Anda di halaman 1dari 59

Modul PraktikaKeperawatan Kritis 2020

MODUL PRAKTIKA
KEPERAWATAN KRITIS

Di Susun Oleh:

Team Keperawatan Kritis

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES SEMARANG
2021

ii Page 1
Modul PraktikaKeperawatan Kritis 2020

Kata Pengantar

Alhamndulillah, Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penyusunan
Modul Praktika Keperawatan Kritis bagi mahasiswa DIII Keperawatan, Jurusan
Keperawatan Politehnik Kesehatan Kemenkes Semarang ini terselesaikan.
Modul ini disusun sebagai panduan praktika laboratorium Mata Kuliah
Keperawatan Kritis bagi mahasiswa DIII Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang
sebagai acuan aplikasi dari teori yang di dapat saat kuliah di kelas, dengan sistem
pembelajaran tuntas, dan untuk memberikan mahasiswa berbagai gambaran kasus pada
keperawatan kritis, serta dapat menstimulasi mahasiswa untuk berpikir kritis dalam asuhan
keperawatan kritis mulai dari penkajian, analisis data, merumuskan diagnosis keperawatan,
menentukan intervensi keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada
berbagai kasus kritis serta memberikan gambaran perawatan dalam managemen kasus
kritis.
Diharapkan dengan panduan Modul Praktika ini mahasiswa dapat megikuti semua
prosedur praktikum Keperawatan Kritis ini dengan baik dan benar dan menjadi acuan
belajar untuk pencapaian kompetensi keperawatan kritis. Team penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan modul ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga team
penyusun bersedia untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan modul praktika Keperawatan Kritis ini.
Semoga dengan adanya modul praktika ini dapat membantu proses belajar
mengajar khususnya kegiatan praktika laboratorium mata kuliah Keperawatan Kritis
dengan lebih baik.

Semarang , Agustus 2021

Penulis

ii Page 2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................................................1

Kata Pengantar ................................................................................................................................... 2

Daftar Isi .......................................................................................................................................... .3

Peta Kedudukan Modul .................................................................................................................. . 5

Glosarium ...................................................................................................................................... . .6

BABI PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi.......................................................................................................... .. 7
B. Deskripsi Mata Ajar ......................................................................................................... .. 8
C. Waktu ............................................................................................................................... ..8
D. Prasarat ............................................................................................................................. .. 8
E. Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................................ ..8
F. Tujuan Akhir .................................................................................................................... .. 8
G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi ............................................................................. .. 9
BAB II .PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran I. Pengkajian Primer Pasien Kritis .................................................. 10
B. Pembelajaran II. Monitor Haemodinamik (CVP, EKG, ICP)....................................... 20
C. Pembelajaran III . Pemantauan Ventilator .................................................................... 30
D. Pembelajaran IV. Prosedur Pemberian Oksigen Jackson Rees .................................... 37
E. Pembelajaran V. Titrasi ................................................................................................ 39
F. Prosedur Pemeriksaan Analisa Gas Darah ................................................................... 43

3
BAB III EVALUASI
A. Tes Kognitif .................................................................................................................. 40
B. Tes Afektif .................................................................................................................... 48
C. Tes Psikomotor............................................................................................................ 49
D. Kunci Jawaban ........................................................................................................... . 50

DAFTAR PUSTAKA 54
PENUTUP .................................................................................................................................... 55

4
PETA KEDUDUKAN MODUL

Mata Kuliah Semester V :

Management Keperawatan Teori Kompetensi 1


Pengkajian Primer
Bahasa Inggris 5
Kompetensi 2
Keperawatan Kritis Pemantauan Hemodinamik

Keperawatan Elektif Kompetensi 3


Laboratorium Pemantauan Ventilator
Keperawatan Gadar
Kompetensi 4
Keperawatan Gerontik Pemberian Oksigen
Rees
Keperawatan Keluarga Kompetensi 5
Titrasi
Metode Penulisan KTI Praktik Klinik
Kompetensi 6
Pemeriksaan AGD

5
GLOSARIUM

AGD = analisa gas darah, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur kadar
gas oksigen dan karbondioksida dalam darah.
Airway = manajemen jalan nafas, mencakup serangkaian manuver dan prosedur medis untuk

mencegah meringankan obstruksi jalan nafas.

Chin Lift / Jaw Trust = manuver angkat dagu.

CVP = Central Venous Pressure yaitu pengukuran tekanan pada pembuluh darah vena sentral.

EKG = elektro kardio grafi, grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam

aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

Elektrode = konduktor .

Haemodinamik = dinamika dalam aliran darah.

Hipervolemik = kondisi ketika bagian yang cair pada darah / plasma terlalu tinggi.

Hipovolemik = kondisi saat bagian yang cair pada darah /plasma terlalu rendah .

ICP = intra cranial pressure, uatu prosedur pemantauan untuk mengetahui nilai dari
tekanan intra kranial (Intra Cranial Pressure) dengan cara melakukan pengukuran
secara berkala.
ICU = intensive care unit, ruangan khusus yang disediakan RS untuk merawat pasien dengan

keadaan yang membutuhkan pengawasan ketat.

Jackson Rees = sistem pernafasan atau sirkuit pernafasan, yaitu alat medis yang digunakan untuk

mengantarkan oksigen, menghilangkan CO2, dan mengantarkan agen inhalasi kepada pasien.

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Standar Kompetensi :

Pada modul ini standar kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah :

1. Memahami dan mempraktekan langkah-langkah cara pengkajian primer pada asuhan


keperawatan kritis dengan tepat.
2. Memahami dan mempraktekan langkah-langkah prosedur Monitoring Haemodinamik (
CVP,EKG, ICP).
3. Memahami dan mempraktekan tindakan Monitoring dan perawatan klien dengan
ventilator.
4. Melakukan rosedur pemberian oksigen ( Jacson Rees)
5. Memahami dan mempraktekan prosedur pemberian obat melalui Titrasi.
6. Memahami dan mempraktekan prosedur pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD).

B. Deskripsi MataAjar

Fokus praktika laboratorium mata ajar Keperawatan Kritis membahas tentang


prosedur keperawatan yang secara garis besar dilakukan pada pasien dengan kondisi
kritis di ruang ICU. Modul praktika ini menjadi panduan untuk pembelajaran
mahasiswa di laboratorium keperawatan agar mampu memahami konsep perawatan
pada pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa dengan pendekatan bio- psiko-
sosial-spiritual.

Penerapan konsep mata ajar keperawatan kritis saat kuliah di aplikasikan pada
modul ini dengan ketrampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa sesuai dengan
kurikulum mata kuliah untuk D III Keperawatan. Diharapkan dengan modul praktika
ini, mahasiswa mempunyai kompetensi yang trampil dan profesional pada berbagai

prosedur yang ada di modul untuk bekal memberi asuhan keperawatan pasien kritis di
ruang ICU, dengan tepat dan menggunakan cara berpikir kritis serta sesuai Standar

7
Operasional Prosedur sehingga diharapkan bermanfaat sebagai perawat profesional ke
depannya terutama pada pemberian asuhan keperawatan kritis.

Waktu

Waktu pencapaian kompetensi praktek laboratorium mata kuliah


keperawatan kritis dengan alokasi waktu 160 menit pada setiap satu pertemuan
pembelajaran.

Prasyarat

Mahasiswa sudah Beberapa prasyarat untuk mengikuti pembelajaran modul


praktika ini antara lain bahwa mahasiswa adalah tercatat sebagai mahasiswa semester
V, dengan dibuktikan sudah melakukan Kartu Rencana Studi, lulus untuk mata kuliah
sebelumnya dengan tidak ada nilai yang masih kurang (D). Menguasai mata kuliah
Anotomi Fisiologi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Pathofisiologi,
Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Gawat Darurat, dan Keperawatan Elektif.

