PRAKTIKUM PARASITOLOGI
(PROTOZOA INTESTINAL)
Bahan kuliah
Adhi Kumoro Setya, S.Pd Bio., M.Si
A. PENDAHULUAN
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Helmin dan Protozoa) masih
tinggi prevelansinya terutama pada penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan
merupakan masalah yang cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini
dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan
kelembaban yang sesuai, sehingga mendukung kehidupan parasit usus, proses daur
hidup dan cara penularannya. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman
dalam membedakan sifat berbagai spesies parasit stadium kista, tropozoit telur, larva,
cacing dewasa dan juga memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk
pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga
bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan
hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari
jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa
adalah tinja atau feses.
Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk mengetahui
adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara melacak dan
mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi dengan parasit
berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan. Oleh sebab itu pemeriksaan
laboratorium baik dari segi persiapan, pelaksanaan dan menyimpulkan (preanalitik,
analitik dan postanalitik) sangat dibutuhkan karena diagnosis yang hanya berdasarkan
pada gejala klinik kurang dapat dipastikan.
C. PROSES SAMPLING
Sebelum melakukan pemeriksaan terlebih dahulu harus diketahui beberapa syarat dan
hal – hal yang perlu diketahui di dalam memperoleh sampel tinja, yaitu :
1. Cara memperoleh sampel tinja dapat berupa :
a. Sampel sewaktu
b. Sampel 24 jam
3. Persiapan penderita :
a. Terangkan cara penampungan apa yang akan diperiksa
b. Penderita diminta untuk defekasi pada penampung feses bermulut lebar
c. Jangan kencing ditempat penampungan
4. Syarat pengambilan
Untuk mendapatkan sampel yang memenuhi syarat maka perlu diperhatikan hal-
hal di bawah ini :
a. Feses harus dikumpu.kan pada tempat yang kering, bersih, bebas urin,
kemudian dipindahkan ke penampung dengan menggunakan, tunge spatel.
b. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik maka harus segera dikirim ke
laboratorium pemeriksa.
PARASITOLOGI KLINIS
- Feses yang masih hangat sangat baik untuk pemeriksaan telur dan
tropozoit. Untuk keperluan ini feses tidak boleh dimasukkan atau di
simpan dalam lemari es.
- Feses yang disimpan dalam almari es tidak boleh langsung diperiksa tetapi
sebaiknya dibiarkan dulu pada temperature ruang.
- Tidak boleh di simpan dalam incubator.
c. Sampel terbaik adalah yang fresh (baru)
d. Pengumpulan sampel harus dilakukan sebelum terapi antibiotika dan diambil
segera mungkin pada saat sakit.
e. Jumlah sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, kira-kira sebesar ibu jari kaki
bayi. Bila dijumpai mucus atau darah maka sampel diambil dari tempat
tersebut karena parasit biasanya terdapat disitu.
f. Tidak boleh menggunakan feses yang ditampung di kloset atau terkontaminasi
dengan barium atau produk X ray.
g. Beri label yang berisi identitas seperti nama, tanggal, alamat, pemeriksaan apa
yang diminta.
Entamoeba histolytica.
Mikroskopi
Kista
Matang Entamoeba histolytica / Entamoeba dispar kista memiliki 4 inti yang khas telah
terletak karyosomes dan halus, kromatin perifer merata. Kista biasanya mengukur 12 sampai
15 μM.
Gbr. 2. Kista E. histolytica
A B
C D
C: Kista E. histolytica / E. dispar terwarnai trichrome. Tiga inti yang terlihat pada bidang fokus
(panah hitam), dan kista berisi tubuh chromatoid dengan ujung tumpul biasanya (panah merah).
D: Kista E. histolytica / E. dispar terwarnai trichrome. Perhatikan tubuh chromatoid dengan
tumpul, ujung bulat (panah).
Trophozoites
Entamoeba histolytica / Entamoeba dispar trophozoites memiliki inti tunggal, yang memiliki
karyosome terpusat ditempatkan dan kromatin perifer merata. Ini tampilan khas dari inti tidak
selalu diamati karena beberapa trophozoites dapat memiliki inti dengan karyosome eksentrik
dan kromatin perifer merata. Sitoplasma memiliki "tanah-kaca" tampilan. Butiran atau E.
histolytica / E. dispar trophozoites biasanya mengukur 15 sampai 20 μM (kisaran 10 sampai
60 μM), cenderung lebih memanjang dalam tinja diare.
Erythrophagocytosis (menelan sel darah merah oleh parasit) adalah karakteristik morfologi
satunya yang dapat digunakan untuk membedakan E. histolytica dari nonpathogenic E. dispar.
Namun, erythrophagocytosis tidak biasanya diamati pada noda noda E. histolytica.
PARASITOLOGI KLINIS
E F
G H
Balantidium coli
Mikroskopi
Kedua trophozoites Balantidium coli dan kista yang ditemukan dalam tinja. Trophozoites
ditandai dengan: ukuran besar (40 μM sampai 200 μM), kehadiran silia pada permukaan sel,
cytostome, dan sebuah macronucleus berbentuk kacang yang sering terlihat dan yang lebih
kecil, mikronukleus kurang mencolok. Kista terlihat lebih sering dan berbagai ukuran dari 50
μM sampai 70 μM. B. coli juga dapat menyerang jaringan.
