Anda di halaman 1dari 26

UJI MIKROBIOLOGIS PADA BERBAGAI JENIS AIR MINUM

ABSTRAK
Air sangatlah esensial bagi manusia. Manusia harus meminum air untuk
memperpanjang dan mempertahankan kehidupan. Tedapat banyak cara untuk
mendapatkan air minum. Namun tidak semua memenuhi standar yang ditetapkan
WHO dan KEMENKES, terutama dari aspek mikrobiologi. Bakteri tersering yang
dapat mencemari air minum adalah E.coli dan Coliform. Keduanya merupakan
penyebab tersering dari gastroenteritis dan juga menjadi standar untuk menilai
kualitas air minum dari aspek mikrobiologi. Peneliti menggunakan metode MPN
(Most Probable Number) untuk mengidentifikasi bakteri tersebut. Hasil yang
didapatkan adalah air minum kemasan bermerk dan air minum rebusan memenuhi
standar kualitas air minum (tidak mengandung Coliform dan E.coli), sedangkan
air minum yang didapat dengan filtrasi dan proses reverse osmosis tidak
memenuhi standar (mengandung Coliform dan E.coli).

Kata Kunci : Coliform, E.coli dan MPN

i
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian............................................................................................3

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

A. Landasan Teori...............................................................................................5

B. Bakteri Yang Menjadi Parameter Pemeriksaan..............................................5

C. Pemeriksaan Air Minum.................................................................................8

D. Interpretasi Hasil Uji......................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..........................................................................................12

B. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................12

C. Sampel..........................................................................................................12

D. Alat Dan Bahan............................................................................................12

E. Cara Kerja Penelitian....................................................................................13

ii
BAB IV..................................................................................................................16

A. Hasil Uji Praduga (Presumtive Test)............................................................16

B. Hasil Uji Konfirmasi....................................................................................17

C. Pembahasan..................................................................................................18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................20

A. Kesimpulan...................................................................................................20

B. Keterbatasan Penelitian................................................................................20

C. Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang esensial bagi manusia, membentuk tidak
kurang dari 70% komponen tubuh manusia, yang menunjukan signifikannya peran
air bagi manusia. Kekurangan cairan bisa berdampak buruk bagi manusia, mulai
dari kehilangan fungsi kognitif secara sementara hingga secara permanen, bahkan
kematian. Manusia memiliki sebuah mekanisme untuk melepaskan cairan dalam
tubuhnya melalui fungsi ekskresi. Untuk mengimbanginya, dibutuhkan intake
cairan yang memadai untuk menyeimbangkan cairan yang dikeluarkan tubuh.
Mengingat betapa esensialnya air bagi manusia, air minum yang dikonsumsi
harus memiliki standar yang ditentukan. Sehingga air minum yang dikonsumsi
tidak menjadi sarana penyebaran penyakit infeksi. Air minum yang sehat
memiliki beberapa kriteria, secara makroskopis antara lain tidak berbau, tidak
berwarna, tidak berasa. Serta dalam aspek yang lebih rinci, kriteria air minum
dinilai dari aspek fisika, kimiawi, radioaktif, dan mikrobiologis.
Untuk mendapatkan air yang bisa untuk diminum adalah hal yang berbeda. Di
Indonesia, air yang didapat lewat air sumur atau PAM masih harus diproses
terlebih dahulu sebelum bisa diminum, seperti direbus terlebih dahulu. Tidak
sedikit pula yang berinovasi untuk mempersingkat langkah untuk memproses air
minum yang berasal dari sumur atau PAM tersebut. Air minum dalam kemasan
juga dapat menjadi pilihan bagi masyarakat, teknik lain untuk mendapatkan air
minum seperti teknik filtrasi dan teknik reverse osmosis.
Hubungan antara kandungan mikrobiologi dalam air minum terhadap
insidensi diare akut akibat infeksi cukup tinggi, karena, air minum yang
dikonsumsi akan melewati sistem pencernaan yang bisa menyebabkan seseorang
terjangkit diare akut maupun kronis. Merujuk pada Liebelt, 5% kunjungan pasien
ke bagian pediatri diakibatkan oleh diare akut akibat infeksi. Tidak semua diare
selalu berhubungan dengan infeksi, namun kita tidak bisa mengesampingkan
kemungkinan adanya bakteri patogen yang masuk melalui saluran pencernaan