Dinyatakan lulus setetelah mampu menjawab soal pret tes dengan benar,
yang terdapat pada modul ini.

C. Petunjuk Penggunaan Modul

Langkah - langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul


praktika Keperawatan Kritis ini sebagai berikut :

1. Mempelajari materi setiap pertemuan kuliah selesai, dilanjutkan dengan


mempelajari modul ini satu prosedur terlebih dahulu dari yang pertama.

2. Membaca satu persatu dari penjelasan setiap prosedur dan memperhatikan


alat yang dibutuhkan untuk prosedur tersebut.

3. Memahami setiap langkah prosedur yang ada di modul ini.

4. Memperagakan secara mandiri dengan mengikuti setiap langkah-langkah


prosedur secara urut dengan memperhatikan gambar setiap prosedur.

8
5. Mengisi standar pemahaman sebagai evaluasi proses pengetahuan, sikap dan
psikomotor pada lembar chek list yang disediakan.

D. Tujuan Akhir :

1Pada akhir pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa DIII Keperawatan


dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kondisi kritis yang tepat dan benar sesuai Standar
Operasional Prosedur yang berlaku.

E. Cek Penguasaan Standar Kompetensi

Beri chek list pada kolom kemapuan menjawab soal untuk setiap pertanyaan pada kolom
No Soal : Jawab :
Benar Salah
1 Pengkajian primer pada pasien kritis
Soal : Apakah komponen pengkajian primer yang tepat untuk kasus
kritis adalah Airway,breathing,Circulating,Disability,Exposure.
2 Monitoring Haemodinamik.
Soal : salah satu indikasi pasien untuk dilakukan prosedur
pengukuran tekanan vena sentral yaitu pasien dengan kondisi syok
dan memerlukan cairan dalam jumlah yang besar dalam waktu yang
singkat.
3 Pemantauan Alat Ventilator
Soal : ventilator adalah alat yang digunakan untuk memantau tanda
-tanda vital pasien kritis
4 Pemberian Oksigenisasi
Soal : salah satu cara pemberian oksigen antara lain dengan Face
mask.

5 Prosedur Titrasi
Soal: pemberian obat melalui titrasi antara lain dengan syringe pump,

infus pump, modifikasi tetesan infus.


6 Prosedur Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Soal : salah satu tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk
mengetahui pH darah.

9
II. PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran 1

Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Pengkajian primer pasien kritis.


1. Tujuan : setelah pembelajaran praktika mahasiswa mampu
mendemonstrasikan secara mandiri untuk melakukan
pengkajian primer dengan cara pengambilan data yang tepat dan
benar .
2. Uraian Materi : Pengkajian primer pasien kritis (ABCDE, AMPLE).

A. Pengkajian Primer :
a. Airway
Adanya sumbatan /obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
Jika ada obsruksi maka lakukan :
- chin lift/jaw-trus.
- suction/hisap.
- Guedel airway

Jalan nafas (airway)


Definisi : Tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal.
Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuhpemeriksaan yang dilakukan
meliputi:

- Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)


- Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
- Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan
teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma
- Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut

10
- Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
- Suctioning bila perlu

Intubasi trakhea dengan leher ditahan (mobilisasi) pada pasien netral.


Macam sumbatan yang bisa meganggu jalan nafas :
- Benda asing = makanan, mainan kecil.
- cairan = darah, muntahan.
- edema karena trauma inhalasi pada luka bakar, trauma atau infeksi, atau
shock anaphylactic.
- sumbatan dapat terjadi karena kelemahan otot karena penurunan kesadaran.
- Bronkokontriksi, laringitis, edema laring.

Masalah yang timbul bila ada obstruksi airway :


- suara serak.
- kesulitan berbicara.
- stridor/crowing.
- snoring.
- gurgling.
- tidak teraba udara.
- tidak ada pergerakan dada dan perut yang normal.
- retraksi.
- pernpasan cuping hidung.

b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan
yang sulit dan atau tidak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi, wheezing,

sonor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.

Pernafasan (breathing)
Definisi : Tindakan Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.

11
Tujuan : Untuk memastikan pertukaran udara normal di paru-paru.
Pememeriksaanya meliputi:
- Look –Lihat : gerak dada, pergerakan lobus hidung ( lubang hidung melebar),
retraksi sela iga
- Listen –Dengarkan : Suara nafas, suara ekstra
- Feel - Rasakan : Udara menghembuskan hidung-mulut
- Palpasi –Raba : gerakan dada, simetris?
- Perkusi – Ketuk : Redup? Hipersonor? Simetris?
-Auskultasi (menggunakan stetoskop) : Apakah ada suara
nafas? Simetris? Crackles atau whezing ?
Tanda distres nafas : Nafas dangkal dan cepat, Gerakan lobus hidung ( lubang
hidung melebar ), Tarikan sela iga (retraksi), Tarik otot leher ( trakea tug ), Nadi
cepat, Hipotensi, Vena leher distensi, Sianosis (tanda lambat)
- Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan
nafas atau tidak

c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit
dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

d. Disability
Menilai tingkat kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri, atau sama sekali tidak sadar, tidak dianjurkan mengukur dengan
GCS adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah :

Awake = A
Respon bicara = V
Respon nyeri = P
Tidak ada respon = U

12
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera
yang mungkin ada.

3. Rangkuman :

Pengkajian segera (Quick Assesment)

Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICU meliputo ABCDE yaitu


Airway, Breathing, Circulation, Drugs (obat-obatan  yang saat ini dipakai
termasuk apakah pasien ada alergi terhadap obat-obat tertentu), dan Equipment
(adakah alat yang terpasang pada pasien). Perawat yang menerima pasien di ICU
segera menilai dan melakukan kajian kondisi pasien saat itu.

Pengkajian primer ( primary survey) adalah pengkajian yang dilakukan untuk


menangani masalah yang mengancam jiwa dan harus segera dilakukan
identifikasi secara cepat. Primary survey berdasarkan standar ABC
(A: airway/jalan napas, B: Breathing/pernafasan, dan C:
Circulation/sirkulasi) dan ditambahkan dengan DE (D: Disability/kesadaran dan
E: exposure/paparan). Primary survey pada pasien tidak sadar perlu dilakukan
pengkajian status mental pasien untuk menentukan apakah pasien responsif atau
tidak, dengan menggunakan metode AVPU yaitu: A – Alert: Pasien terjaga,

responsif, berorientasi, dan berbicara dengan petugas, V – Verbal: Petugas


memberikan rangsangan berupa suara (memanggil pasien). Pasien akan

13
memberikan respon berupa mengerang, mendengus, berbicara atau hanya melihat
petugas. P – Painful: Jika pasien tidak memberikan respon dengan suara, maka
anda perlu melakukan pemberian rangsangan nyeri dengan cara menggosok
sternum atau sedikit cubitan pada bahu. U – Unresponsive: Tidak ada respon
apapun dengan suara atau dengan nyeri.

4. Tugas :
Seorang laki-laki berusia 40 tahun terjatuh dari sepeda motor. Pasien
mengalami closed fraktur femur 1/3 tengah, Pada saat ini pasien sudah
dievakuasi dipinggir jalan.
Bagaimana cara pengkajain primer pada kasus di atas.

5. Tes :
Buat contoh data pengkajian primer.
Parameter Temuan
Airway
Breathing
Sirkulasi
Disability
Exposure

6. Lembar Kerja Praktik :


No Langkah Kerja : Ilustrasi gambar

14
1 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan

Mengenakan sarung tangan dan APD


2.

Menyiapkan format pengkajian / status biodata


pasien.
3.

4. Informed consent:
Menjelaskan tujuan tindakan pada pasien dan
keluarga.
Nama Pengkaji :
Tgl pengkajiann :
5. Melakukan pengkajian primer
Ruang Pengkajian :
AIRWAY : Jam :

Parameter Temuan
Adakah sumbatan jalan nafas/benda asing,
bronkospasme, darah, sputum, lendir?, Airway
Breathing
- Bunyi nafas ?
1. Sirkulasi
Disability
Exposure

15
2.
Look - Listen - Feel.

