Anda di halaman 1dari 11

Analisis Bau, Warna, TDS, pH, dan Salinitas Air Sumur Gali di Tempat

Pembuangan Akhir

Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia (Wulan, 2016). Seiring dengan meningkatnya
populasi maka kebutuhan air bersih juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu solusi
atau upaya untuk mendapatkan air bersih guna untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Upaya
yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat salah satunya adalah
membangun sarana air bersih contohnya sumur gali. Menurut Heluth (2013), sumur gali merupakan salah
satu sarana penyedian air bersih yang perlu mendapat perhatian, karena mudah sekali mendapatkan
pencemaran dan pengotoran yang berasal dari luar terutama jika konstruksi sumur gali tersebut tidak
memenuhi syarat. Penggunaan sarana air bersih dengan sumur gali juga dilakukan oleh masyarakat di
sekitar TPA II di Kelurahan Karya Jaya Musi 2 Palembang. Hingga saat ini, fasilitas Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) belum memasuki daerah pemukiman masyarakat di sekitar TPA sehingga masyarakat
sekitar mengandalkan air sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. TPA II di Kelurahan Karya
Jaya Musi 2 merupakan salah satu TPA di kota Palembang yang mengelola sampah dengan sistem buang
terbuka (open dumping). Sampah yang dihasilkan di Palembang mencapai 800 hingga 900 ton/hari Senin
sampai Jum’at dan dapat mencapai 1 ton pada hari libur (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Palembang, 2017). Masalah utama yang dihadapi sebagai dampak dari pembuangan sampah secara
terbuka adalah cairan lindi (leachate). Lindi adalah air hasil pembusukan sampah. Air lindi tersusun atas
zat-zat kimia, baik organik maupun anorganik yang bersifat akumulatif dan mengandung sejumlah bakteri
pathogen dan parasitik, sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia. Lindi yang terkena air hujan inilah
yang dapat merembes masuk ke dalam air tanah sehingga menyebabkan kualitas air sumur gali menjadi
menurun atau bahkan terganggu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisis kualitas air sumur
gali dengan parameter fisika yang meliputi bau, warna, TDS dan parameter kimia yang meliputi pH dan
salinitas, mengacu pada Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa kualitas air minum isi ulang di sekitar kampus UNISMA
ditinjau tentang uji kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi serta mengetahui apakah kualitas air minum isi
ulang sudah sesuai standar baku mutu kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif untuk parameter : Bau dan Rasa, sedangkan deskripstif
kuantitatif untuk parameter: Suhu, Kekeruhan, TDS, Konduktivitas, pH, DO dan Coliform. Uji dan analisis
kuantitatif dilaksanakan di laboratorium terhadap sampel air minum isi ulang yang di ambil dari tiga depo
air minum secara purposive (sengaja). Sampel diulang 3 kali dari masing-masing depo. Air minum isi ulang
di sekitar kampus UNISMA Malang ditinjau dari parameter bau, rasa, kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi;
suhu, kekeruhan, TDS, konduktivitas, pH, DO, dan koliform, memenuhi syarat untuk dikonsumsi oleh
masyarakat, karena nilai masing-masing parameter tersebut sudah memenuhi standar baku mutu dari
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/201

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu botol kaca, gelas kimia, salinometer, gelas
ukur, kertas saring, corong kaca, neraca analitik dan indikator universal. Bahan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu sampel air sumur gali di sekitar Tempat pembuangan akhir (TPA) 2 dikelurahan Karya
Jaya Musi 2 Palembang.

Prosedur Parameter fisika

Bau dan warna Bau dan warna diukur langsung dengan bantuan organoleptik yaitu dilakukan oleh 2 orang
responden untuk mencium bau dan melihat warna sampel air sumur gali, kemudian memberikan
pendapat mengenai bau (berbau atau tidak) dan warna (berwarna atau tidak) (Hapsari, 2015).

