas hipnoterapi dan terapi murottal terhadap

tekanan darah pasien hipertensi di desa Jetak Kidul Kecamatan

Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Digilib Unimus

Widayarti. (2011). Pengaruh bacaan Al-Quran Terhadap Intensitas Kecemasan

Pasien Sindroma Koroner di RS Hasan Sadikin.

Yudi Wahyudi (2021) Data Lansia Kelurahan Cipari .2 hal

Zulkurnaini, NA, Kadir, RSSA, Murat, ZH, & Isa, RM (2012, Februari).

Perbandingan antara mendengarkan Al-Quran dan mendengarkan musik

klasik pada sinyal gelombang otak untuk pita alfa. Pada Konferensi

Internasional Ketiga 2012 tentang Pemodelan dan Simulasi Sistem Cerdas

(hlm. 181-186). IEEE.


Permatasari, A. E., Marat, S., & Suparman, M. Y. (2017). Penerapan art therapy

untuk menurunkan depresi pada lansia di Panti Werdha X. Jurnal Muara

Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(1), 116-126.

Anda mungkin juga menyukai