“Parasit”
diajukan untuk memenuhi tugas
2014-2015
PARASIT
A.Pengertian Parasit
Secara bahasa, istilah parasit mempunyai konotasi yang buruk.Parasit adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup
lainnya. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang artinya di samping makanan
(para=di samping/di sisi, dan sitos=makanan). Parasit hidup dengan menempel dan menghisap
nutrisi dari makhluk hidup yang di tempelinya.Makhluk hidup yang di tempeli oleh parasit di
sebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan
dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga
mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh
inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya.
Dalam ilmu kesehatan, parasit identik dengan organisme penyebab penyakit. Sebagian besar
penyakit yang menyerang manusia di sebabkan oleh parasit yang hidup dan berkembang biak
dalam tubuhnya. Contoh parasit yang merugikan kesehatan manusia antara lain adalah:
Cacing perut
Kutu rambut
Parasit penyebab malaria
Jamur kulit
Virus dan bakteri yang berkembang biak dalam tubuh manusia, dll.
A. Penggolongan Parasit
1. Ektoparasit (ectozoa)
Yaitu parasit yang hidup di luar tubuh hospes atau liang-liang kulit yang masih
mempunyai hubungan dengan dunia luar.Misal : di kulit, rambut, rongga telinga luar.
Yaitu parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.Misal : di dalam darah, rongga
tubuh, usus, dan organ tubuh lainnya. Contoh di dalam hati :Fasciola hepatica (sapi).
Parasit fakultatif adalah organisme yang sebenarnya organisme hidup bebas, tetapi karena
kondisi tertentu mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit sehingga sifat
Stadium larvanya normal hidup di dalam kotoran ternak, tetapi karena tidak ada kotoran
ternak terpaksa lalat bertelur didalam tubuh yang luka sehingga waktu menetas larva
menimbulkan miasis yang dijumpai pada sela-sela teracak, bagian kuku atau telinga luar.
Parasit obligat adalah semua organisme yang hidupnya berada di dalam tubuh inang, dan
akan mati bila berada di luar inang. Contoh : semua organisme patogen.
Parasit insidentil atau parasit sporadis adalah suatu parasit yang karena sesuatu sebab
Adalah parasit yang masuk ke dalam tubuh hospes tanpa menimbulkan keluhan/penyakit
pada hospes dan keluar dari tubuh hospes tanpa perubahan apapun. Terjadi saat diagnose
pascamati, misal sebelum mati anjing makan feses sapi mengandung telur cacing
Moniezia expansa.
Ada beberapa hewan yang termasuk parasit, beberapa hewan tersebut adalah caplak, tungau,
1. Caplak
Caplak adalah ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata. Sama seperti anggota
arachnida lainnya tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian depan disebut
Meskipun demikian, tidak terdapat batas yang jelas diantara dua bagian tubuh
tersebut.Caplak dewasa mempunyai alat-alat tubuh pada arachnida seperti khelisera dan
palpus (alat sensori) yang terdapat dibagian atas, dan enathosoma/capitulum, dan empat
Contoh caplak berkulit keras di Indonesia adalah caplak sapi (Boophilus microplus),
induk semangnya.Caplak dapat hidup pada 1-3 induk semang berbeda selama fase
pertumbuhannya sehingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk semang satu, berinduk
Caplakmemiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari telur - larva - nimfa - dewasa.
