Disusun oleh:
NAMA : HABIBULLAH
NIM : D1D016004
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
SEPTEMBER, 2019
ii
DAFTAR ISI
iii
3.5 Aksesibilitas ............................................................................................. 16
3.6 Ekosistem ................................................................................................. 17
3.7 Potensi Fauna di TNBS ............................................................................ 18
3.7.1 Mamalia ............................................................................................. 18
3.7.2 Burung ............................................................................................... 19
3.7.3 Reptil dan Amphibi ............................................................................ 19
3.7.4 Ikan.................................................................................................... 20
3.8 Potensi Flora di TNBS .............................................................................. 20
4. Kegiatan Manajemen di Taman Nasional Berbak dan Sembilang ............ 21
4.1 Manajemen Perencanaan Hutan ............................................................ 22
4.2 Manajemen Sosial Ekonomi .................................................................. 22
5. Kegiatan Budidaya Hutan ........................................................................ 23
5.1. Pemulihan Ekosistem ....................................................................... 23
5.2. Bududaya Tanaman Mangrove ......................................................... 25
5.3. Pengembangan dan Pemeliharaan anggrek alam ............................... 25
6. Teknologi Hasil Hutan ............................................................................ 26
Teknologi Hasil Hutan ................................................................................ 26
7. Konservasi Sumber Daya Alam ............................................................... 27
7.1. Teknik Konservasi flora dan Fauna .................................................. 27
7.2. Perlindungan dan Pengamanan Hutan ............................................... 27
7.3. Pengelolaan Potensi Jasa Lingkungan di Taman Nasional Berbak dan
Sembilang ................................................................................................... 42
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 49
5.2 Saran ........................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51
LAMPIRAN ..................................................................................................... 52
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 21. Data Pengunjung ke Taman Nasional Tahun 2018 (BTNBS, 2018).
................................................................................................................... 42
Gambar 22. a) Potensi Wisata di Resort Simpang; b) Potensi wisata di Resort
Sungai Rambut; c) Potensi wisata di Simpang Malaka; d)Potensi wisata di
Desa Air Hitam Laut yaitu Pantai Babussalam. (Sumber: Habibullah dan
Nilam, 2019). .............................................................................................. 43
Gambar 23. Situs makam Rang Kayo Hitam (Sumber : Nilam dan Dea, 2019). . 44
Gambar 24. Resort Simpang (Sumber : Nilam dan dea, 2019). ........................... 45
Gambar 25. a) Kegiatan Memancing di Resort Sungai Rambut; b) Kegiatan
Tracking di Sungai Rambut (Sumbr: Habibullah, 2019). ............................. 45
Gambar 26. a) Perjalanan Menuju Simpang Malaka; b) Kondisi di Simpang
Malaka; c)Kondisi malam di Simpang Malaka; d) Perjumpaan dengan Buaya
sewaktu perjalanan keluar dari simpang malaka (Sumber: Habibullah, 2019).
................................................................................................................... 46
Gambar 27. a; b) Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut (Sumber: Habibullah,
2019). ......................................................................................................... 47
Gambar 28. a; b) Pantai Cemara (Sumber: Nilam, 2019). ................................... 47
Gambar 29. Museum mini Air Hitam Laut (Sumber: Rizal, 2019). ..................... 48
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Selama Magang ........................................................ 52
Lampiran 2. Poto bersama pembimbing lapangan .............................................. 60
Lampiran 3. Menghadiri acara perpisahan dengan kepala SPTN I ...................... 60
Lampiran 4. Presentasi kegiatan yang akan dilaksanakan selama magang .......... 61
Lampiran 5. Rapat evaluasi patroli ..................................................................... 61
Lampiran 6. Inventarisasi nelayan di Sungai Air Hitam Dalam .......................... 61
Lampiran 7. Pembentukan kelompok nelayan di Desa Telago Limo ................... 62
Lampiran 8. Merintis, pemgamg kutan bibit, seerta penanaman PE AHD ........... 62
Lampiran 9. Pelatihan pemandu wisata .............................................................. 63
Lampiran 10. Patin. Di Sungai Agam dan penghancuran barang temuan ............ 63
Lampiran 11. Monitoring burung Air Hitam Dalam ........................................... 63
Lampiran 12. Pemadaman di Sungai Bodo ......................................................... 64
Lampiran 13. Perawtan Anggrek ........................................................................ 64
Lampiran 14. Kunjungan ke lokasi PE ............................................................... 64
Lampiran 15. Kunjungan ke area pengembangan ekowisata SPTN III ................ 65
Lampiran 16. Sosialisasi ke Pesantrean Wali Peetu dan Museum mini Desa Air
Hitam Laut.................................................................................................. 65
Lampiran 17. Patroli bersama MMP ................................................................... 65
Lampiran 18. Pendinginan di parit 5 AHL .......................................................... 66
Lampiran 19. Pendataan pagar listrik di Desa Cemara ........................................ 66
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan
Praktik Kerja Lapang (PKL) di ”Taman Nasional Berbak Sembilang” dengan
lancar dan tepat waktu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak/Ibu Dosen
yang telah memberikan materi selama masa perkuliahan sehingga dapat
diaplikasikan dalam kegiatan magang. Terima kasih juga kepada Ibu Maria Ulfa,
S.Hut., M.Si selaku Pembimbing Magang, serta Bapak/Ibu Dosen Komisi Magang
yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan laporan magang tidak
lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh stakeholder Balai
Taman Nasional Berbak Sembilang atas masukannya hingga laporan ini selesai.
Dalam rangka peningkatan kemampuan mahasiswa Fakultas Kehutanan
Universitas Jambi, maka mahasiswa harus melaksanakan kegiatan PKL dengan
standar mutu yang baik. Penulis menyadari, bahwa penulisan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan, karena keterbatasan ilmu dan kemampuan. Untuk itu
penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan laporan ini penulis ucapkan, terima kasih.
Penulis
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Magang merupakan kegiatan praktek mahasiswa di Perusahaan, Instansi
Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan atau badan lembaga lain yang
dilakukan untuk meningkatkan pemahamaan, pengalaman serta menambah
wawasan mengenai dunia kerja bagi mahasiswa. Magang merupakan salah satu
mata kuliah wajib yang terdiri dari 4 SKS (Sistem Kredit Semester ) yang di ambil
oleh setiap mahasiswa yang telah mencukupi syarat pada Program Studi Fakultas
Kehutanan Universitas Jambi. Adapun syarat untuk mengikuti magang adalah
mahasiswa yang telah menyelesaikan 110 SKS. Alokasi waktu pelaksanaan
magang adalah 9 minggu efektif di lokasi magang.
Penunjukan lokasi magang dilaksanakan oleh komisi magang Fakultas
Kehutanan Universitas Jambi. Pada tahun 2019 magang diketuai oleh Ibu Cory
Wulan S.Hut., M.Si dengan 3 orang anggota. Komisi magang memiliki
kewenangan mutlak dalam menentukan lokasi magang bagi mahasiswa Program
Studi Fakultas Kehutanan Universitas Jambi. Lokasi magang pada tahun 2019
dilaksanakan pada Provinsi Jambi, Provinsi Riau, Provinsi Palembang, Provinsi
Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Lokasi magang terdiri
dari Perusahaan, dan Instansi Pemerintahan. Pembagian lokasi magang yang telah
disetujui oleh komisi magang dibawah persetujuan Dekan Fakultas Kehutanan
Universitas Jambi Dr. Forst. Bambang Irawan, SP., M.Sc. Pada penunjukan lokasi
magang penulis ditempatkan pada kawasan Taman Nasional Berbak dan
Sembilang yang terletak di Provinsi Jambi dan dibimbing oleh Ibu Maria Ulfa
S.Hut., M.Si. Kegiatan Magang ini merupakan program pembinaan yang di kelola
secara terpusat dan merupakan program institusi untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam mempraktekkan dan mengaplikasikan secara langsung ilmu dan
teori yang telah didapatkan di bangku kuliah.
Secara administratif kewilayah TN Berbak dan Sembilang berada pada 2
wilayah administrasi yaitu Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan dengan
luasan sebagaimana terincian pada tabel dibawah .
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional, kawasan TN Berbak dan Sembilang dibagi
dalam 3 Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yaitu:
1
3. Seksi Pengelolaan TN Wilayah III di Air Hitam Laut dengan kawasan yang
berada pada Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan Kabupaten
Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.
2
dan Sembilang 104°12’ - 104°55 Bujur Timur dan 1°38’ - 2°25’ Lintang Selatan,
sebagai kawasan pelestarian alam. TNBS sebagai kawasan dengan ekosistem
lahan basah rawa-rawa yang mempunyai ciri-ciri khusus yang ditandai dengan
jenis-jenis vegetasi yang tahan dengan genagan air. Perakaran dengan banir yang
tinggi dan kokoh serta akar-akar nafas menjadi pemandagan tersendiri, di kanan
kiri sepanjang sungai akan banyak kita jumpai jenis vegetasi rasau, bakung dan
rumput-rumputan, selain itu daerah yang dipengaruhi oleh air asin tegakan
awalnya selalu dimulai dengan nipah, TNBS juga mempuyai 10 jenis pandan dari
keluarga Pandanaceae (Balai Taman Nasional Berbak, 2001).
