Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

UJI KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG DI


KECAMATAN NGAMPRAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (NPM)

Disusun oleh:
Nur Syara Yuniansyah
NIM. 3311171144

Dosen Pembimbing:
Soraya Riyanti, S.Si., M.Si., Apt.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul “Uji Kualitas
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
Barat dengan Metode Most Probable Number (NPM)” ini sesuai dengan rencana.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya maka kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Cimahi, 17 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.....................................................................................1


1.2. Identifikasi Masalah.............................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................1
1.4. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan Penelitian....................................................................


3.2. Metode Penelitian................................................................................
3.3. Tahapan Penelitian...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan komponen penting yang akan selalu dibutuhkan oleh
makhluk hidup untuk bertahan hidup. Kehidupan sehari-hari kita sebagai
manusia pun tidak dapat dipisahkan dari air, contohnya air kita gunakan
untuk mandi, mencuci dan yang paling penting adalah untuk konsumsi
(minum) sehari-hari. Oleh karena itu, air harus baik dan bebas dari cemaran-
cemaran dan memenuhi tingkat kualitas tertentu.
Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi kini semakin maju
dan manusia kini cenderung memilih cara yang lebih praktis dan biaya yang
relatif murah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari contohnya dalam
memenuhi kebutuhan air minum yaitu dengan menggunakan air minum isi
ulang. Selain itu, penggunaan air isi ulang ini juga bisa saja dikarenakan
ketersediaan air bersih di lingkungan masyarakat yang tidak memenuhi syarat
sebagai sumber air baku untuk dikonsumsi yang dapat disebabkan oleh
pencemaran baik yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah
industri.
Meningkatnya permintaan masyarakat akan air minum isi ulang ini
diiringi dengan semakin bertambahnya depot air minum isi ulang sehingga
kebutuhan masyarakat akan air minum isi ulang pun terpenuhi. Namun,
masyarakat terkadang lupa bahwa penggunaan air isi ulang untuk dikonsumsi
pun harus mendapat perhatian lebih karena belum adanya standardisasi dalam
peraturan untuk proses pengolahan air sehingga mungkin saja bila kualitas
hasil pengolahan dari beberapa depot tidak sesuai dengan kualitas standard air
minum.
Menurut Kemenkes (2010), air yang harus diminum adalah air yang sehat
yang harus memenuhi persyaratan parameter wajib dan parameter tambahan
dimana di dalamnya dsebutkan bahwa parameter yang berhubungan langsung
dengan kesehatan, yaitu parameter mikrobiologi berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No:492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum, dimana untuk nilai Most Probable Number (MPN) yaitu 0 /
100 ml contoh air yang dianalisis.
Pemilihan depot air minum isi ulang sebagai alternatif air minum ini
dapat memberikan resiko pada kesehatan masyarakat jika tidak dilakukan
dengan bijaksana, yaitu tidak memperhatikan keamanan dan kehigienisannya.
Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa sering ditemukan bakteri-
bakteri patogen dalam air minum isi ulang tersebut, contohnya bakteri
Coliform. Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik untuk
tempat tumbuhnya bakteri.
Meninjau dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan uji kualitas
bakteriologis air minum isi ulang agar dapat memberikan kontribusi informasi
kepada masyarakat sekitar.

1.2. Identifikasi Masalah


1.2.1. Apakah air minum isi ulang yang diuji mengandung bakteri Coliform?
1.2.2. Berapakah nilai Most Probably Number (MPN) air minum isi ulang
tersebut berdasarkan hasil penelitian?
1.2.3. Apakah air minum isi ulang tersebut layak dikonsumsi?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Mengetahui air minum isi ulang yang diuji mengandung bakteri
Coliform atau tidak .
1.3.2. Menetapkan nilai Most Probably Number (MPN) air minum isi ulang
berdasarkan hasil penelitian.
1.3.3. Menetapkan kelayakan air minum isi ulang untuk dikonsumsi.