Memiliki lama siklus hidup lebih kurang lebih 3 bulan. Rhipicephalus sanguineus merupakan
caplak berinang 3, umumnya anjing. Caplak betina bertelur sampai 5.000 butir telur,
selanjutnya telur akan menetas dalam 17-30 hari dan kemudian larva menempel pada inang
Larva menghisap darah 2—6 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu
nimfa menempel pada inang ke-2, terutama di belakang leher, menghisap darah 4-9 hari,
jatuh, dan berubah menjadi dewasa 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada
inang ke-3 yang sering pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, menghisap darah
pada 6-21 hari dan lalu jatuh untuk bertelur. Larva tidak makan dapat hidup sampai dengan
menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat menjadi
tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat toksin yang
diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari otot belakang
Paralisis berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis menjadi kebal
Seekor caplak betina mampu bertelur 100 butir sehari . Setelah menetas, muncul
[3]
larvanya yang segera mencari induk semang untuk menghisap darah yang pertama. Setelah
itu larva berubah menjadi caplak muda. Caplak muda ini bisa mengalami hibernasi selama
bertahun-tahun sebelum berubah menjadi caplak dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup
tanpa menghisap darah selama bertahun-tahun. Caplakbetina menghisap darah 8-10 hari
hingga bobotnya mencapai 100 kali lipat dan kemudian melepaskan diri dari anjing untuk
2. Tungau
Tungau merupakan binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh
mata.Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang bersama-sama dengan
Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses
penyebar penyakit (vektor) dan pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang
hidup menumpang pada hewan lain namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian,
tungau menimbulkan banyak kerusakan pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat
buahPhyllocoptura oleivera Ashmed dan tungau merahPanonychus citri, merusak daun
ketela pohon dan juga daun beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga
Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu hewan walaupun sama-sama berukuran
kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya sama). Apabila kutu sejati merupakan
anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan dengan laba-laba dilihat dari
rata.Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya
300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 –
240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak
dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.. Bila dilihat dari sisi fisiknya, bentuk
binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah.Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata
Tungau betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk
pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam
terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit
untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel
rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi
bentuk dewasa melalui bentuk nimfa.Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa
sekitar 10-14 hari.Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau
betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup di
3 .CACING
A.Klasifikasi
Parasit ini tersebar luas di daerah tropik dan subtropik, meluas jauh ke utara sampai ke
Spanyol dan ke selatan sampai Brisbane, Australia.Di belahan Timur Dunia dapat ditemukan
di Afrika, Asia, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia dan kepulauan Pasifik selatan.Di
belahan Barat Dunia di Hindia barat, Costa Rica dan sebelah utara Amerika Selatan.
Penyakit ini di Amerika Selatan dimasukkan oleh budak belian dari Afrika melalui kota
Charleston, Carolina Selatan, tetapi telah lenyap 40 tahun yang lalu. Frekuensi filariasis
yang bersifat periodik, berhubungan dengan kepadatan penduduk dan kebersihan yang
kurang, karena Culex quinquefasciatus sebagai vektor utama, terutama membiak di dalam
air yang dikotori dengan air got dan bahan organik yang telah membusuk. Di daerah Pasifik
Selatan frekuensi filiariasis nonperiodik di daerah luar kota sama tingginya atau lebih tinggi
daripada di desa-desa besar karena vector terpenting ialah Aedes polynesiensis, seekor
nyamuk yang biasanya hidup di semak-semak. Frekuensi berbeda-beda menurut suku
bangsa, umur dan kelamin, terutama berhubungan dengan faktor lingkungan.Orang Eropa,
yang lebih terlindung terhadap nyamuk, mempunyai frekuensi lebih rendah daripada
penduduk asli.
C. Morfologi
Cacing dewasa menyerupai benang, berwarna putih kekuning-kuningan. Cacing betina
berukuran 90-100x0,25 mm ekor lurus dan ujungnya tumpul, didelfik dan uterusnya
berpasangan (paired). Cacing jantan berukuran 35-40mmx0,1mm, ekor melingkar dan
dilengkapi dua spikula.
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung dan berukuran 250-300x7-8
mikron.Mikrofilaria terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan di aliran darah
tepi, tetapi pada waktu tertentu saja.Pada umumnya mikrofilaria.Cacing ini mempunyai
periodisitas nokturna karena mikrofilaria dalam darah tepi banyak ditemukan pada malam
hari, sedangkan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler organ-organ visceral
(jantung, ginjal, paru-paru dan sebagainya). Di daerah pasifik, mikrofilaria W.
bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal.Di Thailand terdapat mikrofilaria
dengan periodisitas subperiodik nokturna.
D.
C. Morfologi
D. Siklus hidup
Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirosrtis.Brugia
Malayi yang hidup pada manusia dan mamalia lainnya ditularkan olehMansonia sp. Brugia
timori, sedangkan yang hanya hidup pada manusia ditularkan oleh Anopheles barbirostris.
Kedua cacing ini mempunyai siklus hidup yang kompleks dan ukuran tubuh lebih pendek
bila dibandingkan dengan ukuran tubuh Wuchereri bancrofti.Masa pertumbuhan larva di
dalam tubuh vektor kira-kira 10 hari. Di sini larva mengalami pergantian kulit dan
berkembang menjadi L-1, L-2, dan L-3. Pada manusia, masa pertumbuhan bisa mencapai 3
bulan. Pada tubuh manusia, perkembangan ke dua cacing ini mempunyai pola hidup yang
sama seperti Wuchereria bancrofti.