Total Padatan Terlarut (TDS)

Prinsip dasar TDS adalah penguapan. Air sumur gali yang sudah disaring dengan kertas saring berpori 2
µm kemudian dikeringkan hingga kering. Kemudian di timbang sampai berat tetap (Hapsari,2015).

Parameter kimia

Salinitas Sampel air sumur sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam gelas kimia. Pengujian salinitas air
digunakan salinometer dengan cara memasukkan alat salinometer kedalam gelas kimia sampai konstan.
Pembacaan dilakukan dengan melihat penunjukkan pada batas pengukuran pada salinometer (Hasrianti
dan Nurasia, 2016).

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH diukur dengan menggunakan indikator universal. Dengan cara memasukkan pH meter universal
kedalam gelas kimia yang berisi sampel air sumur gali dan dimasukkan selama 2 detik (Hasrianti dan
Nurasia, 2016).
Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang pada Depo Air Minum Di Sekitar
Kampus UNISMA Malang

Pendahuluan

Air merupakan keperluan utama bagi kehidupan. Keperluan air di suatu daerah semakin lama akan selalu
mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan penduduk, sedangkan air sendiri berkurang dari segi
kualitas, kuantitas, juga kontinuitas. Tubuh manusia 75% terdiri atas air. Manusia memerlukan air
terutama untuk minum. Sementara itu, ketersediaan air terutama air tawar di dunia hanya sekitar 3% dan
97% lainnya merupakan air laut. Air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia hanya
sekitar 0,3% [1]. Untuk pertama kalinya Indonesia memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) pada
tahun 1972. Tingginya minat masyarakat terutama mahasiswa dalam mengkonsumsi AMDK dan semakin
mahalnya harga AMDK mendorong tumbuhnya depo-depo Air Minum Isi Ulang (AMIU) diberbagai tempat
terutama sekitar daerah kampus karena merupakan daerah tempat tinggal (kos-kos) mahasiswa.Data dari
Dinas Kesehatan Kota Malang menunjukan semakin banyaknya depo AMIU di Kota malang, hingga tahun
2013 tercatat sebanyak 163 depo AMIU tersebar di tiap Kecamatan Kota Malang [2]. Kota Malang adalah
kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur. Selain itu,
Kota Malang juga di kenal sebagai salah satu kota tujuan pendidikan terkemuka di Indonesia karena
banyak Universitas dan Politeknik negeri maupun swasta, salah satunya adalah Universitas Islam Malang.
Universitas Islam Malang terletak di Kecamatan Lowokwaru, tepatnya di Kelurahan Dinoyo yang dekat
dengan kelurahan Tlogomas dan Kelurahan Merjosari, di mana rata-rata pertahun Universitas Islam
Malang mampu menyerap sekitar 2.500 mahasiswa, dan jumlah total dari mahasiswa UNISMA mencapai
10.000 mahasiswa. Berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi, Pada tahun 2011 depo AMIU yang tidak
memenuhi syarat di Kota Malang mencapai 7,4%, tahun 2012 sedikit mengalami penurunan berada pada
6%, sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan mencapai 19,7% . Pada tahun 2015 di peroleh hasil
dari 49 sampel dari 46 depo AMIU yang di periksa terdapat 10 sampel yang tidak memenuhi syarat atau
20,4%. Dari data di atas menunjukkan bahwa jumlah air minum yang tercemar bakteriologi cukup tinggi.
Kualitas air yang buruk menyebabkan salah satunya penyakit diare [3]. Kasus diare di kota Malang cukup
tinggi, setiap bulannya angka kasus diare yang terdata di dinas kesehatan setempat lebih dari 2000 kasus
[4]. Dari hasil survey yang telah di lakukan pada 3 depo AMIU yang ada di sekitar kampus UNISMA surat
keterangan lolos uji labolatorium yang mereka kantongi sudah kadarluarsa. Padahal pengujian
laboratorium untuk air olahan atau air isi ulang dalam Permenkes 736/Menkes/Per/IV/2010 dituliskan
bahwa pengujian parameter fisik dan mikrobiologi dilaksanakan minimal satu kali dalam sebulan,
sedangkan untuk parameter kimia dan kimia tambahan dilaksanakan minimal satu kali dalam enam bulan.
Dari hasil tersebut perlu di lakukan penelitian lebih lanjut terkait bagaimana kualitas air minum isi ulang
berdasarkan parameter fisik, kimia dan mikrobiologi dibanding dengan standar kualitas air minum
No.492/MENKES/PER/1V/2010.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : Apakah air minum isi ulang di sekitar Bantaeng ditinjau tentang uji
kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi serta mengetahui apakah kualitas air minum isi ulang sudah sesuai
standar baku mutu kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa kualitas air minum isi ulang di sekitar kampus UNISMA
ditinjau tentang uji kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi serta mengetahui apakah kualitas air minum isi
ulang sudah sesuai standar baku mutu kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010