Posisi kepala fleksi, jalan nafas


buntu.

Lihat / look :
- gerak dada dan perut.
- tanda distres nafas.
- warna mukosa kulit.
- kesadaran.

Dengar/Listen :
- gerak udara nafas dengan telinga.

Raba / Feel :
- gerak udara nafas dengan pipi.

16
Jika ada obsruksi maka lakukan :
- chin lift/jaw-trus.
- suction/hisap.
- Guedel airway

BREATHING :

Udara / oksigen harus dibawa masuk ke dalam


paru.

- buka jalan nafas, lihat gerakan nafas, jika pasien


tidak bernafas, beri bantuan pernafasan/oksigen.

- adakah sesak nafas, frekuensi dan irama nafas?.


- jenis pernafasan, pola nafas (retraksi, IC, otot
bantu pernafasan, dll_.
- Bagaimana hasil BG ?.
- adakah suara nafas abnormal?. Jalan nafas bebas karena kepala
diposisikan ekstensi dengan head
tilt, chin lift.
Atau lihat gbr di bawah ini :

17
Head tilt.

Chin lift.

Suction ditujukan oleh karena


adanya sumbatan jalan nafas
cairan : darah, muntahan, lendir.
Circulation :

- berapa frekuensi nadi dan tekanan darah, serta


karakteristiknya?.
- bagaimanakan akral, warna kulit,
capillary refill, dan edemanya?
- adakah nyeri dada dan bagaimana karakteristinya?.

18
Disabity:

= bagaimana kualitas dan kuatntitas kesadarannya,


nilai kesadaran dengan cepat.

A = awake = sadar penuh.

V = respon to verbal command

= ada reaksi terhadap perintah.

P = respon to pains/ ada reaksi terhadap nyeri.

U = unresponsive / tidak ada reaksi terhadap nyeri.

Rangsangan nyeri.
Exposure

- adakah jejas luka dan bagaimanakah

19
karakteristiknya?.
- adakah perdarahan dan bagaimanakah
karakteristiknya?.
Dokumentasikan data hasil pengkajian untuk
analisis data dan perumusan diagnosa keperawatan.

B. Pembelajaran 2
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Monitoring Haemodinamik
(CVP, EKG,ICP).
1. Tujuan : mahasiswa mampu menyebutkan tujuan tindakan dan
menyiapkan alat serta redemontrasi pemantauan
haemodinamik dengan tepat.
2. Uraian Materi :

A. Tekanan VenaSentral/ CVP (Central Venous Pressure)

Tekanan pada atrium kanan dimana darah dari seluruh tubuh


(sirkulasi) mengalir ke seluruh atrium kanan.Tekanan vena sentral ditentukan oleh
fungsi dari jantung kanan dan tekanan darah vena pada pembuluh vena cava. Tekanan
vena sentral menunjukkan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava di rongga
thorax yang juga dapat memberikan gambaran tentang tiga parameter sekaligus yaitu
volume darah, efektifitas jantung sebagai pompa dan keadaan tonus pembuluh darah
(fungsi sirkulasi).

Indikasi Pemasangan & Pengukuran CVP

A. Pasien dengan hipotensi dimana tidak respon terhadap manajemen klinikdasar


B. Hipovolemia sekunder yang terus menerus yang dapat
mengakibatkan kehilangan cairan atau perubahancairan
C. Pasien dengan terapi infuseinotropik
D. Untuk memonitor status volume darah dan fungsi ventrikelkanan
Tekanan vena sentral dapat diukur dalam centimeter air (cmH 2O)
dengan menggunakan sebuah manometer air atau dalam millimetermerkuri dengan
memakai transduser tekanan. Nilai normal tekanan vena sentral berkisar 5-10
cmH2O pada pasien dengan nafas spontan atau 3-11 mmHg dan terjadi peningkatan
3-5 cmH2O pada pasien dengan ventilasimekanik.
20
A. Pengukuran CVP ( Central Venous Pressure) / melakukan pengukuran tekanan
pada pembuluh darah vena sentral.
Tujuan pengukuran CVP antara lain :
1) Mengetahui status volume intravaskuler dan menunjukkan volume
sirkulasi darah (status hidrasi tubuh), normovolemik, hipervolemik,
hipovolemik atau dehidrasi.
2) Menegetahui tonus pembuluh darah : hipotonus atau hipertonus.
3) Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa :indikasi gagal
jantung kanan.

Daerah pemasangan kateter vena sentral

Kateter vena sentral biasanya dipasang di vena subklavia, vena jugularis,


vena femoralis atau vena antekubital.

Pemantauan tekanan vena sentral dapat dilakukan secara manual atau melalui
tranduser ke alat pantau komputer,yang hasilnya dapat dilihat pada layar
monitor.Pemantauandengancaramanualadalah yang paling banyak dipakai.

Untuk mendapatkan hasil nilai tekanan vena sentral yang akurat dengan
menggunakan manometer, kita harus melakukan pemantauan dengan teliti dan
benar.Komplikasi Pemasangan CVP yaitu Pneumothorax, Hematothorax, Hematoma,
Tamponade jantung, emboli udara, infeksi.

21
1. Pulsasi Vena

a. Pulsasi vena jugular dan tekanan vena jugular dapat diartikan sebagai  tekanan dan
pulsasi vena jugular interna.
b. Meskipun vena jugular interna terletak jauh dibawah otot sternokleidomastoideus,
pulsasi dari pembuluh darah vena dapat terlihat dibawah kulit
c. Vena jugular interna kanan merupakan saluran langsung dari atrium kanan
dibandingkan vena jugular interna kiri. Pemeriksaan tekanan dan pulsa pada vena
jugular interna kanan merupakan pilihan terbaik
d. Pemeriksaan vena jugular eksterna tidak disarankan, karena vena jugular eksterna
memiliki katup-katup dan melewati otot-otot wajah yang dapat menghalangi transmisi
pulsa dan tekanan dari atrium kanan.

2. Bedakan pulsasi vena jugular interna dengan pulsasi arteri karotis :

a. Pulsasi vena jugular interna menurun saat inspirasi dan meningkat saat ekspirasi. Hal
ini tidak terjadi pada arteri karotis
b. Pada saat terjadi valsava maneuver, terjadi peningkatan tekanan intra thorak dan juga
pulsasi vena jugular interna. Tetapi tidak terjadi pada arteri karotis.
c. Pulsasssi vena jugular interna terlihat pada permukaan kulit tapi tidak dapat

teraba.Sedangkan pulsasi arteri karotis terletak lebih dalam dan teraba.

3. Tekanan Vena Jugular

a. Point tertinggi pulsasi vena disebut “kepala”. Tinggi kepala ini bervariasi pada
respirasi : menurun pada inspirasi ketika tekanan negative tekanan intra thorak
meningkatkan kembalinya aliran vena ke jantung ; meningkat saat tekanan positif
intra thorak ‘impedes’aliran vena ke jantung
b. Rata-rata dari aliran ini (antara inspirasi dan ekspirasi) mencerminkan tekanan
hidrostatik di atrium kanan, nilai normalnya 6-110 cmH2O
c. Jugular venous pressure (JVP) biasanya diperlihatkan sebagai tinggi vertical
pe,mbuluh vena (kepala cm) dihubingkan dengan sudut sternum (angle of Louis)
d. Dengan bantuan 2 buah penggaris, tinggi vertical yang dihubungkan sudut sternum
dapat ditentukan dengan “method of triangulation”
e. Sudut sternum terletak 5 cm diatas atrium kanan pada dewasa-sama pada posisi
supine, reclining ataupun duduk-tekanan hidrostatik diatrium kanan (cm H2O) setara
dengan tinggi vertical (cm) “ Kepala” vena diatas sudut sterna ditambah 5 cm.
f. Pada kondisi klien yang normal, “kepala” pulsasi vena jugular biasanya terlihat
setinggi klavikula saat posisi tubuh dinaikan dengan sudut 45 derajat
g. Dengan kata lain, JVP dengan nilai lebih dari 5 cm diatas sudut sternal disebut terjadi
peningkatan.