E. Diagnosis
Dalam program pencegahan, harus diperhatikan hospes reservoir selain manusia. Cara
pencegahan sama dengan filariasis bancrofti.
Obat yang dapat dipilih adalah dietilkarbamazin sitrat (DEC), namun efek sampingnya lebih
berat jika dibandingkan untuk pengobatan filariasis brugia.Oleh karena itu, untuk
pengobatan filariasis brugia dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan
dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
Dracunculus medinensis
A.Klasifikasi
Parasit terdapat pada manusia di Afrika Utara, Barat dan Tengah, di daerah barat daya
Asia, timur laut Amerika Utara dan Tiongkok.Di India sebelah barat terdapat presentase
tinggi dari penduduk kebanyakan berumur di bawah 20 tahun, telah terkena infeksi oleh air
dari sumber air minum.Pada sumber ini tidak disediakan tali atau ember, tetapi orang masuk
hingga lutut atau pergelangan kaki ke dalam air sambil mengisi tempat air mereka.Pada
waktu itu cacing dewasa mengeluarkan larva-larvanya Cyclops yang mengandung parasit
terambil dalam air.
C. Morfologi
Cacing dewasa berbentuk seperti tali, silindris .Betina : 500-1200 x 0,9-17 mm, usia
sampai 12-18 bulan, Jantan : 12-29 x 0,4 mm ; ujung anterior membulat , posterior agak
runcing & melengkung ke ventral.
D. Siklus hidup
Cacing dewasa hidup di dalam jaringan subkutis dan kulit, dan menjadi dewasa dalam 10
minggu.Seekor cacing betina dapat hidup sampai 12-18 bulan.Di dalam waktu kira-kira satu
tahun cacing betina yang pindah ke jaringan subkutis tungkai, lengan, pundak dan tubuh
bagian bawah yang banyak bersentuhan dengan air.Bila waktunya untuk mengeluarkan
larva, bagian kepala cacing membentuk benjolan kecil pada kulit yang berindurasi,
kemudian benjolan itu menjadi vesikel dan dapat menjadi ulkus.Bila permukaan ulkus
terkena air maka lekuk uterus, yang telah menjulur keluar melalui bagian anterior
cacingyang pecah, mengeluarkan larva yang dapat bergerak ke dalam air.
E. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan bentuk luka setempat adanya cacing dan larva.Bentuk cacing
di bawah kulit dapat dilihat dengan penyinaran cahaya.Cacing yang telah mengalami
perkapuran dapat ditemukan tempatnya dengan pemeriksaan sinar Rontgen.Pengeluaran
larva dapat dirangsang dengan mendinginkan daerah ulkus.Reaksi kulit, dengan memakai
ekstrak cacing sebagai antigen, adalah positif pada kebanyakan penderita.
Bila cacing tidak sampai pada kulit maka akan mati dan mengalami desintegrasi,diserap
atau mengalami perkapuran. Adanya di dalam jaringan mesenterium dapat menerangkan
gejala psedoperitoneal dan manifestasi alergi.
Bila cacing sampai pada permukaan tubuh dilepaskan zat toksin yang menimbulkan reaksi
raang seempat sebagai vesikel streil angbeisi eksudat serosa.Cacing terdapat di dalam
terowongan subkutis dengan bagian anterior di bawah lepuh yang mengandung cairan
kuning jernih.Kelainan ini dapat tampak dengan adanya indurasi dan endema.Vesikel dapat
timbul pada tiap tempat yang dapat memungkinkan keluarnya larva di dalam air, biasanya
pada tungkai, pergelangan kaki dan di sela-sela jari kaki, dan sangat jarang pada lengan atau
tubuh.Kontaminasi lepuh yang dapat menimbulkan abses, selulitis, ulkus yang besar dan
nekrosis.
Gejala-gejala mulai tepat sebelum cacing sobek.Urtikaria, eritem, sesak nafas, muntah,
gatal, pusing, merupakan gejala alergi. Gejala itu timbul biasanya pada waktu cacing sobek,
tetapi kadang-kadang timbul lagi selama pengeluaran cacing. Dikarenakan zat-zat yang
dikeluarkan cacing masuk ke dalam jaringan.
4. JAMUR
Trichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi jamur
kronis pada kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan koloninya dari lambat hingga bisa menjadi cepat.
Teksturnya yang lunak, dari depan warnanya putih kekuning-kuningan (agak terang) atau bisa juga
merah violet. Kalau dilihat dari belakang tampak pucat, kekuning-kuningan, coklat, atau cokelat
kemerahan. Meskipuntrichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum terdeteksi menjadi
dermatophytes (jamur parasit – mycosis – yang menginfeksi kulit) dan menyebabkan infeksi jamur kuku
tangan, ada juga jenis jamur yang lain yang menjadi sebab infeksi serupa, contohnya Tricophytum
mentagrophytes, T. verrucosum, dan T. Tonsurans. [1]
Penularan
Dermatophytes ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit/kuku manusia atau hewan yang
terinfeksi. Inilah yang menyebabkan jamur ini tergolong sebagai IMS karena bisa ditularkan melalui
‘sentuhan, usapan, dan rabaan’ dari kulit yang mungkin terinfeksi. Bisa juga akibat kontak kulit atau
rambut kita dengan benda yang dihinggapi jamur ini seperti pakaian, sisir, sikat rambut, kursi bioskop,
topi, furniture, seprai, selimut, handuk, dan lain sebagainya. Tergantung pada jenis organisme jamur
yang ada di sekitar kita. Kerentanan terkena infeksi terjadi apabila ada cedera pada kulit seperti luka
tergores, luka bakar, maupun suhu dan kelembaban yang berlebihan.
Infeksi yang ditimbulkan[
Infeksi yang ditimbulkan meliputi:
Ringworm (infeksi fungal pada kulit manusia dan hewan (sapi dan domba)) dikenal juga dengan
istilah dermatophytosis.
Athlete’s foot (infeksi fungal pada kulit manusia yang menyebabkan sisik, flake, dan gatal pada
daerah yang terinfeksi) dikenal juga dengan istilah Tinea pedis.
Jock itch dikenal sebagai Tinea cruris (infeksi fungal pada daerah kunci (lipatan) paha), yang
lebih sering terlihat pada laki-laki.
Fungal Folliculitis (peradangan kulit pada daerah berambut) pada daerah berambut di atas
kepala dikenal juga dengan nama Tinea capitis
Fungal Folliculitis pada daerah janggut dikenal sebagai Tinea barbae
Fungal Folliculitis pada kaki dan betis dikenal sebagai Majocchi granuloma, ini sering terjadi
pada wanita yang mencukur kaki mereka.
Onychomycosis yaitu infeksi fungal pada kuku yang menyebabkan kuku tumbuh tidak normal.
Identifikasi jamur
Idetifikasi terhadap infeksi jenis T. rubrum sulit karena banyak anggota genus yang bereaksi mirip pada
saat dikenai tes reagen. The Mycology Unit at the Adelaide Women’s and Children’s Hospital menggunakan
sebuah skema identifikasi dermatophyte, dibuat oleh Gerraldine Kaminski. Skema ini menggunakan 6
macam media untuk membantu mengidentifikasi dan membedakan berbagai jenis spesies dan strain
Trichophyton. Media dalam skema ini adalah Littman Oxgall agar, Lactritmel agar, Sabouraud agar dengan
5% NaCl, 1% Peptone agar, Trichophyton agar No 1, dan hidrolisis urea.
Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif.
Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus
manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia.Bila inang definitif (manusia) maupun
inang antara (sapidan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan
embrio( onchosphere ) yang kemudian menembus dinding usus . Embrio cacing yang mengikuti
sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam
otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot
pengunyah, daerah esofagus , leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis .
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia
yang dapat menular dari hewan ke manusia , maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia
disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi , sementara Taenia
saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi . Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan
oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium ( cacing pita
babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita
sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia
asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. Terdapat dugaan bahwa
Taenia asiatica merupakan penyebab sistiserkosis di Asia . Manusia terkena taeniasis apabila
memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang mengandung sistiserkus sehingga
sistiserkus berkembang menjadi Taenia dewasa dalam usus manusia. Manusia terkena
sistiserkosis bila tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia solium .Hal ini
juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu penderita melalui pengeluaran dan
penelanan kembali makanan . Sumber penularan cacing pita Taenia pada manusia yaitu :
1. Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau segmen tubuh (proglotid)
cacing pita
2. Hewan, terutama babi dan sapi yang mengandung larva cacing pita (sistisekus).
3. Makanan, minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur cacing pita.
Penyebaran
Cacing pita Taenia tersebar secara luas diseluruh dunia. [7] . Penyebaran Taenia dan kasus
infeksi akibat Taenia lebih banyak terjadi di daerah tropis karena daerah tropis memiliki curah
hujan yang tinggi dan iklim yang sesuai untuk perkembangan parasit ini. [12] Taeniasis dan
sistiserkosis akibat infeksi cacing pita babi Taenia solium merupakan salah satu zoonosis di
daerah yang penduduknya banyak mengkonsumsi daging babi dan tingkat sanitasi
lingkungannya masih rendah, seperti di Asia Tenggara , India , Afrika Selatan , dan Amerika
Latin .
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala
klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah :
Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
Gatal-gatal pada anus (77%)
Mual (46%)
Pusing (42%)
Peningkatan nafsu makan (30%)
Sakit kepala (26%)
Diare (18%)
Lemah (17%)
Merasa lapar (16%)
Sembelit (11%)
Penurunan berat badan (6%)
Rasa tidak enak di lambung (5%)
Letih (4%)
Muntah (4%)
Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
Pegal-pegal pada otot (1%)
Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan
gangguan pernapasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-
beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis ),
mata , otot dan lapisan bawah kulit .Dampak kesehatan yang paling ditakuti dan berbahaya
akibat larva cacing Taenia yaitu neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian.
Neurosistiserkosis adalah infeksi sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium .
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda
maupun setengah baya , epilepsi dan kelainan pada tengkorak . Sistiserkosis merupakan
penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan penyebab 25%tumor dalam
otak .
Pengendalian
Cara Pengendalian cacing pita
Taenia
Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya.
Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui
diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang
dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide dan Praziquantel. Sedangkan untuk
mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi
kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan
tubuh inang . Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi di daerah
endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi pada manusia.
Lingkungan yang bersih sangat diperlukan untuk memutuskan siklus hidup Taenia karena
lingkungan yang kotor menjadi sumber penyebaran penyakit. Pelepasan telur Taenia dalam feses
ke lingkungan menjadi sumber penyebaran taeniasis/sistiserkosis. Faktor risiko utama transmisi
telur Taenia ke babi yaitu pemeliharaan babi secara ekstensif , defekasi manusia di dekat
pemeliharaan babi sehingga babi memakan feses manusia dan pemeliharaan babi dekat dengan
manusia. Hal yang sama juga berlaku pada transmisi telur Taenia ke sapi . Telur cacing ini dapat
terbawa oleh air ke tempat-tempat lembap sehingga telur cacing lebih lama bertahan hidup dan
penyebarannya semakinluas. Kontrol penyakit akibat Taenia di lingkungan dapat dilakukan
melalui peningkatan sarana sanitasi , pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi ,
pencegahan kontaminasi tanah dan tinja pada makanan dan minuman. Pembangunan sarana
sanitasi, misalnya kakus dan septic tank , serta penyediaan sumber air bersih sangat diperlukan.
Pencegahan konsumsi daging yang terkontaminasi dapat dilakukan melalui pemusatan
pemotongan ternak di rumah potong hewan (RPH) yang diawasi oleh dokter hewan.
Prengertian Scabies
Penyakit scabies adalah penyakit gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau atau kutu kecil yang
bernama Sarcoptes scabiei varian hominis, ditandai dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari
dan mudah menular melalui kontak langsung atau tidak langsung. Penyakit scabies ini banyak
diderita di masyarakat kita, maka tak heran banyak penamaan untuk penyakit ini seperti gudik
(gudikan), kudis (kudisan), gatal agogo, budukan, dan lain-lain ( silahkan ditambahkan ).
Penyebab scabies
Seperti telah disebutkan sebelumnya penyakit scabies disebabkan oleh tungau yang berukuran kecil
tak tampak oleh mata telanjang sehingga untuk melihatnya diperlukan alat bantu berupa mikroskop.
Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm, sedangkan S. scabei jantan setengah dari ukuran betina.
Sarcoptes scabei penyebab gudikan atau kudis Kutu betina yang sudah dibuahi akan tinggal di kulit
dengan membuat liang terowongan pada kulit ( lihat gambar ), disana ia bertelor sekitar 40-50 butir
telor, dan akan menetas dalam waktu 3-5 hari. Di luar kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3
hari pada suhu kamar.
Karena penyebab scabies adalah kutu yang dapat menyebar dari orang ke orang maka penyakit ini
mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi secara kontak langsung atau bersentuhan kulit-kulit
dan hubungan suami istri. Bisa juga terjadi secara tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk,
dan tempat tidur yang dipakai bersama-sama. Maka tak heran jika penyakit scabies ini akan
mengenai orang secara berjamaah seperti dalam satu keluarga, satu asrama, pondok pesantren, dan
satu sekolah.
Gejala Scabies
Gejala utama penyakit scabies adalah gatal pada kulit, terutama memburuk pada malam hari. Rasa
gatal terjadi karena reaksi alergi terhadap tungau. Terjadi secara berkolompok seperti telah
disebutkan di atas. Gejala scabies atau kudis lainnya meliputi:
Gatal di sekitar puting susu, garis bra, dan sisi payudara (pada wanita).
Pengobatan Scabies
Penyakit scabies atau Kudis ini tidak akan sembuh dengan sendirinya. Untuk menghilangkannya, dan
agar tidak menyebar kepada orang lain, maka perlu menggunakan obat scabies berbentuk krim
khusus atau lotion yang dioleskan pada kulit. Obat scabies cream ini mengandung permethrin atau
kandungan lainnya. Oleskan obat scabies merata ke seluruh permukaan kulit yang gatal, tapi hindari
daerah sekitar mata dan mulut. Setelah dioleskan biarkan, jangan terkena air selama 8 sampai 14 jam
(tergantungobatnya) baru kemudian dibersihkan atau mandi.
Antihistamin (seperti interhistin, cetirizin, dll),krim steroid, atau, dalam kasus yang parah, pilsteroid
dapat membantu mengurangi rasa gatal. Obat anti gatal ini diminum sebelummenggunakan obat
scabies di atas, tentu hal ini harus berdasarkan rekomendasi dokter. Bacajuga:
Obat gatal paling ampuh Jika terdapat infeksi skunder yang ditandai dengan nanah pada kulit yang
gatal, maka diperlukan antibiotik.
Penderita dalam satu rumah atau kelompok harus diobati secara bersamaan (serempak), untuk
memutus rantai penularan. Ayo rame-rame ke dokter…
Cuci semua pakaian, seprai, dan handuk yang digunakan dalam 3 hari sebelum memulai pengobatan.
Gunakan air panas pada bilasan terakhir sebelum menjemurnya. Bersihkan dengan hati-hati tempat
tidur, sofa, ruangan atau kamar yang digunakan oleh orang yang memiliki kudis atau gudikan. Itulah
rangkuman tentang penyakit scabies yang dikenal juga dengan sebutan kudis atau gudikan yang perlu
diketahui. Semogabermanfaat.
Kesimpulan
• Parasitologi adalah ilmu yang mempelajri tentang parasit. Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan yang semakin pesat, telah diketahui pentingnya ilmu yang
mempelajari parasit sehingga diketahuilah apa yang dimaksud dengan parasit.
Parasit adalah organisme satu sel yang disebut protozoa atau banyak sel yang
disebut metazoa. dalam parasitologi mempelajari hospes, parasit, dan
lingkungan. menurut tempat hidup parasit dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit
dan endoparasit. Parasit yang sama sekali tidak dapat hidup tanpa hospes
disebut parasit obligat (permanen); sedangkan organisme yang hidup bebas
akan tetapi suatu waktu dapat menjadi parasit disebut parasit fakultatif
(opportunist).
• Menurut jumlahnya, hospes definitif parasit terdiri atas : homoksenosa
,stenoksenosa, dan heteroksenosa. Dilihat dari segi kerusakan yang ditimbulkan
oleh parasit, parasit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu parasit patogen, dan
parasit apatogen. Parasit masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui mulut;
menembus kulit; gigitan arthropoda atau melalui inhalasi. Cara lain ; hubungan
seksual, transmammary, jarum suntik, transfusi darah atau melalui transplantasi
jaringan.
Saran
Pengetahuan tentang parasit sangatlah diperlukan demi teciptanya kesehatan
yang optimal didalam masyarakat. Pengetahuan ini sangat menentukan tingkat
kesehatan masyarakat, semakin tahu masyarakat tentang parasit, bisa hampir
dipastikan mereka bisa lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan mereka
terhadap parasit yang berkembang sehingga tingkat kesehatan merekapun akan
meningkat, terutama dalam menanggulangi bahaya parasit. Semoga makalah ini
bisa menumbuhkan jiwa perawat kita untuk mensosialisasikan lebih gencar
akan bahaya parasit bagi kesehatan manusia dan lingkunganya.