PARASITOLOGI KLINIS
A B
C D
Giardia lamblia
Mikroskopi
Kista
Kista Giardia intestinalis yang oval untuk elipsoid dan mengukur 8-19 μM (rata-rata 10-14
μM). Kista matang memiliki 4 inti, sedangkan kista matang memiliki dua. Inti dan fibril yang
terlihat di kedua gunung yodium terwarnai basah dan trichrome terwarnai noda.
Gbr.5. Kista Giardia lamblia.
Sebuah B
C D
E F
Trophozoites
Trophozoites intestinalis Giardia adalah berbentuk buah pir dan mengukur panjang 10-20
mikrometer. Dalam permanen, spesimen terwarnai, 2 inti besar biasanya terlihat. Disk
PARASITOLOGI KLINIS
mengisap (digunakan untuk melampirkan epitel mukosa untuk tuan rumah), badan median, dan
flagela (8) juga dapat dilihat.
Gbr.6. Tropozoit Giardia lamblia
G H
2. Unsur perancu
Salah satu kesulitan dalam diagnostik parasitologi adalah membedakan
organisme parasit dari unsur-unsur lain dalam kotoran dan cairan tubuh lainnya.
Spesimen paling sulit untuk membedakan parasit dari artefak adalah di tinja.
Spesimen tinja terdiri dari banyak komponen seperti:
makanan sisa
produk dari pencernaan
sel epitel, lekosit, eritrosit
lendir
mikroorganisme seperti ragi dan bakteri
Karena rasio puing tinja untuk parasit, tidaklah mengherankan bahwa artefak dapat
salah diidentifikasi sebagai stadium trophozoites, telur, kista dan larva dari parasit
yang dicari.
Tujuan dari pengenalan artefak atau unsure perancu ini adalah untuk mengajarkan
microscopists kriteria yang diperlukan untuk membedakan morfologi parasit klinis
penting dari bahan artefak teratur dilihat dalam sampel kotoran dan spesimen dari situs
tubuh lainnya.
Tujuan dari situs ini tidak untuk menggantikan staf pelatihan praktis dalam bidang
khusus tetapi merupakan sumber pelengkap bahan referensi yang tersedia untuk
membantu microscopists maju dan pemula meminimalkan kesalahan identifikasi oleh
yang lebih mampu membedakan "fakta dari artefak."
b. Elemen non-manusia
Alga
Konidia jamur
PARASITOLOGI KLINIS
Jamur spora
Sel tumbuhan
Akar rambut
Serbuk sari biji-bijian
Spora
Sayuran spiral
Ragi sel
Unsur keterangan
Charcot-Leyden Kristal
Trichrome noda x 1000
Makrofag
Fase kontras X400
Leukosit polymorphonuclear
(Sel darah putih)
Tercat Trichrome
mikroskop cahaya x 1000
Leukosit polymorphonuclear
Fase kontras X400
Leukosit polymorphonuclear
dapat dilihat pada disentri dan
penyakit inflamasi lainnya
Eritrosit
Alga
Fase kontras x 400
Konidia jamur
Trichrome x 1000
Spora jamur
Fase kontras x 400
gelembung-gelembung lemak
dalam persiapan slide
Rambut tanaman
Fase kontras
x 1000
Spora
Trichrome Stain x 1000
Benih
Modifikasi Kinyoun x 1000
Stain artefak
Modifikasi Kinyoun x 1000
Sayuran spiral
Fase kontras x 400
Budding Ragi
Trichrome noda x 1000
Ragi
Gomori methenamine noda
x 1000
Telur serangga
80-120 um
Heterodera spp. dalam persiapan slide.
Serangan parasit Nematoda seperti akar
sayuran bit, lobak dan loba. dapat
membingungkan dengan telur cacing
tambang.
Sumber : www.dpdx.CDC.gov/
E. PEMERIKSAAN LAB
Hal – hal diatas kadang sulit dihindari. Maka kita harus mengetahui cara
pengiriman sampel dan cara pengawetanya sehingga sampel masih cukup relevan
untuk diperiksa. Cara pengiriman yang baik ialah dengan metode pengiriman DMC
(double mailing container). Perlu juga diketahui bahwa pada pengiriman sampel
hendaknya disertai :
1. Nama penderita
2. Umur
3. Jenis kelamin
PARASITOLOGI KLINIS
4. Tanggal pengambilan
5. Jenis bahan
6. Dapat ditambahkan :
a. Nama dokter pengirim
b. Keterangan klinis
c. Jenis pemeriksaan yang diminta
Untuk pemeriksaan yang ditunda lebih dari 2 jam maka wajib dilakukanya
pengawetan terhadap sampel tinja, agar tidak terjadi kerusakan atau perubahan dari
berbagai unsur yang di curigai. Dimana metode pengawetan tinja dibagi menjadi
beberapa yaitu :
1. Cara Fisis
Pengawetan menggunakan suhu dingin di almari es 3 – 5oC.
Bentuk telur, larva dan kista dapat bertahan, tetapi bentuk
tripozoit akan rusak dengan pendinginan.
2. Cara kimiawi
Bahan kimia yang sering digunakan untuk pengawet tinja yaitu :
a. Formalin
b. PVA (polly vinyl alcohol)
PARASITOLOGI KLINIS