22
Rangkuman :
Haemodinamik adalah aliran darah dalam system peredran tubuhbaik melalui sirkulasi
magna ( sirkulasi besar), maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru-paru).
Haemodinamik monitoring adalah pemantauan dari haemodinamk status. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital
lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat
mencegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.

Hasil Normal JVP :

a. JVP normalnya tidak lebih dari 5 cm diatas susut sternum


b. Saat klien dielevasi 45 derajat, kepala pulsasi vena jugular normal terlihat
setinggi klavikula

Hasil Abnormal JVP :

c. Peningkatan JVP biasanya terlihat pada kondisi gagal jantung kanan


d. Peningkatan JVP juga merupakan tanda dari overload cairan, meskipun tidak
terjadi gagal jantung.
e. Peningkatan JVP dapat juga disebabkan oleh cardiac tamponade atau
perikarditis konstriktif.
f. Peningkatan JVP juga terlihat pada obstruksi vena kava superior.

Tugas:
Cari gambar akses vena tempat untuk pengukuran CVP.

Tes :
Sebutkan tujuan dari pengukuran CVP!.

Lembar Kerja Praktek :

PENGUKURAN CVP :
1. Persiapan Alat :

23
- cairan isotonis (NACL 0,9%).
- 2 buah infus set : 1 untuk dipasang pada manometer, 1 untuk cairan isotonis.
- Manometer.
- Waterpass atau pipa U.
- Threeway stopcock.
- sarung tangan bersih.

Prosedur Pengukuran CVP secara Manual :


No Langkah Kerja :

1. Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien atau keluarga.


2. Siapkan alat.
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
4. Siapkan pasien dengan memposisikan pasien datar (supine position) bila
memunkinkan.
Bila pengukuran tidak dapat dilakukan dengan posisi datar, maka posisi kepala
pasien ditinggikan 30-40o. . Posisikan lengan pasien ke atas kepala atau menjauhi
dada pasien.

Note :
- Prinsipnya tiap pengukuran pada satu pasien sebaiknya menggunakan satu posisi
yang sama.
Catat posisi pasien pada awal pengukuran untuk menjaga konsistensi hasil
p1engukuran.
5. Cek cairan yang saat ini dipergunakan pasien. Pergunakan cairan isotonis (NaCl
0,9%) untuk melakukan pengukuran.
Note :
Apabila infus set untuk pengukuran CVP tidak memungkinkan untuk diganti, maka
ganti cairan yang terpasang pada pasien dengan cairan isotonis (NACL 0,9%) dan
alirkan terlebih dahulu untuk mendorong cairan sebelumnya masuk ke tubuh.
6 Pastikan kepatenan kateter dengan melihat kelancaran tetesan cairan infus dan
aliran threeway stopcock.
7 Tentukan Zero point (titik nol) dengan waterpass atau pipa u setinggi ICS IV mid
axillary line( posisi ini menggambarkan setinggi atrium kanan). Titik ini
merupakan “Phlebostatic Axis” .pasang manometer pada tiang infus sesuai zero
point yang telah ditentukan.

Tutup aliran threeway dari cairan infus yang ke arah jantung.


8. Note :
- apabila pasien mendapatkan obat-obat emergency (infusion pump/syringe
pump)biarkan obat tersebut tetap mengalir.

24
9. Buka aliran threewaydari cairan isotonis yang ke arah manometer.
Isi cairan manometer dengan cairan isotonis tersebut secukupnya (bila menggunakan
infus set usahakan chamber infus terisi), lalu tutup lagi aliran.
10. Buka aliran threewaydari cairan manometer dan alirkan ke jantung.
11 Perhatikan cairan dalam manometer akan turun perlahan sesuai irama nafas pasien
hingga berhenti pada satu titik ketinggian tertentu.

12. Angka pada manometer yang sejajar dengan tinggi permukaan air tersebut adalah
nilai CVP.
13. Kembalikan threewaypada aliran semula.
Note :
- pasang dan alirkan kembali cairan infus sebelumnya, apabila cairan infus
tersebut selama pengukuran dilepas.

14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan.


15. Dokumentasikan hasil pengukuran.
Note :
Intreoretasi hasil pengukuran CVP :
A. Nilai normal CVP :
5 - 15 cm H2O (menggunakan
manometer manual.

4 - 11 mmHg (menggunakan monitor dan transducer).


Pada pengukuran dengan elektronic pressure transducer, hasil pengukuran satuannya
adalah mmHg.

Gambar 1: The Phlebostatic Axis (Emil Vernarec & Sally Beattie Dulak, 2003)

25
26
II. PEMANTAUAN HAEMODINAMIK : EKG (Elektro Kardio Grafi).

Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Pemantauan Haemodinamik EKG.

1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan monitoring dan intrepetasi data dari rekam
jantung / EKG pada asuhan keperawatan keperawatan kritis.
2. Uraian Materi :merupakan suatu tindakan untuk merekam aktifitas elektroda jantung
yang dilakukan di permukaan dada.

Tujuan perkaman EKG antara lain :


1) Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan dari irama jantung (aritmia).
2) Untuk mengetaui adanya kelainan-kelainan miokardium seperti infark,
hipertropi atrial dan ventrikel.
3). Untuk mengetahui pengaruh / efek obat-obatjantung terutama digitalis dan
quinidine
4). Untuk mengatahui adanya gangguan-gangguan elektrolit.
5). Untuk mengetahui adanya perikarditis.

27
3. Lembar Kerja Praktek :
Persiapan alat :
1) EKG yang dilengkapi :
- kabel untuk sumber listrik.
- kabel elektroda : ekstremitas dan dada.
- Plat elektroda ekstremitas / karet pengikat.
- balon penghisap elektroda.
2) Jelly elektrode.
3) Kertas EKG.
4) Kertas Tissue.
5) Kapas alkohol.

No Langkah Kerja :

Persiapan pasien :
- jelaskan tujuan dan hal-hal yang harus diperhatikan saat perekaman.
- dinding dada harus terbuka/ bebas dari pakaian.

Cara menempatkan Elektrode :

- elektrode extremitas diatas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan.

pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
- posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai

ke bahu kiri atau kanan dan pangkal paha kiri atau kanan. Kemudian kabel-kabel
dihubungkan.
- elektrode dada harus selalu terpasang dengan benar.
1. Perawat cuci tangan

2. Jelaskan prosedur tindakan pada pasien.

3. Jaga privasi pasien.

4. Bersihkan area yang akan dipasang elektrode.

5. Beri jelly dan pasang elektrode.

4.Hidupkan mesin EKG (poewer on).

28
6
6.
5.Lakukan kalibrasi, kalibrasi 1m V, kecepatan 25 mm/detik.
7
7
6.Lakukan perekaman
8
8
7.Semua elektrode dilepas, jelly dibersihkan dari tubuh pasien.

9.
8.Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
1
9.Setelah itu matikan mesin EKG.

10.
Catat : nama pasien, umur, tanggal, jam, identitas perekam, lead diberi tanda
dibawah tiap lead.

29
III. PEMANTAUAN HAEMODINAMIK ICP.
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : pemantauan haemodinamik ICP
(intra cranial Pressure)
1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan monitoring dan

intrepetasi
30
2. Uraian Materi : Pemantauan Intra Kranial TIK adalah pemantauan yang

paling banyak digunakan sebagai dasar penanganan cedera kepala.


