Anda di halaman 1dari 39

ANALISA BAKTERI COLIFROM PADA AIR CUCI PIRING DI RUMAH

MAKAN DI SEKITARAN LUBUK PAKAM

PROPOSAL

Oleh

AHMAD ILHAM SUKRI


1981004

PROGRAM STUDI D-VI


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Warung makan merupakan tempat untuk membantu masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat terpisahkan, disamping

memberikan pelayanan yang praktis dan cepat adalah salah satu alas an masyarkat

suka mengkonsumsi makanan yang siap saji yang disediakan oleh warung makan.

Keterbatasan waktu untuk mengolah makanan karena padatnya aktivitas

sehari0hari adalah alasan lain mengapa masyarakat lebih suka membeli makanan

diwarung makan. Akan tetapi warung makan yang menyediakan berbagai macam

makanan tidak menjamin kualitas makanan itu baik. Kontaminasi dapat terjadi

setiap saat, salah satunya yaitu proses pencucian alat makanan tersebut. Pada

proses pencucian alat-alat yang sudah ditampung dalam ember-ember sehingga

dapat digunakan untuk beberapa kali proses pencucian (Depkes RI 2010).

Warung makan memerlukan air bersih, dimana air tersebut harus memenuhi

syarat kualitas dan kuantitas karena digunakan untuk kebutuhan minum, masak

dan mecuci alat makan. Jika air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan

tidak memenuhi syarat dan terkontaminasi mikroorganisme, kemungkinan besar

akan mengkontaminasi peralatan makan dan dapat menyebabkan penyakit usus

seperti diare, thypoid dan cholera (Sunarti 2015).

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi derajat kesehatan masyarakat

adalah penyediaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

Makanan merupakan kebutuhan pokok untuk keberlangsungan hidup karenanya

makanan dan minuman harus aman, sehat dan bergizi. Keadaaan ini berkaitan

1
2

dengan makanan yang disediakan oleh perusahaan atau perorangan, maupun

kepentingan umum seperti restoran, kantin dan lain-lain(Akili et al. 2018).

Semakin meningkatnya jumlah warung makan memberikan kemudahan bagi

masyarakat dalam memenuhhi kebutuhannya. Akan tetapi halini tidak dibarengi

oleh informasi tentang praktik kebersihan yang baik (Good Manufacturing

Practies). Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui tentang dampak dari

kurangnya kebersihan yang baik terutama informasi tentang dampak dari

kurangnya kebersihan air terutama informasi praktik kebersihan yang baik

terutama informasi tentang dampak dari kurangnya kebersihan air yang digunakan

untuk mecuci peralatan makan yang dapat meningkatkan risiko makanan tersebut

terkontaminasi. Pengetahuan dari mayrakat tentang kebersihan praktik yang baik

perlu ditingkatkan, karena hal tersebut mempunyai peranan penting dalam

melindungi konsumen itu sendiri (Ester, Samampouw, and Umboh 2019).

Klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan

penyakit yaitu Water Washed Disease, adalah penyakit yang disebabkan oleh

kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi

kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya

kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit

tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara

penularan diantaranya penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit

infeksi saluran pencernaan adalah diare (Lado, Kristiani, and Febriani 2020)

Bakteri coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai

indicator penentu kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya

bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini mudah
3

untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai indicator keberadaan

organisme pathogen seberti bakteri lain, virus atau protozoa yang banyak

merupakan parasite yang hidupdalam system pencernaan manusia serta

terkandung dalam feses (Annisa, Nike, and Iga 2018).

Penggunaan air yang tercemar oleh bakteri coliform tersebut dapat

menurunkan derajat kesehatan masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit,

salah satunya adalah diare. Penyakit diare termasuk sepuluh besar penyakit yang

sering terjadi di Indonesia walaupun biasanya ada pada peringkat kesembilan

namun menjadi penyebab kematian yang cukup besar (Kusuma, Rasyid, and

Endrinaldi 2015).

Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui

air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water

washed). Contoh penyakit ini adalah Cholera,thypoid dan Dysentry basiller.

Berjangkitnya penyakit ini erat kaitanya dengan ketersedian air untuk makan,

minum, memasak dan kebersihan alat-alat makan (Aswir and Misbah 2018).

Menurut WHO mengkonsumsi ait yang terkontaminasi oleh

mikroorganisme pathogen, baik air minum atau air yang ditambahkan ke dalam

makanan, dapat menimbulkan berbagai penyakit gastrointestinal. Berdasarkan

penelitian dari Epidemiologi Research Group (CHERG) yang dibuat oleh WHO

bahwa manusia sangat rentan terhadap makanan dan air yang terkontaminasi oleh

bakteri enteric pathogen dimana satu dari enam orang (1,1 miliar orang) tidak

memiliki sumber ait yang aman dan empat dari sepuluh (2,6 miliar orang )

kekurangan bahkan lubang kakus, angka diproyeksi mencapai 2,9 dan 4,2 miliar,

tahun 2025 yang akan menyebabkan peningkatan infeksi enteric yang semakin
4

memburuk dimana hal tersebut dapat memperburuk angka morbiditas akibat diare

(Akili et al. 2018).

Dinegara berkembang, diareinfeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta

penduduk setiaptahun. Di Afrika anak-anak terserang diare infeksi 7 kali setiap

tahunnya dibandingkan di Negara berkembang lainnya mengalami serangan diare

3 kali setiap tahun (Annisa, Nike, and Iga 2018).

Air merupakan sarana yang penting bagi warung makan yang selanjutnya

akan digunakan mencuci peralatan makan dan minum. Bahaya yang terbesar

sehubungan dengan air bersih yang digunakan untuk mencuci peralatan makan

dan minum adalah bila air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia dapat

menimbulkan penyakit, pada penelitian diare akut pada 123 pasien di RS

Persahabatan mendapatkan etiologi infeksi di sebabkan oleh E.coli 38.39%,

Vibrio cholera 18.29%, Shigella flexneri 6.29%, Sabmonella sp 5.71% (Prasetyo

2012).

Banyak factor yang dapat mengkontaminasi air dalam ember-ember tersebut

dalam suatu proses pencucian, sebagai contoh adalah kontaminasi kuman dalam

air, dapat berasal dari:

1. Air itu sendiri, bila dari sumbernya sudah terdapat pencemar

2. Tangan pencuci yang mengandung kuman karena kurangnya kebersihan

si pencuci, misalnya tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang

air, memegang uang, memegang bahan makanan mentah.

3. Ember itu sendiri

4. Udara atau debu (Marissa and Arifin 2014).


5

Mengingat masih banyaknya warung-warung makan yang menggunakan air

yang ditampung dalam ember yang digunakan pada proses pencucian alat makan

yang digunakan secara berulang-ulang, dimana ada kemungkinan kontaminasi

kuman dalam air akan menyebabkan kontaminasi pada alat makan. Apabila air

tersebut digunakan pada peralatan makan yang dicuci maka peralatan makanan

tersebut sudah mengandung bakteri dan tidak memenuhisyarat untuk

dipergunakan. Jika peralatan makan yang digunakan telah terkontaminasi kuman

maka sebagai akibatnyamanusia yang menggunakan alat makan yang telah

terkontaminasi tersebut dapat terinfeksi kuman yang menyebabkan sakit. Oleh

karena itu penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Analisa Bakteri

Colifrom Pada Air Cuci Piring Di Rumah Makan Di Sekitaran Lubuk Pakam”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat Bakteri Coliform pada air sebelum dan sesudah

digunakan untuk mencuci alat makan pada warung – warung makan di

sekitaran Lubuk Pakam?.

2. Apakah terdapat perbedaan jumlah Coliform pada air sebelum dan

Sesudah digunakan untuk mencuci alat makan pada warung makan di

sekitar lubuk pakam?.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui adanya bakteri Coliform pada air cucian piring di

rumah makan sekitar lubuk pakam


6

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui adanya perbedaan jumlah bakteri Coliform pada air

sebelum dan sesudah proses pencucian piring di rumah makan

sekitar lubuk pakam?

2. Mengetahui adanya perbedaan jumlah bakteri pada air sebelum dan

sesudah proses pencucian piring pada rumah makan sekitar lubuk

pakam?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini bisa menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti

selanjutnya dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan

dibidang bakteriologi.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukkan untuk para pedagang tentang pentingnya

kebersihan khususnya air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan

agar terhindar dari penyakit.

1.4.3 Bagi Penulis

Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman, informasi, wawasan

dan menambah ilmu pengetahuan serta pengalaman tentang identifikasi

bakteri Coliform pada pencucian piring dirumah makan lubuk pakam.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIR

Air merupakan factor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi

mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga

lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak

mengandung bahan beracun. Air bersihadalah air yang digunakan untuk keperluan

sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak (Depkes RI 2010).

Air bersih merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh

manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Sumber air yang

banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah air permukaan, air tanah, dan air

hujan. Apabila tidak diperlihatkan maka air dari sumber di atas mungkin dapat

mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya gangguan penyakit

yang disebabkan atau ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan harus

memenuhi syarat bersih (Depkes RI 2010).

Air murni mudah berikatan dengan zat-zat atau unsure-unsur kimia baik

organic maupun anorganik sehingga pencernaan air sering terjadi baik di daerah

perkotaan maupun di daerah pedesaan maupun kota. Umumnya pencemaran air

merupakan masalah yang cukup sulit untuk ditanggulangi. Indicator atau tanda

bahwa air telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati.

Pengamatan secara fisis yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (Kekeruhan). Perubahan suhu, warna dan adanya perubahan baud

an rasa. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air

7
8

berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH. Pengamatan secara biologis

yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada didalam

air, terutama keberadaan bakteri patogen (Sunarti 2015).

Kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebabkan

berubahnya makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit. Diketahui

bahwa makanan berperan penting didalam peningkatan derajat kesehatan manusia

atau masyarakat. Akan tetapi tidak semua makanan tersebut menguntungkan bagi

tubuh, melainkan dapat pula membahayakan terhadap kesehatan manusia. Hal itu

disebabkan karena makanan juga dapat berperan sebagai media penularan

penyakit (Depkes RI 2010).

2.2 Bakteri Coliform

Gambar 2.1……

Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai

indicator penentuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri

sebenarnya bukan penyebab dari penyakit- penyakit bawaan air. Namun

keberadaan bakteri jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat

digunakan sebagai indicator keberadaan organism patogen lainnya seperti bakteri

lain, virus atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam system
9

pencernaan manusia serta terkandung dalam Feses. Organisme indicator

digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri oleh bakteri patogen,

orang tersebut akan mengekskresi organism indicator jutaan kali lebih banyak dari

pada organism patogen. Hal inilah yang menjadi alasan untuk menyimpulkan

bahwa apabila tingkat keberadaan organism indicator rendah maka organism

patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama sekali (Jumriah,

Laenggeng, and Budiman 2016).

Jenis bakteri ini berbentuk bulat, gram negative, tidak berspora serta

memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas apabila di inkubasi

pada 35-37oC. Bakteri ini terdapat sangat banyak pada feses organism berdarah

panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, dan ditanah. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa apabila terdapat bakteri coliform pada badan air maka

badan air tersebut sudah tercemar oleh feses. Genus yang termasuk dalam

kelompok bakteri coliform antara lain Citrobacter, Enterobacter, Escherichia,

Klebsiella, Serratia (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).

a) Escherichia Coli

Gambar 2.2……

Escherichia Coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan didalam

usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat

menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers
10

diarrbea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan lain di

luar usus. Genus Escherichia terdiri dari 2 spesies yaitu Escherichia coli dan

Escherichia hermanii. Kuman berbentuk batang pendek, gram negative, ukuran

0,4-0,7 µm x14 µm, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai

kapsul (Prasetyo 2012).

