Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy=pipih, helminthes-cacing) atau cacing


pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedang lebih maju di bandingkan
porifera dan colenterata. Tubuh platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik),
yaitu ekstoderm, mesodedrm dan endoderm.

Cacing pita, taenia solium kebanyakan merupakan parasit yang mana pada tingkat
dewasanya hidup dalam saluran pencernaan manusia. Spesies lain yang hampir mirip adalah
taeniarinychus (taenia) saginata yang juga merupakan parasit pada manusia. Setiap cacing
pita dewasa merupakan flatform yang terdiri dari sebuah kepala sebagai holdfast organ.
Scolex dan sebagian besar tubuhnya disusun oleh segmen-segmen dalam garis lurus yang
berentet. Hewan ini melekat pada dinding saluran pencernaan inangnya menggunakan alat
pelekat dan penghisap yang ada pada scolexnya, bagian belakag scolex disebut leher dengan
ukuran yag pendek yang diikuti oleh sebuah benang proglotid dimana ukurannya secara
berangsur-angsur bertambah dari anterior dan berakhir pada posterior. Cacing ulat
panjangnya mungkin mencapai 1 kaki dan mengandung 800-900 segmen. Sejak itu proglotid
tumbuh dari leher posterior dan berakhir setelah sangat tua. Proglotid yang dihasilkan
mungkin sebanding dengan pembentukan ephyrae oleh scyphistom, aurelia dan disebut
dengan strobilisasi.

Anatomi dari cacing pita ini disesuaikan dengan kebiasaannya sebagai parasit, dimana
dia tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung diserap oleh
dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan faciola hepatica tetapi tidak
berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya membujur, bercabang dan berakhir
didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan
keluar tubuh.

Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ
reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan dibentuk
terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa ke
genital pori melaui vas deferens. Telur berasal dari ovari yang didorong masuk kedalam
saluran rahim. Dimana nantinya telur tersebut masuk pada proses pembuahan oleh
spermatozoa yang mungkin datang dari proglotid yang sama dan turun pada vagina seperti
proglotid tua. Uterus menjadi di gembungkan dengan telur dan dikirimkan pada cabang yang
mati, dimana organ reproduksinya istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka
proglotid tersebut akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.

Telur pada taenia akan berkembang menjadi embrio dengan 6 alat pelekat ketika ada
diluar segmen. Jika mereka dimakan oleh babi mereka akan masuk kedalam saluran
pencernaannya kemudian akan berkembang biak didalam tubuh babi tersebut, dimana
larvanya akan dikeluarkan bersama dengan feces

1
Tujuan Penulisan

1. Dimana mahasiswa di tuntut untuk mengetahui spesifik cestoda

2. Sebagai salah satu proses perkuliahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cestoda


Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit
dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal
ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini
tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan
terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan
berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan
Taeniasis.

2.2 Ciri-Ciri Umum Cestoda


1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula.
2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.
3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a) Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap.
b) Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c) Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen yang menyusun
strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan
setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan tubuhnya secara
osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh permukaan
proglotid.
7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini karena cacing pita
tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk menempelkan dirinya ke
usus.
8. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat pengisap,
juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.

3
11. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).
12. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri dan mempunyai rumah tangga sendiri (
metameri).
13. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh
cacing.
14. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersamaan
dengan tinja.
15. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
16. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
17. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak
sempurna, atau belum matang.
18. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat
Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada Babi tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
19. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
20. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh
manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
21. Agar seseorang tidak terkena Taeniasis maka makanan dagingnya harus dimasak dengan
matang, dan bila seseorang yang terkena Taeniasis jangan buang air besar di sembarang
tempat, seperti di lingkungan terbuka atau di tempat yang biasa hewan ternak mencari
makanan, karena Fesesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan, seperti rerumputan
yang akan dimakan sama ternak tersebut.
22. Pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat
anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya dosis 250 cacing mati dalam
bentuk utuh.

4
2.3 Morfologi Umum Cestoda
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm
sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini terdiri
atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada dinding
intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang tidak
bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin banyak yang
menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi (jantan dan betina).
Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung
seolah olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid
muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan didorong semakin lama
semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex, leher, sampai proglotid yang
terakhir disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan
masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.
Bagian tubuh:
a. Kepala (scolex)
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat). Pada eucestoda biasanya mempunyai
4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga
dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi
mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b. Leher
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
c. Tubuh atau badan
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal,
tiap-tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d. Proglotid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak.
Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi
berkembang dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi
mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di
proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda
proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-

5
sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen). Berdasarkan
lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :

1. Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid.


2. Anapolytic Cestoda : tetap membawa segmen gravid selama hidup.
3. Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4. Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus
hospes.
5. Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas
dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).

2.4 Siklus Hidup Umum


Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan
maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak,
cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium
lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ
reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem reproduksi baik jantan
maupun betina, yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan permukaan
atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara seksual hermafrodit, fenomena
pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi, fertilisasi
silang antara dua individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus
berfungsi menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian
dilakukan pertukaran spermatozoa.
Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti
pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara diperlukan
serta tuan rumah definitif. Pola siklus hidup telah menjadi kriteria penting untuk menilai
evolusi antara Platyhelminthes. Banyak cacing pita memiliki siklus hidup dua-fase dengan
dua jenis host.

1. Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia.
2. Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah,
di mana mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan pemakan
rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host itermediate.

6
3. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai kista dalam
jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus. Taenia saginata
remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang menjadi tuan rumah
definitif.
4. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati hospes perantara parasit ke host
definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif makan suatu bagian dari host
perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata remaja. Seperti kemungkinan
manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata, sehingga
cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia dan menetap di usus.

2.5 Sistem Reproduksi Cestoda


1) Sistem reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu (Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya
banyak dan tersebar) kemudian berlanjut ke vasa efferentia
Vas deferens Cirrus (dikelilingi kantong cirrus). Porus genitalis jantan dan betina berdekatan
di sinus genitalis di lateral atau ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu
proglotid atau cross (diantara proglotid).
2) Sistem reproduksi betina:

1. Ovarium biasnya berlobus 2, berlanjut ke Oviduct Ootype yang dikelilingi oleh


glandula Mehlis vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesucula seminalis dan
berakhir di porus genitalis betina.
2. Gld.Vitellaria merupakan gld. Kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau
follikuler (pada cotyloda).
3. Uterus, yaitu dari Ootipe akan melanjut ke Uterus, yang pada cotyloda uterus ini
membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini
buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah berisi telur, misalnya:
bentuk uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (Ex: Taenia).
uterus berdegenerasi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
Sebelum berdegenerasi uterus membentuk Egg capsul (kapsul telur) yang melindungi
sekelompok telur (Ex: Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (Ex: Familia:
Thysanosomidae).

7
2.6 Klasifikasi Cestoda
Cacing pita termasuk subkelas CESTODA, kelas CESTOIDEA, filum
PLATYHELMINTES. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata danlarvanya
hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang
menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat pencernaan atau saluran
vaskular dan biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila
dewasa berisi alat reproduktif jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi
sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies
penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah: Diphyllobothrium
latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia
saginata, dan Taenia solium.Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:

1. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,


Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
2. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.
Menurut habitatnya, cestoda dapatdibagi menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan
Cyclophyllidea.
1. Ordo Pseudophyllidea
Famili Diphylobothridae
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species :Diphyllobotrium latum
Diphyllobothrium latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada orang. D.
latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan hampir 100% di suatu
lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah
Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil.

8
Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang
yang terdiri dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
a. Morfologi Diphyllobothrium latum

Panjangnya mencapai 900 cm, lebar 2,5 cm.


Terdiri atas 4000 proglotid.
Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal pada
skoleks.
hermafrodit
b. Daur Hidup Diphyllobothrium latum
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan
berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai
beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur
dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda
krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut,
coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel
(sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea
tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah panjang sampai
sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi dalam tubuh krustasea
tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai hospes intermedier ke 2, procercoid
ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding intestinum masuk kedalam istem
muskularis dan berparasit dengan memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid
berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi
beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam
bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan
menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.
c. Patogenitas
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala umum
yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada
kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering
dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi
penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada
mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti

9
ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien
menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi
singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum
sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya
anemia perniciosa (anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam usus).
d. Diagnosis dan Pengobatan
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan
positif. Obat yang diberikan ialah:

aspidium oleoresin
mepacrim
diclorophen
extract biji labu (Cucurbita spp)
Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini, makanismenya
adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik ATP, rekasi ini berhubungan
dengan transport elektron secara anaerobik yang dilakukan oleh cacing.
e. Pencegahan

1. Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya sampai-
10C selama 24 jam.
2. Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
3. Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2. Ordo Cyclophyllidea
v Famili Taeniidae
1) Taenia saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada manusia dan
ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini
panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida. Scolexnya mempunyai 4 batil isap
yang dapat menghisap sangat kuat.
a. Morfologi T. saginata
Cacing dewasa

Panjangnya 4-10 m.
Memiliki 1000 2000
10
Proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b. Daur hidup T. Saginata
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan keluar
melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat seperti cacing
tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmen /proglotida dapat dikelirukan
sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek dan telur
keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan infektif dapat
menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan berminggu-minggu.
Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang dipengaruhi
oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari telur langsung
berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula intestinum, terbawa oleh aliran
darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara
sel muyskulus dan masuk dalam serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut,
kemudian menjadi cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti
mutiara dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular bilamana
daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus terdigesti oleh cairan
empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012 minggu dan menjadi dewasa
membentuk proglotida yang berisi telur.
c. Patogenitas

Penderita taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.


Hewan (terutama ) babi, sapi yang mengandung cysticercus.
Makanan / minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
d. Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau skolek.
Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi yang m,empunyai
cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama,
sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru.

11
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang sekarang
banyak dipakai adalah Niklosamide.
e. Pencegahan

Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita


Mencegah kontaminasi tanah dan rumput dengan tinja manusia.
Memeriksa daging sapi, ada tidaknya cysticercus.
Memasak daging sampai sempurna.
Mendinginkan sampai -10 0C sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.
2) Taeniia solium
Adalah cacing pita babi yang paling berbahaya pad orang, karena kemungkinan
terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
a. Morfologi

Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.


Memiliki 1000 2000 proglotid.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 2mm.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
b. Daur Hidup dan Patologi Taenia solium
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier berbeda dimana
T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang penuh telur keluar melalui
feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan
telur dan membentuk Cysticercus celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang
akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus
berkembang menjadi cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum
dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan
hidup sampai 25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam lambung
dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering
ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul
fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata.
Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila

12
berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi
yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau
choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga
kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus
dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering
ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat menyebabkan gangguan
sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut. Gangguan tersebut ialah: terjadi
kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan, hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi
disorientasi. Kemungkinan terjadinya epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai
epilepsi peyebab cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi radang, hal
tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing berada dalam otak.
Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya kalsifikasi. Bila ini terjadi pada
mata pengobatan dengan operasi akan sulit dilakukan
c. Diagnosis

Nyeri ulu hati


Mencret
Mual
Obstipasi
Sakit kepala
d. Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air minum,
makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan mentah harus dicuci
berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.
v Famili Hymenolipipidae
1) Hymenolepsis nana
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai pada
manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di Amerika Serikat dan
Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebar 1 mm.
a. Morfologi

13
Merupakan golongan Cestoda yang memiliki ukuran terkecil dengan panjang 25
mm-10 cm dan lebar 1 mm
Skoleksnya bulat memiliki rostellum yang refraktil dengan mahkota kait-kait 20-30
buah
Strobila terdiri dari kira-kira 200 proglotid
Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi embrio dengan 6 buah kait
Dikenal sebagai cacing pita kerdil
Kosmopolitan
Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak
b. Daur Hidup Hymenolepis nana
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat menu;ar ke
orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam duodenum dan mengeluarkan
onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan tinggal di saluran limfe didaerah vili.
Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari
cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan
berkembang menjadi dewasa.
c. Patogenitas
Infeksi ringan : tidak menimbulkan gejala atau hanya gangguan perut tidak nyata
Infeksi berat

Menimbulkan enteritis catarrhal


Pada anak-anak berkurang berat badan, kurang nafsu makan, insomnia, sakit perut
dengan atau tanpa diare disertai darah, muntah, pusing, sakit kepala, gangguan saraf,
bila supersensitif terjadi alergi, obstipasi.
d. Diagnosa dan pengobatan
Diagnosa dilakukan ketika manamukan telur dalam tinja.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1 bulan kemudian
untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada saat obet pertama diberikan.
Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh cacing V. nana dan H. diminuta dengan
cepat.
e. Pencegahan

Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan

14
Menghindarkan makanan dari kontaminasi
Pemerantasan binatang pengerat (rodentia)
2) Hymenolepis diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada tikus
rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang. Ukuran lebih besar daripada
V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier adalah beberapa spesies arthropoda,
misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan
terhadap infeksi pada tikus dan manusia.
a. Morfologi

Cacing dewasa berukuran 20-60 cm


Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
Proglotid gravid lepas dari strobila
b. Daur Hidup Hymenolepis diminuta
Daur hidup H. Diminuta sama dengan H. Nana
c. Patogenitas
Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak
menunjukkan gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.
d. Diagnosis

Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja


Keluar cacing secara spontan setelah purgasi
v Famili Dylepipidae
1) Dipylidium caninum
a. Morfologi

Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)


Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
b. Siklus Hidup
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari
tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif bergerak di
daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul cacing yang berisi
embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah sehingga onkosfer menetas
dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang selanjutnya berkembang
15
mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva. Saat pinjal menyelesaikan
metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif. Anjing/kucing yang tanpa
sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing Dipylidium sp. Di dalam usus akan
mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi usus halus dan lama-lama akan
berkembang sebagai cacing dewasa. Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans
merupakan hospes antara yang paling sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis
juga dapat bertindak sebagai hospes antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah
kapsul telur yang tiap telur mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki
sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.
c. Patogenitas
Patogenitas pada hewan

Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan pencernaan.
Patogenitas pada manusia
Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
Sakit pada epigastrium
Diare dan sesekali reaksi alergi
d. Diagnosis

Hilangnya nafsu makan


Kehilangan berat badan secara drastis
Diare
e. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan:

Atabrine
Kuinakrin
Pencegahan

Jangan mencium anjing atau kucing


Hindari jilatan anjing
Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida

16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit
dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal
ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini
tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan
terbagi atas segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan
berisi alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan
Taeniasis. Ciri Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh
kutikula, Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti
pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang
panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Siklus Hidup Umumcacing
pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun betina
dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus, vas
deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau
unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi
betina

3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari membaca demi kesempurnaan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://nureynurey.wordpress.com/2011/11/20/cestoda-tugas-mikrobiologi/
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/cestoda-cacing-pita/
http://evilprincekyu.wordpress.com/2013/06/15/mikrobiologi-cestoda/

18

Anda mungkin juga menyukai