Peningkatan TIK pada cedera kepala dapat berkaitan dengan lesi massa
intrakranial, cedera kontusio, pembengkakan pembuluh darah, dan edema
otak.
TIK normal bervariasi menurut umur, posisi tubuh, dan kondisi klinis.
TIK normaladalah 7-15 mm Hg pada dewasa yang berbaring, 3-7 mm Hg pada
anak-anak, dan 1,5-6 mm Hg pada bayi cukup umur.
Klinis yang paling umum di mana peningkatan TIK ditemui dan dipantau
adalah pada cedera kepala, dimana beberapa mekanisme menyebabkan
perubahan volume intrakranial. Hematoma traumatik dapat terkumpul dalam
intraserebral, ruang subarakhnoid, ruang subdural, atau ekstradural, menciptakan
tekanan gradien dalam tengkorak dan mengakibatkan pergeseran otak. Edema
serebral baik sitotoksik (karena kegagalan pompa membran sel) atau vasogenik
(karena cedera pembuluh darah) menambah volume ekstra dalam bentuk air.

3. Rangkuman
Suatu prosedur pemantauan untuk mengetahui nilai dari tekanan intra
kranial (Intra Cranial Pressure) dengan cara melakukan pengukuran secara
berkala.
Normal ICP: 5-15 Cm H20.
Tujuan :
1) Pemantauan /observasi tekanan intrakranial dengan benar.
2) Melaporkan secara dini terjadinya peningkatan TIK.

31
32
PEMANTAUAN HEMODINAMIK NON INVASIF

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat melakukan pemantauan hemodinamik
2. Tujuan Instruksional Khusus :
a. Mahasiswa dapat melakukan inspeksi dan mendiskripsikan kondisi pasien
dengan gangguan hemodinamik.
b. Mahasiswa dapat menyebutkan factor-taktor yang mempengaruhi hemodinamik
c. Mahasiswa dapat melakukan pemantauan hemodinamik non invasive.
B. Konsep Dasar
1. Gambaran umum kecukupan oksigenasi jaringan sebagai target yang akan
dicapai dengan memantau hemodinamik
Oksigenasi jaringan yang adekuat adalah tercapainya keseimbangan antara
suplai/pasokan dan kebutuhan oksigen sampai di tingkat seluler. Apabila terjadi
ketidakseimbangan, akan timbul kondisi disoksia yang secara klinis disebut
dengan syok. Jantung dan pembuluh darah menentukan penghantaran oksigen ke
jaringan sedangkan sirkulasi pulmonal menentukan pertukaran gas. Kedua sistem
ini membentuk suatu kerjasama yang akan menjadi penentu status hemodinamik.
Pemantauan hemodinamik merupakan segala upaya yang dilakukan dalam
mengatur dan mengintervensi parameter kardiovaskular yang menjadi variabel
oksigenasi jaringan.

2. Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat


seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan
mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiaw
sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan
fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh
33
kedalam gagal fungsi organ multipel
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hemodinamik
4. Tugas : cari gambar metode monitorig TIK.
5. Lembar Kerja Praktek:

Persiapan Alat :
1) Infus set : 2 buah (1 untuk manometer, 1 dihubungkan dengan drain).
2) Drain bag : 1 buah
3) Tree Way Stop Cocck : 1 buah.
4) Standart infus
5) Manometer.
6) Water pass
7) Sarung tangan.
No Langkah Kerja :

1. Beri tahu pasien atau keluarga pasien tentang prosedure yang akan dilaksanakan

2. Jaga privasi pasien

3. Cuci Tangan

4. Gunakan sarung tangan


5. Posisikan pasien slight head up (sesuai indikasi)

6. Gunakan tree way stopcock untuk menghubungkan antara otak, bag (drain) dan manometer.

7.
Tutup drain ke arah ICP selama 5 menit

34
8. Tentukan titik nol dari MAE

9. Tree way stop cock posisi stop ke arah drain bag

10. Infus set yang kearah ICP tetap terbuka

11. Perhatikan pergeseran CSF (Cerebro Spinal Fluid) pada manometer pengukur, tunggu sampai
berhenti, lihat pada manometer angka yang menunjukkan tingginya cairan.

12. Kembalikan posisi tree way stop cock mengalir kea rah drain bag.

13. Alat-alat dibereskan, lepas sarung tangan dan cuci tangan.

14. Catat dalam lembar observasi.


Note :
a. Bila terjadi kenaikan TIK/ ICP yang melebihi harga normal segera
kolaborasikan dengan dokter.
b. Infus set yang menuju ke arah drain bag posisikan naik lebih kurang 10
cm di atas kepala/ MAE dan terbuka, supaya CSF terjaga dalam batas normal
Posisi drain bag ditempatkan sejajar posisi kepala agar drainage tidak terlalu deras.

35
C. Pembelajaran 3.

Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Pemantauan Ventilator.


1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan dan intrepetasi data pada perawatan

36
pasien dengan pemasangan alat ventilator.
2. Uraian Materi :
Alat Ventilator adalah alat bantu napas yang dipasang pada pasien
dengan kerusakan paru-paru yang parah hingga kesulitan bernapas. Untuk bisa
membantu pernapasan, selang ventilator bisa dimasukkan melalui mulut, hidung
atau melalui lubang kecil yang dibuat di tenggorokan.
Ventilator atau respirator adalah mesin yang berfungsi untuk membantu
pernafasan pasien yang mengalami gagal nafas. Paru-paru berfungsi dalam
pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen dari udara dan mengeluarkan
karbondioksida dari dalam tubuh.
Jika fungsi pertukaran gas tidak mampu dilakukan paru atau pasien mengalami
gagal nafas, tubuh terancam tidak mendapatkan oksigen yang dibutuhkan sel-sel
tubuh untuk tetap hidup sehingga pasien bisa meninggal.
Fungsi pertukaran gas dalam paru-paru dilakukan oleh alveoli, yaitu
kantong-kantong kecil yang dikelilingi pembuluh kapiler berisi darah. Dalam
alveoli, oksigen berdifusi kedalam darah untuk dibawa hemoglobin ke seluruh
tubuh. Jika paru-paru tidak mampu melakukan pertukaran gas secara spontan,
perlu dibantu alat ventilator. Ventilator dipasang ke tubuh pasien dengan
bantuan endotracheal tube (pipa yang dipasang ke tenggorokan lewat mulut atau
hidung). bisa juga lewat pipa yang dimasukkan dengan melubangi tenggorokan
(tracheostomy tube). Ventilator membantu memompakan oksigen ke dalam
paru-paru, oksigen yang dipompakan berkisar 30 hingga 100 persen. Pasien
yang mengalami gagal nafas diberikan oksigen 100 persen, kemudian dikurangi
secara bertahap seiring perbaikan fungsi paru-paru. Hal ini dilakukan dengan
melihat hasil analisis gas darah serta kondisi klinis pasien.
Ventilator atau respirator meskipun berfungsi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, juga menimbulkan risiko. Antara lain infeksi karena ada
lendir yang mengumpul di endotracheal tube dan menjadi tempat berkembang
biaknya kuman penyakit , maka pipa harus diganti sedikitnya seminggu sekali.
Risiko lainya yaitu paru -paru rusak jika tekanan gas terlalu kuat, sementara

37
paru-paru dalam kondisi rapuh. Untuk mencegah hal itu, tekanan diatur sekitar
30mmHg, maksimal 40 mmHg. Ketika kondisi pasien mulai normal, kerja
Ventilator dikurangi secara bertahap sehingga meningkatkan jumlah
pernafasan spontan pasien. Jika analisa gas darah pasien menunjukkan kondisi
normal pada pemberian oksigen 30 persen, ventilator bisa dicabut dan pasien
bisa berafas biasa.

