Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH

IMONOSEROLOGI
Imunoserologi
Imunoserologi adalah pemeriksaan yang berfokus pada
proses identifikasi antibodi. Tidak hanya antibodi, tetapi
penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan akibat
penyakit autoimun pun menjadi salah satu yang menjadi fokus
pada tes imunoserologi. Penyakit autoimun merupakan jenis
kondisi dimana sistem daya tahan tubuh dapat berubah dan
akan melawan jaringan tubuh kamu yang sehat.
PENYAKIT YANG TERDETEKSI DENGAN
MELAKUKAN TES IMUNOSEROLOGI
1. Penyakit menular seksual
2. Penyakit rematik
3. Penyakit TORCH
4. Penyakit hepatitis
5. Penyakit yang disebabkan hepatitis
IMUNOSREROLOGI MEMBAHAS TENTANG

imunoserologi membahas tentang sistem pertahanan


tubuh, organ dan sel dalam sistem imun, respon imun dan
interaksi sel-sel imunokompeten, toleransi imunologik,
hipersensitivitas dan manfaat sistem imun.. sehingga nanti
diharpkan kalian Mampu memahami mekanisme sistem
pertahanan tubuh serta peran interaksi antigen dan
antibody darah dalam sistem imun
kita bisa hidup sehat disebabkan karena tubuh
mempunyai sistem imun. Sistem imun dapat mengenali
antigen asing di sekitar kita seperti mikroorganisme baik
bakteri, virus, jamur maupun parasit sehingga jika antigen
asing tersebut masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan
berespon baik secara humoral melalui antibodi maupun
sitokin yanglain atau secara seluler melalui sel-sei imun.
Imunoserologi Adalah Bidang Ilmu Kedokteran Yang
Mempelajari:

1. Identifikasi terhadap antibodi yaitu protein yang dibuat dari sel darah putih
yang berespon terhadap antigen, protein asing di dalam tubuh.
2. Investigasi masalah yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh seperti
penyakit autoimunitas yaitu ketika sistem kekebalan tubuh berubah melawan
jaringan tubuh sendiri dan kelainan imunodefisiensi yaitu ketika sistem
kekebalan tubuh kurang aktif.
3. Mempelajari kecocokkan organ untuk transplantasi.
Sejarah Imunologi dan Tokohnya
Pada mulanya imunologi merupakan cabang
mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama
respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun
1546, Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion
yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat
suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari
satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada
waktu itu belum dapat di identifikasi.
TOKOH IMUNOSEROLOGI
1. EDWAR JENNER
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari
infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi
(cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu
belum diketahui bagaimana mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi
tidak akan maju bila tidak diiringi dengan kemajuan dalam bidang teknologi, terutama
teknologi kedokteran. Dengan ditemukannya mikroskop maka kemajuan dalam
bidang mikrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi.
Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru dimulai setelah Louis Pasteur pada tahun
1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiak mikroorganisme
serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Penemuan ini kemudian
dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun 1885. Hasil karya
Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya yang
merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif
pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.
TOKOH IMUNOSEROLOGI
2. ROBERT KOCH
Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab
penyakit tuberkulosis. Dalam rangka mencari vaksin terhadap
tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin (1891) yang
merupakan reaksi hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman
tuberkulosis. Reaksi tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908)
dipakai untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis pada anak. Imunologi
mulai dipakai untuk menegakkan diagnosis penyakit pada anak. Vaksin
terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh Calmette dan
Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang
dapat menimbulkan kekebalan, bahan yang tidak hidup pun dapat
menginduksi kekebalan.
TOKOH IMUNOSEROLOGI

3. ALEXANDER YERSIN DAN ROUX


Setelah Roux dan Yersin menemukan toksin difteri pada
tahun 1885, Von Behring dan Kitasato menemukan antitoksin
difteri pada binatang (1890). Sejak itu dimulailah
pengobatan dengan serum kebal yang diperoleh dari kuda
dan imunologi diterapkan dalam pengobatan penyakit infeksi
pada anak. Pengobatan dengan serum kebal ini di kemudian
hari berkembang menjadi pengobatan dengan imunoglobulin
spesifik atau globulin gama yang diperoleh dari manusia.
TOKOH IMUNOSEROLOGI
4. CLEMENS VON PIRQUET
Dengan pemakaian serum kebal, muncullah secara klinis kelainan akibat pemberian
serum ini. Dua orang dokter anak, Clemens von pirquet dari Austria dan Bela Shick dari
Hongaria melaporkan pada tahun 1905, bahwa anak yang mendapat suntikan serum
kebal berasal dari kuda terkadang menderita panas, pembesaran kelenjar, dan eritema
yang dinamakan penyakit serum (serum sickness). Selain itu peneliti Perancis, Charles
Richet dan Paul Portier (1901) menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan
timbul dengan menyuntikkan zat toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi
adalah keadaan sebaliknya yaitu kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis
(tanpa pencegahan). Mulailah imunologi dilibatkan dalam reaksi lain dari kekebalan
akibat pemberian toksin atau antitoksin. Clemens von pirquet dari Austria (1906)
memakai istilah reaksi alergi untuk reaksi imunologi ini. Pada tahun 1873 Charles
Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu penyakit dengan gejala klinis
konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada hubungan antara penyakit ini dengan
serbuk sari (pollen). Oleh Wolf Eisner (1906) dan Meltzer (1910), penyakit ini
dinamakan anafilaksis pada manusia (human anaphylaxis).
TOKOH IMUNOSEROLOGI
5. METCHNIKOFF
pada tahun 1883, Metchnikoff sebenarnya telah mengatakan bahwa
pertahanan tubuh tidak saja diperankan oleh faktor humoral, tetapi leukosit juga
berperan dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada waktu itu
peran leukosit baru dikenal fungsi fagositosisnya. Beliaulah yang menemukan
sel makrofag. Sekarang kita mengetahui bahwa sel makrofag aktif berperan
pada imunitas selular untuk eliminasi antigen. Baru pada tahun 1964, Cooper
dan Good dari penelitiannya pada ayam menyatakan bahwa sistem limfosit
terdiri atas 2 populasi, yaitu populasi yang perkembangannya bergantung pada
timus dan dinamakan limfosit T, serta populasi yang perkembangannya
bergantung pada bursa fabricius dan dinamakan limfosit B. Tetapi pada waktu
itu belum dapat dibedakan antara limfosit T dan limfosit B. Limfosit T berperan
dalam hipersensitivitas lambat pada kulit dan penolakan jaringan, sedangkan
limfosit B dalam produksi antibodi.
Tujuan Imunoserologi

Imunoserologi bertujuan untuk meningkatkan


kualitas hasil pada pemeriksaan-pemeriksaan
laboratorium di bidang imunoserologi untuk
membuat interpretasi klinik yang sesuai
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
tersebut.
 

Anda mungkin juga menyukai