TNBS memiliki potensi flora, tidak kurang dari 25 jenis anggrek hutan
telah teridentifikasi, dua diantaranya adalah jenis langka dan dilindungi, yaitu
anggrek tebu (Gramatophyllum spesiosum) dan anggrek pensil (Vanda
hoekeriana). Kawasan TNBS juga banyak ditumbuhi oleh jenis palem, antara lain,
pinang merah (Livistona spp), palem sumatera (Nenga gajah), Nibung
(Onchosperma tigillarium), nipah (Nypa fruticans), pedada (Sonneratia spp), dan
ditumbuhi jenis-jenis kayu dengan nilai ekonomi tinggi antara lain, ramin
(Gonystylus bancanus), meranti (Shorea spp), punak (Tetramerista glabra),
kempas (Koompassia malaccensis), rengas (Gluta renghas), bintangur
(Calophylum inophyllum), gerunggang (Cratoxylon arborescens). (Balai Taman
NasionalBerbak, 2011).
Kawasan TNBS memiliki sungai utama dan anak sungai, dalam TNBS
semua jenis raja udang (Alcedenidae) serta 9 jenis rangkong yang hidup di
Sumatra (Balai Taman Nasional Berbak, 2001). Tidak kurang dari 28 jenis
mamalia telah ditemukan di TNBS, diantara spesies-spesies yang terancam punah
seperti harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), rusa
sambar (Rusa unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), beruang madu (Helarctos
malayanus), trenggiling (Manis javanica), kancil (Tragulus kancil), dan beberapa
jenis primata seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang
(Symphalang ussyndactylus), jenis reptile, ampibi diantaranya jenis tuntong
(Batagurbasca), kura-kura (Ortilia boornensis), dan buaya sinyolong (Tomistoma
schlegelii). (Balai Taman Nasional Berbak, 2011).
Dalam pengelolaan Taman Naional Berbak dan Sembilang terdapat
beberapa permasalahan diantaranya, illegal logging, perburuan liar, setrum ikan,
pagar listrik, pencurian hasil hutan non kayu, kebakaran hutan, sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan, dan sebagainya. Walapun banyak terdapat beberapa
masalah tetapi Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS) tetap melakukan
kegiatan pengelolaan kawasan konservasi seperti kegiatan perencanaan dan zonasi
kawasan, perlindungan dan pengamanan kawasan hutan, pemberdayaan
masyarakat yang berada di sekitar Taman Nasional Berbak dan Sembilang
(TNBS).
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlunya mahasiswa untuk
mengamati, mempelajari, dan mengetahui pengelolaan Taman Nasional Berbak
3
dan Sembilang (TNBS) serta permasalahan/kendala dalam pengelolaan Taman
Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan magang ini antara lain :
1. Mengetahui keadaan umum dan sistem manajemen di Taman Nasional
Berbak dan Sembilang.
2. Melihat dan Mengetahui pemanfaatan serta pengelolaan Hasil hutan non
kayu (HHBK) yang ada di Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
3. Mengetahui dan memahami sistem perlindungan dan pengamanan hutan
di kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
4. Mengetahui dan mengamati kegiatan konservasi sumber daya alam yang
dilakukan di kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
5. Mengetahui peran masyarakat sekitar areal Taman Nasional Berbak dan
Sembilang dalam kegiatan pengelolaan hutan dan lahan serta aspek
pemberdayaan masyarakatnya.
6. Mengetahui dan memahami budidaya hutan di kawasan Taman Nasional
Berbak dan Sembilang.
7. Mengetahui pengelolaan potensi ekowisata pada kawasan Taman
Nasional Berbak dan Sembilang.
4
BAB II
METODE PELAKSANAAN
5
dengan di bantu pembimbing lapangan dari TNBS sebagai pengawas dan pemberi
arahan.
b) Metode Wawancara
Mewawancarai secara langsung atau tanya jawab dengan pihak lapangan
yang bertujuan untuk memperoleh keterangan dalam pengumpulan data praktik
kerja lapang dengan bantuan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan dari kegiatan
PKL ini.
6
b. Pengelolaan hasil hutan bukan kayu yang meliputi waktu pemanenan serta
teknik pemanenan dan produktivitas HHBK yang ada di TNBS
7
Tabel 3. Tabel Lanjutan Kegiatan Magang
Budidaya
Budidaya Tanaman
3
Hutan Mangrove
Pengembangan
dan
Pemeliharaan
Anggrek ALam
4 Teknologi Pemanfaatan
Hasil potensi hasil
Hutan hutan bukan
kayu
Pengelolaan
hasil hutan
bukan kayu
5 Konservas Teknik
i sumber Konservasi
daya flora dan fauna
hutan
Perlindungan
dan
pengamanan
hutan
Pengelolaan
potensi
ekowisata
6 Evaluasi Presentasi
Magang Hasil
Magang
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Keadaan Umum Taman Nasional Berbak dan Sembilang
9
Daerah Tingkat II Tanjung Jabung Provinsi Daerah Tingkat I Jambi seluas ±
162.700 ha menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Berbak.
Selanjutnya pada tanggal 8 April 1992 Ramsar Convention of Wetlands
melalui Sekretaris Jenderal Convention of Wetlands menunjuk Berbak sebagai
Lahan Basah Penting Internasional dan telah dimasukkan pada daftar Lahan
Basah Penting Internasional sebagaimana Artikel 2.1. konvensi dengan nomor ke
554.
Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan Berita Acara Tata Batas
Suaka Margasatwa Berbak Tanjung Jabung Tanggal 31 Agustus 1990; Berita
Acara Tata Batas Taman Nasional Berbak Tanggal 1 Desember 1994; dan Berita
Acara Tata Batas Hutan Produksi Tetap Sungai Lalan Tanggal 26 September
1997, diketahui luasan Taman Nasional Berbak yaitu 142.750, 13 ha. Hal ini
menjadi dasar pertimbangan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK.113/IV-SET/2014 Tentang Zonasi
Taman Nasional Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro
Jambi, Provinsi Jambi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 dan
penunjukan Kawasan Hutan Taman Nasional Berbak sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK 421/Kpts-II/1999 Tanggal 15 Juni 1999 dan Keputusan
Menteri Kehutanan No, SK 863/Menhut-II/2014 Tanggal 29 September 2014
Tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi, maka kawasan hutan Taman Nasional
Berbak ditetapkan seluas 141.261,94 ha sesuai Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK 4649/Menlhk-PKTL/KUH/2015
Tanggal 26 Oktober 2015.
Pada tahun 2016 Taman Nasional Berbak bergabung dengan Sembilang
dengan luas 202.896,31 ha di kabupaten Musi Banyu Asin, Provinsi Sumatra
Selatan yang dilatar belakangi oleh kondisi topografi yang sama. Taman Nasional
Berbak di ubah menjadi nama Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
10
3.1.2 Letak Geografis dan Luas Wilayah
11
ekosistem hutan rawa gambut dan ekosistem hutan dataran rendah dengan
ketinggian 0 – 20 m dpl.
3.2 Struktur Organisasi
Pengelolaan Taman Nasional Berbak dan Sembilang secara organisasi
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan yang diperbaharui Nomor : P.03/Menhut-II/2009 tanggal 1 Februari
2007. Stuktur organisasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang mengacu
kepada surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : P.40/Menhut-II/2010
tanggal 20 agustus 2010. Kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang
dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Taman Nasional yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 185/Kpts-II/1997.
Awal tahun 2002 tipe organisai digolongkan Tipe C dan berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 6186//Kpts-II/2002 dan kemudian ditinggakatkan
menjadi Tipe A berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 03/Menhut-
II/2017.
KEPALA BALAI
12
dan Sembilang dinyatakan bahwa luas kawasan Taman Nasional Berbak dan
Sembilang seluas 142.750 Ha (Laporan Tahunan Balai Taman Nasional Berbak
dan Sembilang Tahun 2013, 2014).
Berdasarkan pada sistem pengelolaan Taman Nasional yang tercantum
dalam Undang-undang No 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Ekosistemnya serta kriteria penetapan zonasi dalam kawasan Taman
Nasional yang sesuai dengan peraturan pemerintah No 68 Tahun 1998 tentang
kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam, maka zonasi yang ada di
Taman Nasional Berbak terbagi kedalam beberapa zonasi yaitu zona inti, zona
rimba, dan zona pemanfaatan. Luasan tiap zona berbeda ditiap tempatnya.
Zona inti menempati luasan yang paling besar, yaitu sebesar kurang lebih
143.780 Ha menjadi 79.884,99 Ha. Kawasan ini merupakan hutan yang relatif
masih belum terganggu (hutan virgin), Sehingga diharapkan dalam zona inti ini
kelengkapan ekosistem di dalam kawasan masih dapat mendukung kehidupan
flora dan fauna yang ada di dalamnya. Zona rimba merupakan daerah yang lebih
terbuka untuk kunjungan terbatas dibandingkan dengan zona inti. Luas zona rimba
ini kurang lebih seluas 50,715 Ha dan menjadi 44.687,57 Ha. Posisi zona rimba di
dalam kawasan Taman Nasional Berbak melingkari zona inti, dengan maksud
sebagai lapisan pelindung zona inti. Kegiatan-kegiatan wisata alam alam dalam
batas-batas tertentu misalnya penjelajahan, fotografi (non komersil) masih
diijinkan di dalam zona ini dengan supervisi petugas UPT. Luas zona
pemanfaatan di kawasan Taman Nasional Berbak kurang lebih sebesar 16,823 Ha
dan menjadi 3.563,19 Ha. Dengan pertimbangan kekhasan, keindahan,
aksesibilitasi dan perlindungan pada keanekaragaman hayati maka
direkomendasikan dua lokasi di dalam kawasan yang diperuntukan sebagai zona
pemanfaatan untuk kerluan wisata. Lokasi tersebut adalah disungai air hitam
dalam yang berada di bagian barat kawasan dan sungai Air Hitam Laut yang
berada di bagian timur kawasan.