1.4 Kegunaan Penelitian


a. Bagi Dosen dan Perguruan tinggi
1. Penelitian ini merupakan perwujudan dari tridharma perguruan tinggi sehingga
khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam penerapan teknologi
akan dapat dikembangkan lebih lanjut.
2. Penelitian ini dapat merancang dosen untuk lebih berpikir lebih kreatif, inovasi,
serta dinamis dalam meneliti sehingga ke depannya konsep perancangan sistem
kendali yang lebih canggih tidak mustahil untuk diciptakan kemudian.
b. Bagi Masyarakat dan Pelaku industri
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata yang berdaya guna
dalam memberikan informasi pentingnya mengetahui mutu air minum dalam
kemasan
2. Penelitian ini diharapkan agar masyarakat sekitar mengolah terlebih dahulu air
dengan benar untuk kebutuhan konsumsi

Alat dan bahan yang digunakan yaitu: Thermometer, pH Meter, DO meter, Kamera, Botol sampel,
Stopwatch, Turbidimeter, Konduktivitimeter, TDS meter (Dist Hanna Instrument type 1 dengan
temperature otomatis dan Nilai yang terlihat pada display di catat dan di kalikan dengan 10 dalam satuan
ppm atau konduktivitas pada satuan µs.Cm-1), Alat tulis, Beaker glass. Sampel Air minum isi ulang, Sodium
sulfite (Na2SO3), Natrium klorida (NaCl) 0,05 %, Aquades, Tissue.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif dan kuantitatif dengan
cara pengujian di Laboratorium untuk menguji dan menganalisis sampel air minum isi ulang yang di ambil
dari 3 depo air minum secara purposive (sengaja) yang berada di sekitar kampus UNISMA seperti Gambar
1. Masing-masing lokasi pengambilan sampel diulang 3 kali ulangan.

Parameter uji adalah Bau, Rasa, Fisik: Suhu, Kekeruhan [5], Kimia: TDS, Konduktivitas, pH, DO [5], dan
Mikrobiologi: Coliform. Analisis data hasil penelitian akan dibandingkan dengan baku mutu persyaratan
kualitas air minum sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010. Diantara parameter dilakukan analisis korelasi [6].