3. Rangkuman :
Indikasi pemasanagan ventilator antara lain : pasien dengan respiratory
failure / gagal nafas, pasien dengan operasi tehnik hemodilusi, post trepanasi
dengan black out, respiratory arrest.

4. Tugas : Sebutkan macam-macam ventilator dan prinsip dasarnya.


5. Tes : Apa indikasi pemasangan ventilator?.
6. Lembar Kerja Praktek :
No Langkah Kerja :

1. Validasi keadaan klien.

2. Melakukan pengkajian fisik.

3. Melakukan kontrak ( waktu, tempat dan jelaskan tujuan prosedur).

4. Monitor kelayuan otot pernafasan

5 Monitor terhadap kegagalan pernafasan.

6 Berkonsultasi dengan anggota tim kesehatan dalam memilih mode ventilator.

7 Memprakarsai pengaturan dan aplikasi vntilator.

8 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang rasional dan sensasi yang


diharapkan berkaitan dengan penggunaan ventilator.
9 Memonitor setting ventilator secara rutin.

10 Memonitor penurunan volume ekshalasi dan meningkatkanya tekanan


inspiratori.
11 Cek semua koneksi ventilator secara rutin

12 Jamin perubahan sirkuit ventilator setiap 24 jam, jika memungkinkan.

38
13 Gunakan tehnik aseptik.
14 Monitor bacaan tekanan ventilator dan bunyi nafas.

15 Hentikan pemberian makan lewat NGT selama suction dan 30 - 60 menit


sebelum fisioterapi dada.
16 Matikan alarm v ventilator selama suction untuk mengurangi frekuensi salah
alarm.
17 Monitor kemajuan pasien terhadap setting ventilator dan melakukan
peruabahn yang diperlukan jika memungkinkan
18 Monitor efek samping penggunaan ventilator mekanik: infeksi, barotraumas,
dan penurunan curah jantung.
19 Melakukan suction, bila terdapat bunyi nafas abnormal/ tekanan ventilator
meningkat.
20 Mencatat asupan nutrisi dan cairan.

21 Memberikan perawatan mulut secara rutin.

22 Memonitor efek perubahan ventilator pada oksigenisasi : nilai AGD, Sa02


dan respon subyektif pasien.
23 Evaluasi subyektif dan obyektif terhadap tindakan.

39
ventilator untuk memberikan bantuan nafas dan oksigen.

D. Pembelajaran 4.
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Prosedur pemberian oksigen Jackson
Rees.
1. Tujuan : mahasiswa mampu melakukan pengelolaan jalan nafas.
2. Uraian Materi : gagalan pernafasan merupakan pertukaran gas yang tidak

40
adekuat sehingga terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon
dioksida arteri), dan asidosis.
Sumbatann jalan nafas bisa disebabkan karena penurunan kesadaran, tindakan
anestesi, koma,
Trauma kepala, radang otak, 0bat/alkohol, penyakit pada saluran pernafasan, dan
lain-lain.
Penyebab gagal nafas :
A. Trauma kepala : contusio cerebri.
B. Radang otak : enchepalitis.
C. Gangguan vaskuler : peradarahan otak, infark otak.
D. Obat-obatan : narkotka, anestesi.
Penyebab perifer :
- kelainan neuromuskulair : GBS, tetanus, Trauma cervikal, muscle
relaxans.
- kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale.
- Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS.
- Kelainan tulang iga/thoraks, costae, pneumothoraks, haemothoraks.
- kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.
3. Rangkuman
Jackson Rees merupakan lat ini terdiri dari kantong karet elastiss yang
dikembangkan dengan aliran oksigen 10 – 12 lpm . Setelah dipijat untuk
memberikan gas inhalasi , kantong akan diisi oleh aliran oksigen lagi . Alat ini
mutlak tergantung dari oksigen. Keuntungannya adalah kadar oksigen inspirasi
dapat diberikan sampai 100% . Sistem Jacksen Rees tidak menggunakan katub.
Pada dasarnya semua alat anestesi inhalasi dapat dignakan untukmemberikan
napas buatan.
Jackson Rees berfungsi untuk memonitor nafas spontan atau memudahkan
melakukan nafas kendali.Jackson Rees merupakan modifikasi dari Mapleson E
dikenal sebagai Jackson Rees (Mapleson F). Pada respirasi spontan, mekanisme
bantuan dari kantung dibiarkan terbuka penuh. Agar respirasi terkendali, lubang

41
pada kantung dapat tertutup oleh pasien selama inspirasi dan pertukaran O 2
dilakukan dengan meremas kantung.
.
4. Tugas : cari gambar-gambar cara pemberian oksigen (face mask, dll).
5. Tes : sebutkan penyebab kegagalan pernafasan.
6. Lembar Kerja Praktek :
No Langkah Kerja :

1. Dekatkan alat ke klien

2. Mekanisme bantuan dari kantung biarkan terbuka penuh, agar respirasi


terkendali, lubang pada kantung dapat tertutup oleh pasien selama inspirasi dan
pertukaran oksigen dilakukan dengan meremas kantung.
3. Kantung karet elastis yang dikembangkan dengan aliran oksigen 10 - 12
liter/mnt. Jadi alat ini mutlak tergantung oksigen, tidak menggunakan katup,
udara harus dengan oksigen 100%.

42
E. Pembelajaran 5

Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Pemberian obat melalui Titrasi.

1. Tujuan : mahasiswa mampu memberikan obat melalui titrasi dan menghitung


dosis yang akan dibeikan serta mengoperasionalkan
2. Uraian Materi : merupakan pemberian suatu obat yang sebelumnya sudah
mengalami pencampuran dengan suatu larutan tertentu sehingga didapatkan
konsentrasi obat yang diinginkan.
Tujuan :
1). Untuk memudahkan pemberian yang dibagikan dalam dosis kecil/microgram.
2). Untuk menghitng kadar suatu zat/obat dalam suatu larutan.
Tehnik Pemberian :
1). Melalui syringe pump.
2). Melalui infus pump.
3). Modifikasi tetesan infus.
- Syringe Pump suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian medikasi
intravena dengan dosis yang sangat kecil dalam jangka waktu lama dan
berkelanjutan.
Tujuan :
- untuk menjaga pemberian medikasi intravena sesuai kebutuhan klien.
- untuk memberikan medikasi dengan dosis kecil dan waktu pemberian yang

43
lama.

Infuse Pump :
Adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur pemberian cairan pada klien.
Tujuan :
- untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai kebutuhan klien.
- mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan karena ketidakstabilan
tetesan cairan infus.

Rumus Pemberian Obat Melalui Syringe Pump :


- Dopamin
Misalnya Doperba dan Dopamin Guillini.
Sediaan 1 ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg.
Indikasi :
- shock yang berhubungan dengan CRF, Infark Miokard, Renal Failure.
Dosis :
A. Ringan 12
B. Dosis yang diminta X 60
Jumlah Pengenceran
Rumus perhitungan dosis :
Konversikan dosis gamma ( 1 γ = 1 mcg = 1/1000 mg ) atau nanogram (1 ng
= 1/1000000 mg)

Dosis (....) x BB x 60 = cc / jam


Sediaan (... .)/cc

3. Rangkuman :
Pemberian suatu obat yang sebelumnya sudah mengalami percampuran
dengan suatu larutan tertentu sehingga di dapatkan konsentrasi obat yang
diinginkan.