Escherichia Coli tumbuh baik pada hamper semua media yang biasa dipakai

di laboratorium Mikrobiologi. Pada media yang di pergunakan untuk isolasi

kuman enterik, sebagian besar strain E.coli tumbuh sebagai koloni yang meragi

laktosa. E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar

darah menunjukkan hemolisis tipe beta. Pada penanaman Endo. Escherichia Coli

akan terlihat berwarna merah kehijauan dan mengkilap. Untuk media Mc. Conkey

koloni berwarna merah muda karena memecah laktosa. Sedangkan pada media

EMB warna koloni hitam kehijauan dan menghilap. Penanaman pada media gula-

gulaakan menghasilkan asam dan gas. Penanaman pada media untuk reaksi indol

dan merah methyl menghasilkan hasil yang positif, sedangkan untuk media Voges

preskauer dan media sitrat menunjukkan hasil negative. Ada tiga struktur antigen

dari E.coli yaitu antigen O (somatic antigen), antigen K (antigen kapsul) dan

antigen flagelair) (Kusuma, Rasyid, and Endrinaldi 2015).

Didalam usus umumnya E.coli tidak menyebabkan penyakit dan dapat

membantu fungsi normal dari nutrisi. Organisme patogen hanya bila mencapai

jaringan di luar saluran pencernaan. Khususnya saluran kemih. Saluran empedu,

paru-paru, peritoneum, atau selaput otak, menyebabkan peradangan pada tempat-

tempat tersebut (Ester, Samampouw, and Umboh 2019).


11

Sekarang ini telah ditemukan beberapa strain E.coli yang patogen yaitu

Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC), Enteroadherent

E.coli (EAEC), Enteroinvasive E.coli (EIEC), dan Enterohaemorrhagic E.coli

(EHEC). ETEC merupakan penyebab untuk dehidrasi karena diare pada anak

balita dan orang dewasa di Negara berkembang karena kemampuannya menempel

pada reseptor enterosit usus halus dan enterotoksinnya. Strain E. coli selain ETEC

juga dapat menyebabkan diare tetapi mekanisme terjadinya belum jelas (Depkes

RI 2010).

Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak

– anak di Negara – Negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum

jelas diketahui, Kuman Enteroinvasive E. coli, dimana sel-sel Escherichia coli

mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitus (radang usus besar)

atau gejala seperti desentri. Waktu inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan

gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah (Marissa and Arifin

2014).

Penyakit- penyakit lain yang disebabkan oleh Escherichia coli adalah:

1. Infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielonefritis, E.coli

merupakan penyebab dari lebih dari 85% kasus.

2. Pneumonia, di rumah sakit E.coli menyebabkan 50% dari Primary

Nosocomial Pneumonia.

3. Meningitis pada bayi baru lahir

4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen

(Aswir and Misbah 2018).

b) Klebsiella
12

Gambar 2.3……

Merupaka bakteri gram (-), berbentuk pendek, memiliki ukuran 0,5-1,5 x

1,2µ. Bakteri ini memiliki kapsul, tetapi tidak membentuk spora. Klebsiella tidak

mampu bergerak karena tidak memiliki flage tetapi mampu memfermentasikan

karbohidrat membentuk asam dan gas, Spesies klebsiella menunjukan

pertumbuhan mukoid, kapsul polisakarida yang besar dan tidak motil. Mereka

biasanya memberikan hasil tes yang positif untuk lisin dekarboksilase dan sitrat.

Klebsiella memberikan reaksi Voges-Proskauer yang positif. Sifat Biakan atau

kultur dari Kelbsiella sp tersebut pada media EMB dan Mc. Conkey koloni

menjadi merah. Kemudian pada media padat tumbuh koloni mukoid (24 jam).

Mudah dibiakkan di media sederhana (bouillon agar) dengan koloni putih keabuan

dan permukaan mengkilap (Sa’diyah et al. 2019).

Bakteri ini sering menimbulkan berbagai penyakit pada traktus urinarius

karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes

mellitus atau pecandu alcohol. Gejala pneumonia yang disebabkan oleh abkteri ini

berupa gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian batuknya

menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). Bila

penyakitnya berlanjut akan terjadi abses nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan

vibrosis paru-paru (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).

Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indicator karena tidak patogen,

mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat bertahan lebih lama

dari pada bakteri patogen dalam lingkungan yang tidak menguntungkan (Hawa,

Susilo, and Jayasari 2011).


13

2.3 Kuman Enterik

1. Enterobacteriaciae

Gambar 2.4……

Enterobacteriaciae merupakan kelompok batang gram negative yang besar

dan heterogen dengan habitat alaminya di saluran cerna manusia dan hewan.

Familinya memiliki banyak genus (Escherichia, Shigella, Salmonella,

Enterobacter, Klebsiella,Serratia, Proteus, dan lain-lain.). Enterobacteriaciae

adalah suatu family kuman yang terdiri dari sejumlah besar spesies bakteri yang

sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Hidup di usus besar manusia dan

hewan, tanah, air. Karena hidupnya yang pada keadaan normal di dalam usus

besar manusia, kuman ini sering enterik tidak menimbulkan penyakit pada host

bila kuman tetap berada di dalam uusus besar, tetapi pada kesempatan memasuki

bagian tubuh lain, banyak diantara kuman enterik ini mampu menimbulkan

penyakit pada tiap jaringan di tubuh manusia (Akili et al. 2018).

Beberapa organism enterik misalnya Escherichia coli merupakan bagian

dari flora normal dan kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit, sedangkan

lainnya Salmonella dan Shigela biasanya bersifat patogen untuk manusia. Infeksi

diluar usus. Penyebab tersering dari infeksi pada usus adalah kuman-kuman yang

termasuk dalam genus Escherichia, Salmonella, Shigella dan Yersinia.. Penyakit

yang ditimbulkan antara lain: enteritis, gastroenteristis, colitis hemorrhegie,


14

disentri basiller, demam enteric, dan sebagainya dengan gejala yang menonjol

adalah diare. Infeksi diluar usus yang paling sering dijumpai adalah sistitis dan

infeksi saluran kemih lainnya (Lado, Kristiani, and Febriani 2020).

a) Shigella

Gambar 2.5……

Habitat asli Shigella terbatas pada saluran cerna manusia. Shigella adalah

batang gram negative yang ramping. Tidak berkumpul, tidak berspora.