Zona Rehabilitasi merupakan zona yang mengalami kerusakan sehingga
perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang
mengalami kerusakan. Dulunya zona rehabilitasi belum ada, namun sejak luasan
Taman Nasional Berbak diusulkan revisi mengenai zonasi, Taman Nasional
Berbak menambahkan zona Rehabilitasi dengan peruntukkan mengembalikan
ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem
alamiahnya.
13
Gambar 4. Zonasi Taman Nasional Berbak da Sembilang (Sumber: BTNBS)
14
3.4 Kondisi Fisik Kawasan TN. Berbak dan Sembilang
3.4.1 Iklim
Seperti kebanyakan daerah-daerah di Sumatera, iklim lahan rendah di
pantai Timur (kawasan Taman Nasional Berbak) dicirikan oleh suhu tinggi dan
konstan sepanjang tahun, membuat iklim tropis. Suhu rata-rata tahunan sebesar
26,5̊ C, dengan suhu rata-rata bulanan maksimum sebesar 31,6̊ C dan minimum
sebesar 22,7̊ C. Di samping itu, curah hujan tahunan tinggi antara 2000 dan 2500
mm. Walaupun demikian, curah hujan tidak di distribusikan merata sepanjang
tahun. Dari bulan Juni sampai Oktober, angin Monsoon yang relative kering
datang dari Tenggara membawa sedikit hujan (sering < 100 mm/bulan). Selama
bulan November hingga April hujan deras (lebih dari 500 mm/bulan) di bawa ke
Sumatera oleh angin Monsoon Barat Laut datang dari Lautan India. Meskipun
angka-angka kecepatan angin nampaknya konstan sepanjang tahun, yaitu berkisar
antara 5-8 knot, angin dapat kuat selama musim hujan, khususnya di daerah
sekitar Tanjung Jabung, membuat laut sekitar pesisir dan desa sulit untuk dilewati
perahu-perahu kecil.Menurut klasifikasi Oldeman et al. tipe iklim di kawasan
Berbak termasuk dalam tipe iklim C, dengan 5-6 bulan basah berurutan dan bulan
kering kurang dari 3 bulan berturut-turut (Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Berbak, 2000).
3.4.2 Tanah
Daerah lahan basah terutama di dominasi oleh tanah-tanah yang jenuh air,
memiliki permukaan air yang tinggi, sering atau terus-menerus tergenang. Hal ini
disebabkan rendahnya ketinggian dari daerah kawasan ke permukaan laut, dan
rendahnya ketinggian membuat lahan rentan terhadap banjir oleh laut dan juga
banyak sungai yang melewati daerah tersebut (Rencana Pengelolaan Taman
Nasional Berbak, 2000). Menurut Pusat Penelitian Tanah tahun 1986, tanah-tanah
Organosol atau tanah-tanah dengan kandungan bahan organik tinggi adalah tipe
utama di daerah lahan basah. Tanah tersebut terbentuk antara sungai-sungai
disemua daerah lahan rendah, biasanya dipisahkan dari sungai oleh tanah−tanah
Gleisol. Tanah−tanah Organosol di Sumatera biasanya mengandung rasio C/N
(bahan organik) lebih dari 30% dan tingkat kemasaman atau pH ≤4. Tanah-tanah
Organosol selalu mengandung gambut. Di daerah lahan basah memiliki
kedalaman gambut sampai beberapa meter. Gambut memiliki kapasitas menahan
air yang besar bahkan pada musim kemarau.
Tanah gambut memiliki kandungan air tawar dalam jumlah yang besar dan
biasanya kubah-kubah atau domes gambut yang cekung dibentuk terangkat di atas
lahan sekeliling atau sungai. Hal ini berarti suplai air ke domestidak berasal dari
air sungai akantetapi air hujan. Tanah−tanah Organosol biasanya jenuh air atau
tergenang sepanjang tahun. Dikarenakan keasamannya tanah-tanah tersebut
memiliki sedikit potensi untuk pemanfaatannya. Disamping itu, tanah-tanah
tersebut hanya dapat dimanfaatkan jika air gambut dikeluarkan. Tanah-tanah ini
15
mengandung bahaya penurunan tanah (sampai beberapa meter tergantung pada
kedalaman lapisan gambut). Seringkali tanah bagian bawah (sub soil) dari tanah-
tanah Organosol adalah tanah-tanah yang berpotensi sulfat masam (Potential Acid
Sulphate/PASS) yang sangat mudah teroksidasi saat terbuka dan menjadi masam.
Dimana tanah PASS terbentuk lapisan gambut seharusnya masih utuh, karena
asidifikasi menjadi kendala yang besar bagi penggunaan lahan untuk tujuan-tujuan
pertanian. Tanah-tanah PASS dan tingkat keasaman dari tanah−tanah Organosol
itu sendiri dan sedikit konsentrasi hara membuat tanah−tanah Organosol atau
tanah gambut tidak sesuai untuk kegiatan pertanian (Rencana Pengelolaan Taman
Nasional Berbak, 2000).
3.4.3 Hidrologi
Kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang termasuk ke dalam tiga
daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Batanghari (Sub DAS Sungai Air Hitam
Dalam), DAS Sungai Air Hitam Laut dan DAS Sungai Benu, Sungai Air Hitam,
dan DAS Sungai Benu menempati bagian kecil saja dari kawasan Taman Nasional
Berbak dan Sembilang. Sungai-sungai tersebut selain berfungsi sebagai air minum
juga berfungsi sebagai sarana tranportasi air. Air sungai tersebut berwarna coklat
keruh sampai hitam karena pengaruh gambut (Rencana Pengelolaan Taman
Nasional Berbak, 2000).
3.4.4 Topografi
Kondisi topografi di kawasan Taman Nasional Berbak adalah datar dengan
ketinggian hanya 15 meter di atas permukaan laut. Takaya (1987 dalam
Furukawa, 1994) menjelaskan karakteristik dari zona lahan basah pantai pada
Sumatra bagian timur sebagai berikut: (i) suatu rangkaian dataran rendah yang
memadat sepanjang garis pantai; (ii) berelevasi rendah; (iii) relief rendah; (iv)
suatu siklus banjir dan drainase secara diurnal dekat pantai dan daratan musiman;
(v) terkecuali untuk yang paling terbaru lahan terbentuk yang ditutupi dengan
gambut. Seluruh karakteristik ini sesuai dengan mayoritas kawasan Taman
Nasional Berbak yang berada pada Daerah Aliran Sungai Air Hitam Laut. Pada
bagian barat daya DAS Air Hitam Laut terbentuk perbukitan dan elevasi
meningkat dengan tajam sampai 50 – 60 m diatas permukaan laut.
3.5 Aksesibilitas
Untuk menjangkau dan masuk kawasan Taman Nasional Berbak melalui
beberapa cara. Minimal dibutuhkan empat hari perjalanan pulang pergi jika
pengunjung bermaksud mengunjungi zona inti dari Taman Nasional, yang dapat
dimasuki melalui Laut Cina Selatan ke arah Sungai Air Hitam Laut. Cara terbaik
untuk mengunjungi Berbak adalah dengan speed boat dan ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu :
1)Alternatif pertama adalah mengikuti Sungai Batanghari dan Sungai
Berbak dari Kota Jambi menuju Desa Telagalima, kemudian masuk ke kawasan
16
melalui Sungai Air Hitam Dalam. Rute ini membutuhkan waktu 2,5 sampai 3 jam.
Sejak tahun 1997, jalan baru sudah dibangun menghubungkan Kota Jambi ke
Suak Kandis. Dengan jalan baru ini, waktu yang dibutuhkan untuk masuk ke
kawasan lewat Air Hitam Dalam menjadi lebih singkat. Dari Jambi ke Suak
Kandis membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit dengan mobil kemudian
dilanjutkan dengan speed boat (40 PK) ke Ait Hitam Dalam selama kurang lebih
45 menit.
2) Alternatif kedua adalah mengikuti Sungai Batanghari dan Sungai
Berbak dari Kota Jambi ke Nipah Panjang, yang terletak dekat pantai. Perjalanan
ini membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Kemudian dilanjutkan ke Desa Air
Hitam Laut melalui laut terbuka dengan speed boat (40 PK) yang membutuhkan
waktu 2-3 jam apabila kondisi cuaca bagus, sebab dari Nipah Panjang selepas
muara Sungai Berbak, akan melewati Selat Berhala yangmempunyai gelombang
relatif besar. Atau dapat juga dijangkau dengan pompong (kapal motor tradisional,
kapasitas 1-5 ton dan panjang 12-15 meter). Dari sini dapat dilanjutkan ke Desa
Cemara (5-9 jam) atau Sungai Benuh (7-14 jam), jika menggunakan pompong.
3.6 Ekosistem
Taman Nasional Berbak adalah merupakan kawasan yang khas keadaan
fisik dan ekologinya, nilai hiodrologi dan biofisik, nilai sosial dan
budaya,keanekaragaman flora dan fauna dan ke khasannya berpotensi untuk
dikembangkan di masa yang akan datang menjadi tempat rekreasi dan pariwisata.
Kawasn ini kaya akan ekoton perairan-darat, sistem ekologi yang masih banyak
belum diketahui. Bagaimanapun tipe ekosistem ini berperan penting dalam
keseimbangan lingkungan seperti aliran nutrisi, dan material lain (Raisser, 1990
dalam Buku Rencana Pengelolaan Taman Nasional Berbak,2000).
Ekoton adalah bentuk ekologi penting, karena zona ini tidak bersifat statis
tetapi bersifat dinamis, perubahan setiap waktu, mempunyai sifat yang khas dan
mempunyai keterlibatan dalam konteks ruang (spasial) dan waktu (temporal).
Untuk mempelajari ekosistem tersebut ada pendektan tertentu dan dinamis dalam
pengelolaan satwa liar (Risser, 1990 dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Berbak,2000).
Pengelolaan satwa liar dalam daerah ekoton harus mempertimbangkan
kombinasi dari makanan dan jalan untuk pergerakan diantara tipe habitat. Ekoton
mungkin lebih menarik bagi banyak pihak pengguna. Air Hitam Laut ekologi
memandangnya sebagai tempat yang memiliki keanekaragaman yang tinggi,
sementara bagi Air Hitam Laut pertanian memandang kawasan yang berdekatan
dengan tanah pertanian sebagai sumber hama pertanian atau bahkan sebagai
sumber predator hama tersebut. Oleh karena itu semua informasi harus dimasukan
dalam pengembangan rencana pengelolaan pada daerah yang kaya akan bentuk
ekoton seperti Taman Nasional Berbak. Dua per tiga dari kawasan Taman
Nasional Berbak merupakan hutan rawa air tawar. Keadaan ini mampu
17
menyediakan keperluan bagi lingkungan sekitarnya. Kemampuan ini ditunjukan
dengan keanekaragaman flora dan fauna dan ketersediaannya untuk digunakan
masyarakat. Keberadaan ekotone di daerah ini memberi banyak tantangan dalam
pengelolaan yang lestari bagi daerah ini (Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Berbak, 2000).
Selain hutan rawa air tawar di kawasan Taman Nasional Berbak terdapat
juga hutan rawa gambut dan hutan tepi sungai. Sebagian besar kawasan Taman
Nasional Berbak merupak hutan yang masih alami. Beberapa bagian sudah tidak
alami lagi terutama pada bagian barat laut merupakan hutan sekunder dengan
penutupan tajuk yang kemungkinan kembali menjadi hutan primer dalam
beberapa dekade. Hutan sekunder ini masih menyediakan habitat yang baik bagi
satwa liar dan mempunyai nilai yang tinggi untuk dikembangkan menjadi areal
wisata (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Berbak, 2000).
3.7.1 Mamalia
Kurang lebih 28 jenis mamalia telah ditemukan, di antaranya spesies-
spesies yang terancam kepunahan seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris),
Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Tapir (Tapirus indicus), dan Badak Sumatera
(Diceroerhinus sumatrensis), dan juga populasi primata yang banyak dari
sekurang-kurangnya 5 jenis primata. Di kawasan Taman Nasional Berbak harimau
sumatera pernah ditemukan di hutan tepi sungai, hutan rawa air tawar dan
sebelumnya di hutan bakau. Jenis ini tidak diketahui terdapat di hutan rawa
gambut, meskipun hal ini mungkin lebih merupakan gambaran dari keterbatasan
survey dari pada kenyataan lingkungan yang ada. Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) merupakan kera yang sangat umum terdapat di Taman Nasional
Berbak. Jenis ini dapat dilihat pada pagi hari dan sore hari di sepanjang tepi
sungai, pohon tinggi, tetapi kadang-kadang juga terdapat di pohon pandan
(Pandanus tectorius) dan makan buah dari pohon ini. Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis) kadang-kadang terlihat dalam hutan sepanjang sungai Air Hitam
Laut. Lutung ( Tracypitecusauratus) umumnya terdapat di hutan mangrove dan
sering terlihat di hutan pantai kering dekat Desa Sungai Cemara. Kehadiran
Siamang (Symphalangus syndactylus) terutama pada saat waktu makan sangat
jelas sebab suara keras yang bersahut-sahutan dilakukan untuk membatasi
kelompok yang berbeda dan menandai daerah teritorinya.
Jenis mamalia yang juga umum ditemui di kawasan Taman Nasional
Berbak adalah babi. Babi hutan (Sus scrofa) lebih melimpah keberadaannya
dibanding babi putih. Kedua jenis ini merupakan bagian besar dari rantai makanan
karnivora, seperti Harimau sumatera (Panthera tigris). Babi umumnya juga
terdapat di areal yang mengalami kerusakan (areal reklamasi) sepanjang pantai.
18
Hal ini mungkin yang menyebabkan mengapa harimau sering mengunjungi daerah
ini. Jenis Rusa sambar (Cervus unicolor) mempunyai nilai komersil yang bagus.
Beberapa program pengembangbiakan sedang dilakukan di Indonesia.
Dalam hubungan ini program pengembangan sudah diusulkan di sekitar
Taman Nasional Berbak. Tiga spesies lain, Kijang ,Napu (Tragulus napu) dan
Rusa sambar (Cervus unicolor) dilindungi oleh Undang-undang. Tringgiling
(Manis javanica) masih terdapat di kawasan Taman Nasional Berbak, meskipun
sangat jarang. Seperti jenis lainnya di dunia, jenis ini banyak diburu karena
dianggap sebagai penyedia obat-obatan. Kulitnya sangat banyak dicari untuk
dijadikan produk dari kulit atau cenderamata. Jenis Berang-berang (Lutra
sumatrana) masih dapat ditemukan di Taman Nasional Berbak. Jenis tersebut
ditemukan dalam jumlah yang rendah, dan mungkin mundur dari sekitar kawasan
Taman Nasional Berbak karena gangguan manusia dalam kawasan. Kadang-
kadang Berang-berang (Lutra sumatrana) ini terperangkap dalam perangkap ikan.
Berang-berang dapat menjadi hewan yang berguna untuk petani sawah, meskipun
hewan ini terutama pemburu ikan, beberapa hewan lain seperti tikus, kepiting,
serangga besar, dan ular merupakan bagian dari makanannya. Oleh karena itu,
berang-berang sering ditemukan dalam sawah. Bagi petani sawah, berang-berang
bertindak sebagai pengendali hama alami.
3.7.2 Burung
Jumlah jenis burung di Taman Nasional Berbak sangat melimpah, sejauh
ini telah teridentifikasi sebanyak 224 jenis dari 49 famili, di antaranya semua jenis
burung pekakak (famili Alcedinidae) yang diketahui dari Sumatera. Dari beberapa
jenis burung air besar yang terdapat di Taman Nasional Berbak di antaranya
merupakan spesies yang terancam punah, yaitu Bangau Storm (Ciconia stormi),
Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus), dan Bangau Putih Susu (Mycteria
cinerea). Jenis bebek yang merupakan unggas air yang jarang terdapat di dunia
adalah bebek hutan (Cairina scutulata). Selain jenis-jenis tersebut ditemukan juga
lebih dari 22 jenis burung wader migran, di antaranya seperti Tringa gutiffer,
Calidris alba, Charadius veredus, dan Limicola falcinellus. Sepanjang pantai
kawasan Taman Nasional Berbak terutama dekat Desa Cemara, yang merupakan
lahan landai dan berlumpur yang menyediakan makanan yang berlimpah,
merupakan persinggahan burung migran tersebut dalam perjalanannya dari
wilayah Asia menuju Australia. Burung migran ini dapat ditemui dalam bulan-
bulan Oktober dan November.
19
40 cm. Ular welang (Bungarius fasciatus) dan ular Tiung Cincin
(Bolgadendrophile) mempunyai habitat hutan nimpa (palem). Jenis buaya yang
ada di daerah ini adalah buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya sinyulong
(Tomistoma schlegell). Jenis buaya ini terdapat di sungai Benu maupun sungai Air
Hitam Laut. Menurut petugas Taman Nasional Berbak, Sungai Simpang Malaka
merupakan sungai penting bagi buaya. Buaya sinyulong mempunyai tempat tidur
pada tanaman bakung.
3.7.4 Ikan
Dua sungai utama : Sungai Benuh dan Sungai Air Hitam Laut, meskipun
sangat asam, kaya akan ikan. Tidak kurang dari 35 jenis ikan yang dapat
dikonsumsi sudah teridentifikasi di sungai-sungai ini. Selain itu terdapat jenis ikan
yang memiliki nilai komersil cukup tinggi yaitu varietas putih dari arwana.
Meskipun jenis ini dianggap harganya lebih murah dari varietas merah, yang
diketahui hanya ada di Kalimantan, masih memilikii harga yang bagus ketika
dijual sebagai hiasan akuarium. Contoh jenis lainnya adalah Belido (Notopetrus
chitala), Betok (Anabas testudineus) dan tapah. Beberapa jenis hidup tergantung
dari tingkat salinitas air sungai, seperti betutu (Oxyeleotris marmorata) dan juara
yang hanya ditemukan di muara sungai (air payau) (Balai Taman Nasional
Berbak, 2000).
20
Nipah yang dengan tiba-tiba diganti oleh jenis rasau. Menuju arah hulu sungai Air
Hitam Laut dekat Sungai Simpang Kubu terdapat jenis bakung (Susum
anthelminticum). Jenis ini tumbuh mengapung sangat rapat menutupi sungai,
sehingga sulit untuk dilewati. Jenis ini juga terdapat melimpah di aliran sungai
Benuh dekat Sungai Simpang Kanan (Silvius et al., 1984). Sejauh ini sebagian
besar dari kawasan Taman Nasional Berbak saat ini merupakan hutan yang masih
alami. Beberapa bagian sudah tidak alami lagi, terutama pada bagian barat laut,
merupakan hutan sekunder dengan penutupan dengan penutupan tajuk
kemungkinan kembali menjadi hutan primer dalam beberapa dekade. Hutan
sekunder ini masih menyediakan habitat yang baik bagi satwa liar dan mempunyai
nilai yang tinggi untuk dikembangkan menjadi areal wisata.
21
4.1 Manajemen Perencanaan Hutan
22
Gambar 7. a) Kegiatan Inventarisasi Masyarakat yang masuk ke Kawasan. b)
Sosialisasi dan Pembentukan Kelompok Nelayan. (sumber : Habibullah,
2019).
Untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat pihak Taman
Nasional Berbak dan Sembilang membentuk suatu kelompok pencari ikan di desa
Telago Limo dengan tujuan agar pendapatan masyarakat meningkat sehingga
mereka sejahtera, tujuan lain di bentuknya kelompok pencari ikan agar
masyarakat memiliki izin secara legal di kawasan. Sebagaimana pemberian izin
meliputi pemungutan HHBK, budidaya tradisional,perburuan tradisional dan
sumber daya perairan untuk jenis yang tidak dilindung dan wisata terbatas
(KLHK, 2017).
5.1.Pemulihan Ekosistem
Pemulihan ekosistem merupakan suatu kegiatan memulihkan atau
memperbaiki hutan yang mengalami deforestasi dan degradasi melalui penanaman
atau pengkayaan jenis.
Tabel 5. Tabel tahun dan Lokasi Pemulihan Ekosistem di Taman Nasional Berbak
Sembilang
23
Pemulihan Ekosistem Hutan tahun 2019 SPTN Wilayah I Air Hitam Dalam
di zona rehabilitasi
SPTN Wilayah III Air Hitam Laut
zona rehabilitasi
24
Pemulihan Ekosistem 2018 di wilayah SPTN III, Air Hitam Laut pasca
terbakar tahun 2015 dilakukan pada zona rehabilitasi dengan luas areal 30 Ha.
Jumlah bibit sebanyak 36.000 dengan jenis jelutung rawa (Dyera lowii) dan pulai
rawa (Alstonia pneumatophora). Jarak tanam 3m x 3m dengan kedalaman 30 cm,
lebar atas 30 cm dan lebar dalam 30 cm. Ajir yang digunakan adalah dari anakan
kayu atau ranting dengan jumlah ajir yang disesuaikan dengan jumlah bibit
dengan pekerja 17 orang, sumber bibit dari Rawa sari.
Sedangkan pencanangan untuk pemulihan ekosistem tahun 2019 yaitu
seluas 70 Ha dengan jumlah stok bibit 63.000 batang.
25
beda. Phalaenopsis jenis anggrak yang membutuhkan intensitas cahaya matahari
paling rendah 20%, sementara itu jeenis anggrek lain pada kisaran 40-60%.
Apabila cahaya yang didapat anggrek lebih besar dari kebutuhannya maka akan
timbul kerusakan pada sebagian atau seluruh jaringan tanaman. Gejala terbakar
kan segera terlihat terutama pada daun-daun yang langsung terkena cahaya
matahari. Biasanya gejala itu ditandai dengan warna cokelat kemerahan pada
permukaan daunnya. Kekurangan cahaya, pertumbuhan anggrek pun tidak bagus ,
daun akan layu pucat kuning dan rontok. Jika keadaan ini terjadi maka anggrek
akan sulit berbunga Tjipto Kuesno dalam (Astuti, 2017)
Kagiatan Lokasi
Inventarisasi ikan di dalam kawasan SPTN Wilayah I
SPTN Wilayah III
Gambar 11. a) Ikan Belido; b)Ikan patin Bangkok; c) Ikan Bulu Ayam (Sumber:
Habibullah, 2019)
Teknologi Hasil Hutan
Taman Nasional Berbak dan Sembilang merupakan kawasan konservasi
yang dimana dalam kawasan konservasi. Dalam kawasan konservasi tidak banyak
hal yang bisa di manfaatkan masyarakat. Di Taman Nasional Berbak dan
Sembilang ini masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayunya berupa ikan.
Yang dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitar hutan. Dalam hal
tersebut ada di antara smayarakat tersebut yang menangkap ikan tidak
menggunakan cara tradisional tetapi menggunakan alat yang berbahaya yaitu
berupa setrum. Penggunaan setrum saat menangkap ikan membuat ikan menjadi
berkurang atau sedikit dan bisa membuat buaya mati apabila terkena setrum
tersebut. Itu merupakan hal yang sangat merugikan bagi masyarakat tersebut.
26
7. Konservasi Sumber Daya Alam
7.1.2. Pengelolaan tumbuhan dan satwa secara ex situ yaitu pengelolaan satwa
dan tumbuhan diluar habitatnya, adapun kegiatannya sebagai berikut:
Pemeliharaan
Pengenbangbiakan
Pengkajian, penelitian dan pengembangan
Rehabilitasi satwa
Penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa
27
Tabel 7. Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan hutan.
28
hutan adalah untuk menekan dan mengurangi gangguan terhadap kawasan hutan
Gangguan tersebut dapat berupa perambahan, penebangan liar (illegal logging),
pencurian hasil hutan, perburuan liar, kebakaran hutan, pengembalaan liar, dan
gangguan lainnya dari oknum yang tidak bertanggung jawab,sehingga diharapkan
hutan dan segala isinya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dalam hal tersebut, pihak Taman Nasional melakukan perlindungan dan
pengamanan hutan tersebut dengan kegiatan patroli. Patroli adalah kegiatan
pengawasan pengamanan hutan yang dilakukan dengan cara gerakan dari satu
tempat ke lain tempat oleh dua atau tiga orang di wilayah hutan yang menjadi
tanggung jawabnya atau daerah tertentu dimana terjadi pelanggaran/kejahatan atas
hasil hutan, secara teratur dan selektif atau tergantung situasi dan kondisi
keamanan hutan dengan tujuan mencegah gangguan terhadap hutan dan hasil
hutan, mengenai situasi lapangan serta melakukan tindakan terhadap pelaku
pelanggaran/kejahatan pada waktu patroli. Kegiatan patroli dibagi menjadi 3
beberapa yaitu :
Patroli rutin
Kegiatan Patroli Rutin yang dilakukan dalam kawasan Taman Nasional
Berbak dan Sembilang dilakukan sebanyak kurang lebih tiga kali dalam sebulan.
Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh 4 orang petugas yaitu polhut dan tenaga
pengaman hutan lainnya TNBS. Tujuan dari patroli rutin ini salah satunya yaitu
patroli illegal logging. Patroli illegal logging adalah suatu kegiatan pengamanan
29
untuk menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan. Kami tim PKL/magang
turut ikut serta dalam kegiatan ini, patroli ini berlangsung selama 3 hari dan
menginap di dalam kawasan TNBS. Lokasi kegiatan patroli rutin ini dilaksanakan
di 3 (tiga) lokasi yaitu di Sungai Agam di wilayah SPTN I TNBS, Labuan Pering
dan Sungai Benuh di wilayah SPTN III TNBS.
a. Sungai Agam
Sungai Agam merupakan kawasan yang terletak diwilayah SPTN I .,
untuk bisa mencapai Dilokasi ini tim dari polhut dan tenaga pengaman hutan
TNBS serta tim PKL/Magang membutuhkan waktu perjalanan air menggunakan
speed ± 1 jam sampai dilokasi. Alat yang digunakan dalam patroli ini yaitu berupa
GPS, Alat tulis, dan kamera handphone.
Dari hasil kegiatan patroli rutin ditemukan barang temuan berupa 5 keping
papan dari kayu jenis meranti dengan ukuran 20cm x 5cm dan satu buah perahu
yang digunakan untuk mengangkut kayu hasil illegal logging . Pada lokasi yang
ditemukan barang temuan telah diberi tanda dengan diambil titik koordinatnya
menggunakan GPS. Pengambilan titik koordinat ini bertujuan sebagai tindak
lanjut upaya untuk penangan kasus illegal logging didalam kawasan Taman
Nasional Berbak dan Sembilang.
Barang temuan tersebut kemudian dibawa ke kantor resort wilayah I SPTN
I TNBS yang terletak di simpang, kemudian barang temuan tersebut dimusnahkan
secara bersama oleh polhut, tenaga pengaman hutan lainnya TNBS, serta kami
mahasiswa PKL/Magang juga turut ikut menyaksikan kegiatan pemusnahan
barang temuan tersebut.
b. Labuan Pering
Kegiatan patroli rutin yang dilakukan Di desa labuan pering tepatnya di
parit 6 Wilayah III SPTN III TNBS, untuk bisa mencapai Dilokasi ini tim dari
polhut dan tenaga pengaman hutan TNBS serta tim PKL/Magang membutuhkan
waktu perjalanan darat menggunakan sepeda motor ± 1jam , kemudian dilanjutkan
dengan berjalan kaki memasuki kawasan hutan , alat yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah chainsaw, GPS , Kamera handphone dan Alat tulis.
Setelah memasuki kawasan hutan , ditemukan barang temuan berupa 1
unit chainsaw, 1unit parang dan bekas kegiatan illegal logging didalam kawasan
hutan TNBS, kemudian barang temuan tersebut dibawa ke kantor resort air hitam
laut , tak lupa pula dilokasi temuan tersebut diambil titik koordinatnya guna
sebagai tindak lanjut upaya untuk penangan kasus illegal logging didalam
kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
c. Sungai Benuh
Sungai Benuh merupakan desa yang terletak di kecamatan sadu ,
kabupaten tanjung jabung timur ,jambi. Untuk mencapai dilokasi ini tim dari
polhut dan tenaga pengaman hutan TNBS serta tim PKL/Magang membutuhkan
30
waktu perjalanan darat menggunakan sepeda motor ± 1jam dari kantor resort air
hitam laut, alat yang digunakan dalam kegiatan patroli rutin ini adalah GPS,
Alat tulis dan Kamera Handphone,
Target dalam patroli rutin ini adalah pengecekan parit 3 dan 9 yang berada
di PT Indo Kebun Lestari (IKL) yang diduga kuat digunakan sebagai jalur
keluarnya kayu hasil illegal logging di kawasan Taman Nasional Berbak dan
Sembilang, dan setelah dilakukan pengecakan langsung oleh polhut dan tenaga
pengaman hutan lainnya serta kami juga turut ikut dalam pengecekan langsung
didua lokasi tersebut tidak ditemukan barang temuan di lokasi tersebut .
Pemadaman Api
Pemaddaman merrupakan bentuk tindak lanjut dari laporan warga yang
menyakan bahwa ada lahan atau kawasan yang terbakar, pemadaman dilakukan
ketika titik api terbaca di aplikasi LAPAN FIRE HOTSPOT, berikut adalah kegiata
pemadaman selama magang.
Kegiatan pemadaman api dilakukan oleh tim Manggala Agni yang berada
di simpang dengan waktu siap siaga 24 jam, sehingga jika ada kebakaran yang
terjadi didalam kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang dapat dengan
cepat diatasi sebelum menyebar luas. Kebakakaran lahan yang yang terjadi di
SPTN Wilayah I di Desa Sungai Bodo pada hari kamis 11 juli 2019 pukul 11.00
WIB yang diduga disebabkan oleh masyarakat yang membuka lahan dengan cara
membakar menyebabkan kebakaran lahan yang cukup luas sehingga tim dari
manggala agni turun langsung kelokasi kebakaran. Kami mahasiswa PKL juga
31
turut ikut serta membantu memadamkan api dilokasi tersebut, dan api pun dapat
dipadamkan pada pukul 18.30 WIB.
Kebakaran lahan juga terjadi SPTN Wilayah III di Desa Air Hitam Laut,
tepatnya di parit 5 pada hari sabtu 27 juli pukul 17.45 WIB, yang diduga terjadi
karena ada warga yang tidak sengaja membuang puntung rokok ke lahan yang
kering. Pemadaman pertama kali dipadamkan oleh warga setempat, babinsa,
jajaran aparat desa, dan polisi selama 4 hari. Tanggal 01 Agustus 2019 api mulai
dijinakkan oleh tim manggala agni bukit tempurung. Pada tanggal 03 Agustus
2019 kegiatan pendinginan pun dilakukan dikarenakan api sudah mulai tampak
menghilang walupun ada yang masih hidup.
32
transportasi lainnya untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan kegiatan Patroli
Terpadu memiliki tugas harian antara lain:
a. Monitoring kawasan (Sumber air, kedalaman gambut, tinggi muka air,
penumpukan bahan bakaran, cuaca, aktivitas masyarakat yang berisiko
terjadinya karhutla.
b. Sosialisasi (Anjangsana, penyuluhan dll)
c. Pencarian informasi dan pemetaan masalah
d. Melakukan groundcheck hotspot apabila terdeteksi muncul hotspot di wilayah
kerja
e. Pemadaman dini, apabila terjadi kebakaran, meminta bantuan posko daops
bila membutuhkan dukungan
Dari kegiatan patroli terpadu tersebut akan ada laporan secara harian dari
lapangan sehingga kondisi harian di lapangan selalu terpantau. Selain itu dengan
melibatkan masyarakat desa setempat dapat mengoptimalkan peran masyarakat
dalam bidang karhutla karena adanya interaksi antara pihak instansi dengan
masyarakat setempat. Tujuan dari patroli terpadu ini untuk memberi peringatan
dan menyadarkan kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan serta
menghimbau kepada masyarakat agar dapat menjaga dan melestarikan hutan
dengan cara tidak membakar hutan dan lahan.
Kami tim PKL/Magang ikut serta dalam kegiatan patroli terpadu ini,
kegiatan dilaksanakan di 4 (empat) lokasi yaitu di wilayah SPTN Wilayah I dan
wilayah SPTN wilayah III TNBS.
33
pada tanah mineral dan tanah organik (gambut). dan juga melakukan pengecekan
kedalam air di Desa tersebut, dengan melihat kondisi tanah dan kedalam air kita
bisa melihat rentan nya suatu daerah akan mudahnyaa terbakar.
Gambar 13. Sosialisasi Kepada Masyarakat agar tidak membuka hutan dengan
cara membakar (Sumber: Habibullah, 2019).
Sosialisasi karhutla merupakan kegiatan dimana memberi pengetahuan
kepada masyarakat tentang dampak buruk kebakaran hutan dan lahan. Sosialisasi
disini mengajak masyarakat untuk selalu menjadi peduli terhadap kelestarian
hutan, menjaga hutan dan tidak membuka lahan/kebun dengan cara membakar.
34
Kegiatan ini dilakanakan empat kali dalam satu bulan yang dilakukan oleh
Manggala Agni Daops Simpang BTNBS ke desa-desa yang berbatasan
langsung dengan Taman Nasional Berbak dan Sembilang. Dengan
menggunakan kendaraan operasional yang dilengkapi pengeras suara, tim
Manggala Agni berkeliling di sekitar Desa Sungai Bodo. Himbauan pencegahan
karhutla disampaikan oleh tim Manggala Agni kepada warga yang dijumpai mulai
di pemukiman dan perkebunan . Kegiatan Halo-Halo Karhutla memberikan
himbauan kepada masyarakat apabila terbukti membakar walaupun tujuannya
membersihkan lahan, maka akan diproses hukum pidana dengan sanksi penjara 15
tahun dan denda Rp 5 miliar.
35
Kamera Trap
Untuk memonitoring satwa prioritas TNBS melakukan kerja sama dengan
pihal ZSL untuk pengadaan dana. Adapun kamera trap yang dimiliki berbak yaitu
66 dibalai dan 33 di Palembang dan 17 yang rusak.
Pendataan Pagar Listrik
Pagar listrik adalah kawat yang dialiri dengan listrik AC atau arus bolak
balik, nah masyarakat menggunakan pagar listrik ini untuk menjaga kebun dari
hama babi, namun ada harimau yang mati karena tersengat aliran listrik.
Tabel 8. Daftar Masyarakat Cemara yang menggunakan pagar setrum
No Desa Nama Fungsi Status
1 Cemara Usman Menjaga kebun Tidak aktif
2 Cemara H. Ladok Menjaga kebun Tidak aktif
3 Cemara Joding Menjaga kebun Tidak aktif
4 Cemara Sibek Menjaga kebun Tidak aktif
5 Cemara Mili Menjaga kebun Tidak aktif
6 Cemara Aprizal Menjaga kebun Tidak aktif
7 Cemara Harun Menjaga kebun Tidak aktif
8 Cemara Ambo alak Menjaga kebun Tidak aktif
9 Cemara H. Rusli Menjaga kebun Tidak aktif
10 Cemara Ambo akik Menjaga kebun Tidak aktif
11 Cemara Zulkarli Menjaga kebun Tidak aktif
12 Cemara Jukding Menjaga kebun Tidak aktif
13 Cemara H. M. Amin Menjaga kebun Tidak aktif
14 Cemara Hilal Menjaga kebun Tidak aktif
15 Cemara Duai Menjaga kebun Tidak aktif
16 Cemara H. Tanjung Menjaga gedung walet Aktif
17 Cemara Wili Menjaga kebun Tidak aktif
36
Pie Chart masyarakat yang menggunakan pagar listrik
di Desa Cemara
aktif tidak aktif
16
Gambar 15. Persentase masyarakat yang aktif menggunakan pagar listrik di Desa
Cemara
Pendataan pagar listrik di Desa Cemara
Pagar listrik adalah kawat yang dialiri dengan listrik bertegangan tinggi
yang digunakan untuk menyetrum hama babi yang sering merusak tanaman di
lahan warga, namun permasalahan ini menjadi serius ketika harimau yang mencari
mangsa, kemudian kontak dengan pagar tersebut sehingga harimau tersebut mati.
Padahal harimau merupakan satwa yang dilindungi (Petaturan Pemerintah No.20
tahun 2018) dan predator alami babi.
Gambar 16. a) Pak Wili Pengguna pagar listrik yang tidak aktif lagi; b) Pak
Tanjung pengguna pagar listrik yang masih aktif karena untuk menjaga
gedung walwtnya (Sumber: Habibullah, 2019).
Pendataan ini dilakukan pada tanggal 26 juli 2019 bersama petugas Balai
Taman Nasional Berbak Sembilang yang diketuai oleh Bapak Widianto dengan
anggota bapak Samporis, bapak feri, dan habibullah. Pukul 09.47 sampai di rumah
Kades Cemara untuk pendataan Masyarakat yang memakai Pagar listrik untuk
melindungi kebun mereka dari hama babi. Berdasarkan data yang telah didapat,
37
diketahui hanya satu orang yang aktif memakai pagar listrik yaitu Bapak H.
Tanjung, beliau memakai pagar listrik untuk melindungi gedung wallet karena di
Desa Cemara sering terjadi pencurian sarang walet, sedangkan 16 orang yang lain
tidak aktif lagi memakai pagar listrik karena alat tersebut hanya digunakan saat
tanaman belum pernah berbuah untuk pinang dan kelapa, sedangkat untuk nanas
hanya dipakai saat hendak dipanen. Penyebab lain masyarakat enggan
menggunakan pagar listrik ini yaitu banyak terjadi kecelakaan saat alat ini
digunakan seperti sapi H. M. Amin mati, ini karena tegangan yang dihasilkan oleh
mesin daya sangat tinggi yaitu 5000 VA dengan mesin penggerak dompeng.
Tabel 9. Daftar Masyarakat Rimau bakotuo yang menggunakan pagar setrum
aktif
1 1 tidak aktif
Gambar 17. Daftar Masyarakat Rimau bakotuo yang menggunakan pagar setrum.
38
Pendataan pagar listrik di Desa Remau Baku Tuo
Pendataan pagar listrik yang dilakukan didesa Remau Baku Tuo yang
dilaksanakan oleh petugas dari Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang,
masyarakat mitra polhut (MMP),serta Mahasiswa Universitas Jambi, yang
diketuai langsung oleh bapak Sismanto dengan anggota timnya yaitu Bapak toro,
bapak Gatot, Andre buntoberi, dan M.Rizal A, hasil dari kegiatan ini mendapatkan
2 orang warga desa rimau bako tuo yaitu bapak Ginting dan Bapak Togar yang
menggunakan pagar setrum , akan tetapi hanya bapak togar yang masih aktif
menggunakan pagar setrum karena dikebunnya masih banyak terdapat hama babi
yang sering menyerang kebun pinang miliknya , kekuatan tegangan listrik milik
bapak togar adalah 5000VA dengan mesing penggerak dompeng, sedangkan
bapak ginting sudah tidak aktif menggunakan pagar listrik karena bibit pinang
miliknya sudah besar dan hama babi sudah jarang ditemukan dikebun miliknya.
Monitoring Burung
Monitoring burung yaitu kegiatan menyesuaikan data antara Balai Taman
Nasional Berbak Sembilang dan Zoological Society of London. Kegiatan ini
dilakukan dalam rangka menginventarisasi jenis-jenis burung yang ada di Taman
Nasional Berbak Sembilang .
Tabel 10. Monitoring Burung di Air Hitam Dalam
39
Merbah 2 S = 01̊ 17” 00’32
E = 104̊ 08” 55’18
Bubut 1 S = 01̊ 17” 13’06
Ciblek 1 E = 104̊ 09” 10’70
Kadalan 3
Pelatuk 3
Srigunting 1
6% 6% Luntur
6% 13%
Srigunting bukit
19% Kadalan
Sepah madu
31% Merbah
13%
6% Pelatuk
Bubut
Ciblek
40
Kadalan (Phaenicophaeus curvirostris) 31,25%
Sepah madu (Aethopyga siparaja) 6,25%
Merbah (Pycnonotus goiavier) 12,5%
Pelatuk (Dinopium javanenses) 18,75%
Bubut (Centropus sinensis) 6,25%
Ciblek (Prinia familiaris) 6,25%
Gambar 20. Indeks Kelimpaan Relatif Burung di Sungai Air Hitam dalam, Sungai
rambut
Keanekaragaman jenis burung yang ada di kawasan Taman Nasional
Berbak dan Sembilang SPTN I Resort Sungai Rambut terdapat 8 jenis burung
dengan jumlah spesies 15 ekor. Burung Kadalan memiliki indek kelimpaan relatif
yang tinggi yaitu dengan nilai 31,25%. Kadalan (Phaenicophaeus curvirostris)
merupakan tipe burung pemakan insect yang sering bergerak dan terbang perlahan
di antara semak-semak (Ahmad, 2013). Kondisi hutan primer di sepadan sungai di
Resort Sungai Rambut mendukung kehidupan serangga. Indeks kekayaan spesies
insekta menunjukkan bahwa lahan perkebunan dan hutan primer memiliki nilai
tertinggi (Basna, Koneri, & Adelfia Papu, 2017).
Burung luntur (Apalharpactes mackloti), bubut (Centropus sinensis) dan
ciblek (Prinia familiaris) merupakan jenis burung dengan indek kelimpaan rendah
di Resort Sungai Rambut. Habitat dan ekologi yang sesuai untuk burung ciblek
yaitu disemak-semak terbuka perkebunan, pembibitan, dan taman dengan
ketinggian dari permukaan laut 900 meter (International, 2018). Burung bubut
41
tidak dapat berkembang atau mendominasi lokasi tersebut karena habitat dan
kondisi lingkungan tidak sesuai dengan kebutuhan burung bubut tersebut.
Sedangkan burung Luntur Sumatera (Apalharpactes mackloti) untuk berkembang
dengan baik maka kondisi yang ideal yaitu ketinggian 1000 meter sampai dengan
2500 meter dari permukaan laut.
Gambar 21. Data Pengunjung ke Taman Nasional Tahun 2018 (BTNBS, 2018).
Dari data diatas dapat diketahui bahwa pengunjung dengan tujuan rekreasi
ke TNBS ada sebanyak 126 orang dari dalam negeri dan 16 orang dari luar negri,
data pengunjung dari dalam negeri tertinggi pada pada bulan September, ini
berkaitan dengan libur sekolah akademik.
42
Gambar 22. a) Potensi Wisata di Resort Simpang; b) Potensi wisata di Resort
Sungai Rambut; c) Potensi wisata di Simpang Malaka; d)Potensi wisata di
Desa Air Hitam Laut yaitu Pantai Babussalam. (Sumber: Habibullah dan
Nilam, 2019).
43
1. Situs Makam Kuno
Gambar 23. Situs makam Rang Kayo Hitam (Sumber : Nilam dan Dea, 2019).
Tempat bersejarah merupakan salah satu tempat yang memiliki daya tarik
tersendiri dalam kegiatan wisata. SPTN Wilayah I terdapat beberapa tempat
bersejarah, namun yang paling terkenal dari daerah ini adalah Situs Makam Kuno
Rangkayo Hitam. Selain makam Rang kayo Hitam ada beberapa makan lainnya
yang merupakan bagian-bagian dari kerajaan Negeri Jambi yang terletak di desa
simpang. Desa ini merupakan desa penyangga dari Kawasan Taman Nasional
Berbak dan Sembilang, Sehingga kedepannya antara pihak pemerintah,
masyarakat serta pihak Taman Nasional Berbak dan Sembilang dapat bekerja
sama dalam melakukan pengelolaan situs makam kuno sebagai objek wisata
masyarakat. Keberadaan makam Rang kayo Hitam ini harusnya lebih terawat lagi
dan diperhatikan oleh pemerintah, karena banyak potensi yang bisa diolah dari
wilayah ini, sehingga diharapkan dapat membantu ekonomi masyarakat sekitar.
ini menjadi bukti sejarah peradaban masyarakat di Jambi.
44
Gambar 24. Resort Simpang (Sumber : Nilam dan dea, 2019).
45
Kawasan dan juga banyak warga muda-mudi yang berkunjung untuk menikmati
kesejukan dan keindahan juga terdapat dermaga yang menawarkan pemandangan
spektakuler dan udara yang segar, serta dapat melihat berbagai jenis Primata yang
bergelantungan di atas pohon-pohon besar yang ada di tepi-tepi sungai, dan juga
berbagai jenis Burung dengan warna-warni yang indah terbang sesekali melintas
dan hinggap diantara rimbunan daun-daun sekitar sungai .
4. Simpang Malaka
Simpang Malaka merupakan lokasi Taman Nasional Berbak dan
Sembilang yang terdapat di kecamatan Sadu, Desa Air Hitam Laut yang dapat
dijadikan tempat wisata untuk menikmati suasana hutan alam, edukasi dan
mengamati kehidupan satwa liar. Untuk memasuki kawasan simpang malaka,
wisatawan dapat menggunakan akses kendaraan air seperti speedboat, untuk
menempuh simpang malaka dibutuhkan waktu perjalanan selama ±1jam dari
simpang jebatan Air Hitam Laut.
46
Hutan yang terdapat di simpang Malaka sangatlah alami dikarenakan
masih terdapat satwa kunci salah satunya adalah burung rangkong, yang mana
apabila di hutan tersebut terdapat burung rangkong itu menandakan bahwa daerah
tersebut masih asri dan alami, maka dari itu patut untuk kita jaga dan lindungi.
5. Pantai Babus salam Air Hitam Laut
Pantai Air Hitam Laut ini terletak di Desa penyangga sekitar kawasan
TNB yang menyimpan potensi bagi masyarakat sekitar, karena sebagian besar
masyarakat disini adalah nelayan. Selain itu pantai ini juga merupakan salah satu
tempat ritual kebudayaan, dimana adanya pesta rakyat pada bulan safar yang
disebut mandi safar. Upacara rakyat ini biasanya dilakukan dengan berendam di
Pantai dan kegiatan ini dapat menjadi daya tarik dalam kegiatan pariwisata yang
bisa dikelola masyarakat yang dibantu oleh pihak TNB.
Gambar 27. a; b) Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut (Sumber: Habibullah,
2019).
6. Pantai cemara
Pantai cerama merupakan pantai yang mnejadi tempat persinggahan
sementara burung migran yang terbang dari kutub utara menuju kutub selatan.
Pantai cemara ini merupakan pantai yang kaya akan keanekaragaman ikan dan
kelimpaan ikan yang tinggi sehingga menyedikan pakan yang melimpah untuk
burung migran. Pantai ini berlokasi di pantai cemara, Desa Sungai Cemara,
Kecamatan Sadu.
47
Pantai Cemara merupakan pantai liar tanpa penghuni manusia dan banyak
ditumbuhi cemara(Casuarina equisetifolia) yang berada di pedalaman Jambi yang
berbatasan dengan Taman Nasional Berbak dan Sembilang yang masuk kedalam
kabupaten Tanjung Jabung. Desa Sungai Cemara merupakan perkampungan
terdekat dengan Pantai Cemara yang dihuni oleh Suku Bugis. Untuk mencapai
lokasi pantai cemara, wisatawan dapat menggunakan kendaraan bermotor apabila
mulai perjalanan dari Air Hitam Laut. Waktu tempuh menuju pantai cemara ± dari
Air Hitam Laut.
Pantai Cemara adalah kawasan pantai berpasir dengan luas 450 hektaryang
merupakan salah satu lokasi migrasi penting dari burung-burung pantai dunia.
Dari sekitar 26.000 ekor burung yang ada di pantai Cemara telah teridentifikasi
jenis-jenis burung yang meliputi 4 jenis burung air, 27 jenis burung pantai, 30
jenis burung hutan dan 11 jenis burung laut. Pantai Cemara dan propinsi Jambi
sendiri masuk dalam jalur migrasi Asia Timur-Australia, yang meliputi kawasan
luas yaitu Asia Timur, Papua, Australia, Selandia Baru hingga pulau-pulau di
lautan Pasifik.
Tim PKL/Magang pada saat berkunjung ke pantai cemara ini bukan pada
saat burung mingran berdatangan, karena burung migran hanya melakukan
migrasi pada bulan agustus hingga bulan maret, sehingga tim PKL/Magang hanya
dapat melihat keindahan pantai cemara yang berpasir dan keindahan pohon
cemara (Casuarina equisetifolia) serta melihat ada beberapa jenis burung air yang
berkeliaran disekitar pantai mencari makan.
7. Museum di Desa Air Hitam Laut
Pondok Pesantren Wali Pettu terdapat Museum Mini yang termasuk desa
penyangga sekitar kawasan TNB. Museum ini disahkan oleh mantan Gubernur
Jambi yaitu Bapak Zulkifli Nurdin. Terdapat beberapa jenis barang di museum ini
dimana barang-barang bersejarah ini didapatkan dari hasil temuan ataupun
sumbangan dari masyarakat. Beberapa barang bersejarah yang terdapat pada
museum ini yaitu, kendi, guci, tempat minum dari besi, mangkok keramik, piring
keramik, serta nisan, keris, pedang, meriam, tungku, sendok, bom yang masih
aktif.
Gambar 29. Museum mini Air Hitam Laut (Sumber: Rizal, 2019).
48
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari kegiatan PKL/Magang yang telah
dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kawasan Berbak pada mulanya merupakan Suaka Margasatwa yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 18
Tanggal 29 Oktober 1935 (Besluit Van den Gouverneur General Van
Nederlansch – Indie van 29 October 1935 No.18 “ Wildreservaat Berbak”)
sebagaimana tercatat pada Staatsblad Van Nederlandsch-Indies No.521 tahun
1935 tentang Monumen alam, perlindungan hewan, Jambi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 dan
penunjukan Kawasan Hutan Taman Nasional Berbak sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK 421/Kpts-II/1999 Tanggal 15 Juni 1999 dan Keputusan
Menteri Kehutanan No, SK 863/Menhut-II/2014 Tanggal 29 September 2014
Tentang Kawasan Hutan Provinsi Jambi, maka kawasan hutan Taman Nasional
Berbak ditetapkan seluas 141.261,94 ha sesuai Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK 4649/Menlhk-PKTL/KUH/2015
Tanggal 26 Oktober 2015.
Pada tahun 2016 Taman Nasional Berbak bergabung dengan Sembilang
dengan luas 202.896,31 ha di kabupaten Musi Banyu Asin, Provinsi Sumatra
Selatan yang dilatar belakangi oleh kondisi topografi yang sama. Taman Nasional
Berbak di ubah menjadi nama Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
Kegiatan manajemen di Taman Nasional Berbak dan Sembilang terbagi
menjadi dua yaitu menejemen perencanaan dan manajemen sosial ekonomi,
manajemen sosial yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan perencanaan
sedangakan menejemen sosial ekonomi yaitu pembinaan masyarakat disekitar
hutan. Pemanfaatan dan pengelolaan HHBK di TNBS iatu pemanfaatan ikan
udang dan ekowisata di zona pemanfaatan. Perlindungan dan pengamanan hutan
meliputi patrol bersama masyarakat mitra polisi hutan dan patrol terpadu, kegiatan
konservasi di TNBS meliputi monitoring burung dan harimau.
Peran masyarakat disekitar hutan yaitu ikut serta menjaga kawasan hutan
seperti menjadi informan bagi TNBS untuk para pelaku pembalakan liar dan
penyetruman ikan, serta masyarakat dijadikat mira polhut , tidak ada kegiatan
budidaya hutan, pengelolaan potensi ekowisata sangat bagus namun kurang
regulasi pengunjung.
5.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil kegiatan
PKL/Magang yang telah terlaksana, yaitu :
49
1. Dalam upaya perlindungan dan pengaman hutan di kawasan TN. Berbak dan
Sembilang agar dapat dioptimalkan seperti penambahan personil polisi hutan
mengingat kawasan TN. Berbak dan Sembilang yang laus.
2. Perlunya perbaikan dan meningkatkan/mengoptimalkan kawasan sarana dan
prasarana TN. Berbak dan Sembilang yang ada disimpang malaka karena
jalur treknya tidak layak pakai
3. Perlunya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas agar masyarakat sekitar
kawasan TN. Berbak dan Sembilang sehingga perekonomian masyarakat
dapat meningkat
50
DAFTAR PUSTAKA
Basna, M., Koneri, R., dan Adelfia Papu. 2017. Distribusi Dan Diversitas
Serangga Tanah Di Taman HutanRaya Gunung Tumpa Sulawesi Utara.
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 6 (1): 36-42.
The IUCN Red List of Threatened Species™. 2018. Prinia familiaris, Bar-winged
Prinia..
Balai Taman Nasional Berbak. 2000. Buku jilid 1 Rencana Pengelolaan Taman
Nasional Berbak Provinsi Jambi (Periode 2000/2001 s/d 2024/2025).
Jambi: Balai Taman Nasional Berbak.
Balai Taman Nasonal Berbak. 2000. Buku jilid II (Data Proyek dan Analisis)
Rencana Pengelolaan Taman Nasional Berbak Provinsi Jambi(Periode
2000/2001 s/d 2024/2025). Jambi: Balai Taman Nasional Berbak.
51
LAMPIRAN
52
53
54
55
56
57
58
59
Lampiran 2. Poto bersama pembimbing lapangan
60
Lampiran 4. Presentasi kegiatan yang akan dilaksanakan selama magang
61
Lampiran 7. Pembentukan kelompok nelayan di Desa Telago Limo
62
Lampiran 9. Pelatihan pemandu wisata
63
Lampiran 12. Pemadaman di Sungai Bodo
64
Lampiran 15. Kunjungan ke area pengembangan ekowisata SPTN III
Lampiran 16. Sosialisasi ke Pesantrean Wali Peetu dan Museum mini Desa Air
Hitam Laut
65
Lampiran 18. Pendinginan di parit 5 AHL
66