44
4. Tugas :
Tehnik pemberian obat dengan titrasi dapat melalui apa saja?
5. Tes :
Hitung kebutuhan pemberian dopamine pada pasien bila diberikan
dengan syringe pump, infuse pump
6. Lembar Kerja Praktek:
1. Syringe pump
Persiapan alat :

1. Syringe pump
2. Standart infus
3. Spuit sesuai kebutuhan (20 cc/ 50 cc) dan medikasi klien.
4. Perfusor, Extentiom tube
5. Three way
6. Needle

No Langkah Kerja :

1. Bawa alat-alat ke dekat klien


2. Cuci tangan

3. Siapkan spuit dan medikasi klien

4. Pasangkan spuit pada syringe pump dan hubungkan spuit dengan akses intravena

5. Nyalakan syringe pump

6. Atur jumlah medikasi yang akan diberikan dalam cc/jam

7. Tekan start untuk memulai pemberian medikasi.

Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
8. lampu yang menyala merah. Alarm signhampir habis, terisi udara,occlusion
(clot/tube tertekuk), low batt, penempatan syringe tidak tepat

9. Tekan PURGE untuk pemberian sekali sewaktu

10. Cuci tangan

11. Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan Observasi Nadi,Tekanan darah,
Perfusi perifer, urine output

45
CATATAN :
Observasi pasien selama pemberian
Catat tindakan yang sudah dilakukan

2. Infuse Pump :
Persiapan alat :
- infuse pump dan tiang penyangga.
- cairan infus.
- Infus set dengan kebutuhan alat infuse pump.

No Langkah Kerja :

1. Bawa alat - alat ke dekat klien.

2 Siapkan cairan infuse set dan gantungkan di tiang penyangga infuse pump.

3 Pasangkan bagian selang pada infus set pada infuse pump, pastikan tidak ada udara
pada slang.
4 Pasang drip sensor pada tempat tetesan infus set.

5 Nyalakan infuse pump.

6 Atur jumlah cairan yang akan diberikan pada klien tiap jam.

7 Tekan start untuk memulai pemberian cairan

8 Jika ada hal yang kurang tepat, alat akan memberikan peringatan dengan suara dan
lampu yang menyala merah pada tulisan air, occlusion, flower, empty, door,
completion.
9 Evaluasi respon klien terhadap pemberian cairan.
Catatan :
- observasi respon pasien selama pemberian infus.
- pencatatan dan pelaporan setelah tindakan.

F. Pembelajaran 6
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari : Prosedur Pemeriksaan Analisa
Gas Darah.

46
Analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi tentang
status asam-basa klien. Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik, seperti
pada terapi trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.

Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:

 pHdarah
 Tekanan parsial Karbon Dioksida(PCO2)
 Bikarbonat(HCO3-)
 Base excess/deficit
 Tekanan Oksigen(PO2)
 Kandungan Oksigen (O2)
 Saturasi Oksigen(SO2)

1. Tujuan : mahasiswa mampu megetahui status asam basa pH darah.


2. Uraian Materi : analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi
tentang status asam-basa klien. Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik,
seperti pada terapi trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.

Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:

 pH darah
 Tekanan parsial Karbon Dioksida(PCO2)
 Bikarbonat(HCO3-)
 Base excess/deficit
 Tekanan Oksigen(PO2)
 Kandungan Oksigen (O2)
 Saturasi Oksigen(SO2)

Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah yang


abnormal

- Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodiumbikarbonat


- Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan nilai
PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2meningkat
- Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid,
hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate,thiazides.
- Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide, dimercaprol,
methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline,triamterene.
- Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts,diuretics
- Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acidsalts.
- Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu
tubuh, pH darah, dan strukturhemoglobin.

47
3. Rangkuman :
Tujuan: Analisa gas darah atau diagnosa lainnya
Indikasi:
1. Gangguan fungsi paru
2. Gangguan fungsi jantung
3. Gangguan fungsi ginjal

Kontraindikasi:
1. Penyakit-penyakit pembuluh darah perifer
2. Tidak adanya pembuluh darah kolateral
3. Gangguan fungsi koagulasi
Komplikasi:
1. Perdarahan/hematom
2. Tromboemboli
3. Terjadinya spasme pembuluh arteri
4. Emboli udara
5. Kerusakan saraf perifer
6. Infeksi

Tugas : lampirkan gambar area tempat pengambilan darah arteri.


4. Tes : apa saja masalah yang mungkin timbul selama prosedur?
5. Lembar Kerja Praktek:
No Langkah Kerja :

1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya

2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan kepada klien.
Catatan :
Beberapa institusi mengijinkan diberikan anestesi di area penusukan dengan 1%
lidocaine / xilocaine, akan mempersiapkan diri pasien/bayi dioleskan anaestesi
semprot /salep.
3. Cek catatan medik , meliputi :
- alasan pengambilan spesimen darah.
- riwayat faktor perdarahan, terapi antikoagulan, gangguan perdarahan, jumlah
trombosit yang rendah.
- kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena, infus intra vena atau
keadaan setelah radikal mastektomi.

4. Siapkan formulir laboratorium.

5. Cuci tangan

6. Siapkan alat dan bahan.


Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin dengan
perbandingan 1: 1000 unit/ml dari vial. Kemudian lakukan usaha agar heparin

menyentuh semua dinding bagian dalam spuit.

48
7. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

8. Beri kesempatan klien untuk bertanya.

9. Menanyakan keluhan klien.

10. Memulai tindakan dengan cara yang baik.

11. Jaga privacy klien

12. Dekatkan peralatn pada klien, dan atur posisi klien agar nyaman.
.
13. Identifikasi tempat penusukan

14. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.

15 Letakkan pengalas.

16. Pakai sarung tangan

17. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan, tentukan darah pulsasi
maksimal.
18. Lakukan Allen, untuk mengkaji kadekuatan sirkulasi kolateral pada arteri ulnaris.
Tes Allen dengan lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan ulnaris dari
salah satu pergelangan tangan pasien sampai denyutan hilang.
Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada
arteri ulnaris, jika tangan kembali normal dengan cepat (tangan akan kemerahan
dalam 10 detik), hasil test dinyatakan negatif dan penusukan arteri dapat dilakukan
pada pergelangan tangan tersebut. Jika setelah dilakukan pelepasan tekanan pada
arteri renalis tangan tetap pucat, artinya sirkulasi ulnaris tidak adekuat. Hasil test
dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain harus di test. Bila hasil kedua
pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis harus dieksplorasi.
19. Stabilisaikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan,
stabilisasi arteri brakhialis dengan melakukan hipereksensi siku.
20. Desinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol
dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah.
21. Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi, pertahankan jari
tangan di daerah proksimal dan daerah penusukan.
22. Masukkan jarum, dengan sudut 60-90 derajat (sesuai dengan lokasi), langsung ke
dalam ateri.
23. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang terlihat seperti “denyutan”,
hentikan menusukkan jarum lebih jauh terlihat “denyutan “ini
24. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2 - 4 ml (atau sesuai kebutuhan)
darah ke dalam spuit.
25. Letakkan kapas alkohol di atas daerah penusukan dan tarik jarum, lakukan
penekanan sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut.

26. Pelihara kontiunitas penekanan selama 5’ (atau selama 10”, bila klien menerima

49
antikoagulan).
27. Keluarkan udara dari spuit.

28. Ujung jarum ditusukkan ke dalam gabus.

29. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan,
ruangan) di spuit.
Pastikan sampel dianalisis dalam waktu 5 - 10 menit atau ditransport dalam
freezer.
30. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alkohol.

31. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan


ispeksi, dan palpasi.
32. Lakukan balutan tekan (pressure dressing) jika perdarahan berlanjut.

33. Bereskan peralatan, lepaskan sarung tangan, evaluasi hasil yang dicapai
( subyektif dan oyektif).

50
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

III. EVALUASI :

A. Tes Kognitif

Kegiatan Tugas Fasilitator Pencapaian Penilaian


Mahasiswa Hard Soft skill
skill
PBP Fasilitator Mahasiswa kemampuan disiplin
Kompetensi melakukan melakukan sintesis etika
1,2,3,4,5,6, observasi dan analisis terhadap analisis partisipasi aktif
penilaian terhadap setiap tes kasus kasus atau komunikatif
hasil jawaban soal yang soal tes dan
yang terdapat pada ditunjukkan tugas setiap
setiap kompetensi. dalam setiap kompetensi.
kompetensi di
atas dengan
mampu
menjawab dan
menjelaskan
secara tepat dan
benar.