Cara Kerja

Pengukuran parameter Fisik (Bau, Rasa, Suhu, Kekeruhan, Konduktivitas dan TDS), Kimia (pH dan DO),
dan Mikrobiologi (Adanya Bakteri Coliform) di lakukan dengan cara: Bau dan rasa di amati dengan cara
manual yaitu dengan indera penciuman dan perasa. Pengukuran suhu air (oC) dengan menggunakan alat
Thermometer Air Raksa yang dimasukan kedalam sampel air isi ulang dan didiamkan selama 10 menit,
baca angka yang ditunjukkan thermometer lalu dicatat hasilnya. Kekeruhan diukur dengan menggunakan
alat turbidimeter dengan cara sampel dimasukkan dalam botol yang ada pada turbidimeter dibaca digit
pada display dan di catat. Konduktivitas diukur dengan menggunakan alat konduktivitimeter yang sudah
dikalibrasi dengan NaCl 0,05% [5], Pengukuran di lakukan dengan membersihkan elektroda yang
dimasukkan ke aquadest dan di keringkan dengan tissue, kemudian elektroda dimasukkan ke dalam
sampel air minum isi ulang sebanyak 150 mL, dibaca dan dicatat nilai pada layar digital alat. TDS diukur
dengan menggunakan alat TDS meter dengan cara Ujung TDS meter dicelupkan kedalam sampel air isi
ulang sebanyak 150 mL [7]. pH diukur dengan menggunakan alat pH meter dengan cara Ujung pH meter
digital dicelupkan kedalam sampel air isi ulang sebanyak 150 mL. Dicatat nilai yang terlihat pada display.
DO diukur dengan menggunakan alat DO meter yang sudah dikalibrasi dengan Na2SO3 [5], Pengukuran
sampel dengan cara membersihkan elektroda dengan memasukkan ke aquadest dan di keringkan dengan
tissue, kemudian elektroda dimasukkan ke dalam sample air minum isi ulang sebanyak 150 ml sambil di
gerakkan berputar seperti mengaduk perlahan-lahan, dibaca dan dicatat nilai pada layar, diputar knop ke
0C dan dibaca nilai temperaturnya. Coliform pada analisis kualitas air untuk parameter mikrobiologi
terbatas tahap perkiraan [8] dan dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Perum JASA TIRTA I MALANG.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Air Minum Dalam Kemasan

Menurut Said Sutomo (2008) air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi
manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa air. Air memegang peranan yang amat penting
untuk kelangsungan hidup manusia. Pentingnya air bagi manusia ditunjukkan dari berbagai
fungsinya di antaranya:

1)Membantu proses pencernaan.

2)Menjaga kestabilan suhu tubuh dan keseimbangan tubuh.

3)Membantu proses penyerapan zat makanan didalam tubuh.

4)Membuang racun, kotoran serta zat-zat yang tidak berguna.

5)Membantu peredaran darah. 6)Merawat kesegaran kulit.

Usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Air yang berkualitas atau layak diminum, perlu
memperhatikan beberapa hal seperti sumber air dan pengolahan. Hal tersebut dikemukakan
Said Sutomo (2008) bahwa untuk memperoleh air yang berkualitas dan layak diminum
sekurang-kurangnya perlu memperhatikan dua hal yakni:

Bagaimana cara mendapatkan air itu sendiri. Cara mendapatkan air dimaksudkan berkaitan
dengan sumber air tersebut. Sumber air yang bagus tentunya menjadi salah satu syarat
untuk mendapatkan air yang layak minum, misal dari mata air pegunungan. Pada zaman dahulu,
air layak minum cukup hanya dengan cara dimasak, sebab bahan kontaminan yang
terkandungnya pun masih seputar seperti mikro organisme ringan, kotoran ternak, dan tinja,
yang dapat dihilangkan dengan cara dipanaskan. 2)Bagaimana cara mengolah air tersebut untuk
siap diminum. Cara mengolah air merupakan hal yang sangat penting diperhatikan untuk
mendapatkan air yang baik. Cara mengolah air pada jaman dahulu berbeda dengan jaman
sekarang. Air sekarang telah banyak tercampur berbagai zat anorganik seperti limbah industri,
radioaktif, logam berat dan lain sebagainya sehingga membutuhkan pengolahan yang
lebih canggih. Cara mengolah air menjadi salah satu hal yang sangat penting agar didapat
air minum yang berkualitas khususnya bila syarat pertama tidak dapat dipenuhi. Air yang
tercemar berbagai jenis racun limbah, logam berat dan lainnya yang bersifat anorganik, tidak
cukup diproses hanya dengan memanaskan air semata. Untuk mengolahnya, dibutuhkan
metode pemurnian air yang berteknologi tinggi seperti menggunakan teknologi Reverse
Osmosis.

