Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Musa Qofa Al-kazhim

Nim : C031181325
Kelompok : 1
Nama Asisten : Dian Anugrah
REVIEW ESSAY

Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar tubuh hewan, yaitu pada kulit, rambut, atau
bulu hewan. Ektoparasit pada hewan dibagi menjadi dua kelas utama yaitu kelas Insecta dan
Arachnida. Anggota kelas Arachnida yang penting di bidang kedokteran hewan adalah caplak dan
tungau. Sementara itu anggota kelas Insecta yang penting di bidang kedokteran hewan adalah kutu,
kutu busuk, pinjal, nyamuk dan lalat.
Caplak adalah ektoparasit yang mempunyai ciri utama yaitu 2 bagian besar yakni caplak
yang caplak bertubuh keras (ixodidae) dan bertubuh lunak (argasidae).caplak bertubuh keras
berbentuk bulat telur dan mempunyai kulit (integumen) dengan empat pasang kaki. Caplak
bertubuh lunak bentuknya oval, bagian depan lebih sempit daripada posterior sedangkan bagian
pinggirannya berbentuk tajam. Siklus hidup; caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup yaitu telur,
larva, nimpha dan dewasa. Telur diletakkan di tanah. Larva baru menetas segera akan mencari
inangnya lalu tinggal pada inang tersebut dan segera menyilih (molting) menjadi nimfa. Nimfa
menghisap darah kembali dan molting menjadi capak dewasa. Terdapat pembagian caplak
berdasarkan inangnya : 1) Caplak berumah satu yaitu semua stadiumnya dalam satu inang yang
sama 2) Caplak berumah dua yaitu larva dan nimfa tinggal dalam satu inang sedangkan dewasa
tinggal dalam inang yanglain 3) Caplak berumah tiga yaitu setiap stadium larva, nimfa dan dewasa
masing-masing memerlukan inang yang berbeda.Hospes; sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
anjing, kucing, dan unggas. Penyakit; anemia dan teriritasi. Kelumpuhan (tick paralysis). Serta
sebagai vektor dalam penularan penyakit far-eastern spring summer. Identifikasi; caplak yang
hidup bebas di sekitar kandang dikumpulkan menggunakan handuk/kain katun. Pengamatan
dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40, 100, dan 1000 untuk identifikasi
Tungau adalah ektoparasit yang mempunyai ciri utama yaitu tubuh terbagi atas 2 bagian,
yaitu gnathosoma (anterior) atau capitulum, dan idiosoma (posterior). Gnathosoma hanya terdiri
atas mulut, sedangkan beberapa organ lainnya seperti otak ada pada bagian idiosoma. Bagian
idiosoma terbagi menjadi dua, bagian tubuh yang memiliki kaki disebut podosoma, dan bagian
belakang tubuh yang tidak berkaki disebut opisthosoma. Tungau dewasa memiliki delapan kaki,
sedangkan larvanya hanya memiliki enam kaki. Tungau merupakan ektoparasit yang sering
menyebabkan penyakit kulit seperti skabies dan demodekosis pada anjing. Skabies pada anjing
disebabkan tungau Sarcoptes scabiei, sedangkan tungau yang menyebabkan demodekosis adalah
Demodex canis.
Pinjal adalah ektoparasit yang bersifat semiobligat dan menghisap darah inangnya saat
dewasa. Pinjal dewasa memiliki bentuk tubuh pipih bilateral, berukuran 1.5–4 mm, tidak bersayap,
mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat. Tubuh pinjal ditutupi oleh rambut-
rambut halus maupun kasar. Permukaan tubuh pinjal dilapisi kitin yang tebal untuk memudahkan
bergerak pada rambut dan kulit inang. Kepalanya kecil berbentuk segitiga dan memiliki lekuk di
belakang mata yang berfungsi menyimpan antena bersegmen. Pinjal memilki 2 famili yang penting
dalam dunia kedokteran hewan yaitu Ceratophyllidae dan Pulicidae. Famili Ceratophyllidae
merupakan famili besar yang terdiri dari 80 spesies parasit burung dan sekitar 420 spesies parasit
hewan pengerat. Famili Pulicidae memiliki beberapa genus penting, misalnya Ctenocephalides
(pinjal kucing dan anjing), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus) yang merupakan
jenis-jenis pinjal yang sering dijumpai sebagai ektoparasit utama serta menimbulkan masalah di
Indonesia.
Kutu merupakan ektoparasit yang dibagi menjadi 2 subordo, yaitu Anoplura (kutu
pengisap) dan Mallophaga (kutu penggigit). Kutu memiliki tiga superfamili yang terdiri atas
Ischnocera, Amblycera, dan Rhynchopthirina. Kutu Ischnocera dan Amblycera terdapat pada
unggas dan mamalia, sedangkan Rhyncopthirina dapat ditemukan pada gajah dan babi hutan. Kutu
yang temasuk dalam subordo Mallophaga berukuran kecil, yaitu 2–6 mm. Kepala kutu ini lebih
luas daripada toraks dan memiliki karakteristik tipe mulut pengigit, mandibulanya di ventral
kepala, serta memiliki 3-5 segmen antena yang pendek dan berbentuk filiform. Kutu ini memiliki
toraks sempit, tidak bersayap, bagian tubuh dorsoventral rata, dan kaki yang pendek dengan satu
atau dua kuku yang memiliki pinch (alat penjepit) sederhana atau lebih kompleks. Mallophaga
terdiri atas dua superfamili, yaitu Amblycera dan Ischnocera. Superfamili Amblycera dapat
dibedakan dengan Ischnocera dari ukuran kepala, bentuk, dan banyaknya ruas antena serta ada
tidaknya palpus maksila. Amblycera dilengkapi dengan palpus maksila, antena yang tidak jelas
terlihat dan terdiri atas empat ruas, sedangkan Ischnocera memiliki antena berbentuk filiform dan
terlihat nyata di sisi kepala dengan tiga sampai empat ruas dan tidak dilengkapi palpus maksila.
Jenis kutu yang penting di bidang kedokteran hewan adalah Trichodectes canis, Menopon gallinae,
Heterodoxus spiniger, Felicola subrostratus, dll.
Nyamuk adalah ektoparasit yang mempunyai dua pasang sayap, berukuran kecil sekitar 4-
13 mm dan tubuhnya rapuh. Pada kepala terdapat proboscis yang halus dan panjangnya melebihi
panjang kepala, digunakan untuk menusuk dan menghisap. Proboscis pada nyamuk betina
digunakan sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk
menghisap zat-zat seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Terdapat
palpus yang mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15 yang terletak di kanan
dan kiri proboscis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat (plumose) pada antenanya,
sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut (pilose). Terdapat 2.960 jenis nyamuk di
seluruh dunia, 457 jenis diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu 80 spesies Anopheles, 82 spesies
Culex, 125 spesies Aedes dan delapan spesies Mansonia sedangkan sisanya tidak termasuk
mengganggu.
Lalat adalah ektoparasit yang mempunyai dua pasang sayap, sayap tersebut kadangkadang
memiliki sedikit sisik, tetapi lebih sering ditemukan sayapnya berjenis membranosa. Pada
pasangan sayap belakang terdapat sepasang batang ramping berbungkul di sebut halter yang
dipakai untuk keseimbangan. Tubuh lalat terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan
abdomen. Lalat memiliki dua tipe alat mulut (proboscis), yaitu tipe alat mulut penghisap dan tipe
alat mulut penusuk. Tipe proboscis penghisap memiliki struktur seperti spons dengan bentuk
proboscis tumpul dan bagian ujung (labella) melebar. Proboscis ini berfungsi menyerap makanan.
Tipe proboscis penusuk memiliki bentuk panjang dan mencuat ke depan kepala. Proboscis tipe ini
berfungsi menusuk kulit dan mengisap darah. Memiliki ukuran mata yang besar, terdapat dua mata
majemuk dan 3 mata tunggal. Antena terdiri dari 3-4 segmen, bermetamorfosis secara sempurna.
Lalat merupakan jenis ektoparasit yang berperan sebagai penganggu, terdiri dari lalat pengisap
darah dan lalat bukan penghisap darah. Tabanus, Haematopota, Chrysops, Stomoxys, dan
Haematobia merupakan jenis lalat pengisap darah, sedangkan lalat bukan penghisap darah,
contohnya Musca dan Hydrotaea.
Kerugian yang ditimbulkan oleh infestasi ektoparasit sangat banyak, sehingga perlu
dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian. Secara umum tindakan pengendalian dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Pengendalian ektoparasit dapat
dilakukan dengan mencegah hewan keluar rumah sehingga meminimalisir resiko infestasi.
Pengendalian pinjal dapat dilakukan dengan membersihkan tempat tidur hewan, karpet, dan
perabot rumah dengan vacuum cleaner untuk menghilangkan telur dan larva pinjal. Pengendalian
pada caplak dengan pengambilan secara manual dan melenyapkan area yang beresiko menjadi
tempat berkembangnya caplak. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan obat
antiektoparasit atau insektisida. Permetrin, deltametrin, dan spinosad merupakan contoh insektisida
untuk pengendalian ektoparasit. Antiektoparasit lain yang dapat digunakan seperti organofosfat,
karbamat, amitraz, piretrin, dan piretroid. Pengendalian ektoparasit secara biologis merupakan
suatu pengendalian populasi ektoparasit secara alamiah menggunakan agen biologis sebagai
biokontrol. Agen Pengendalian Biologi (Biological Control Agens) dapat berupa musuh alami atau
predator, protozoa, serangga, bakteri, cendawan, virus dan lain sebagainya. Pengendalian
ektoparasit seperti nyamuk dan lalat secara fisik dapat dilakukan dengan cara pengelolaan
lingkungan berupa penimbunan kolam, pengangkatan tumbuhan air, pengeringan sawah secara
berkala setidaknya setiap dua minggu sekali, dan pemasangan kawat kasa pada jendela.
Untuk mengetahui ada tidaknya ektoparasit pada tubuh hewan, maka perlu dilakukan
pembuatan preparat ektoparasit agar dapat diperiksa, sehingga dapat diketahui morfologinya dan
pengobatan serta pencegahan apa nanti yang akan dilakukan. Pembuatan preparat ektoparasit
sangat penting dan perlu dilakukan oleh tenaga laboratorium, dapat digunakan untuk mengamati
morfologi dari jenis ektoparasit yang dapat menginvasi ke manusia maupun hewan. Dengan adanya
sediaan permanen diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang isi atau organisme yang ada
pada sediaan tersebut dan dapat menambah keterampilan dalam pembuatan sediaan permanen
dibidang kesehatan, karena pembuatan sediaan dengan kualitas yang baik sangat penting bagi
tenaga laboratorium agar mendapat hasil yang akurat. Dalam pembuatan sediaan permanen
ektoparasit, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara pengawetan basah dan pengawetan
kering. Pada pengawetan basah dibutuhkan beberapa teknik yang harus dilakukan. Teknik tersebut
diawali dengan perendaman dalam KOH 10% selama 1- 10 jam tergantung tebalnya lapisan kitin
kulit serangga, proses dehidrasi, proses clearing, dan terakhir proses mounting. Pada pengawetan
kering dibutuhkan beberapa teknik yaitu pinning menggunakan jarum, staging, pointing, carding,
spreading, setting, dan labelling

Anda mungkin juga menyukai