B. Tes Afektif
Page 51
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

Kegiatan Tugas Fasilitator Pencapaian Penilaian


Mahasiswa Hard skill Soft skill
PBP Fasilitator Menyimak dan - kemampuan Disiplin.
kompetensi melakukan mengikuti mengikuti PBP
1,2,3,4,5,6, observasi dan dengan tepat sesuai
monitor terhadap waktu, taat dan ketentuan
kedisiplinan, etika, patuh dalam pendidikan.
partisipasi aktif, mengikuti tata
komunikatif terib praktika.
mahasiswa dalam
mengikuti PBP. Perilaku sesuai - kemampuan Etika.
norma dalam bersikap sopan
kegiatan praktika santun saat
PBP
Keikutsertaan - Penyampaian Partisipasi
secara aktif pendapat baik Aktif dan
dalam setiap lisan maupun komuniatif.
kegiatan tulisan
praktikum tanya,melalui
bertanya,
memberikan
jawaban,

penyampaian
ide)

C. Tes Psikomotor.

Kegiatan Tugas Fasilitator Pencapaian Penilaian


Mahasiswa Hard skill Soft skill
PBP Fasilitator Mahasiswa -kemampuan disiplin
kompetensi melakukan mampu dalam critical etika
1,2,3,4,5,6, observasi dan melakukan point SOP partisipasi
monitor, serta tindakan keperawatan aktif
pendampingan keperawatan / -kemampuan komunikatif
terhadap redemonstrasi mengaplikasik-
redemonstrasi. dan latihan an SOP
secara mandiri keperawatan
sesuai SOP, pada dalam asuhan
setiap keperawatan
kompetensi. kritis.

DAFTAR PENCAPAIAN
No. Kegiatan Kesempatan ke
Page 52
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

1 2 3 4 5
1. Kompetensi 1
2. Kompetensi 2
3. Kompetensi 3
4. Kompetensi 4
5. Kompetensi 5
6. Kompetensi 6

Catatan :
 Berikan angka (1-4) sesuai dengan level kompetensi yang dicapai mahasiswa pada
setiap kesempatan
 Daftar tilik ini dapat dipergunakan selama dilaboratorium/ PBP
 Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan tindakan saat PBL.

KUNCI JAWABAN

G. Cek Kemampuan Standar Kompetensi.


1. B
2. B
3. S
4. B
5. B
6. B
Kompetensi 1:

Korban jalan nafasnya dapat tersumbat, dan cara pertolongannya yaitu :


baringkan, kepala jangan diberi bantal, diberi selimut, angkat dagu ke depan,
chin lift, head tilt, kalau perlu jaw thrust.
Buka mulut, bersihkan sekedarnya, agar jalan nafas cukup bebas. Jika muntah
lagi baringkan miring.

Parameter Temuan
Airway ET oral, jalan nafas bersih dari sekret
Breathing Bunyi nafas jernih, ekspansi dada bilateral, tidak ada pernafasan
spontan, setting ventilator A/C 12/menit, VT 900,F1O2 40, pulse
oximetri terbaca 99%.
Page 53
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

Sirkulasi TD130/70mmHg, MAP 93, denyut nadi 96, perifer +3,kulit hangat dan
kering
Disability Tk kesadaran : compos mentis.
Exposure Tidak terdapat luka / jejas.

Kompetensi 2:

Tujuan pengukuran CVP antara lain :


1). Mengetahui status volume intravaskuler dan menunjukkan volume sirkulasi
darah (status hidrasi tubuh), normovolemik, hipervolemik, hipovolemik atau
Page 54
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

dehidrasi.
2). Mengetahui tonus pembuluh darah : hipotonus atau hipertonus.
3). Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa :indikasi gagal jantung
kanan.

Kompetensi 3:
Jawab :
- Menurut sifatnya ada 3 type :
 Volume Cycled Ventilator , prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan
volume.
 Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja
dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan.
 Time Cycled Ventilator.
Prinsip kerja ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan.

Jawab
Indikasi pemasanagan ventilator antara lain : pasien dengan respiratory failure / gagal
nafas, pasien dengan operasi tehnik hemodilusi, post trepanasi dengan black out, respiratory
arrest.

Page 55
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

Kompetensi 4 :

Jawab :
Gambar pemberian oksigen

Face mask, nasal prong. Masker sederhana dg reservoir bag.

Penyebab gagal nafas :


A. Trauma kepala : contusio cerebri.
B. Radang otak : enchepalitis.
C. Gangguan vaskuler : peradarahan otak, infark otak.
D. Obat-obatan : narkotka, anestesi.

Penyebab perifer :
- kelainan neuromuskulair : GBS, tetanus, Trauma cervikal, muscle relaxans.
- kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale.
- Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS.
- Kelainan tulang iga/thoraks, costae, pneumothoraks, haemothoraks.
- kelainan jantung : kegagalan jantung kiri.

Page 56
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

Kompetensi 5:

Jawab :

1). Melalui syringe pump.


2). Melalui infus pump.

3). Modifikasi tetesan infus.


Rumus Pemberian Obat Melalui Syringe Pump :
- Dopamin
Misalnya Doperba dan Dopamin Guillini.
Sediaan 1 ampul = 5 atau 10 cc = 200 mg.

Kompetensi 6 .
Jawab :

Area tempat pengambilan darah arteri :

Gaada gambar

Masalah-masalah yang mungkin timbul selama prosedur analisa gas darah antara lain :

- Terbentuk hematoma pada tempat penusukan. Solusi: tarik jarum. Lakukan penekanan
sampai darah berhenti.
- Tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri terus berdarah. Solusi: lakukan
penekanan 1
- 2 ' untuk pengambilan darah vena dan 5 - 10 ' untuk pengambilan darah arteri. Cek tempat
penusukan dan jika perdarahan terus berianjut, tekan lebih lama.
- Hematoma pada tempat penusukan arteri. Solusi: lakukan penekanan dan lap

DAFTAR PUSTAKA

ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside-Mc.Glynn. 17thed.

Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita selekta kedokeran, Edisi III, Jilid II, FKUI, Media
Aesculapius, Jakarta
Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursing,
Ignativicius. D.D. ( 1994 ) Medical-Surgical Nursing : a nursing process approach. St
Louis : Mosby
Kusyati, Eni. 2012. Keterampilan dan prosedur laboratorium keperawatan. Jakarta : ECG
Page 57
Modul Praktika KeperawatanKritis 2020

Luckman, J.J., & Sorenson,C. ( 1990 ), Medical-Surgical nursing : a


pathophysiological approach ( 2’ ed ). Philadelphia:W.B.Saunders.
Pearce.C.E. ( 1982 ), Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia, Jakarta.
Cetakan II, EGC, Jakarta.
Reeves,J.Charlene, Dkk. (2001 ). Keperawatan medikal bedah, buku satu, salemba Medika,
Jakarta.

Udjiati,Wajan.J., 2010. Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba Medika.


The ICU Book of Paul Morino https://athan2.wordpress.com/mteri/materi-kuliah
/monitoring-hemodinamik/

D. PENUTUP

Alhamndullilah tim penyusun modul ucapkan syukur, dengan selesainya penyusunan


modul prakika keperwatan kritis ini, terima kasih kepada Kepala Jurusan beserta panitia
workshop penyusunan modul dan nara sumber dari Poltekkes Kemenkes Semarang yang
telah membimbing. Team merasa modul ini masih jauh dari sempurna , sehingga kritik dan
saran sangat kami harapkan, demi revisi yang lebihh lengkap lagi untuk penyusunan
modul praktika di masa mendatang.

Page 58
Modul PraktikumKeperawatan Kritis 2020

Page 59

Anda mungkin juga menyukai