Tidak bergerak. Koloni berbentuk bulat, konveks, transparan dengan

pinggiran yang utuh. Kuman ini sering ditemukan pada pembenihan

diferensial karena ketidakmampuannya meragi laktosa, jadi tepat tidak

berwarna sedangkan peragi laktosa membentuk koloni- koloni yang

berwarna. Semua Shigella meragikan glukosa kecuali Shigella sonnei

meragikan salisin. Shigella membentuk asam dari karbohidrat kecuali

Shigella Newcastle dan Shigella Manchester, dan tidak menghasilkan gas.

Oraganisme ini juga dapat dibagi menjadi organism yang

memfrementasikan manitol (Shigella sannei dan shigella flexneri) dan yang

tidak memfrementasikan manitol (shigella Dyssentriase) (Sa’diyah et al.

2019).

Kuman ini berukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm. sifat kuman Shigella adalah

sebagai berikut:
15

- Kecil

- Halus, dan

- Tidak Berwarna

Shigella spesies adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenalsebagai

agen penyebab disentri basiler. Berada dalam tribe Escherichia karena sifat

genetic yang saling berhubungan. Tetapi dimasukkan dalam genus tersendiri

karena gejala klinik yang disebabkan bersifat khas, Sampai saat ini terdapat

4 Spesies Shigella Yakni:

1. Shigella Dysentriae

2. ShigellaFlexneri

3. Shigella Boydi

4. Shigella Sanne (Sa’diyah et al. 2019).

Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat banyak

tumpang tindih pada sifat serologic berbagai spesies,dan sebagian besar

organism memiliki antigen O yang sama dengan basil entrik lain. Antigen O

somatic shigella adalah lipopolisakarida. Spesifitas serologinya bergantung

pada polisakarida. Ada lebih dari 40 seroptip (Sari et al. 2019).

b) Salmonella

Organisme yang berasal dari genus Salmonella adalah agen penyebab

bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai

dengan demam tifoid yang berat di sertai bakteremia.

Salmonella adalah kuman berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarna

gram bersifat negative, ukuran 1-3,5 µm x 0,5 – 0,8 µm, besar koloni rata-

rata 2-4 mm. pada umumnya isolasi kuman Salmonella dikenal dengan sifat-
16

sifat : gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitoldan

memberikan hasil negative pada reaksi indol. DNA se, fenilalanin,

deaminase, urease, Voges proskauer, reaksi fermentasi terhadap suerose,

lactose, adonitol (Aswir and Misbah 2018).

Sebagian besar isolate Salmonella yang berasal dari bahan klinik

menghasilkan H2S. pembentukan H2S ini bervariasi misalnya hanya 50%

Salmonella choleraesuis dan H2S. Salmonella typhi hanya membentuk

sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa. Pada agar

SS. Endo, EMB dan Mc. Conkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan

tidak berwarna. Pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam.

Terdapat tigas spesies utama yaitu : Salmonella typhi, Salmonella

choleraesius, dan Salmonella enteritidis, Salmonella mempunya beberapa

antigen: O, H dan Vi. Antigen somatic serupa dengan antigen somatic O

kuman Enterobacteriaceae lainnya. Antigen ini tahan terhadap pemanasan

100oC, alcohol dan asam. Antibodi yang berbentuk terutama lgM. Antigen

H rusak pada pemanasan di atas 60oC, alcohol dan asam. Antibodi yang

dibentuk lgG. Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat

asam, terdapat pada bagian yang luar dari badan kuman. Dapat dirusak

dengan pemanasan 60oC selama 1 jam, pada penambahan fenol dan asam

(Aswir and Misbah 2018).

Beberapa spesies Salmonella menghasilkan enterotoksin yang serupa

dengan enterotoksin yang dihasilkan oleh kuman Enterotoxigenic E. coli

baik yang termolabil maupun yang termostabil. Salmonella typhimurium,

Salmonella enteriditis menghasilkan enterotoksin yang termolabil. Toksin


17

diduga berasal dari dinding sel atau membran luar (Balaram Naik, P

Karunakar,1 M Jayadev 2013).

2. Vibrionaceae

Vibrio adalah salah satu genus dari family Vibrionaceae. Kuman ini

berbentuk batang bengkok seperti koma, berukuran 2-4 µm, gerak sangat

aktif dengan adanya flagel. Kuman ini tidak membentuk spora. Pada biakan

yang lama Vibro dapat menjadi batang lurus mirip kuman enterik gran

negative lainnya. Pada biakan Vibrio membentuk koloni cembung atau

konveks, bulat, Vibrio tumbuh dengan baik pada suhu 37oC (18-37oC). pH

optimum 8.5-9,5. Tidak tahan terhadap asam. Bila dalam pembenihan

terdapat karbohidrat yang dapat diragi, kuman dapat mati. Tumbuh baik

pada medium yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai

sumber karbon dan nitrogen. Meragi sukrosa dan manosa tanpa

menghasilkan gas, tidak meragi arabinosa, meragi nitrat. Pada medium

pepion (banyak mengandung triptofan dan nitrat) akan membentuk indol,

yang dengan asalm sulfat akan membentuk warna merah (tes indol positif)

(Fernandes 2014).

Dalam keadaan normal hanya patogen untuk manusia. Tidak bersifat

invasive, kuman tidak pernah masuk dalam sirkulasi darah, tetapi menetap

atau terlokalisasi dalam usus. Menghasilkan toksin cholera (enterotoksin),

musine dan endotoksin. Toksin cholera diserap di permukaan gangliosida


18

sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida serta menghambat

absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit dapat

menyebabkan terjadinya dehidrasi, asidosis, syok dan kematian. Gejala

klinis dari penyakit akibat Vibrio cholera adalah mual, muntah, kejang

perut, gejala kehilangan cairan dan elektrolit, dehidrasi, kolaps sikulasi dan

anuria. Angka kematian tanpa pengobatan antara 25-50% (Sari et al. 2019).

Vibrio cholera menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan panas dan asam.

Dapat mengakibatkan diare massif dengan kehilangan cairan sampai20 liter

perhari. Tinja menyerupai air beras dan mengandung lender, sel-sel epitel

dan Vibrio dalam jumlah banyak (Sunarti 2015).

3. Pseudomonadaceae

Genus Pseudomonadaceae dari sejumlah kuman batang negative gram yang

tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air. Dalam habitat alam

tersebat luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat

organic. Bergerak dengan flagel,beberapa diantaranya dapat memakai H2S

dan CO sebagai sumber karbon. Ada yang patogen bagi binatang atau

tanaman dan ada yang patogen bagi keduanya. Kebanyakan spesies

Pseudomonas tidak menyebabkan onfeksi pada manusia, tetapi kuman ini

penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi pada

individu dengan ketahanan tubuh menurun. Infeksinya biasanya gawat, sulit

diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial. Genus Pseudomonas


19

mempunyai spesies paling sedikit 10-20 yang penting dalam klinik (Hawa,

Susilo, and Jayasari 2011).

Grub Pseudomonas adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang,

motil, dan bersifat aerob. Beberpa diantaranya menghasilkan pigmen yang

larut dalam air. Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi

rRNA/DNA dan cirri khas biakannya yang lazim (Hawa, Susilo, and

Jayasari 2011).

a) Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang, motil dan berukuran sekitar

0,6 x 2 mm. bakteri ini gram negative dan dapat muncul dalam bentuk

tunggal, berpasangan atau kadang – kadang dalam bentuk rantai pendek.

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri obligat aerob yang dapat

tumbuh dengan mudah pada jenis medium biakan, kadang menghasilkan

bau manis, membentuk koloni bulat halus dengan fluoresensi kehijauan.

Bakteri ini juga sering menghasilkan piosianin, pigmen kebiru-biruan

yang tidak berfluoresensi yang berdifusi ke dalam agar agar (Prasetyo

2012).

Pseudomonas aeruginosa lebih resisten terhadap desinfektan dari pada

kuman lain. Kuman ini menyenangi hidup suasana lembab seperti pada

peralatan pernafasan, air dingin, lantai, kamar mandi, tempat air dan

lain-lainnya. Infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa terjadi pada orang

yang mempunyai ketahanan tubuh yang menurun, yaitu penderita luka

bakar, orang yang sakit berat atau dengan penyakit metabolic atau
20

mereka yang sebelumnya memakai atau mempergunakan alat-alat bantu

kedokteran. (Hawa, Susilo, and Jayasari 2011).

Pseudomonas aeruginosa bersifat patogenik hanya bila terpanjan pada

daerah yang tidak terdapat pertahanan tubuh nominal, misalnya apabila

membrane mukosa dan kulit rusak akibat kerusakan jaringan langsung.

Pseudomonas aeruginosa tidak hanya terdapat dalamtanah dan air tapu

kira-kira 10% terdapat dalam tinja dan kulit individu normal. Hamper

ditiap bagian dan lingkungan sekitar rumah sakit dapat dihuni oleh

organism ini, seperti pada kateter, instrument-instrumen dan cairan

intraven. Pemindahan dari penderita kependerita melalui pegawai rumah

sakit lebih menentukan penyebaran organisme ini dari pada penyebaran

melalui udara (Prasetyo 2012).

b) Burkholderia pseudomallei

Burkholderia pseudomallei adalah basil yang kecil, motil dan bersifat

gram negatif aerob. Tumbuh pada suhu 42oC dan mengoksidasi laktosa,

glukosa dan berbagai macam karbohidrat lainnya. Bakteri ini dapat

tumbuh pada medium bakteriologik standar, membentuk koloni yang

bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar serta berkerut dan

berwarna sampai jingga(Aswir and Misbah 2018).

c) Burkholderia mallei

Burkholderia mallei adalah bakteri yang kecil, non motil, tidak

berpigmen berbentuk batang dan bersifat gram negative aerob yang

tumbuh dengan mudah pada berbagai medium bakteriologik.

d) Burkholderia cepacia
21

Burkholderia cepacia adalah organism lingkungan yang dapat tumbuh

di air, tanah, tanaman, dan binatang. Dirumah sakit Burkholderia

cepacia telah diisiolasi dari berbagai sumber air dan lingkungan tempat

bakteri tersebut dapat di tularkan ke pasien. Burkholderia cepacia dapat

tumbuh hamper sebagian besar medium yang digunakan dalam

membiakkn specimen pasien untuk bakteri gram negative (Prasetyo

2012).

2.4 Hubungan Air dengan Kuman

Air mempunyai hubungan erat dengan kesehatan. Apabila tidak

diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu

kesehatan manusia (Marissa and Arifin 2014).

Idealnya air bersih tidak mengandung organism patogen, harus juga bebas

dari bakteri yang menunjukkan indikasi pengotoran tinja. Bakteri colifom pada

umumnya mempunyaijumlah yang besar dalam tinja manusia. Bakteri tersebut

pada air menunjukkan bahwa air tersebut pernah mengalami kontakdengan feses

yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri

patogen lain yang berbahaya (Jumriah, Laenggeng, and Budiman 2016)

Ada 5 macam klasifikasi penyakit yang berhubungadnegan air sebagai

media penularan penyakit yaitu:

1. Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui ait

yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier, bila

air yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat terjadi

penjangkitan pada irang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid,

Hepatitis dan Dysentri Basiler.


22

Patogen yang ditularkan melalui air secara umum dikenal, termasuk

beberapa kelompok bakteri enterik dan akuatik, virus enterik, dan

protozoa. Rotavirus, Astrovirus, Adenovirus, virus Norwalk,

Picobirnavirus, dan Enterovirus adalah virus enterik yang berhubungan

dengan diare. Diare akan menyebabkan gangguan pada sistem

pencernaan yang bila semakin parah akan menyebabkan kematian.

Orang yang terkena diare akan kekurangan cairan dan mengalami

dehidrasi, maka diperlukan penangan yang tepat cepat dan tepat. Air

yang terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan merupakan cara

penting penularan Cryptosporidium spp., Blastocystis hominis,

Dientamoeba fragilis, Giardia duodenalis dan Entamoeba histolytica.