1
yang diakibatkan dari air minum yang terkontaminasi bakteri.
Air yang diminum dapat tercemar oleh bakteri patogen bagi manusia. Rata-
rata 5% dari pasien anak-anak yang mengunjungi rumah sakit datang dengan
diagnosis gastroenteritis akut,dan 10% pasien pediatri yang dirawat diakibatkan
oleh hal yang sama. Oleh karena itu, uji mikrobiologi mampu menjadi sebuah
solusi untuk tindakan preventif terhadap kejadian gastroenteritis akut.
Air minum yang akan diteliti adalah air minum dalam kemasan (Merek X),
air minum yang direbus, air minum yang melalui proses filtrasi (Merek Z), dan air
minum yang melalui proses reverse osmosis. Air minum dalam kemasan diteliti
karena mudah didapatkan dan merupakan opsi utama masyarakat dalam memilih
air minum.
Sedangkan pada air minum yang direbus, diteliti karena metode ini mudah
dilakukan dan sudah diterapkan masyarakat sejak lama, dan jika mengacu pada
teori, maka proses ini dapat membunuh bakteri yang terdapat di dalam air minum.
Pada air minum hasil filtrasi (Merek Z) diteliti karena maraknya penjualan air
minum tersebut namun belum mendapat sertifikasi dari BPOM. Sedangkan air
minum hasil revese osmosis diteliti karena maraknya berbagai alat reverse
osmosis yang dijual guna mendapatkan air minum yang dapat diminum.
Uji mikrobiologis dapat mengidentifikasikan bakteri yang mampu mencemari
dan bersifat patogen pada manusia. Hal tersebut menjadi esensial, hal ini
disebabkan penyebab diare akut yang memiliki onset tercepat disebabkan oleh
infeksi bakteri, oleh karena itu, pada titik inilah penulis memilih untuk melakukan
penelitian dengan uji mikrobiologis.
Data dari UNICEF menyatakan bahwa pada pada tahun 2012, dari 130.000
kematian BALITA di Indonesia, 25% dari jumlah tersebut disebabkan oleh diare
yang tidak ditangani dengan baik. Menghindari minuman yang kurang higienis
bisa menjadi sebuah langkah preventif yang efektif untuk menghindari penyakit
diare.
Bakteri yang diutamakan dalam setiap guideline dan KEMENKES sendiri
adalah bakteri Eschericia coli dan Coliform, karena bakteri ini mampu
menginvasi usus manusia dan menyebabkan malabsorpsi, diare dan disentri.

2
Sesuai dengan standar yang diterapkan oleh WHO dan KEMENKES, setiap 100
ml sampel air minum yang diperiksa, kadar maksimal bakteri total Coliform dan
Eschericia coli dalam sampel tersebut adalah nol.
Peneliti akan melakukan pemeriksaan uji mikrobiologis pada air minum
dengan teknik MPN (Most Probable Number). Uji ini dilakukan untuk
mengidentifikasi bakteri Coliform dan Eschericia coli. Dilakukan dengan melalui
dua tahap, tahap praduga dan konfrimasi. Hal ini dilakukan untuk bisa
menentukan jenis air minum yang layak dikonsumsi.
Alasan peneliti menggunakan metode MPN adalah dikarenakan tahapannya
yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya banyak. Selain itu, metode MPN
dapat mendeteksi Coliform yang merupakan penyebab utama dari insiden
gastroenteritis akut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kualitas air minum yang berada di masyarakat dari aspek
mikrobiologis?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kualitas mikrobiologis dari
berbagai jenis air minum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perbedaan kualitas mikrobiologis
b. Mengidentifikasi bakteri pencemar air minum yang diuji

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menjadi pengalaman bagi peneliti dan sarana menuntut ilmu
b. Bermanfaat untuk memilih air minum yang akan dikonsumsi
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu memilih air minum yang sesuai dengan standar WHO

3
dan KEMENKES.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kualitas Air Minum Secara Mikrobiologis
Uji mikrobiologis adalah salah satu kriteria untuk menentukan kualitas
air minum. Jika merujuk pada standar uji mikrobiologis pada air minum,
maka setiap air minum tidak diperkenankan mengandung bakteri apapun.
Menurut WHO maupun KEMENKES, bakteri Coliform dan Eschericia coli
merupakan standar utama untuk uji mikrobiologi terhadap air minum
sekaligus menjadi penyebab tersering infeksi saluran gastrointestinal.