Beberapa pengusaha menyediakan dalam bentuk air minum dalam kemasan (AMDK) untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air minum yang sehat dan dapat langsung
diminum. Air minum dalam kemasan ini pada awalnya dicetuskan oleh Tirto Utomo sejak
tahun 1973 yang diberi merek AQUA. Pada saat air minum dalam kemasan (AMDK)
diperkenalkan kepada masyarakat, banyak orang beranggapan bahwa ide tersebut sebagai
sesuatu yang mengada-ada. Seiring dengan semakin positifnya tanggapan masyarakat terhadap
AMDK, bisnis tersebut semakin berkembang dan saat ini telah banyak pengusaha yang terjun
di bidang usaha AMDK. Meskipun AMDK sudah populer dalam masyarakat, namun masih
sering terjadi salah kaprah tentang istilah air mineral dan air kemasan karena keduanya
sama-sama dikemas dalam botol. Banyak orang yang menyebut dan menyangka bahwa air
minum dalam kemasan (AMDK) adalah air mineral. Menurut Andarwulan (2007),
keduanya tidak sama atau memiliki perbedaan. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia),
definisi air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air yang telah diolah dengan perlakuan
khusus dan dikemas dalam botol atau kemasan lain dan memenuhi persyaratan air minum.
Air mineral adalah air yang diperoleh langsung dari sumbernya, dikemas di dekat lokasi sumber
air, memiliki syarat kandungan mineral tertentu, dan juga dikemas dalam botol ataupun kemasan
lainnya. Sumber air AMDK dan air mineral sama-sama berasal dari mata air pegunungan.
Untuk air mineral, sumber airnya diambil dari pegunungan yang memang memiliki
kandungan mineral lebih tinggi. Secara fisik, keduanya agak sulit dibedakan. Pada kemasan
air mineral akan tertulis apa dan berapa kadar mineral yang terkandung di dalamnya
(Andarwulan, 2007).
Terkait dengan penyediaan air yang berkualitas, pemerintah telah menetapkan
standar air yang baik untuk dikonsumsi masyarakat seperti dijelaskan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Pada Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Air Minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung di minum.” Adapun yang termasuk sebagai jenis air minum dijelaskan dalam Pasal
2 Kepmen Kesehatan RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 yang meliputi:

a) Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga;

b) Air yang didistribusikan melalui tangki air;

c) Air kemasan;

d) Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan kepada
masyarakat; harus memenuhi syarat kesehatan air minum.

Hal yang menjadi persyaratan kesehatan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Selain AMDK, juga terdapat
air isi ulang yang dilakukan di depo-depo isi ulang. Pada Pasal 2 ayat (1) tersebut dijelaskan
bahwa AMDK merupakan salah satu air minum yang diakui pemerintah. Pengakuan dari
pemerintah terhadap AMDK, mendorong masyarakat mengkonsumsi air dalam kemasan
tersebut karena telah mendapat perlindungan dari pemerintah.

Dilihat dari sisi komersial, air minum dalam kemasan bermerek dagang pastilah layak minum
karena pastilah sebelum proses pemasarannya telah melalui tahap perijinan dari badan
berwenang pemerintah yang akan selalu memastikan dan menjamin bahwa air ini akan
selalu aman untuk diminum. Selain secara berkala, air yang dihasilkan selalu diperiksa oleh
badan yang bersangkutan. Setiap bentuk pelanggaran akan selalu menghasilkan akibat yang
sangat mahal baik sangsi terhadap penyelenggara perusahaan secara hukum, maupun sangsi
sosial untuk mengembalikan kepercayaan konsumen.
Banyak produsen air dalam kemasan bermerek dagang juga mencantumkan jaminan akan
konsistensi mutu melalui sertifikasi oleh lembaga-lembaga standardisasi independen
baik nasional atau internasional sebagai salah satu kekuatan nilai jual produk tersebut.
Lembaga-lembaga pemberi sertifikasi ini, pada umumnya akan selalu konsisten secara berkala
melakukan pemeriksaan, tidak hanya hasil akhir fisik berupa air, tapi seluruh sistem di
perusahaan tersebut yang harus mendukung terjaminnya air yang berkualitas dan akan selalu
begitu.

