PROPOSAL
OLEH:
Proposalini Telah Di Periksa dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh Kondisi Penguji Pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
Tim Penguji :
1.
2.
3.
Disahkan Oleh
Ns. Tati Murni Karokaro, S.Kep, M.Kep Ns. Pratiwi Christa Simarmata, S.Kep, M.Kep
NPP
SAN: 01.02.28.02.1980 NPP : 01.20.06.06.1992
A
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Komisi Penguji
Proposal Pada Ujian Sidang ProposalProgram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Dan Fisioterapi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Proposal penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Keperawatan Jenjang Sarjana Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institu Kesehatan Medistra. Penulis juga
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. Johannes Sembiring,M.Kes selaku Ketua Yayasan Medistra Lubuk
Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga,S.Kep,M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.dan sebagai pembimbing yang banyak
memberikan masukan terkait skripsi saya..
3. Ns Tati Murni Karo-karo., S.Kep,M.Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
4. Ns.Pratiwi,C.Simarmata S.Kep,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Fisoterapi Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
5. Dr. Arif Sudjatmiko,M.Kes selaku Direktur Rs Grendmed Lubuk Pakam.
6. Kepada kedua orang tua tercinta dan saudara/i tersayang yang senantiasa
memberikan doa, motivasi untuk melanjutkan pendidikan dan dukungan
kepada peneliti, agar tetap optimis dalam mengikuti proses pendidikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membalas semua kebaikan dan
bantuan yang telah peneliti terima dalam proses pelaksanaan penelitian ini.
Lubuk Pakam, Januari 2023
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................4
iv
2.5 Kerangka Konsep..........................................................................................20
2.6 Hipotesis........................................................................................................21
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai pendarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikutti
keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis dan akibat paling fatal
adalah kematian (Muttaqin. 2008). Cedera kepala merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian benar
amerika serikat terdapat sekitar 2.87 juta pasien cedera kepala. Diantaranya
sekitar 2.53 juta orang datang ke instalasi gawat darurat yang didalam nya lebih
dari 812.000 pasien merupakan anak-anak terdapat sekitar 288.000 pasien cedera
kepala yang mengalami rawat inap dan sekitar 23.000 diantaranya merupakan
anak-anak pasien cedera kepala yang meninggal dunia terdapat sekitar 56.800
orang yang 2.529 didalamnya merupakan anak-anak (Centers for Disease Control
and Prevention.2019 ).
cedera kepala diakibatkan karena kecelakan lalu lintas. WHO mencatat 2500
kasus kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013.Di
500.000 kasus prevalensi kejadian 80% meninggal dunia sebelum sampai rumah
sakit . 80% cedera kepala ringan. 10% cedera kepala sedang dan 10% cedera
1
2
kepala berat dengan rentang kejadian berusia 15-44 tahun. Presentase dari
kecelakaan lalu linas tercatat sebesar 48-58% diperoleh dari cedera kepala . 20-
28% dari jatuh dan 3-9% disebabkan tindak kekerasaan dan kegiataan olahraga
(WHO. 2013).
menjadi 3, yaitu cedera kepala ringan dengan GCS 13-15, cedera kepala sedang
dengan GCS 9-12, dan cedera kepala berat dengan GCS kurang atau sama dengan
8 cedera kepala sedang (CKS merupakan cedera kepala dengan angka GCS 9-12,
yag mengalami kehilangan kesadaran (amnesia) lebih dari 30 menit namun kurang
dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, dan di ikutti oleh contusia
Cedera kepala sedang memiliki tanda dan gejala sebagai berikut, yaitu
dalam perubahan posisi, gangguan pendengaran (Wijaya & Putri ,2013). Selain
kranium (tanda battell, mata rabun, hemotmpanum, otore, atau rinore cairan
serebrospinal) juga merupakan tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
Insiden cedera kepala di indonesia pada tahun 2018 ditemukan 11,9% dar
kecelakkan sepeda motor 40,1% cedera kepala mayoritas dialami oleh kelompok
nyaman dan rileks sehingga mampu menurunkan intensitas nyeri kepala pasien
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagian panduan bagi perawat dan
Pasien Cedera Kepala Ringan dan pemberian evaluasi pada pasien Cedera Kepala
perpustakaan institut kesehatan medistra Lubuk Pakam dan menjadi masuka untuk
2.1.1 Defenisi
Cedera kepala atau didebut Traumatic Brain Injury (TBI), merupakan suatu
bentuk cedera otak yang terjadi ketika trauma mendadak yang menyebabkan
kerusakan pada otak. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
cedera kepala merupakan sebagai gangguan pada fungsi normal otak yang dapat
disebabkan oleh benturan, pukulan, atau sentakan di kepala, atau penetrasi benda
asing ke kepala.
merupakan kerusakan yang disebabkan oleh serangan ataupun benturan fisik dari
luar, yang dapat mengubah kesadaran yang dapat menimbulkan kerusakan fungsi
kognitif maupun fungsi fisik. Cedera kepala merupakan suatu trauma atau ruda
2007).
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
5
6
IndonesiaBerada pada angka 11,9% Cedera pada bagian kepala menempati posisi
ketiga setelah cedera pada anggota gerak bawah dan bagian anggota gerak atas
dengan prevalensi masing-masing 67,9% dan 32,7% kejadian cedera kepala yang
(Riskesdas,2018).
Setiap tahun terdapat sekitar 30 juta kunjungan gawat darurat terkait cedera
rawat inap dan kematian terjadi di Amerika Serikat, dari rawat inap, terdapat
sekitar 16% memasukkan cedera kepala sebagai diagnosis primer atau sekunder.
Dari kematian akibat cedera sekitar sepertiga termasuk cedera kepala sebagai
cedera kepala menyumbang sekitar 2.5 juta kunjugan UGD rawat inap dan
dengan cedera lainnya. Dari kasus ini.sekitar 87% (2.213.826) dirawat atau
primer yaitu kerusakan yang di sebabkan oleh benturan yang terjadi segera setelah
menjadi cedera otak fokal dan cedera otak difus.cedera otak fokal menyebabkan
cedera otak difus termasuk diantaranya gegar otak ringan.gegar otak sedang
dengan koma singkat dan gegar otak berat dengan penurunan kesadaran jangka
ditemukan cedera otak difus terkait cedera kepala yang parah (Ren Wang &
Hu.2020).
bedakan berdasarkan kerusakan jaringan yang terjadi akibat dari suatu trauma
1. Epidural Hematoma
rongga epidural. saat terjadi perdarahan yang lebih tebal dari 1 cm dan lebih
banyak dari 25 mL biasanya terjadi gambaran klinis yang jelas pada kasus yang
Sekitar 10% sampai 40% dari EDH terjadi akibat ruptur dari arteri
di akibatkan oleh fraktur tengkorak yang diakibatkan oleh lapisan duramater yang
masih sangat melekat pada bagian dalam tengkorak dan pembuluh darah
2. Subdural Hematoma
potensial diantara arachnoid dan duramater yang terbentuk saat vena atau arteri
terjadi robekan di antara ruang tersebut.terdapat dua jenis dalam SDH yaitu akut
dan kronis yang baru terjadi dalam 2 sampai 3 minggu setelah cedera pada SDH
subdural.SDH lebih sering terjadi pada orang tua an alkoholik kronis yang
1. Subarachnoid Hemoragik
secara komplit ataupun inkomplit dan dapat dsertai satu atau banyak pembuluh
2. Intracerebral Hemorrhage
berukuran 2cm atau lebih dan tidak terhubung dengan permukaan otak.pada ICH
lobus yang sering terkena biasanya ada pada bagian lobus temporal atau
frontal.patogenesis dari ICH biasaya teradi akibat adanya deformasi atau ruptur
3. Manifestasi Klinis
Pasien cedera kepala dapat mengalami beberapa gejala berikut: Sakit kepala,
beberapa waktu, Sensitif terhadap cahaya atau suara, Mual dan Muntah.
trauma kepala. CT scan juga lebih baik dalam mengevaluasi tulang dan meneteksi
sinyal CT scan di dekat objek logam. Tulang. Kalsifikasi dan konsentrasi kontras
yang tinggi dapat meurunkan kualitas gambar dan penilaian akurat. CT scan dapat
melewatkan sejumlah kecil darah yang menempati satu irisan bagian tengkorak
kepala MRI dianggap lebih baik untuk mendeteksi lesi dibandingkan CT scan,
meskipun CT scan lebih baik dalam mendeteksi lesi patologi tulang dan jenis
dengan waktu dan perubahan komposisi darah.sebagian besar pada pasien cedera
otak ringan tidak menunjukkan kelainan pada MRI.jika terdapat kelainan, temuan
yang paling umum adalah kontusio hemoragik kortikal atau peteki, ketika petika
hilang akan meninggalkan deposisi hemosiderin permanen pada MRI. MRI lebih
10
baik dalam mendeteksi cedera aksonal, area kontusio kecil dan kerusakan neuron
Melewatkan 10-2-% kelainan yang terlihat pada MRI.selain itu MRI lebih
baik dalam pencitraan batang otak, ganglia dan thalamus (Lee & Newberg.2012).
c. Elektroensefalogram (EEG)
Peran yang paling berguna EEG pada cedera kepala mungkin untuk
Pemantauan EEG terus menerus pada pasien rawat inap engan cedera otak
traumatik.kejang konfulsif dan non konfulsif tetap terlihat dalam 22%pada tahun
2012 sebuah studi melaporkan bahwa perlambatan yang parah pada pemantauan
EEG terus menerus berhubungan dengan gelombang delta atau pola penekanan
melonjak dikaitkan dengan hasil yang buruk pada bulan ketiga dengan keenam
Menurut Manurung (2018) tanda dan gejala dari cedera kepala antara lain:
A. Commotio Cerebri
Skor Glasgow coma scale atau biasa disebut GCS pertama kali diterbitkan
pada tahun 1974 di universitas glasgow oleh profesor bedah saraf, graham
teasdale dan bryan jennet. Glasgow coma scale digunakan untuk menggambarkan
secara objektif tingkat gangguan kesadaran. skor GCS menilai berdasarkan tiga
aspek yaitu respon membuka mata (E). respon motorik (M). dan respon verbal
(V). hal ini memberikan gambaran keadaan kesadaran pasien (Jain & Iverson.
2020).
1. Tidak merespon
2. Merintih/mengerang
tingkat gngguan kesadaran pada semua jenis pasien medis dan trauma
2.2.1 Komplikasi
kepala juga dapat mengalami cedera aksonal yang dalam jangka panjang dapat
2.3 Disorientasi
realita. Pasien tidak dapat membedakan rangsul internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan. Pasien tidak mampu member respon secara
(Ibnu, 2020)
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
3. Faktor Psikologis
4. Faktor Biologis
5. Faktor Genetik
dan akan lebih tinggi pada keluarga dengan kedua orang tua menderita
perkembangan skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
kelompok.
2) Faktor Biokimia
3) Faktor Psikologis
4) Perilaku
2.3.3 Etiologi
a. Teori somatogenik
1) Keturunan
somatic.
c. Teori Sosiogenik
tidak lagi realistic dan manusia menjadi merasa diburu oleh angan –
2) Pengaruh Keagamaan
oleh dosa, takut, cemas, jika keadaan ini berlangsung lama akan
menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu
arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya
(apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis
berdasarkan Disonerientas:
18
Gejala Klinis:
4) Berbicara lembat
Gejala Klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
Gejala Klinis:
Gejala Klinis:
Menurut PPNI (2017), tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien
obat.
20
Pasien Cedera
Kepala
Disorientasi
Pemeriksaan Secara
Standar Operasional
Prosedur (SOP)
Independent Dependent
2.6 Hipotesis
dependent dan dikumpulkan pada saat atau periode yang sama artinya setiap
subjek penelitian diobservasikan hanya satu kali saja dan dapat diukur menurut
keadaan atau status pada saat observasi (Nursalam 2014). berdasarkan data
sekunder,yaitu hasil pengamatan rekam medis pasien cedera kepala yang dirawat
dengan kasus Cedera Kepala akibat kecelakaan Lalu Lintas di RS. Grandmend
Waktu pada penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Desember 2022 – Juni
2023 di RS. Grandmed lubuk Pakam, berikut tabel waktu kegiatan penelitian
dilakukan peneliti:
22
23
3. Seminar Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengumpulan Data
6. Analisa Data
7. Penulisan Laporan
8. Sidang Skripsi
9. Pengumpulan
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan suatu kelompok tertentu dari individu atau elemen yang
menjadi fokus penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah cedera kepala
dengan disorientasi pada pasien kecelakaan lalu lintas yang dirawat di ruangan
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
dengan cara mengambil semua anggota populasi yang masuk dalam kriteria.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
24
mendukung penelitian.
3.5.1 Variabel
Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari subjek yang di tetapkan
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap yaitu
sebagai berikut:
a. Editing
konsisten.
b. Coding
menganalisia.
c. Procesing
26
d. Cleaning
1. Univariat
2. Bivariat
Grandmed Lubuk Pakam. Hasil akan diperoleh dengan uji statistik chi-
sel yang memiliki expected count < 5. Sehingga uji alternatif yang dapat
22