B. Bakteri Yang Menjadi Parameter Pemeriksaan


1. Bakteri Coliform
Coliform merupakan golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator
polusi pada saluran pencernaan. Pada awalnya, Coliform digunakan sebagai
indikator terhadap bakteri Eschericia coli. Oleh karena itu, hingga terdapat
pemeriksaan serologis spesifik terhadap bakteri Eschericia coli, bakteri
Coliform dapat dianggap sebanding dengan Eschericia coli.
Penyebab tingginya angka insidensi penyakit diare bisa disebabkan oleh
infeksi pada sistem pencernaan. Penyebab tersering infeksi pada saluran
pencernaan disebabkan oleh bakteri Eschericia coli dan juga Coliform, yang
merupakan salah satu indikator mikroorganisme dalam menentukan kualitas
air minum. Eschericia Coli merupakan salah satu penyebab tersering dari
penyakit diare yang disebabkan oleh infeksi patogen, begitu pula dengan
bakteri Coliform.
Pada sebuah penelitian di Iran, menunjukan bahwa insiden tertinggi
penyebab terjadinya diare pada anak usia di bawah satu tahun adalah
Shigella.sp (26.7%), diikuti oleh ETEC (18.9%) dan EAEC (16.6%).
Sedangkan peringkat selanjutnya diisi oleh bakteri EPEC (12.6%),
Campylobacter (10.8%), Salmonella (7.6%), dan terakhir adalah ETEC

5
(6.8%). Akibat diare yang berkepanjangan, penderita bisa mengalami
dehidrasi berat yang menimbulkan kematian bila tidak segera ditangani.
Pencegahan merupakan salah satu langkah terbaik yang bisa dilakukan salah
satunya dengan menjauhi faktor risiko seperti menjauhi makanan/minuman
yang mengandung mikroorganisme patogen.
Bakteri Coliform merupakan flora normal pada saluran pencernaan
manusia, bakteri ini muncul sejak mulai dimasukkannya makanan ke dalam
saluran pencernaan. Pada dewasa, flora normal pada usus manusia, 96%
dihuni oleh bakteri anaerob, seperti spesies Bacteriodes, spesies
Fusobacterium, serta Lactobacilli anaerob. Sisa 1-4% dihuni oleh bakteri
fakultatif aerob, seperti Coliform Gram negatif, Enterococcus,
Pseudomonas dan organisme anaerob lainnya. Coliform sendiri sering
digunakan sebagai indikator untuk menentukan Homeothermic Fecal
Contamination, yang diukur lewat total Coliform pada sampel. Hal ini
disebabkan hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa terdapat korelasi
kuat antara meningkatnya kadar Coliform pada kontaminasi feses pada
hewan.
Bakteri Coliform bersifat Gram negatif, sehingga jika dilihat dengan
pewarnaan Gram akan berwarna merah. Sedangkan sifat lainnya yang khas
adalah kemampuan bakteri tersebut untuk memfermentasi laktosa pada suhu
35-37°C.

2. Bakteri Eschericia coli


Seperti halnya Coliform, Eschericia coli juga termasuk flora normal
dalam usus. Sehingga akan ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan pada
feses. Eschericia coli yang berada di dalam usus tidak akan menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia, namun pada situasi tertentu, bakteri ini
akan bersifat patogen. Contohnya pada kasus Immunodeficiency, atau jika
terdapat ledakan populasi bakteri Eschericia coli di dalam saluran
pencernaan. Bakteri Eschericia coli sendiri terdiri dari beberapa jenis, antara
lain :

6
a. ETEC (Entero Toxigenic Escherichia coli)
b. EHEC (Entero Hemorhhagic Escherichia coli)
c. EIEC (Entero Invasive Escherichia coli)
d. EPEC (Entero Pathogenic Escherichia coli)
e. EAEC (Entero Aggregative Escherichia coli)
Komponen dari bakteri Eschericia coli, terdapat cell envelope dan
lipopolisakarida yang menghasilkan endotoksin yang mampu memberikan
manifestasi klinis yang jelas pada manusia. Endotoksin tersebut berikatan
pada protein plasma yang nantinya akan mengaktifkan sistem imun untuk
mengeluarkan sitokin pro inflamasi dan menimbulkan manifestasi infeksi
sistemik berupa demam, malaise, hipotensi, serta leukopenia. Jika bakteri
tersebut masuk ke dalam usus manusia, maka endotoksin yang dihasilkan
akan membuat aktivitas nikotinamid adenin dinukleotid pada usus sehingga
meningkatkan kadar siklik AMP yang menyebabkan sekresi berlebih anion
klorida ke dalam lumen usus disertai air, sehingga kepadatan feses akan
menurun dan terjadilah diare.
Sedangkan pada bakteri invasif seperti EHEC dan EIEC, mampu
berkoloni dan menginvasi usus manusia, sehingga menyebabkan nekrosis
hingga ulkus pada mukosa usus. Kerusakan yang menembus hingga
pembuluh darah menyebabkan feses yang keluar tidak hanya berupa cairan,
namun juga darah. Selain itu, disebabkan adanya invasi pada mukosa usus
menyebabkan rasa nyeri pada bagian abdomen penderita, dan dengan
banyaknya darah yang keluar, bisa berkomplikasi pada anemia, bahkan
kematian.
Bakteri Eschericia coli dan Coliform lainnya yang menjadi standar dari
kualitas air minum yang berasal dari KEMENKES, merupakan flora normal
yang berada di usus manusia. Di dalam usus, bakteri tersebut akan
bersimbiosis mutualisme dengan manusia, dan bakteri Eschericia coli akan
juga dikeluarkan oleh manusia berbarengan dengan feses, sehingga tidak
akan terjadi populasi berlebih Eschericia coli pada usus. Sebab, populasi
yang berlebih menjadi salah satu syarat suatu mikroorganisme bisa

7
menginfeksi manusia, bahkan mikroorganisme yang bersifat flora normal.

C. Pemeriksaan Air Minum


Pemeriksaan uji air minum cukup bervariasi. Terdapat Uji MPN (Most
Probable Number), uji biokimia air, dan uji serologis PCR. Uji MPN (Most
Probable Number), metode yang akan digunakan untuk proses penelitian ini
merupakan metode standar yang biasa digunakan untuk menguji kualitas air.
Metode ini menggunakan media kultur spesifik dan teknik isolasi dengan
peningkatan suhu untuk mendeteksi Coliform serta Eschericia coli. Metode ini
juga akan menggunakan dua tahap, tahap praduga dan tahap konfirmasi, dimana
tahap praduga untuk mendeteksi Coliform dengan menggunakan media Lactose
broth yang diinkubasi dengan suhu 37°C selama 48 jam. Sedangkan tahap
konfirmasi untuk memastikan kondisi air minum tersebut serta mendeteksi secara
spesifik bakteri Eschericia coli, dengan menanam sampel yang positif pada agar
EMB dan agar Mac Conkey.
Uji mikrobiologis dengan metode MPN merupakan pemeriksaan sederhana
yang dapat mengidentifikasi bakteri pencemar terhadap air minum. Penelitian ini
tidak membutuhkan teknik yang sulit dan cenderung mudah untuk dilakukan,
metode ini juga dapat dijadikan percobaan yang memenuhi kualifikasi dari WHO
maupun KEMENKES. Kelemahan metode ini adalah tidak dapatnya
mengidentifikasi secara spesifik bakteri yang mencemari sampel. Hal ini
dikarenakan Lactose broth yang digunakan juga mampu menjadi media untuk
fermentasi bakteri Gram negatif lainnya. Sehingga, tingkat spesifitasnya tidak
maksimal.
Uji lainnya yang bisa digunakan adalah uji biokimia, dengan menilai
kemmapuan bakteri dalam memfermentasi berbagai jenis gula, baik itu
fruktosa,laktosa dan sukrosa. Uji ini bisa mempertegas bakteri yang
teridentifikasi, seperti pada bakteri Coliform yang mampu memfermentasikan
laktosa.
Uji lainnya adalah menggunakan uji serologis seperti PCR. Uji ini sangatlah
spesifik dan sensitif untuk menentukan bakteri yang teridentifikasi. Sehingga,

8
risiko yang dapat terjadi pada penelitian ini dapat diatasi.
1. Pengaruh Bakteri Pada Saluran Gastrointestinal
Menurut Marcellus, diare adalah suatu kondisi dimana saat melakukan
proses defekasi, feses yang dihasilkan berbentuk cair atau setengah cair, dan
kandungan air di dalam feses tersebut >200 ml/24 jam dan disertai frekuensi
yang lebih dari 3 kali/24 jam. Dari segi onsetnya, diare dibagi menjadi diare
akut dan kronik, diare akut sendiri jika terjadinya diare dengan rentang
waktu <3 hari. Sedangkan diare kronik jika terjadinya dalam rentang waktu
>14 hari.
Diare yang menjadi masalah terbanyak yang disebabkan bakteri
Eschericia coli dan Coliform sendiri sesungguhnya tidak hanya disebabkan
oleh infeksi saja. Pada banyak kasus, diare disebabkan karena ketidak
mampuan usus untuk menyerap suatu jenis makanan,sehingga nantinya usus
akan menyerap air, sehingga akan terjadi diare. Mikroorganisme yang
menyerang usus juga bisa menyebabkan diare, baik lewat proses inflamasi
maunpun tidak, ada beberapa mikroorganisme yang mengeluarkan toksin
namun tidak menginflamasi usus seperti jenis Cholera.

D. Interpretasi Hasil Uji


Tabel
Parameter Mikrobiologi Hasil Ketetapan KEMENKES

Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang


Diperbolehkan
Parameter Mikrobiologi :
1. Eschericia coli Jumlah per 100 ml 0 Sampel
2. Total Coliform Jumlah per 100 ml 0 Sampel

9
Tabel
Definisi Operasional

No. Variabel Peneltitian Definisi Cara pengukuran


1. Air minum Menggunakan 4 jenis air
minum :
a. Air minum kemasan 600
ml (Merek X)
b. Air minum hasil
perebusan
c. Air minum hasil filtrasi
dari galon 1,5 L (Merek
Z)
d. Air minum
hasil reverse osmosis
(Merek Y)

2. Uji mikrobiologis Menggunakan Lactose Mengukur Coliform


(presumptive test) Broth dari gelembung yang
terdapat pada tabung
Durham
3. Pewarnaan Gram Melakukan pewarnaan Melihat morfologi
Gram pada tabung yang bakteri dan sifat
bernilai positif bakteri pada setiap
tabung yang bernilai
positif
4. Uji mikrobiologis (uji Menanam pada EMB dan Melihat adanya
konfirmasi) Mac Conkey agar koloni bakteri yang
tumbuh pada media
agar EMB dan Mac
Conkey

10
5. Pewarnaan Gram Melakukan pewarnaan Gram Melihat morfologi
pada koloni bakteri yang bakteri yang tumbuh
tumbuh pada EMB dan Mac
Conkey melihat sifat
bakteri tersebut

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan adalah desain deskriptif dengan menggunakan
multiple tube method.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian


Laboratorium mikrobiologi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta selama masa pre-
klinik

C. Sampel
1 Air minum kemasan “Merek X” 2 botol 600 ml
2 Air minum yang berasal dari hasil rebusan yang berasal dari air PAM
3 Air minum yang berasal dari hasil filtrasi reverse osmosis “Merek Y” 700
ml
4 Air minum yang di alkalinisasi dan proses filtrasi “Merek Z” galon 1,5

D. Alat Dan Bahan


1. Alat
a. Tabung Durham 30 buah
b. Tabung reaksi 30 buah
c. Pipet tetes 2 buah
d. Inkubator 1 buah
e. Bunsen 2 buah
f. Autoklaf 1 buah
g. Rak tabung 2 buah
h. Jarum ose 2 buah
i. Thermometer 2 buah
j. Gelas steril 10 buah

12
2. Bahan
a. Larutan Lactose Broth
b. Mac Conkey agar
c. EMB agar
d. Spiritus

E. Cara Kerja Penelitian


1. Pengambilan Sampel
a. Air Minum Dalam Kemasan
1) Mempersiapkan gelas steril atau botol polypropylene
2) Membuka tutup botol yang tersegel
3) Menuangkan sampel ke dalam gelas steril (yang diambil adalah air
minum porsi tengah, bagian atasnya dibuang dengan cara penuangan
diteruskan hingga pengambilan sampel selesai)
4) Simpan di tempat yang steril (sampel tidak boleh didiamkan >24 jam
setelah pengambilan)

b. Air Minum Hasil Rebusan


1) Mempersiapkan gelas steril atau botol polypropylene
2) Mempersiapkan ceret yang telah disterilisasi, yang akan
digunakan untuk merebus air
3) Mensterilkan ujung keran tempat air akan diambil
4) Memasukkan air yang berasal dari keran yang telah disterilkan ke
dalam ceret
5) Merebus air hingga matang pada suhu 100°C selama 5 menit
6) Mensterilkan tempat keluarnya air dari ceret
7) Menuangkan sampel dengan porsi tengah (diambil adalah air minum
porsi tengah, bagian atasnya dibuang dengan cara penuangan
dteruskan hingga pengambilan sampel selesai) ke gelas steril
8) Simpan di tempat yang steril (sampel tidak boleh didiamkan >24 jam
setelah pengambilan)

13
c. Air Minum Hasil reverse osmosis
1) Mempersiapkan gelas steril atau botol polypropylene
2) Mensterilkan ujung keran tempat air akan diambil
3) Mensterilkan muara tempat keluarnya air dari alat reverse osmosis
4) Memasukkan air yang berasal dari keran yang telah disterilkan ke
dalam alat
5) Menunggu hingga proses reverse osmosis telah selesai
6) Mensterilkan muara keluarnya air dari alat reverse osmosis
7) Menuangkan sampel dengan porsi tengah (yang diambil adalah air
minum porsi tengah, bagian atasnya dibuang dengan cara penuangan
dteruskan hingga pengambilan sampel selesai) ke gelas steril
8) Simpan di tempat yang steril (sampel tidak boleh didiamkan >24 jam
setelah pengambilan)

d. Air Minum Hasil Filtrasi


1) Mempersiapkan gelas steril atau botol polypropylene
2) Memasukkan air PAM kedalam mesin filtrasi
3) Menunggu hingga proses filtrasi selesai
4) Mensterilkan muara tempat keluarnya air dari alat filtrasi
5) Menuangkan sampel dengan porsi tengah (yang diambil adalah air
minum porsi tengah, bagian atasnya dibuang dengan cara penuangan
dteruskan hingga pengambilan sampel selesai) ke gelas steril
6) Simpan di tempat yang steril (sampel tidak boleh didiamkan >24 jam
setelah pengambilan)

2. Langkah Kerja Penelitian


a. Langkah Kerja Tahap Praduga
1) Melepaskan tutup segel pada air minum kemasan
2) Mengaduk air minum hingga mencapai kadar bakteri yang homogen
3) Menggunakan gelas ukur steril 10 ml, mengambil Lactose broth
4) (presumptive broth) sebanyak 10 ml ke masing-masing tabung yang

14
berisi (rak satu)
5) Menggunakan mikropipet, mengambil Lactose Broth sebanyak 0,1
ml dan 1 ml ke dalam kelompok rak dua dan tiga
6) Menggunakan gelas ukur steril, dan mengambil sampel dan
memasukkan sampel sebanyak 10 ml ke dalam tabung yang berisi
Lactose broth (presumptive broth) yang terisi 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml
7) Melakukan proses inkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam
8) Mengidentifikasi adanya gelembung pada tabung Durham
9) Jika hasilnya negatif, maka mengaduk tabung kembali untuk
memastikan hasilnya
10) Jika setelah diaduk, terdapat gelembung, maka hasil positif untuk
11) Presumptive test coliform, kemudian mencatat hasil pada table
12) Mencatat pada tabel dan membandingkan dengan tabel MPN, hasil
MPN akan menunjukan kadar bakteri coliform
13) Hasil presumptive test yang bernilai positif dilanjutkan ke uji
konfirmasi

b. Langkah kerja tahap konfirmasi


1) Menyiapkan agar Mac Conkey dan EMB masing-masing satu setiap
sampel
2) Menggunakan ose jarum yang dipanaskan, mengambil sampel pada
tabung yang positif pada dan menanamnya pada masing-masing agar
3) Menginkubasi pada inkubator selama 1 x 24 jam.
4) Setelah 24 jam,mengeluarkan agar dari inkubator dan mengamati
hasilnya
5) Jika hasilnya terdapat bakteri yang tumbuh dalam media agar
tersebut, maka melakukan pewarnaan Gram pada bakteri yang
tumbuh
6) Mengamati hasil pewarnaan Gram pada mikroskop
7) Jika pada pengamatan mikroskop terdapat hasil Gram negatif batang
pendek, maka bisa dikonfirmasi bahwa bakteri yang tumbuh

15
merupakan Eschericia Coli

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Praduga (Presumptive test)


Hasil Uji Praduga yang tercantum berikut berasal dari empat jenis air
minum yang berbeda sumbernya. Sampel didapatkan dari air minum
kemasan, air minum hasil rebusan, air minum reverse osmosis, serta air
minum dari hasil filtrasi. Penelitian menggunakan metode MPN dan
dilakukan secara
Tabel
Hasil Uji Penduga

Sampel 0,1 ml 1 ml 10 ml
Air Minum kemasan 0 0 0
Air minum filtrasi 4 0 0
Air minum Rebusan 0 0 0
Air minum reverse osmosis 5 1 0

Kesimpulan bahwa hasil MPN yang didapat untuk air minum dalam
kemasan adalah 0 (nol), yang menandakan bahwa tidak terdapat bakteri
Coliform dan Eschericia coli dalam air minum tersebut. Hal yang sama pada
air minum hasil rebusan yang pada pemeriksaan MPN juga menunjukan hasil
serupa dengan air minum kemasan “Merek X”.
Pada air minum reverse osmosis “Merek Y”, didapatkan hasil tabung
yang positif pada tabung dengan konsentrasi LB 1 ml dan 0,1 ml sebanyak
masing-masing satu tabung dan 5 tabung. Jika dicocokan dengan tabel MPN
akan didapatkan 11 bakteri/100 ml sampel air. Sedangkan pada air minum
filtrasi “Merek Z” didapatkan tabung yang bernilai positif pada tabung yang
berkonsentrasi 0,1 ml sebanyak empat buah. Yang jika dicocokan dengan
tabel MPN menandakan bahwa terdapat 7,2 bakteri/100 ml air sampel.
Dari hasil penelitian dan pencocokan tabel MPN. Disimpulkan bahwa

17
pada air minum yang berasal dari reverse osmosis dan air minum hasil filtrasi,
terdapat bakteri coliform yang masing-masing sebanyak 11 bakteri/100 ml
sampel dan 7,2 bakteri/100 ml sampel. Untuk menghindari hasil positif palsu,
pada tabung yang telah dinyatakan positif, sebelum dilakukan uji konfirmasi,
dilakukan pewarnaan Gram terlebih dahulu guna memastikan bahwa hasil
yang didapat bukan positif palsu.
Dari kedua hasil pewarnaan Gram tersebut, bisa disimpulkan bahwa dari
kedua sampel tersebut mengandung bakteri Gram negatif, yang menunjukan
bahwa uji praduga valid. Bakteri yang teridentifikasi menandakan bakteri
Coliform yang teridentifikasi dengan bentuk batang Gram negatif dan
terdapat dalam air minum. Diperlukan uji konfirmasi untuk memberikan hasil
yang lebih spesifik terhadap bakteri yang teridentifikasi.

B. Hasil Uji Konfirmasi


Tabung yang bernilai positif pada Uji praduga akan dilanjutkan pada uji
konfirmasi. Uji konfirmasi yang dilakukan adalah dengan penanaman bakteri
pada media agar EMB serta agar Mac Conkey. Kedua agar ini adalah media
pembiakan spesifik untuk bakteri Eschericia coli. EMB agar bisa digunakan
sebagai media spesifik karena terdapat Eosin dan Methylene blue
Bisa disimpulkan dari hasil penanaman pada agar Mac Conkey, bahwa
koloni yang tumbuh berasal dari sampel air minum yang dilakukan secara
reverse osmosis. Mac Conkey agar dapat digunakan untuk mengembangkan
bakteri Eschericia coli. Mac Conkey merupakan salah satu media selektif
untuk bakteri Eschericia coli. Sedangkan pada air minum yang di alkalinisasi
tidak didapatkan bakteri yang tumbuh. Jika menilik pada hasil uji praduga
sebelumnya yang bernilai positif. Maka bisa disimpulkan bahwa bakteri yang
berada pada air minum yang dialkalinisasi adalah bakteri Coliform selain
Eschericia coli. Untuk memastikannya, akan dilakukan kembali pewarnaan
Gram pada koloni bakteri yang tumbuh pada agar Mac Conkey
Dari hasil penanaman dari pada agar EMB tersebut, dapat disimpulkan
bahwa bakteri Eschericia coli hanya tumbuh dari sampel yang berasal dari air

18
minum hasil filtrasi reverse osmosis “Merek Y” dan berwarna kilat logam.
Pada pewarnaan Gram tersebut. Didapatkan bakteri Gram negatif yang
berbentuk seperti batang pendek yang berwarna merah. Dengan hasil
pewarnaan serta tumbuhnya koloni bakteri tersebut pada jenis agar tersebut.
Bisa disimpulkan bahwa koloni bakteri yang terbentuk kemungkinan besar
adalah bakteri Eschericia coli. Untuk memastikan bakteri tersebut, diperlukan
uji lainnya seperti uji biokimia atau VITEX.

C. Pembahasan
Pada penelitian ini, bisa disimpulkan bahwa air minum yang didapatkan
dengan cara filtrasi dan air minum berasal dari PAM yang diproses dengan
reverse osmosis mengandung bakteri Coliform dan Eschericia coli.
Alat reverse osmosis “Merk Y”, peneliti menggunakan air yang berasal
dari PAM dan dilanjutkan dengan proses reverse osmosis. Oleh karena itu,
teridentifikasinya bakteri Coliform dan Eschericia coli bisa disebabkan oleh
tercemarnya air dari PAM.
Pada air minum yang dilakukan proses perebusan hingga 100°C,
didapatkan hasil dimana air minum tersebut mampu memenuhi syarat air
minum sehat dari WHO maupun KEMENKES dari aspek mikrobiologis.
Hasil ini selaras dengan penelitian oleh Laura Miller dkk di Guatemala,
Clasen TF dkk di India dan Vietnam yang menyatakan bahwa dengan
melakukan teknik perebusan air sebelum diminum mampu meningkatkan
kualitas air minum. Walaupun pada penelitian mereka tidak menyatakan
keberhasilan sempurna.
Namun didugdidapatkannya bakteri pada penelitian mereka dikarenakan
wadah yang tidak steril dalam menyimpan air yang telah direbus. Pada air
minum yang dilakukan proses filtrasi, didapatkan hasil Coliform yang positif
pada presumptive test, namun tidak didapatkan bakteri Eschericia coli karena
tidak tumbuh pada media selektif seperti EMB dan Mac Conkey. Masih ada
kemungkinan bahwa bakteri yang tumbuh bukanlah bakteri Coliform dan
Eschericia coli. Pada EMB, bakteri Gram negatif dengan bentuk batang

19
masih dapat tumbuh. Sedangkan pada agar Mac Conkey, berbagai bakteri
Gram negatif yang berbentuk batang dan mampu meragi lakotsa seperti
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella sp dapat tumbuh dan bersifat patogen.
Dibutuhkan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk menentukan bakteri
Eschericia coli sepertiuji biokimia peragian gula atau uji mikrobiologis
seperti PCR, dan VITEX.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Air minum dalam kemasan dan air minum hasil rebusan memenuhi standar
kualitas air minum dari aspek mikrobiologis
2. Air minum hasil reverse osmosis dan filtrasi mengandung bakteri Coliform
dan Eschericia coli sehingga disarankan untuk melakukan proses perebusan
sebelum dikonsumsi
3. Terdapat perbedaan kualitas mikrobiologis antara ke empat jenis air minum
yang diteliti

B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan lainnya adalah peneliti tidak mendapatkan informasi
tentang pengelolaan air minum pada sampel air minum dengan proses filtrasi.
Diharapkan, pada penelitian selanjutnya dapat menggali informasi tentang
pengelolaan air minum tersebut

C. Saran
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan topik serupa,
mempersiapkan dana dan menggunakan metode yang dianjurkan oleh WHO.
Dengan metode yang digunakan oleh peneliti sekarang, rentan
mendapatkan hasil positif palsu pada tabung yang berisi Lactose broth 0,1 ml
dan 1 ml. Hal ini disebabkan oleh mudahnya udara masuk ke dalam tabung
dan sulit untuk dikeluarkan saat proses penelitian. Selain itu, peneliti juga
menyarankan untuk mengambil sampel yang lebih banyak dari jenis air
minum yang lebih bervariasi, maka hasil yang didapat akan lebih spesifik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Barry M.P, Kristen E.D, Irwin H.R, Water, Hydration, and health, August 2010,
available from NIH public access

Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,et. al
Harrison’s principle of internal medicine. 18th edition, New York : McGraw
Hill; 2012

Gerard J Tortora, Bryan Derrickson. Principles of Anatomy and Physiology 12 th


edition. Phoenix : John Wiley&Sons, Inc : 2009

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Buku ajar Gastroenterogi-hepatologi, Jakarta,


IDAI, 2012

Jafari F, Garcia Gil LJ, Salmanzadeh-Ahrabi, Shokrzadeh L, Aslani MM,


Pourhoseingholi MA, Derakhsan F, Zali MR. Diagnosis and prevalence of
enteropathogenic bacteria in children less than 5 years of age with acute
diarrhea in Tehran children’s hospital. 2009.

KEMENKES [Internet], Indonesia, [cited 20 August 2014], 2010, from :


http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf

Liebelt EL. Clinical and laboratory evaluation and management of children with
vomiting, diarrhea, and dehydration. Curr Opin Pediatr. Oct 1998

Melita Stevens, Nicholas Ashbolt, David Cunliffe, Australia, Australia


Government of National Health And Medical Research Council

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam, Jakarta, PDSPDI, 2009.

WHO [Internet]. [place unknown], WHO, [cited 22 September 2014],


availablefrom : http://www.who.int/water_sanitation_health/dwq/2edvol3i.p
df

22

Anda mungkin juga menyukai