Pada abad ke-19, Vibrio cholerae dan Salmonella enterica serovar

Typhi (sekarang dikenal sebagai S. typhi) adalah patogen yang terbawa

air pertama yang dikenali, dan mereka bertanggung jawab atas

morbiditas dan mortalitas yang luar biasa di seluruh dunia.

Campylobacter dan Salmonella sp. ditemukan di saluran usus banyak

hewan domestik dan liar. Oleh karena itu, pencemaran air oleh kotoran

hewan juga menimbulkan risiko kesehatan manusia. Di Amerika

Serikat., wabah terkait air minum terjadi karena bakteri patogen,

terutama oleh Shigella sp. diikuti oleh Camplylobacter dan

Pseudomonas. Beberapa serotipe Escherichia coli berhubungan dengan

infeksi tertentu pada manusia dan hewan (Sari et al. 2019).

Tabel 1 Bakteri Water Borne Disease dengan Penyebab dan Gejala

No Nama Penyakit Penyebab Gejala Penyerta


1 Diare Berdarah Enterohemorrhagic E. coli Penyakit
23

gastrointestinal dan
(EHEC) serotype O157:H7 sinrom uremik
hemolitik
v.cholerae of serogrup O1 Diare berair dan
2 Kolera
dan O139 muntah
Enteropathogenic E.coli Penyakit
3 Diare
(EPEC) Gastrointestinal
Enteropathogenic E.coli Penyakit
4 Diare
(EPEC) Gastrointestinal
Enteropathogenic E.coli Penyakit
5 Diare
(EPEC) Gastrointestinal
Shigella sp.
6 Shigelosis (S.dysenteriae.,S.flexneri, S. Disentri Basiler
boydii and S. sonnie
Demam Tifoid dan Salmonella Typhi dan
7 Demam Enterik
paratifoid Salmonella Paratyhi
Enteroaggregative E. coli
8 Diare Berair Gastrointestinal
(EAEC)

2. Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya

Schistosomiasis.

3. Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan

alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit indeksi saluran

pencernaan. Salah satu penyakitindeksi saluran pencernaan adalah diare.

4. Water Related, Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air

yaitu penyakit yang cektornya berkembang biak dalam air, misalnya

Malaria.

5. Water dispersed

Peralatan makan yang dicuci dengan menggunakan air yang

terkontaminasi dapat menyebabkan alat makan tersebut terkontaminasi

yang berakibat terkontaminasinya bahan makanan yang diletakkan pada


24

alat makan tersebut. Selain mengkontaminasi air bakteri enterik nuga

dapat mengkontaminasi alat-alat makan yang dicuci dengan air yang

tercemat. Meskipun telah digunakan sabun yang dapat membunuh

bakteri namun jika alat makan tersebut dibilas dengan ait yang telah

terkontaminasi, bakterinya tetap bias masuk ke tubuh manusia dan dapat

menyebabkan penyakit (Depkes RI 2010).

Menurut Anwar 1990 Three Compartment Sink yaitu suatu alat pencuci

yang terdiri atas 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1. Bak I : disebut bak pencuci (wash)

Dalam bak ini terdapat air hangat (+65oC) dan sabun atau detergen

2. Bak II: disebut bak pembilas (rinse)

Dalam bak ini piring atau gelas dibilas dengan air panas (70o-76o C)

3. Bak III: disebut bak pembilas terakhir (final rinse atau disebut

desinfeksan) (Fernandes 2014).

Menurut depkes RI, 2010 teknik pencucian yang benar akan memberikan

hasil pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang

perlu diikuti agar hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut:

1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan sisa kotoran

dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci,

seperti sisa makanan diatas piring, gelas, sendok dan lain-lain.

2. Flusing (merendam dalam air), yaitu mengguyur air ke dalam

peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan

peralatan. Sebelum peralatan yang akan dicuci telah dibersihkan dari


25

sisa makanan dan ditempatkan dalam bak yang tersedia sehingga

perendaman dapat berlangsung sempurna.

3. Washing ( mencuci dengan detergen) yaitu mencuci peralatan dengan

cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci

atau detergen. Detergen yang baik yaitu terdiri dari detergen cair atau

bubuk, karena detergen sangat mudah larut dalam air, sehingga

sedikit kemungkinan membekas pada alat yang dicuci. Pada tahap ini

digunakan sabun, zat pembuang bau (abu gosok, arang atau air jeruk

nipis).

4. Rinsing (membilas dengan air bersih), yaitu mencuci peralatan yang

telah digosok detergen sampai bersih dengan cara dibilas dnegan air

bersih. Pada tahap ini penggunaan air harus banyak, mengalir dan

selalu diganti.

5. Sanitizing disinfection (membebas hamakan), yaitu tidak untuk

membebas hamakan perlatan setelah proses pencucian. Peralatan

yang selesai dicuci diperlu dijamin aman dari mikroba dengan cara

sanitasi atau yang dikenal dengan istilah desinfeksi.

6. Toweling (mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau

mengeringkan dengan menggunakan kain, atau handuk dengan

maksud untuk memghilangkan sisa-sisa kotoran yang mungkin

menempel sebagai akibat proses pencucian seperti noda detergen,

noda klor dan sebagainya. Toweling ini dapat dilakukan dengan

syarat bahwa lap yang digunakan harus bersih serta diganti.


26

Penggunaan lap yang paling baik adalah yang sekali pakai (single

use).

Sumber Air
2.5 Kerang Teori

Cemaran Kuman dari :


Tinja

Proses Pencucian

Cemaran Kuman dari:


Ember - Makanan
Tangan Pencuci - Udara atau debu

Yang Baik Kurang Baik

Teknik Sistem Pencucian Teknik Pencucian: Sistem


Pencucian: : Tidak merendam alat pencucian:
1.Serapping Bak I: Bak makan dalam air Hanya
2.Flusing Pencuci sebelum menggunakan
3.Rising Bak II : Bak Membilas dengan air yang ½ bak:
4.Sanitazing Pembilas tidak mengalir Bak 1 & 2 :
5.Toweding Bak III: final (ditampung)& jarang Bak pembilas
rinse diganti
Mengringkan dengan kain
yang digunakan secara
berulang-ulang

Hasil

Hasil Bakteri Coliform

Kontaminasi pada alat makan


Pencuci aman dan sehat
Kontaminasi pada makanan dan minuman

Infeksi pada Konsumen


27

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependen

Air Skema 2.5 Kerangka Teori


Kontaminasi Bakteri Coliform

Skema 2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

1. Ditemukan bakteri coliform pada air yang digunakan untuk mencuci

alat makan.

2. Ditemukan perbedaan jumlah total coliform pada air yang sebelum dan

sesudah digunakan untuk mencuci.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah laboratoric experimental dengan metode pre and

post only design dengan pendekatan cross sectional dimana data yang

menyangkut variable bebas (factor risiko) dan variable tergantung (efek)

diobservasi hanya sekali dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2010).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Institut Kesehatan Medistra

lubuk pakam.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan januari - juni 2023

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi Pada penelitian ini yakni air cucian piring pada warung makan

yang berada di sekitar lubuk pakam

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penellitian ini adalah air cucian alat makan pada 10 warung

makan di sekitar lubuk pakam (10 sampel air sebelum digunakan dan 10 sampel

air setelah digunakan untuk mencuci). Pengambilan sampel populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo 2010).

3.4 Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi:

28
29

a. Air sumur

b. Air yang ditampung dalam ember

2. Kriteria Ekslusi:

a. Air PAM

b. Air Sungai

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah air cucian alat makan pada

warung – warung makan di sekitar lubuk pakam.

2. Variable terikat

Variable terikat pada penelitian ini adalah keberadaan bakteri coliform.

3.5.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


1 Air Air yang
digunakan
untuk
cucian alat
makan
2 Bakteri Kelompok Metode += Nominal
Coliform bakteri MPN Terkontaminas
gram i bakteri
negative Coliform
yang dapat -=Tidak
digunakan Terkontaminas
sebagai i Bakteri
indicator Coliform.
adanya 1= Nilai MPN
kondisi Bakteri
sanitasi Coliform
yang tidak Sesuai denhan
baik permenkes
terhadap 0/100ml untuk
air, air minum.
makanan, 2= Nilai MPN
30

dan minum bakteri


Coliform tidak
sesuai dengan
permenkes
1/100 ml
untuk air
minum

3.6 Instrumen Penelitian

1. Alat –alat :
a) Botol steril untuk mengambil air
b) Incubator suhu 37oC/44oC
c) Lampu spritus

d) Pipet steril 10 ml

e) Rak tabung

f) Tabel MPN Coliform porsi 3-3-3

g) Table uji biokimia

h) Tabung reaksi

i) Tabung durham

2. Bahan

a) Air cucian alat makan

b) Brillian Green Lactosa Broth (BGLB)

c) Lactosa Broth Single Konsentrasi (LB)

d) Lactosa Broth Triple Konsentrasi (LB)

e) Media Mc. Conkey

f) Media Simon Citrate (SC)

g) Media Sulfide Citrate (SC)

h) Media Methy Red/Voges Proskauer (MR/VP)


31

3.7 Prosedur Pemeriksaan

A. Test Perkiraan/Presumtive Test

1. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Triple Konsentrasi pada rak tabung

dan disusun berderet dari kiri ke kanan

2. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi dideret

belakangnya atau disamping kanannya

3. Disiapkan 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi dideret berikutnya

4. Kedalam 3 media Lactosa Broth Triple Konsentrasidimasukkan masing-

masing 10ml sampel air bersih dengan pipet steril 10ml (Sebelumnya

sampel dikocok terlebih dahulu)

5. Kedalam 3 media Lactosa Broth Singlle Konsentrasi deret kedua di

masukkan masing-masing 1 ml sampel air bersih

6. Kedalam 3 media Lactosa Broth Single Konsentrasi deret ketiga

dimasukkan masing-masing 0,1 ml sampel air berish

7. Media yang ada sampelnya diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 – 48

jam

8. Hasilnya diamati setelah masa inkubasi 24 jam

9. Hasil positif jika terbentuk asam dan gas (asam positif ditandai

terbentuknya warna kuning, gaspositif ditandai dengan terbentuknya gas

pada tabung durham)

10. Jika hasil negative, inkubasi dilanjutkan lagi selama 24 jam.

B. Test Penegasan/ Convir,atedTest

1. Media BGLB (Brilian Green Lactosa Borth) disiapkan sebanyak tabung

Lactose Broth yang positif (positif asam dan gas)


32

2. Media BGLB diatur sesuai dengan urutan positif positif

3. Cairan media Lactosa Broth positif masing-masing dipindahkan

kedalam media BGLB yang disiapkan sebanyak 1 ose.

4. Media BGLB diinkubasi pada suhhu 37oC, untuk pemeriksaan MPN coli

tinja diinkubasi pada suhu 44oC masing-masing selama 24 jam. Jika gas

belum keluar inkubasi dilanjutkan lagi selama 48 jam.

5. Hasilnya diamati setelah selesai masa inkubasi

6. Hasil positif jika terbentuk gas pada tabung durham, hasil negative jika

tidak terbentuk gas pada tabung durham.

7. Hasil positif ditentukan nilai MPNnya pada table MPN porsi 3-3-3 yang

tersedia jika sampel dikerjakn dengan pengenceran 10 kali maka

hasilMPN akhrit perlu di kalikan 10

C. Test Perlengkap/Completed Test

1. Dari tabung yang positif dipindah ke media Endo Agar / Mc. Conkey

2. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 24jam/48 jam

3. Koloni yang tersangka dipindahkan ke media biokimia, inkubasi

dilanjutkan pada suhu 37 oC selama 24 jam/ 48 jam

4. Hasil test biokimia dibandingkan dengan tebel biokimia.


33

3.8 Skema Prosedur Pemeriksaan

Sampel air Sebelum Proses Sampel air setelah proses


Pencucian pencucian

10 sampel 10 Sampel

Setiap sampeldibagi 9 tabung media Lactosa Borth :


3 tabung 10 ml, 3 tabung 1 ml dan 3 tabung 0,1 ml

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam / 48 jam amati pembentukan


asam dan gas

Dibiakkan dalam media BGLB sebanyak tabung Lactosa Broth yang


positif

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam / 48 jam amati pembentukan


asam dan gas

Dari tabung yang positif dipindah ke media Mc. Conkey

Inkubasi 37oC selama 24 jam / 48 jam

Koloni dipindahkan ke media biokimia

Inkubasi 37oC selama 24 jam / 48 jam

Hasil test biokimia dibandingkan dengan table biokimia

(permenkes No. 416, 1990)

Gambar….
34

3.9 Analisis Data

3.9.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan langkah-langkah sebagai

berikut (Sunarti 2015):

a. Editing yaitu pengecekkan atau pengoreksian data yang telah

dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk atau data yang

terkumpul tidak logis dan meragukan.

b. Coding yaitu data yang telah ada dan telah diperiksa diberikan kode

dalam kartu, yaitu jumlah nomor yang ada dalam kartu kode harus sama

dengan jumlah nomor yang ada pada daftar pertanyaan.

c. Scoring yaitu member penilaian terhadap jawaban responden.

Dilakukan dengan cara pembotoan untuk dipersentasekan pembobotan

tersebut.

d. Tabulating yaitu penyederhanaan penyajian data dalam bentuk

mengelompokkan data kedalam bentuk table.

e. Analiting yaitu suatu proses analisis data yang telah dimasukkan dalam

tabel dengan perhitungan persentase.

3.9.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang di pergunakan adalah analisa univariat . Anlisa

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteriskik setiap

penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Data yang

diperoleh di uji dengan menggunakan uji Chi – Square. Jika tidak memenuhi

syarat maka dilakukan uji Fischer.


DAFTAR PUSTAKA

Akili, Rahayu H et al. 2018. “ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Total


Coliform DALAM AIR BERSIH DAN Eschererchia Coli DALAM
AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA
MANADO.” Kesmas 7(1): 47–52.
Annisa, Primadiamanti, Feladita Nike, and Budiono Jelita Iga. 2018. “Coliform
Bacteria Contamination Test on Es Dawet Drink That On.” Jurnal
Analisis Farmasi 3(3): 171–78.
Aswir, and Hasanul Misbah. 2018. “Analisis Struktur Kovarian Indeks Terkait
Kesehatan untuk Lansia di Rumah, Berfokus pada Perasaan
Subjektif tentang Kesehatan
Title.” Photosynthetica 2(1): 1–13. http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-
76887-8%0Ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3-319-93594-
2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-409517-5.00007-
3%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2015.06.018%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/s41559-019-0877-3%0Aht.
Balaram Naik, P Karunakar,1 M Jayadev, 1 and V Rahul Marshal2. 2013. “No
Analisis Struktur Kovarian Indeks Terkait Kesehatan untuk Lansia di
Rumah, Berfokus pada Perasaan Subjektif tentang Kesehatan
Title.” J Conserv Dent. 2013 16(4): 2013.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23956527/.
Depkes RI. 2010. “Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun2010-2014.”
Development: 1–145.
Ester, Sangian, Oksfriani Jufri Samampouw, and Jootje Umboh. 2019.
“Kandungan Escherichia Coli & Coliform Dan Kualitas Fisik Air
Sumur Gali Di Jalan Sea Lingkungan II Kelurahan Malalayang 1
Barat Kota Manado.” E-Journal Universitas Sam Ratulangi: 1–13.
Fernandes, Hocelayne Paulino. 2014. “Analisis Struktur Kovarian Indeks Terkait
Kesehatan untuk Lansia di Rumah, Berfokus pada Perasaan
Subjektif tentang Kesehatan No Title.” 2008: 139.
Hawa, La Choviya, Bambang Susilo, and Natalia Eka Jayasari. 2011. “STUDI
KOMPARASI INAKTIVASI Escherichia Coli DAN PERUBAHAN
SIFAT FISIK PADA PASTEURISASI SUSU SAPI PEMANASAN
DENGAN KEJUT MEDAN LISTRIK Comparison Study on E .
Coli Inactivation and Physical Changes of Thermal and Non
Thermal Processing Using PEF ( Pulsed.” Teknologi Pertanian
12(1): 31–39.
Jumriah, Abdul Hakim Laenggeng, and Budiman. 2016. “Uji Kandungan Bakteri
Koliform Pada AMI Di DAMIU.” : 452–64.
Kusuma, Ervan Arditya, Roslaili Rasyid, and Endrinaldi Endrinaldi. 2015.
“Identifikasi Bakteri Coliform Pada Air Kobokan Di Rumah Makan
Kelurahan Andalas Kecamatan Padang Timur.” Jurnal Kesehatan
Andalas 4(3): 845–49.
Lado, Ronaldo Yunus, Eva Runi Kristiani, and Heni Febriani. 2020. “Analisis
Higiene Sanitasi Dan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada
Peralatan Makan (Piring) Di Warung Lesehan Pada Wilayah

35
8

Babarsari.” Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati 5(1): 20.


Marissa, Nelly, and Aya Yuriestia Arifin. 2014. “Higienitas Peralatan Makan
Berdasarkan Keberadaan Salmonella Sp. Di Warung Makan Kota
Banda Aceh.” Journal of Biological Sciences 1(1): 9–16.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/sel/article/view/4683/4
179.
Notoatmodjo, S. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.” Rineka Cipta.
Prasetyo, Irwan. 2012. “Deteksi Bakteri Coliform Pada Minuman Susu Yang
Dijual Pedagang Kaki Lima Di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
Patrang Kabupaten Jember.”
http://wdwisuryanto.staff.ipb.ac.id/2010/06/22/123-kata-.
Sa’diyah, Aminatus et al. 2019. Dasar-Dasar Mikrobiologi Dan Penerapannya.
Sari, Made Ayu Purnama, Tri Umiana Soleha, Novita Carolia, and Khairun Nisa.
2019. “Identifikasi Bakteri Coliform Dan Escherichia Coli Pada
Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Bandar Lampung.” Medula
9.1.1(1): 107–14.
Sunarti, RN. 2015. “Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode
MPN.” Jurnal Bioilmi 1(978-60251349-1–3): 342.

Anda mungkin juga menyukai