Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMBILAN

SAMPEL AIR TANAH SECARA MIKROBIOLOGI

Dosen : JERNITA SINAGA, SKM, MPH

Disusun oleh :
Nama : ZULFATUL HASANAH SELIAN

PROGRAM STUDI D-III SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
2021
PENGAMBILAN SAMPEL AIR TANAH (AIR SUMUR GALI)
A. Hari dan Tanggal : Sabtu 4 Agustus 2021
B. Tempat : jl.kemenangan kelurahan sidorejo hilir kec.medan tembung

C. Jam : 08.00 s/d 11.00 WIB


D. Materi
 Pengambilan Sampel Air Sumur Secara Mikrobiologi
E. Tujuan
 Mengetahui cara pengambilan sampel air sumur
 Mengetahui alat dan bahan yang diperlukan untuk Pengambilan sampel air
sumur
D. Dasar Teori

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan di muka bumi. Oleh
karena itu kebutuhan akan air harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya, tetapi
realita yang terjadi banyak masyarakat menggunakan air yang kualitasnya dibawah standar baku
mutu kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492Menkes/Per/IV/2010.Berdasarkan hasil analisis laboratorium Dinas Kesehatan Kefamenanu
diperoleh hasil parameter fisik yang meliputi suhu, bau, rasa dan warna keempat air sumur
tersebut memenuhi syarat baku mutu kualitas air bersih. Air merupakan kebutuhan yang sangat
vital bagi kehidupan dan sumber dasar untuk kelangsungan kehidupan di atas bumi. Keberadaan
air mutlak diperlukan karena kehidupan di bumi tidak dapat berlangsung tanpa adanya air
(Sanropie dkk, 1984). Kelestarian dan keberlangsungan air perlu dijaga oleh manusia untuk
kehidupan di suatu tempat di bumi. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 berbunyi “Bumi
dan air kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Maka sumber air di suatu tempat harus dikelola untuk
dipergunakan bagi kemakmuran dan keberlangsungan hidup manusia di suatu daerah.
Air tersebut biasanya didapat manusia di lingkungan sekitarnya. Data hasil Riskesdas tahun
2013 menunjukkan kebutuhan air pada rumah tangga di Indonesia bersumber dari sumur gali
terlindung sebesar 29,2%; sumur pompa 24,1%; air ledeng/PDAM 19,7%; dan sisanya dari
sumber air lain. Air sumur bor atau pompa paling banyak digunakan oleh rumah tangga di
perkotaan yaitu 32,9%, sedangkan di pedesaan lebih banyak menggunakan sumur gali terlindung
yaitu 32,7% (Kemenkes, 2013).
Air mungkin saja terlihat jernih, tak berbau, dan tak berasa, tetapi tidak aman untuk
diminum. Air baik dan aman untuk diminum ialah air yang bebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Pencemaran air oleh mikroorganisme atau zat-
zat kimia berarti air tersebut mengalami polusi dan tidak boleh diminum. Sumber-sumber dalam
tanah, yaitu sumur dan mata air, menyediakan sebagian besar air untuk rumah-rumah perorangan
di daerah pedesaan. Air permukaan tidak boleh diminum kecuali bila diberi perlakuan (atau
dididihkan) sebelumnya untuk menghilangkan kontaminan (Pelczar & Chan 2005: 868-869).
Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter,
umumnya terletak pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air tanah bebas
karena lapisan air tanah tersebut, tidak berada di dalam tekanan. Untuk memenuhi
kebutuhan air sumur yang bersih terdapat tiga parameter, yaitu parameter fisik yang
meliputi bau, rasa, warna, dan kekeruhan. Parameter kedua adalah parameter kimia yang
meliputikimia organik dan kimia anorganik yang mengandung logam, seperti, Fe, Cu, Ca
dan lain-lain. Parameter ketiga adalah parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform
fekal dan koliform total.
Sementara itu, pencemaran sumur dapat terjadi, seperti kembalinya air buangan
ke dalam sumur secara langsung, atau melalui tempat bocor dari celah-celah, isalnya dari
toilet ke dalam sumur yang letaknya terlalu dekat. Pencemaran tersebut dapat
mengakibatkan wabah, misalnya banyak penyakit virus yang dapat tertular melaui air,
seperti enteritis ( Naibaho, 2008 ).
Perairan alami memang merupakan habitat atau tempat yang sangat parah terkena
pencemaran. Sehingga rumus kimia air : H2O, merupakan rumus kimia air yang hanya
berlaku untuk air bersih seperti akuades, akuademin dan sebagainya. Sedang untuk air
alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau, laut dan sumber-sumber lainnya akan
menjadi : H2O ditambah dengan faktor yang bersifat biotik dan faktor yang bersifat
abiotik. Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari bakteria, fungi,
mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang
tidak termasuk kelompok mikroba.
Dan adapun kehadiran mikroba adalah organisme yang mampu beradaptasi dan
hidup pada berbagai jenis lingkungan. Salah satu tempat lingkungan hidup mikroba
adalah air. Banyak faktor yang mempengaruhi mikroba di dalam air. Secara umum ada
dua faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroba di dalam air yaitu faktor biotik dan
faktor abiotik.  Faktor   abiotik   antara lain temperature air, konduktivitas, arus,
kekeruhan, cahaya, pH,  salinitas, Biochemical  Oxygen Demand  (BOD ,   dan  
Chemical  Oxygen Demand  (COD).   Di  samping biotik juga merupakan suatu aspek
yang mempengaruhi mikroba di. air.  Mikroba berinteraksi dengan organsime lain di
dalam komunitas air.    Di  antara kelompok  mikroba  di  dalam air akan berkompetisi
dalam mendapatkan makanan dan berinteraksi antar organisme.
Tingkat risiko pencemaran sumber air bersih ditentukan dari adanya kontaminasi
zat pencemar ke dalam sumber air bersih. Sumber pencemar tersebut dapat berasal dari
pencemaran air limbah, kotoran, sampah maupun pencemar 1ain, juga dilihat dari aspek
konstruksi maupun lokasi sarana sumber air bersih. Semakin banyak aspek yang tidak
memenuhi syarat maka semakin tinggi tíngkat risiko pencemaran air yang berarti
semakin banyak kemungkinan zat pencemar masuk ke dalam sumber air sehingga pada
akhimya dapat menurunkan kualitas air. Sumber air yang memiliki risiko pencemaran
yang tinggj akan menurunkan kualitas, hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan
kualiïas air.
Kualitas mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat berdampak besar terhadap penularan
penyakít yang ditularkan melalui air (Prajawati, 2008).
Dan adapun yang masih menggunakan sumur gali sebagai air baku untuk
keperluan sehari-hari baik masak, mandi, kakus dll. Konstruksi sumur yang tidak
memenuhi syarat konstruksi maupun lokasi dalam hal jarak sumur dengan sumber
pencemar tidak memenuhi syarat kesehatan maka akan terjadi pencemaran air yang mana
salah satunya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah bakteri E. coli pada air sumur
gali. Salah satu penyakit yang disebabkan karena kondisi sanitasi yang buruk dan kondisi
air yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah Diare dan Dermaitis. Berdasarkan data
puskesmas Paleleh tahun 2011 menunjukan bahwa penyakit Dermatitis 245 kasus
(15.35%) dan penyakit diare sebanyak 170 kasus (10.65 %), kedua penyakit tersebut
menempati urutan kedua dan ketiga setelah urutan pertama ditempati oleh penyakit Ispa
dengan jumlah 973 kasus ( 60.96% ) dan pada urutan keempat yaitu penyakit alergi 136
(8.52%). Dan dilakukan suatu pendekatan dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis
terhadap keberadaan kuman komensal usus manusia, yaitu bakteri koli (koli fekal dan
nonfekal) utamanya bakteri Escherichia coli sebagai indikator terjadinya pencemaran
fekal. Digunakannya Escherichia coli sebagai indikator kualitas air disebabkan
Escherichia coli hidup di usus manusia dan hewan dan keluar melalui tinja sehingga
keberadaanya di air memperingatkan tentang kemungkinan adanya patogen lain yang
berasal dari usus atau system pencernaan hewan dan manusia. Selain itu Escherichia coli
juga dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas pada suhu kamar, sehingga
untuk uji bekteriologik air merupakan indikator yang terpercaya.
Aspek lain yang mempengaruhi konstruksi sumur tidak memenuhi syarat adalah
keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air dimana
untuk membuat sumur dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan
dana yang lebih besar seperti pengadaan semen terutama dalam pembuatan lantai SPAL
dan dinding sumur belum lagi ditambah dengan biaya tukang. Kualitas bakteriologis yang
tidak memenuhi syarat dapat disebabkan karena konstruksi sarana air bersih dan Iokasi
sumber air bersih yang ada kurang tepat ataupun tidak memenuhi syarat sepertí cincin
sumur gali kurang dari 70 centimeter, dinding sumur gali kedap air kurang dari
kedalaman 3 meter, lantai sumur kedap air kurang dari 1.5 meter dan SPAL kedap air
kurang dari 10 meter. Selain itu letak sumur yang berdekatan dengan sumber pencemar
seperti lubang penampungan tínja, genangan air limbah maupun sumber pencemaran lain
yang berjarak kurang dari 10 meter. selain itu adanya sumber pencemar lebih dari satu
jenis yang berjarak kurang dari 10 m tentunya juga dapat memperbesar kemungkinan
terkontaminasi sumber air sehingga dapat berdampak pada penurunan kualitas air dan
pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pemakai.
E. Alat dan Bahan
 ALAT
1. Botol sampel steril volume ± 250 ml
2. Botol sampel steril dengan pemberat volume  ± 250 ml
3. Bunsen
4. Tas pembawa sampel (TERMOS SAMPEL)
 BAHAN
1. Kapas
2.  Alkohol 70%
3.  Korek
4.  Lebel
5. Kertas pembungkus/ kertas payung
6. Catatan
7. Pulpen
F. Cara Pengambilan Sampel
1. Gunakan Masker & Handskun, Aseptiskan tangan & tempat kerja dengan alkohol
70%.
2. Buka kertas pembungkus serta kapas yang menutupi botol steril.
3. Buka penutup botol sampel, dekatkan mulut botol dengan api agar botol tersebut
steril.
4. Masukkan botol yang telah di kaitkan dengan tali & pemberat ke dalam sumur.
5. Buang sebagian isi botol hingga volume nya kurang lebih 2/3 volume botol.
6. Dekatkan mulut botol tersebut dengan api dan kemudian tutup kembali agar botol
sampel tetap steril.
7. Bungkus kembali botol tersebut dengan kertas pembungkus dan ikat dengan tali
steril.
8. Beri label pada botol sampel.
9. Masukkan kembali sampel uji yang telah diambil kedalam box sampel beserta
peralatan lainnya yang telah digunakan.
10. Ukur suhu , kelembapan , pH , pemeriksaan fisik ( warna,bau,rasa ).

Anda mungkin juga menyukai