1.4. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dimulai pada bulan November 2019 dan diteliti di
Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad
Yani (UNJANI) Cimahi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi dari air minum isi ulang kini semakin meningkat. Kehadiran
Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) pada satu sisi mendukung upaya
mewujudkan masyarakat sehat karena memperluas jangkauan konsumsi air bersih,
tetapi pada satu sisi yang lain DAMIU menjadi cenderung bermasalah ketika
dihadapkan dengan kepentingan bisnis. Apalagi jika persaingan antara depo–depo
air minum isi ulang cukup ketat, akibatnya tidak jarang kualitas air minum
menjadi tidak diperhatikan lagi sehingga banyak dilakukan penelitian terkait
dengan pengujian kualitas bakteriologis air minum isi ulang tersebut secara
mikrobiologi untuk mencegah resiko yang dapat membahayakan kesehatan
masyarakat yang dapat disebabkan oleh bakteri patogen yang mungkin ada.
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa pada tahun 2010 presentase
kematian penderita diare di provinsi Lampung, mencapai 33%. Berdasarkan data
situasi epidemiologi kasus diare perkecamatan di kota Bandar Lampung Januari
sampai dengan juli 2013 menunjukan distribusi kasus diare tertinggi terjadi di
kecamatan Sukabumi dengan total kasus 2101 kasus dari 8375 kasus diare yang
terjadi (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung,2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umiati et al tahun 2010 di
wilayah kerja puskesmas Nagosari Kabupaten Boyolali diketahui ada hubungan
bermakna antara kejadian diare dengan jenis sumber air minum dimana hasil
penelitian menunjukkan 61,7% pasien diare berasal dari keluarga dengan sumber
air minum tidak terlindung (Umiati dkk., 2010).
Untuk menjamin kesehatan lingkungan dengan tersedianya air berkualitas
baik, pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI), yang menyatakan air yang harus diminum adalah air yang sehat
yang harus memenuhi persyaratan parameter wajib dan parameter tambahan
dimana di dalamnya dsebutkan bahwa parameter yang berhubungan langsung
dengan kesehatan, yaitu parameter mikrobiologi berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No:492/Menkes/Per/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum, dimana untuk nilai Most Probable Number (MPN) yaitu 0 /
100 ml contoh air yang dianalisis.
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan. Pemeriksaan
secara mikrobiologi baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran air secara mikrobiologi, umumnya
ditunjukkan pada kehadiran bakteri Coliform. Bakteri Coliform adalah bakteri
indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Semakin sedikit kandungan bakteri
Coliform artinya kualitas air semakin baik (Nisak dkk, 2012).
Metode penelitian yang sering digunakan untuk pengujian ini adalah metode
Most Probable Number (MPN).
Berdasarkan penelitian Uji Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Blora yang dilakukan oleh Lidya Ayu (2010), terdapat 96% air produk
depo air minum isi ulang tidak terkontaminasi bakteri coliform sedangkan 4%
terkontaminasi bakteri coliform sehingga dapat disimpulkan bahwa air minum isi
ulang di Kabupaten Blora masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
Hasil dari sanitasi dan higienitas depo air minum isi tersebut menunjukkan 24
depo air minum dengan hasi uji bakteriologis baik sudah memenuhi syarat sanitasi
dan higienitas sedangkan 1 depo air minum isi ulang, belum memenuhi syarat dari
sanitasi dan higienitas depo air minum. Sanitasi dan higienitas dari depo air
minum isi ulang, dapat berpengaruh terhadap ada tidaknya bakteri coliform dalam
air minum isi ulang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Riri Novita di sekitar Kampus UIN
Raden Fatah Palembang (2016), menunjukkan bahwa semua sampel tidak layak
dikonsumsi karena terdapat bakteri Escherichia coli dan Coliform non fekal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adanya kontaminasi bakteri coliform
dalam air minum isi ulang, diantaranya:
1. Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan sehingga
mempengaruhi kualitas sumber air baku yang digunakan.
2. Kurang memperhatikan pentingnya sanitasi lingkungan yang baik.
3. Adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan.
4. Tempat penampungan kurang bersih.
5. Proses pengolahan kurang optimal.
6. Adanya kontaminasi dari galon yang tidak disterilisasi.
7. Kurang memperhatikan kebersihan di sekitar Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU).
8. Kurang memperhatikan dan rutin membersihkan peralatan depo air minum
9. Tidak adanya uji rutin untuk memeriksakan kelayakan produksi air minum isi
ulang.
Parameter kualitas air minum tidak hanya selalu berdasarkan ada tidaknya
bakteri coliform karena terdapat pula penelitian yang menggunakan parameter
lain.
Seperti penelitian Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukolilo
Surabaya Ditinjau dari Perilaku dan Pemeliharaan Alat yang dilakukan oleh
Manuel Deddy (2013), yaitu dengan menggunakan batasan parameter Total
Dissolve Solid (TDS), kekeruhan, warna dan Total Coliform. Dalam penelitian ini
analisa kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat turbidimeter dan aquadess
sebagai blanko dalam pengujian. Analisa warna dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometer dengan panjang gelombang 390 nm dan aquadess sebagai
blanko pada saat pengujian. Sedangkan analisa total coliform pada penelitian ini
dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN). Hasilnya, terdapat 4
depot dengan kriteria baik dalam perilaku dan pemeliharaan alat dan telah
memenuhi parameter TDS, kekeruhan, warna, dan total coliform sesuai
PERMENKES No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Sedangkan terdapat 6 depot dengan kategori cukup dalam perilaku dan
pemeliharaan alat. Diantara keenam depot, 2 depot telah memenuhi semua
parameter yang diuji dan 4 depot belum memenuhi parameter total coliform.
Perilaku dan pemeliharaan alat yang baik pada depot air isi ulang akan
mempengaruhi kualitas air produksi yang baik.
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian kualitas bakteriologis air minum isi ulang ini menggunakan


analisis kuantitatif dengan metode Most Probable Number (MPN). Populasi
dalam penelitian ini adalah depo air minum isi ulang yang ada di Kecamatan
Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Sampel penelitian yaitu 11 depo air
minum isi ulang yang berlokasi di setiap desa di Kecamatan Ngamprah.

3.1. Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Tabung durham
3. Rak tabung
4. Jarum ose
5. Pipet ukur
6. Inkubator
7. Autoklaf
8. Bunsen
9. Cawan petri
10. Erlenmeyer
11. Kertas label
3.3.2. Bahan
1. Sebelas sampel air
2. Media Lactosa Broth (LB)
3. Media Brilian Green Lactosa Bile Broth (BGLB)
4. Media Eosin Methelin Blue (EMB)
5. Alkohol 96%
6. Kapas
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen yang menggunakan metode penentuan
nilai Most Probably Number (MPN). Perhitungan didasarkan pada tabung
yang positif, yaitu tabung menunjukkan pertumbuhan mikroba setelah
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan dapat diketahui dari gelembung
gas yang dihasilkan pada tabung Durham.
Prosedur penelitian ini melewati 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan analisis data.
3.2.1. Tahap Persiapan
1. Sterilisasi Alat dan Bahan Penelitian
Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan.
Tabung reaksi, gelas ukur, dan Erlenmeyer berisi media yang akan
digunakan ditutup mulutnya dengan kapas, cawan petri dibungkus
dengan kertas kemudian semuanya dimasukkan dalam plastik tahan
panas dan sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 30
menit. Jarum ose disterilkan dengan cara memijarkan pada api
bunsen.
2. Pembuatan Media Lactos Broth (LB)
Sebanyak 13 gram Lactose Borth (LB) dilarutkan dalam 1000
ml aquades, kemudian diaduk sampai larut dan dipanaskan hingga
mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit di autoklaf dengan
tekanan udara 1 atm dan suhu 121°C.
3. Pembuatan Media Brilliant Green Laktosa Bileborth (BGLB)
Sebanyak 40 gram Brilliant Green Laktosa Bileborth (BGLB)
dilarutkan dalam 1000 ml aquades, kemudian diaduk sampai larut
dan dipanaskan hingga mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit
di autoklaf dengan tekanan udara 1 atm dan suhu 121°C.
4. Pembuatan Media Eosin Methelin Blue (EMB)
Sebanyak 37,5 gram Eosin Methelin Blue (EMB) dilarutkan
dalam 1000 ml aquades, kemudian diaduk sampai larut dan
dipanaskan hingga mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit di
autoklaf dengan tekanan udara 1 atm dan suhu 121°C.
5. Pengambilan Sampel
Sampel penelitian yaitu 11 depo air minum isi ulang yang
berlokasi di setiap desa di Kecamatan Ngamprah. Sampel air diambil
dengan menggunakan botol kaca yang berwarna gelap yang sudah
disterilisasi dengan volume 150 ml.

3.2.2. Tahap Pelaksanaan


1. Uji Pendugaan
Disiapkan 9 tabung kultur yang masing-masing berisi 10 ml
media cair kaldu Lactose Broth (LB) steril yang sudah dilengkapi
dengan tabung durham. Diatur letaknya pada rak tabung dan masing-
masing diberi kode (A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, C3). Lalu
dituangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-masing
sebanyak 10 ml ke dalam tabung kultur yang berkode A1, A2, A3.
Kemudian dituangkan air sampel menggunakan pipet steril masing-
masing sebanyak 1 ml ke dalam tabung kultur yang berkode B1, B2,
B3. Selanjutnya dituangkan air sampel menggunakan pipet steril
masing-masing sebanyak 0,1 ml ke dalam tabung kultur yang
berkode C1, C2, C3. Terakhir, diinkubasikan 9 tabung kultur yang
sudah diperlakukan pada suhu 37°C selama 1×24 jam. Amati
masing-masing tabung untuk melihat ada atau tidaknya gas, ada gas
menunjukkan presumtif positif.
2. Uji Penegasan
Disiapkan tabung kultur yang masing-masing berisi 10 ml media
cair Brilliant Green Laktosa Bileborth (BGLB) steril yang sudah
dilengkapi dengan tabung durham. Tabung diatur letaknya pada rak
tabung dan masing-masing diberi kode yang sesuai dengan kode
tabung yang positif pada uji pendugaan, misalnya A1, A2, A3, B1,
B2, B3, C1, C2, C3 sehingga jumlahnya sama dengan jumlah tabung
yang positif saja. Lalu air dituangkan ke dalam sampel yang sudah
diinkubasi dalam media kultur laktosa menggunakan pipet steril
masing-masing sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang positif.
Kemudian tabung kultur diinkubasikan pada suhu 45°C selama 1×24
jam. Amati masing-masing tabung untuk melihat ada atau tidaknya
gas, ada gas menunjukkan presumtif positif.
3. Uji Penguat
Sampel yang positif pada uji penegasan diinokulasi sebanyak
satu ose ke permukaan media Eosin Methylene Blue (EMB) secara
zig-zag lalu diinkubasi pada suhu 37˚C selama 1×24 jam.
Pertumbuhan koloni diamati pada media Eosin Methylene Blue
(EMB). Koloni yang menampakkan adanya kilau metalik adalah
koloni bakteri Escherichia coli. Setelah semua pengujian selesai,
ditentukan nilai MPN Coliform-nya. Nilai MPN ditentukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif dari perlakuan, dan dihitung
= MPN tabel x 1/ pengenceran tengah.

3.2.3. Pengolahan Data


Perhitungan dengan Metode Most Probable Number (MPN)
didapatkan dengan mencocokkan antara hasil analisa dengan tabel MPN
(Depkes RI, 2002), yaitu tabel yang memberikan Jumlah Perkiraan
Terdekat (The Most Probable Number), yang tergantung dari kombinasi
tabung positif (yang mengandung bakteri Coli) dan negatif (yang tidak
mengandung bakteri Coli) dari kedua tahap tes. Angka MPN tersebut
mempunyai arti statistik dengan derajat kepercayaan (level of
significancy) 95%.

1. Apabila hasil tabung yang positif terdapat pada kombinasi tabung


yang positif pada tabel MPN, maka jumlah bakteri E. coli dan
Koliform dihitung menggunakan tabel MPN.

2. Apabila hasil tabung yang positif tidak terdapat pada kombinasi


tabung yang positif pada tabel MPN maka jumlah bakteri E. coli dan
Koliform dihitung dengan rumus :
A × 100
Jumlah Bakteri( JPT per 100 ml)=
√B × A
Keterangan:
A = Jumlah tabung yang positif
B = Volume (ml) sampel dalam tabung yang negatif
C = Volume (ml) sampel dalam semua tabung
DAFTAR PUSTAKA

Lidya, Siti, Dewi. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di
Kabupaten Blora. Unnes J Life Sci 3 (1) (2014).
Manuel Deddy, Bowo. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan
Sukolilo Surabaya Ditinjau dari Perilaku dan Pemeliharaan Alat. Jurnal
Teknik POMITS Vol.2 No.2
Riri Novita Sunarti. 2016. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Sekitar
Kampus UIN Raden Fatah Palembang. Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 1
Januari 2016.
Sarah, Apriliana, Soleha. Uji Most Probable Number (MPN) Bakteri Koliform
pada Sumber Air Minum Rumah Tangga di Kecamatan Sukabumi
Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai