b. kualitas
Secara kualitas air bersih diperiksa secara bakteriologis, kimia dan fisika, sebaiknya
kondisi ini tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan agar tetap dalam kondisi baik.
2. Pentingnya penyehatan air untuk masyarakat masih menjadi isu prioritas utama di
wilayah pasifik, termasuk negara Indonesia. Penyehatan air ini masuk dalam manajemen
sanitasi lingkungan. Meliputi, penyehatan air bersih, ketersediaan jamban, pengelolaan
sampah, pembuangan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan saluran drainase
(daerah aliran sungai). Dengan adanya sanitasi air bersih misalnya, maka akan
meningkatkan kualitas air yang digunakan, sehingga meningkat pula derajat kesehatan
masyarakat (Rizkiyanto M, 2014).
3. Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan rumah sakit,
mengingat bahwa rumah sakit adalah tempat perawatan orang sakit, maka penyehatan air
perlu diperhatikan setiap saat baik kualitas maupun kuantitasnnya agar tidak
mengakibatkan sumber infeksi baru bagi penderita. Penyehatan air di rumah sakit
meliputi penyehatan air untuk minum, keperluan higiene sanitasi, dan air untuk
pemakaian khusus (hemodialisis)/kegiatan laboratorium. Air bersih untuk keperluan
higiene sanitasi dilakukan pemeriksaan dengan parameter kimia, mikrobiologi, dan fisik.
Pemeriksaan mikrobiologi/ bakteriologi pada air bersih harus rutin dilakukan setiap
bulan, karena merupakan air menjadi media penularan penyakit yang baik untuk
penyebaran penularan (water related diseases). Sesuai dengan Permenkes nomor 32
tahun 2017, standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi dengan parameter
mikrobiologi wajib dilakukan pengujian total koliform dengan kadar maksimum 50
CFU/100 mL, dan Escherichia coli dengan kadar maksimum 0 CFU/100 mL.
4. Menurut penelitian Asrifah, (2015), adapun rumah sakit yang diteliti adalah rumah
sakit dengan kategori kelas A yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito.
Penyediaan air bersih di rumah sakit tersebut setiap harinya mencapai 1000 m3 yang
diambil dari air tanah di lingkungan rumah sakit. Hal ini membuktikan
bahwa melebihi standar yang telah ditetapkan. Penyediaan air dengan jumlah yang
melebihi batasmenyebabkan penyusutan dan pengurangan air tanah serta
mempengaruhi kuantitas air tanah. Dampak tersebut sampai saat ini masih
menjadi sebuah masalah yang belum ditanggulangi oleh pihak rumah sakit. Hal ini
diketahui karena sampai saat ini masih belum adapenelitian terbaru yang membahas
mengenai pemecahan atau solusi dari masalah tersebut. Kualitas air berperan serta
dalam menentukan persyaratan air bersih. Parameter Fe dan Mn diketahui melebihi
batas maksimum, sehingga pihak rumah sakit melakukan upaya penyehatan air
dengan memberi dosis koagulan optimum sebesar 0,1 Timor Tengah Utara. Taek et
al., (2018), hanya menjelaskan mengenai kualitas air sumur gali pada rumah sakit
di Kafemanu, Kabupaten Timor Tengah Utara tidak memenuhi syarat kualitas air
bersih parameter kimia, dan biologi, sedangkan untuk parameter fisik seperti suhu,
bau, rasa, dan warna termasuk dalam kategori memenuhi syarat. Peneliti menyarankan
untuk pihak masyarakat dapat melakukan upaya penyehatan air secara individu
dengan melakukan penyaringan menggunakan media pasir halus, pasir kasar, batu
krikil, arang, dan kain halus agar kondisi air lebih baik. Dari hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa upaya penyehatan air parameter Mn (2,38 mg/L) di RSUD
Sidoarjo tahun 2019 tidak berbeda dengan penelitian Taek et al (2018) dengan
perolehan nilai 0,7 mg/L sehingga seluruhnya teramasuk dalam kategori melebihi batas
maksimum
8. Perencanaan penyediaan air bersih yang belum terpenuhi hanya pada peralatan
penunjang kegiatan pengambilan dan pengiriman sampel yang tidak dalam kondisi baik
dan memadai. Kondisi ini nantinya akan berpengaruh pada hasil pengujian kualitas
mikrobilogi air, karena dapat terkontaminasi pada saat pendistribusian atau dari peralatan
itu sendiri sehingga pada hasil pengujian kualitas mikrobiologi menurun. Kelengkapan
sarana dan prasarana sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan program
penyehatan air. Apabila hal ini dibiarkan berlanjut, pencapaian sasaran dan target
program penyehatan air tidak akan maksimal (Ardinal, 2009). Maka perlu ditambahkan
peralatan penunjang kegiatan pengambilan dan pengiriman sampel yang kondisinya lebih
baik dan memadai.
9. Air PDAM setelah sampai di rumah sakit perlu dilakukan pengolahan tambahan dan
desinfeksi mengingat turunnya kualitas air PDAM selama perjalanan ke rumah sakit.
Kegiatan desinfeksi maupun pengolahan air lainnya tidak dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
Menur. Jadi dalam penyediaan air bersihnya langsung menggunakan air dari PDAM
yang ditampung terlebih dahulu yang kemudian didistribusikan ke seluruh ruangan,
sehingga kualitas airnya tidak dapat dikontrol. Menurut Dirjen PPM dan PLP (2002)
desinfeksi sangat penting dalam penyediaan air bersih yaitu untuk mengontrol
kontaminasi mikrobiologi, karena walaupun kualitas pada sumbernya baik tidak menutup
kemungkinan terjadi kontaminasi pada saat pendistribusiannya. Beberapa pengolahan
tambahan atau desinfeksi yang biasa dilakukan antara lain:
C. Khlorinasi
Khlorinasi merupakan pencampuran kaporit ke dalam air. Konsentrasi sekitar
2 ppm cukup untuk membunuh bakteri. Penggunaan kaporit akan menimbulkan bau
pada air dan untuk menghilangkannya diperlukan proses penyaringan dengan media
karbon aktif. Cl2, HOCl dan OCl2 merupakan sisa khlor aktif yang bersifat toksik
bagi kuman. Dibanding dengan organisme patogen yang lain dalam air, bakteri
golongan Coliform adalah yang paling rentan terhadap khlorin (Salsona dalam
Friaraiyatini, 2003).
10. Hasil survey pendahuluan di 10 rumah pengguna air PDAM berlokasi sekitar 100 meter
dari IPA tentang penilaian subyektif bau, warna dan rasa dari air PDAM, dimana
keseluruhan Kepala Keluarga (KK) mengatakan bahwa air PDAM dirumah mereka
berbau kaporit. Sedangkan hasil pemeriksaan PDAM terhadap kualitas air minum
secara kimiawi, sampel air di ambil dalam reservoir IPA Tegal Gede pada tahun 2013
diperoleh sisa khlor sebesar 0,8 mg/l. Hal ini tidak memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh Direktorat Penyehatan Air. Jika mengacu pada [3]-[4] dapat disimpulkan bahwa
hasil pengujian sisa khlor di IPA Tegal Gede tersebut melebihi batas syarat air minum.
Sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, maka PDAM Kabupaten Jember wajib
menjamin air minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan.
Direktorat Penyehatan Air menetapkan batas syarat sisa khlor yang diinginkan dalam
reservoir agar memenuhi syarat kesehatan sebagai air yang aman diminum yaitu bekisar
0,1 – 0,3 mg/l [3] dan rujukan [4] yang menyatakan bahwa tujuan klorinasi pada air
untuk mempertahankan sisa klor sebesar 0,2 mg/l didalam air. Sedangkan untuk
menjadi sumber air baku air minum, kualitas air sungai harus memenuhi baku mutu air
kelas satu dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 02 Tahun 2008.
Mulyaningrum, H. M., Kriswandana, F., & Ipmawati, P. A. (2021). Kualitas Mikrobiologi
Air Bersih Di Rumah Sakit Jiwa Menur. GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN, Hal 113-114.
Fauziyah, N., Hermiyanti, P., & Rokhmalia, F. (2022). EVALUASI PENYEHATAN AIR
BERSIH RUMAH SAKIT DENGAN PERMASALAHAN KANDUNGAN
MANGAN, BESI DAN TOTAL KOLIFORM TINGGI. Jurnal Hygiene Sanitasi, 2(1),
17.
Prasetyaningsih, R. S., & Yulianto, Y. (2017). Studi Kondisi Kesehatan Lingkungan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2016. Buletin Keslingmas, 36(2), 166-167
Sidabutar, M., Dewi Moelyaningrum, A., & Trirahayu Ningrum, P. (2013). Analisis total
Coliform dan Sisa Khlor pada Instalasi Pengolahan Air Tegal Gede Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kabupaten Jember.