Sertifikasi yang diperoleh perusahaan AMDK biasanya akan menjadi kekuatan perusahaan
untuk memasarkan produk air minum. Contoh sertifikasi yang dikenal luas oleh masyarakat
di Indonesia adalah SNI untuk tingkat nasional dan ISO untuk tingkat internasional. Bentuk
pengakuan lain adalah misalnya nomor MD yang wajib harus dimiliki pemegang merek
makanan dan minuman sehingga kualitasnya akan selalu diperiksa oleh badan resmi
pemerintah yaitu Departemen Kesehatan. Para pengusaha air minum dalam kemasan di
Indonesia khususnya dalam rangka menjamin kualitas air minum yang dihasilkan,
membentuk asosiasi yang salah satu tujuannya adalah jaminan kualitas dari air minum hasil
produksi perusahan yang menjadi anggotanya bagi konsumen.

Dilihat dari sisi proses produksinya sendiri, semua air minum dalam kemasan bermerek
dagang, kurang lebih memiliki konsep yang sama dalam proses produksinya. Pertama, berusaha
mendapatkan sumber air yang sudah cukup berkualitas yang biasanya adalah dari mata air
pegunungan yang sumbernya jauh dari wilayah yang memiliki kemungkinan potensi-potensi
sumber pencemaran. Kedua, dilakukan proses penyaringan seperlunya. Biasanya proses
penyaringan ini hanya sampai pada proses penyaringan Ultra, bahkan pada sumber mata
air tertentu, perusahaan pemroduksi air ini dapat menjamin bahwa hanya sampai kepada
penyaringan Mikro sudah cukup. Hal ini selain karena efisiensi proses ketika kualitas sudah
terpenuhi, juga produsen AMDK berpendapat bahwa kandungan yang masih lewat dari
proses tersebut adalah kandungan halus mineral-mineral yang justru dibutuhkan oleh tubuh,
karena tingkat kehalusannya sudah dapat dengan mudah diserap oleh tubuh. Hal ini
menjadi salah satu alasan pihak produsen AMDK menamai air ini sebagai air mineral.
Ketiga, pilihan proses desinfectan, tentunya setelah penyaringan ultra pun masih terdapat
makluk hidup mikro yang bisa lolos penyaringan. Proses yang dilakukan umumnya
menggunakan pilihan ozonasi atau ultraviolet, atau pun kombinasi keduanya. Keempat, agar
menjamin kualitas yang memang selalu baik, biasanya perusahaan membuat sistem
pemeriksaan kualitas, bahkan pada tiap tahapannya untuk memastikan efektifitas pemurnian
tiap tahapannya. Kelima, tidak selalu ada pada setiap perusahaan air minum kemasan, dimana
ada beberapa perusahaan ini yang mensyaratkan dengan ketat kandungan mineral dari air
hasil proses produksi. Kandungan yang dipersyaratkan merupakan kondisi ideal sebuah
kandungan mineral dalam air sehingga dapat selalu memenuhi kebutuhan mineral tubuh
manusia ketika masyarakat secara rutin meminum air tersebut. Proses yang terjadi di sini
adalah proses terhadap kendali kandungan mineral karena bila terlalu berlebih maka akan
dilakukan proses penyaringan ulang kembali.
[5] Syauqi, A. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Basis Elektroda dan Cahaya. Laboratorium
Kimia. Universitas Islam Malang (UNISMA). Malang

[6] ________. 2015. Biostatistika Kuantifikasi Parameter Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pnetahuan Alam. Univrsitas Ialam Malang.Malang (UNISMA). Malang.

[7] Septiana, H., Syauqi, A. dan Laili, S. 2015. Lama Waktu Pengadukan Suspensi Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica) terhadap Parameter Lingkungan Air Sumur. e-Jurnal Ilmiah Biosaintropis
V(1).1:9-18. Diterima Akses Juli 2017.
URL:http://biosaintropis.unisma.ac.id/index.php/biosaintropis/article/view/18/21

[8] Syauqi, A. 2017. Mikrobiologi Lingkungan Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan.


ANDIUNISMA. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai