MODUL PRAKTIKA
KEPERAWATAN KRITIS
Di Susun Oleh:
ii Page 1
Modul PraktikaKeperawatan Kritis 2020
Kata Pengantar
Alhamndulillah, Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penyusunan
Modul Praktika Keperawatan Kritis bagi mahasiswa DIII Keperawatan, Jurusan
Keperawatan Politehnik Kesehatan Kemenkes Semarang ini terselesaikan.
Modul ini disusun sebagai panduan praktika laboratorium Mata Kuliah
Keperawatan Kritis bagi mahasiswa DIII Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang
sebagai acuan aplikasi dari teori yang di dapat saat kuliah di kelas, dengan sistem
pembelajaran tuntas, dan untuk memberikan mahasiswa berbagai gambaran kasus pada
keperawatan kritis, serta dapat menstimulasi mahasiswa untuk berpikir kritis dalam asuhan
keperawatan kritis mulai dari penkajian, analisis data, merumuskan diagnosis keperawatan,
menentukan intervensi keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada
berbagai kasus kritis serta memberikan gambaran perawatan dalam managemen kasus
kritis.
Diharapkan dengan panduan Modul Praktika ini mahasiswa dapat megikuti semua
prosedur praktikum Keperawatan Kritis ini dengan baik dan benar dan menjadi acuan
belajar untuk pencapaian kompetensi keperawatan kritis. Team penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan modul ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga team
penyusun bersedia untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan modul praktika Keperawatan Kritis ini.
Semoga dengan adanya modul praktika ini dapat membantu proses belajar
mengajar khususnya kegiatan praktika laboratorium mata kuliah Keperawatan Kritis
dengan lebih baik.
Penulis
ii Page 2
DAFTAR ISI
Glosarium ...................................................................................................................................... . .6
BABI PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi.......................................................................................................... .. 7
B. Deskripsi Mata Ajar ......................................................................................................... .. 8
C. Waktu ............................................................................................................................... ..8
D. Prasarat ............................................................................................................................. .. 8
E. Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................................ ..8
F. Tujuan Akhir .................................................................................................................... .. 8
G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi ............................................................................. .. 9
BAB II .PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran I. Pengkajian Primer Pasien Kritis .................................................. 10
B. Pembelajaran II. Monitor Haemodinamik (CVP, EKG, ICP)....................................... 20
C. Pembelajaran III . Pemantauan Ventilator .................................................................... 30
D. Pembelajaran IV. Prosedur Pemberian Oksigen Jackson Rees .................................... 37
E. Pembelajaran V. Titrasi ................................................................................................ 39
F. Prosedur Pemeriksaan Analisa Gas Darah ................................................................... 43
3
BAB III EVALUASI
A. Tes Kognitif .................................................................................................................. 40
B. Tes Afektif .................................................................................................................... 48
C. Tes Psikomotor............................................................................................................ 49
D. Kunci Jawaban ........................................................................................................... . 50
DAFTAR PUSTAKA 54
PENUTUP .................................................................................................................................... 55
4
PETA KEDUDUKAN MODUL
5
GLOSARIUM
AGD = analisa gas darah, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur kadar
gas oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Airway = manajemen jalan nafas, mencakup serangkaian manuver dan prosedur medis untuk
CVP = Central Venous Pressure yaitu pengukuran tekanan pada pembuluh darah vena sentral.
EKG = elektro kardio grafi, grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam
Elektrode = konduktor .
Hipervolemik = kondisi ketika bagian yang cair pada darah / plasma terlalu tinggi.
Hipovolemik = kondisi saat bagian yang cair pada darah /plasma terlalu rendah .
ICP = intra cranial pressure, uatu prosedur pemantauan untuk mengetahui nilai dari
tekanan intra kranial (Intra Cranial Pressure) dengan cara melakukan pengukuran
secara berkala.
ICU = intensive care unit, ruangan khusus yang disediakan RS untuk merawat pasien dengan
Jackson Rees = sistem pernafasan atau sirkuit pernafasan, yaitu alat medis yang digunakan untuk
mengantarkan oksigen, menghilangkan CO2, dan mengantarkan agen inhalasi kepada pasien.
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi :
Pada modul ini standar kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah :
B. Deskripsi MataAjar
Penerapan konsep mata ajar keperawatan kritis saat kuliah di aplikasikan pada
modul ini dengan ketrampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa sesuai dengan
kurikulum mata kuliah untuk D III Keperawatan. Diharapkan dengan modul praktika
ini, mahasiswa mempunyai kompetensi yang trampil dan profesional pada berbagai
prosedur yang ada di modul untuk bekal memberi asuhan keperawatan pasien kritis di
ruang ICU, dengan tepat dan menggunakan cara berpikir kritis serta sesuai Standar
7
Operasional Prosedur sehingga diharapkan bermanfaat sebagai perawat profesional ke
depannya terutama pada pemberian asuhan keperawatan kritis.
Waktu
Prasyarat
Dinyatakan lulus setetelah mampu menjawab soal pret tes dengan benar,
yang terdapat pada modul ini.
8
5. Mengisi standar pemahaman sebagai evaluasi proses pengetahuan, sikap dan
psikomotor pada lembar chek list yang disediakan.
D. Tujuan Akhir :
Beri chek list pada kolom kemapuan menjawab soal untuk setiap pertanyaan pada kolom
No Soal : Jawab :
Benar Salah
1 Pengkajian primer pada pasien kritis
Soal : Apakah komponen pengkajian primer yang tepat untuk kasus
kritis adalah Airway,breathing,Circulating,Disability,Exposure.
2 Monitoring Haemodinamik.
Soal : salah satu indikasi pasien untuk dilakukan prosedur
pengukuran tekanan vena sentral yaitu pasien dengan kondisi syok
dan memerlukan cairan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang
singkat.
3 Pemantauan Alat Ventilator
Soal : ventilator adalah alat yang digunakan untuk memantau tanda
-tanda vital pasien kritis
4 Pemberian Oksigenisasi
Soal : salah satu cara pemberian oksigen antara lain dengan Face
mask.
5 Prosedur Titrasi
Soal: pemberian obat melalui titrasi antara lain dengan syringe pump,
9
II. PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran 1
A. Pengkajian Primer :
a. Airway
Adanya sumbatan /obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
Jika ada obsruksi maka lakukan :
- chin lift/jaw-trus.
- suction/hisap.
- Guedel airway
10
- Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
- Suctioning bila perlu
b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan
yang sulit dan atau tidak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi, wheezing,
Pernafasan (breathing)
Definisi : Tindakan Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.
11
Tujuan : Untuk memastikan pertukaran udara normal di paru-paru.
Pememeriksaanya meliputi:
- Look –Lihat : gerak dada, pergerakan lobus hidung ( lubang hidung melebar),
retraksi sela iga
- Listen –Dengarkan : Suara nafas, suara ekstra
- Feel - Rasakan : Udara menghembuskan hidung-mulut
- Palpasi –Raba : gerakan dada, simetris?
- Perkusi – Ketuk : Redup? Hipersonor? Simetris?
-Auskultasi (menggunakan stetoskop) : Apakah ada suara
nafas? Simetris? Crackles atau whezing ?
Tanda distres nafas : Nafas dangkal dan cepat, Gerakan lobus hidung ( lubang
hidung melebar ), Tarikan sela iga (retraksi), Tarik otot leher ( trakea tug ), Nadi
cepat, Hipotensi, Vena leher distensi, Sianosis (tanda lambat)
- Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan
nafas atau tidak
c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit
dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability
Menilai tingkat kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri, atau sama sekali tidak sadar, tidak dianjurkan mengukur dengan
GCS adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah :
Awake = A
Respon bicara = V
Respon nyeri = P
Tidak ada respon = U
12
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera
yang mungkin ada.
3. Rangkuman :
13
memberikan respon berupa mengerang, mendengus, berbicara atau hanya melihat
petugas. P – Painful: Jika pasien tidak memberikan respon dengan suara, maka
anda perlu melakukan pemberian rangsangan nyeri dengan cara menggosok
sternum atau sedikit cubitan pada bahu. U – Unresponsive: Tidak ada respon
apapun dengan suara atau dengan nyeri.
4. Tugas :
Seorang laki-laki berusia 40 tahun terjatuh dari sepeda motor. Pasien
mengalami closed fraktur femur 1/3 tengah, Pada saat ini pasien sudah
dievakuasi dipinggir jalan.
Bagaimana cara pengkajain primer pada kasus di atas.
5. Tes :
Buat contoh data pengkajian primer.
Parameter Temuan
Airway
Breathing
Sirkulasi
Disability
Exposure
14
1 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
4. Informed consent:
Menjelaskan tujuan tindakan pada pasien dan
keluarga.
Nama Pengkaji :
Tgl pengkajiann :
5. Melakukan pengkajian primer
Ruang Pengkajian :
AIRWAY : Jam :
Parameter Temuan
Adakah sumbatan jalan nafas/benda asing,
bronkospasme, darah, sputum, lendir?, Airway
Breathing
- Bunyi nafas ?
1. Sirkulasi
Disability
Exposure
15
2.
Look - Listen - Feel.
Lihat / look :
- gerak dada dan perut.
- tanda distres nafas.
- warna mukosa kulit.
- kesadaran.
Dengar/Listen :
- gerak udara nafas dengan telinga.
Raba / Feel :
- gerak udara nafas dengan pipi.
16
Jika ada obsruksi maka lakukan :
- chin lift/jaw-trus.
- suction/hisap.
- Guedel airway
BREATHING :
17
Head tilt.
Chin lift.
18
Disabity:
Rangsangan nyeri.
Exposure
19
karakteristiknya?.
- adakah perdarahan dan bagaimanakah
karakteristiknya?.
Dokumentasikan data hasil pengkajian untuk
analisis data dan perumusan diagnosa keperawatan.
B. Pembelajaran 2
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Monitoring Haemodinamik
(CVP, EKG,ICP).
1. Tujuan : mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan dan
menyiapkan alat serta redemontrasi pemantauan
haemodinamik dengan tepat.
2. Uraian Materi :
Pemantauan tekanan vena sentral dapat dilakukan secara manual atau melalui
tranduser ke alat pantau komputer,yang hasilnya dapat dilihat pada layar
monitor.Pemantauandengancaramanualadalah yang paling banyak dipakai.
Untuk mendapatkan hasil nilai tekanan vena sentral yang akurat dengan
menggunakan manometer, kita harus melakukan pemantauan dengan teliti dan
benar.Komplikasi Pemasangan CVP yaitu Pneumothorax, Hematothorax, Hematoma,
Tamponade jantung, emboli udara, infeksi.
21
1. Pulsasi Vena
a. Pulsasi vena jugular dan tekanan vena jugular dapat diartikan sebagai tekanan dan
pulsasi vena jugular interna.
b. Meskipun vena jugular interna terletak jauh dibawah otot sternokleidomastoideus,
pulsasi dari pembuluh darah vena dapat terlihat dibawah kulit
c. Vena jugular interna kanan merupakan saluran langsung dari atrium kanan
dibandingkan vena jugular interna kiri. Pemeriksaan tekanan dan pulsa pada vena
jugular interna kanan merupakan pilihan terbaik
d. Pemeriksaan vena jugular eksterna tidak disarankan, karena vena jugular eksterna
memiliki katup-katup dan melewati otot-otot wajah yang dapat menghalangi transmisi
pulsa dan tekanan dari atrium kanan.
a. Pulsasi vena jugular interna menurun saat inspirasi dan meningkat saat ekspirasi. Hal
ini tidak terjadi pada arteri karotis
b. Pada saat terjadi valsava maneuver, terjadi peningkatan tekanan intra thorak dan juga
pulsasi vena jugular interna. Tetapi tidak terjadi pada arteri karotis.
c. Pulsasssi vena jugular interna terlihat pada permukaan kulit tapi tidak dapat
a. Point tertinggi pulsasi vena disebut “kepala”. Tinggi kepala ini bervariasi pada
respirasi : menurun pada inspirasi ketika tekanan negative tekanan intra thorak
meningkatkan kembalinya aliran vena ke jantung ; meningkat saat tekanan positif
intra thorak ‘impedes’aliran vena ke jantung
b. Rata-rata dari aliran ini (antara inspirasi dan ekspirasi) mencerminkan tekanan
hidrostatik di atrium kanan, nilai normalnya 6-110 cmH2O
c. Jugular venous pressure (JVP) biasanya diperlihatkan sebagai tinggi vertical
pe,mbuluh vena (kepala cm) dihubingkan dengan sudut sternum (angle of Louis)
d. Dengan bantuan 2 buah penggaris, tinggi vertical yang dihubungkan sudut sternum
dapat ditentukan dengan “method of triangulation”
e. Sudut sternum terletak 5 cm diatas atrium kanan pada dewasa-sama pada posisi
supine, reclining ataupun duduk-tekanan hidrostatik diatrium kanan (cm H2O) setara
dengan tinggi vertical (cm) “ Kepala” vena diatas sudut sterna ditambah 5 cm.
f. Pada kondisi klien yang normal, “kepala” pulsasi vena jugular biasanya terlihat
setinggi klavikula saat posisi tubuh dinaikan dengan sudut 45 derajat
g. Dengan kata lain, JVP dengan nilai lebih dari 5 cm diatas sudut sternal disebut terjadi
peningkatan.
22
Rangkuman :
Haemodinamik adalah aliran darah dalam system peredran tubuhbaik melalui sirkulasi
magna ( sirkulasi besar), maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru-paru).
Haemodinamik monitoring adalah pemantauan dari haemodinamk status. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital
lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat
mencegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.
Tugas:
Cari gambar akses vena tempat untuk pengukuran CVP.
Tes :
Sebutkan tujuan dari pengukuran CVP!.
PENGUKURAN CVP :
1. Persiapan Alat :
23
- cairan isotonis (NACL 0,9%).
- 2 buah infus set : 1 untuk dipasang pada manometer, 1 untuk cairan isotonis.
- Manometer.
- Waterpass atau pipa U.
- Threeway stopcock.
- sarung tangan bersih.
Note :
- Prinsipnya tiap pengukuran pada satu pasien sebaiknya menggunakan satu posisi
yang sama.
Catat posisi pasien pada awal pengukuran untuk menjaga konsistensi hasil
p1engukuran.
5. Cek cairan yang saat ini dipergunakan pasien. Pergunakan cairan isotonis (NaCl
0,9%) untuk melakukan pengukuran.
Note :
Apabila infus set untuk pengukuran CVP tidak memungkinkan untuk diganti, maka
ganti cairan yang terpasang pada pasien dengan cairan isotonis (NACL 0,9%) dan
alirkan terlebih dahulu untuk mendorong cairan sebelumnya masuk ke tubuh.
6 Pastikan kepatenan kateter dengan melihat kelancaran tetesan cairan infus dan
aliran threeway stopcock.
7 Tentukan Zero point (titik nol) dengan waterpass atau pipa u setinggi ICS IV mid
axillary line( posisi ini menggambarkan setinggi atrium kanan). Titik ini
merupakan “Phlebostatic Axis” .pasang manometer pada tiang infus sesuai zero
point yang telah ditentukan.
24
9. Buka aliran threewaydari cairan isotonis yang ke arah manometer.
Isi cairan manometer dengan cairan isotonis tersebut secukupnya (bila menggunakan
infus set usahakan chamber infus terisi), lalu tutup lagi aliran.
10. Buka aliran threewaydari cairan manometer dan alirkan ke jantung.
11 Perhatikan cairan dalam manometer akan turun perlahan sesuai irama nafas pasien
hingga berhenti pada satu titik ketinggian tertentu.
12. Angka pada manometer yang sejajar dengan tinggi permukaan air tersebut adalah
nilai CVP.
13. Kembalikan threewaypada aliran semula.
Note :
- pasang dan alirkan kembali cairan infus sebelumnya, apabila cairan infus
tersebut selama pengukuran dilepas.
Gambar 1: The Phlebostatic Axis (Emil Vernarec & Sally Beattie Dulak, 2003)
25
26
II. PEMANTAUAN HAEMODINAMIK : EKG (Elektro Kardio Grafi).
1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan monitoring dan intrepetasi data dari rekam
jantung / EKG pada asuhan keperawatan keperawatan kritis.
2. Uraian Materi :merupakan suatu tindakan untuk merekam aktifitas elektroda jantung
yang dilakukan di permukaan dada.
27
3. Lembar Kerja Praktek :
Persiapan alat :
1) EKG yang dilengkapi :
- kabel untuk sumber listrik.
- kabel elektroda : ekstremitas dan dada.
- Plat elektroda ekstremitas / karet pengikat.
- balon penghisap elektroda.
2) Jelly elektrode.
3) Kertas EKG.
4) Kertas Tissue.
5) Kapas alkohol.
No Langkah Kerja :
Persiapan pasien :
- jelaskan tujuan dan hal-hal yang harus diperhatikan saat perekaman.
- dinding dada harus terbuka/ bebas dari pakaian.
- elektrode extremitas diatas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan.
pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
- posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai
ke bahu kiri atau kanan dan pangkal paha kiri atau kanan. Kemudian kabel-kabel
dihubungkan.
- elektrode dada harus selalu terpasang dengan benar.
1. Perawat cuci tangan
28
6
6.
5.Lakukan kalibrasi, kalibrasi 1m V, kecepatan 25 mm/detik.
7
7
6.Lakukan perekaman
8
8
7.Semua elektrode dilepas, jelly dibersihkan dari tubuh pasien.
9.
8.Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
1
9.Setelah itu matikan mesin EKG.
10.
Catat : nama pasien, umur, tanggal, jam, identitas perekam, lead diberi tanda
dibawah tiap lead.
29
III. PEMANTAUAN HAEMODINAMIK ICP.
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : pemantauan haemodinamik ICP
(intra cranial Pressure)
1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan monitoring dan
intrepetasi
30
2. Uraian Materi : Pemantauan Intra Kranial TIK adalah pemantauan yang
3. Rangkuman
Suatu prosedur pemantauan untuk mengetahui nilai dari tekanan intra
kranial (Intra Cranial Pressure) dengan cara melakukan pengukuran secara
berkala.
Normal ICP: 5-15 Cm H20.
Tujuan :
1) Pemantauan /observasi tekanan intrakranial dengan benar.
2) Melaporkan secara dini terjadinya peningkatan TIK.
31
32
PEMANTAUAN HEMODINAMIK NON INVASIF
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat melakukan pemantauan hemodinamik
2. Tujuan Instruksional Khusus :
a. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan mendiskripsikan kondisi pasien
dengan gangguan hemodinamik.
b. Mahasiswa dapat menyebutkan factor-taktor yang mempengaruhi hemodinamik
c. Mahasiswa dapat melakukan pemantauan hemodinamik non invasive.
B. Konsep Dasar
1. Gambaran umum kecukupan oksigenasi jaringan sebagai target yang akan
dicapai dengan memantau hemodinamik
Oksigenasi jaringan yang adekuat adalah tercapainya keseimbangan antara
suplai/pasokan dan kebutuhan oksigen sampai di tingkat seluler. Apabila terjadi
ketidakseimbangan, akan timbul kondisi disoksia yang secara klinis disebut
dengan syok. Jantung dan pembuluh darah menentukan penghantaran oksigen ke
jaringan sedangkan sirkulasi pulmonal menentukan pertukaran gas. Kedua sistem
ini membentuk suatu kerjasama yang akan menjadi penentu status hemodinamik.
Pemantauan hemodinamik merupakan segala upaya yang dilakukan dalam
mengatur dan mengintervensi parameter kardiovaskular yang menjadi variabel
oksigenasi jaringan.
Persiapan Alat :
1) Infus set : 2 buah (1 untuk manometer, 1 dihubungkan dengan drain).
2) Drain bag : 1 buah
3) Tree Way Stop Cocck : 1 buah.
4) Standart infus
5) Manometer.
6) Water pass
7) Sarung tangan.
No Langkah Kerja :
1. Beri tahu pasien atau keluarga pasien tentang prosedure yang akan dilaksanakan
3. Cuci Tangan
6. Gunakan tree way stopcock untuk menghubungkan antara otak, bag (drain) dan manometer.
7.
Tutup drain ke arah ICP selama 5 menit
34
8. Tentukan titik nol dari MAE
11. Perhatikan pergeseran CSF (Cerebro Spinal Fluid) pada manometer pengukur, tunggu sampai
berhenti, lihat pada manometer angka yang menunjukkan tingginya cairan.
12. Kembalikan posisi tree way stop cock mengalir kea rah drain bag.
35
C. Pembelajaran 3.
36
pasien dengan pemasangan alat ventilator.
2. Uraian Materi :
Alat Ventilator adalah alat bantu napas yang dipasang pada pasien
dengan kerusakan paru-paru yang parah hingga kesulitan bernapas. Untuk bisa
membantu pernapasan, selang ventilator bisa dimasukkan melalui mulut, hidung
atau melalui lubang kecil yang dibuat di tenggorokan.
Ventilator atau respirator adalah mesin yang berfungsi untuk membantu
pernafasan pasien yang mengalami gagal nafas. Paru-paru berfungsi dalam
pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan
karbondioksida dari dalam tubuh.
Jika fungsi pertukaran gas tidak mampu dilakukan paru atau pasien mengalami
gagal nafas, tubuh terancam tidak mendapatkan oksigen yang dibutuhkan sel-sel
tubuh untuk tetap hidup sehingga pasien bisa meninggal.
Fungsi pertukaran gas dalam paru-paru dilakukan oleh alveoli, yaitu
kantong-kantong kecil yang dikelilingi pembuluh kapiler berisi darah. Dalam
alveoli, oksigen berdifusi kedalam darah untuk dibawa hemoglobin ke seluruh
tubuh. Jika paru-paru tidak mampu melakukan pertukaran gas secara spontan,
perlu dibantu alat ventilator. Ventilator dipasang ke tubuh pasien dengan
bantuan endotracheal tube (pipa yang dipasang ke tenggorokan lewat mulut atau
hidung). bisa juga lewat pipa yang dimasukkan dengan melubangi tenggorokan
(tracheostomy tube). Ventilator membantu memompakan oksigen ke dalam
paru-paru, oksigen yang dipompakan berkisar 30 hingga 100 persen. Pasien
yang mengalami gagal nafas diberikan oksigen 100 persen, kemudian dikurangi
secara bertahap seiring perbaikan fungsi paru-paru. Hal ini dilakukan dengan
melihat hasil analisis gas darah serta kondisi klinis pasien.
Ventilator atau respirator meskipun berfungsi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, juga menimbulkan risiko. Antara lain infeksi karena ada
lendir yang mengumpul di endotracheal tube dan menjadi tempat berkembang
biaknya kuman penyakit , maka pipa harus diganti sedikitnya seminggu sekali.
Risiko lainya yaitu paru -paru rusak jika tekanan gas terlalu kuat, sementara
37
paru-paru dalam kondisi rapuh. Untuk mencegah hal itu, tekanan diatur sekitar
30mmHg, maksimal 40 mmHg. Ketika kondisi pasien mulai normal, kerja
Ventilator dikurangi secara bertahap sehingga meningkatkan jumlah
pernafasan spontan pasien. Jika analisa gas darah pasien menunjukkan kondisi
normal pada pemberian oksigen 30 persen, ventilator bisa dicabut dan pasien
bisa berafas biasa.
3. Rangkuman :
Indikasi pemasanagan ventilator antara lain : pasien dengan respiratory
failure / gagal nafas, pasien dengan operasi tehnik hemodilusi, post trepanasi
dengan black out, respiratory arrest.
38
13 Gunakan tehnik aseptik.
14 Monitor bacaan tekanan ventilator dan bunyi nafas.
39
ventilator untuk memberikan bantuan nafas dan oksigen.
D. Pembelajaran 4.
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Prosedur pemberian oksigen Jackson
Rees.
1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan pengelolaan jalan nafas.
2. Uraian Materi : gagalan pernafasan merupakan pertukaran gas yang tidak
40
adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon
dioksida arteri), dan asidosis.
Sumbatann jalan nafas bisa disebabkan karena penurunan kesadaran, tindakan
anestesi, koma,
Trauma kepala, radang otak, 0bat/alkohol, penyakit pada saluran pernafasan, dan
lain-lain.
Penyebab gagal nafas :
A. Trauma kepala : contusio cerebri.
B. Radang otak : enchepalitis.
C. Gangguan vaskuler : peradarahan otak, infark otak.
D. Obat-obatan : narkotka, anestesi.
Penyebab perifer :
- kelainan neuromuskulair : GBS, tetanus, Trauma cervikal, muscle
relaxans.
- kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale.
- Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS.
- Kelainan tulang iga/thoraks, costae, pneumothoraks, haemothoraks.
- kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
3. Rangkuman
Jackson Rees merupakan lat ini terdiri dari kantong karet elastiss yang
dikembangkan dengan aliran oksigen 10 – 12 lpm . Setelah dipijat untuk
memberikan gas inhalasi , kantong akan diisi oleh aliran oksigen lagi . Alat ini
mutlak tergantung dari oksigen. Keuntungannya adalah kadar oksigen inspirasi
dapat diberikan sampai 100% . Sistem Jacksen Rees tidak menggunakan katub.
Pada dasarnya semua alat anestesi inhalasi dapat dignakan untukmemberikan
napas buatan.
Jackson Rees berfungsi untuk memonitor nafas spontan atau memudahkan
melakukan nafas kendali.Jackson Rees merupakan modifikasi dari Mapleson E
dikenal sebagai Jackson Rees (Mapleson F). Pada respirasi spontan, mekanisme
bantuan dari kantung dibiarkan terbuka penuh. Agar respirasi terkendali, lubang
41
pada kantung dapat tertutup oleh pasien selama inspirasi dan pertukaran O 2
dilakukan dengan meremas kantung.
.
4. Tugas : cari gambar-gambar cara pemberian oksigen (face mask, dll).
5. Tes : sebutkan penyebab kegagalan pernafasan.
6. Lembar Kerja Praktek :
No Langkah Kerja :
42
E. Pembelajaran 5
43
lama.
Infuse Pump :
Adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian cairan pada klien.
Tujuan :
- untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan klien.
- mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan karena ketidakstabilan
tetesan cairan infus.
3. Rangkuman :
Pemberian suatu obat yang sebelumnya sudah mengalami percampuran
dengan suatu larutan tertentu sehingga di dapatkan konsentrasi obat yang
diinginkan.
44
4. Tugas :
Tehnik pemberian obat dengan titrasi dapat melalui apa saja?
5. Tes :
Hitung kebutuhan pemberian dopamine pada pasien bila diberikan
dengan syringe pump, infuse pump
6. Lembar Kerja Praktek:
1. Syringe pump
Persiapan alat :
1. Syringe pump
2. Standart infus
3. Spuit sesuai kebutuhan (20 cc/ 50 cc) dan medikasi klien.
4. Perfusor, Extentiom tube
5. Three way
6. Needle
No Langkah Kerja :
4. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan akses intravena
Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
8. lampu yang menyala merah. Alarm signhampir habis, terisi udara,occlusion
(clot/tube tertekuk), low batt, penempatan syringe tidak tepat
11. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan Observasi Nadi,Tekanan darah,
Perfusi perifer, urine output
45
CATATAN :
Observasi pasien selama pemberian
Catat tindakan yang sudah dilakukan
2. Infuse Pump :
Persiapan alat :
- infuse pump dan tiang penyangga.
- cairan infus.
- Infus set dengan kebutuhan alat infuse pump.
No Langkah Kerja :
2 Siapkan cairan infuse set dan gantungkan di tiang penyangga infuse pump.
3 Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse pump, pastikan tidak ada udara
pada slang.
4 Pasang drip sensor pada tempat tetesan infus set.
6 Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada klien tiap jam.
8 Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
lampu yang menyala merah pada tulisan air, occlusion, flower, empty, door,
completion.
9 Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.
Catatan :
- observasi respon pasien selama pemberian infus.
- pencatatan dan pelaporan setelah tindakan.
F. Pembelajaran 6
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Prosedur Pemeriksaan Analisa
Gas Darah.
46
Analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi tentang
status asam-basa klien. Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik, seperti
pada terapi trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.
pHdarah
Tekanan parsial Karbon Dioksida(PCO2)
Bikarbonat(HCO3-)
Base excess/deficit
Tekanan Oksigen(PO2)
Kandungan Oksigen (O2)
Saturasi Oksigen(SO2)
pH darah
Tekanan parsial Karbon Dioksida(PCO2)
Bikarbonat(HCO3-)
Base excess/deficit
Tekanan Oksigen(PO2)
Kandungan Oksigen (O2)
Saturasi Oksigen(SO2)
47
3. Rangkuman :
Tujuan: Analisa gas darah atau diagnosa lainnya
Indikasi:
1. Gangguan fungsi paru
2. Gangguan fungsi jantung
3. Gangguan fungsi ginjal
Kontraindikasi:
1. Penyakit-penyakit pembuluh darah perifer
2. Tidak adanya pembuluh darah kolateral
3. Gangguan fungsi koagulasi
Komplikasi:
1. Perdarahan/hematom
2. Tromboemboli
3. Terjadinya spasme pembuluh arteri
4. Emboli udara
5. Kerusakan saraf perifer
6. Infeksi
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
Catatan :
Beberapa institusi mengijinkan diberikan anestesi di area penusukan dengan 1%
lidocaine / xilocaine, akan mempersiapkan diri pasien/bayi dioleskan anaestesi
semprot /salep.
3. Cek catatan medik , meliputi :
- alasan pengambilan spesimen darah.
- riwayat faktor perdarahan, terapi antikoagulan, gangguan perdarahan, jumlah
trombosit yang rendah.
- kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena, infus intra vena atau
keadaan setelah radikal mastektomi.
5. Cuci tangan
48
7. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
12. Dekatkan peralatn pada klien, dan atur posisi klien agar nyaman.
.
13. Identifikasi tempat penusukan
14. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.
15 Letakkan pengalas.
17. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan, tentukan darah pulsasi
maksimal.
18. Lakukan Allen, untuk mengkaji kadekuatan sirkulasi kolateral pada arteri ulnaris.
Tes Allen dengan lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan ulnaris dari
salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutan hilang.
Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada
arteri ulnaris, jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan kemerahan
dalam 10 detik), hasil test dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan
pada pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada
arteri renalis tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat. Hasil test
dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain harus di test. Bila hasil kedua
pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis harus dieksplorasi.
19. Stabilisaikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan,
stabilisasi arteri brakhialis dengan melakukan hipereksensi siku.
20. Desinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol
dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah.
21. Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi, pertahankan jari
tangan di daerah proksimal dan daerah penusukan.
22. Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke
dalam ateri.
23. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti “denyutan”,
hentikan menusukkan jarum lebih jauh terlihat “denyutan “ini
24. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 - 4 ml (atau sesuai kebutuhan)
darah ke dalam spuit.
25. Letakkan kapas alkohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum, lakukan
penekanan sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut.
26. Pelihara kontiunitas penekanan selama 5’ (atau selama 10”, bila klien menerima
49
antikoagulan).
27. Keluarkan udara dari spuit.
29. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan,
ruangan) di spuit.
Pastikan sampel dianalisis dalam waktu 5 - 10 menit atau ditransport dalam
freezer.
30. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.
33. Bereskan peralatan, lepaskan sarung tangan, evaluasi hasil yang dicapai
( subyektif dan oyektif).
50
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
III. EVALUASI :
A. Tes Kognitif
B. Tes Afektif
Page 51
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
penyampaian
ide)
C. Tes Psikomotor.
DAFTAR PENCAPAIAN
No. Kegiatan Kesempatan ke
Page 52
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
1 2 3 4 5
1. Kompetensi 1
2. Kompetensi 2
3. Kompetensi 3
4. Kompetensi 4
5. Kompetensi 5
6. Kompetensi 6
Catatan :
Berikan angka (1-4) sesuai dengan level kompetensi yang dicapai mahasiswa pada
setiap kesempatan
Daftar tilik ini dapat dipergunakan selama dilaboratorium/ PBP
Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan tindakan saat PBL.
KUNCI JAWABAN
Parameter Temuan
Airway ET oral, jalan nafas bersih dari sekret
Breathing Bunyi nafas jernih, ekspansi dada bilateral, tidak ada pernafasan
spontan, setting ventilator A/C 12/menit, VT 900,F1O2 40, pulse
oximetri terbaca 99%.
Page 53
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
Sirkulasi TD130/70mmHg, MAP 93, denyut nadi 96, perifer +3,kulit hangat dan
kering
Disability Tk kesadaran : compos mentis.
Exposure Tidak terdapat luka / jejas.
Kompetensi 2:
dehidrasi.
2). Mengetahui tonus pembuluh darah : hipotonus atau hipertonus.
3). Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa :indikasi gagal jantung
kanan.
Kompetensi 3:
Jawab :
- Menurut sifatnya ada 3 type :
Volume Cycled Ventilator , prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan
volume.
Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja
dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan.
Time Cycled Ventilator.
Prinsip kerja ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan.
Jawab
Indikasi pemasanagan ventilator antara lain : pasien dengan respiratory failure / gagal
nafas, pasien dengan operasi tehnik hemodilusi, post trepanasi dengan black out, respiratory
arrest.
Page 55
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
Kompetensi 4 :
Jawab :
Gambar pemberian oksigen
Penyebab perifer :
- kelainan neuromuskulair : GBS, tetanus, Trauma cervikal, muscle relaxans.
- kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale.
- Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS.
- Kelainan tulang iga/thoraks, costae, pneumothoraks, haemothoraks.
- kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
Page 56
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
Kompetensi 5:
Jawab :
Kompetensi 6 .
Jawab :
Gaada gambar
Masalah-masalah yang mungkin timbul selama prosedur analisa gas darah antara lain :
- Terbentuk hematoma pada tempat penusukan. Solusi: tarik jarum. Lakukan penekanan
sampai darah berhenti.
- Tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri terus berdarah. Solusi: lakukan
penekanan 1
- 2 ' untuk pengambilan darah vena dan 5 - 10 ' untuk pengambilan darah arteri. Cek tempat
penusukan dan jika perdarahan terus berianjut, tekan lebih lama.
- Hematoma pada tempat penusukan arteri. Solusi: lakukan penekanan dan lap
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita selekta kedokeran, Edisi III, Jilid II, FKUI, Media
Aesculapius, Jakarta
Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursing,
Ignativicius. D.D. ( 1994 ) Medical-Surgical Nursing : a nursing process approach. St
Louis : Mosby
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan. Jakarta : ECG
Page 57
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020
D. PENUTUP
Page 58
Modul PraktikumKeperawatan Kritis 2020
Page 59