Disusun oleh :
Fadhilah Eka Pratiwi
( 2015.043.0031)
PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
1
Makalah
Praktikum
Mikrobiologi
Mikologi
(Mikosis
Superfisial)
dan
Surabaya,
Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
BAB I
PENDAHULUAN
Pityriasis
versicolor (PV), yang lebih dikenal sebagai penyakit panu (Budimulja, 2002).
Dermatofit berkembang pada suhu 25-28"C,dan timbulnya infeksi pada kulit
manusia didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. Dermatofit tersebar
di seluruh dunia dan menjadi masalah terutama di Negara berkembang. Mikosis
superfisial mengenai lebih dari 20% hingga 25% populasi sehingga menjadi
bentuk infeksi yang tersering.Di berbagai negara saat ini terjadi peningkatan
bermakna dermatofitosis. Tinea kruris, Tinea pedis dan tinea yang terbanyak
ditemukan. Di
Indonesia,
dermatofitosis
merupakan
52%
dari seluruh
Kusta merupakan penyakit tertua yang sampai sekarang masih ada. Kusta
berasal dari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi.Kusta
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mikosis Superfisialis
Mikosis superficial adalah penyakit jamur yang menginfeksi lapisan
permukaan kulit,yaitu stratum korneum,rambut dan kuku. Ada dua golongan
jamur yang
Dermatofita.
2.2 Definisi Dermatofita
jamur tersebut
untuk berkoloni
pada
jaringan
yang
mentagrophytes,
Microsporum
canis,
Microsporum
: Ascomycota
Class
: Eurotiomycetes
Order
: Onygenales
Family
: Arthrodermataceae
Genus
: Trichophyton
Species
:Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
Trichophyton
2.4.2 Microsporum
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Eurotiomycetes
Ordo
: Onygenales
Family
: Arthrodermataceae
Genus
: Microsporum
Spesies
2.4.3 Epidermophyton
mentagrophytes,
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Euascomycetes
Order
: Onygenales
Family
: Arthrodermataceae
Genus
: Epidermophyton
Spesies
: Epidermophyton floocosum
pensil
dan
terdiri
dari
beberapa
sel.
Mikrokonidia
10
12
Penyakit Tinea
kapitis
lebih
sering ditemukan
pada
anak-anak
dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi
jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan
pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor
perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta
pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.
2.8 Gejala Dermatofita
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas
yaitu bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain,
sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang
aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang. Gejala objektif ini
selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papelpapel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit
dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya
menyerupai dermatitis (ekzema marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa
makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis)dan bila ada infeksi sekunder
menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).
2.9 Diagnosia Dermatofit
Kerokan kulit atau kuku ditambah 10% KOH pada gelas obyek akan
menunjukkan adanya hifa bila dilihat dengan mikroskop. Kultur pada agar
Saboraud dalam suhu ruang akan menunjukkan hifa dan kondida spesifik.
Pengecatan dari kultur menggunakan Lactophenol Cotton Blue.
2.10 Pengobatan Dermatofita
Dermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin
yang bersifat fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle
dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5
gram untuk anak-anak sehari atau 10 25 mg per kg BB. Lama pengobatan
bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan keadaan imunitas
13
penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Untuk
mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama
makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu
penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat
topikal tambahan.
Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol
yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat
diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada
pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita
kelainan hepar.
Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam
salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 25%, dan zat warna (hijau brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat
topikal baru. Obat-obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin,
derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan naftiline masing-masing 1%.
2.11 Definisi Non-Dermatofita
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang
dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling
luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah dibawah ini
1. Pityriasis Versicolor / Tinea Versicolor
Tinea versikolor / Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering
terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit
yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang
bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di
ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.
Morfologi
14
Bentuk makuler :
Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya
Patogenesis
Timbul
bercak
putih
atau
kecoklatan
yang
kadang-kadang
gatal
bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut.
Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak
hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna
kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
Folikulitis:
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfurdapat tumbuh
dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan
histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran
15
sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri
dari debris keratin.Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula
dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu,
dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis.
Dacriosis obstructif :
Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis,
menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk
dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.
Diagnosa
Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi
16
kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan
menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi
untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan
beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum
akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena
sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat
kembali.
Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi
merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea
versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan
griseofulvin.
Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep
salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru
seperti selenium sulfida 2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol,
isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2%
sangat berkhasiat baik.
2
Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang
Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat
ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
Etiologi
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis,
Morfologi
Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae.
Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari
Diagnosa Laboratorium
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
gejala kllinis
pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar
Sabauroud.
Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam
spiritus dilutus.
Piedra Hortae
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya
terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut
kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
Morfologi
18
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Gejala klinis : Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa
seperti logam kasar.
2. Laboratorium
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak
hifa endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar
rambut) yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang
besarnya 1-2 u
b. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula
tumbuh sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan
1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak
dalam 1 minggu.
3. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur
dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk
mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang
telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke
bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga
sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus.
Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini
19
Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik : Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan
daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam
liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
2 . Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa
dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadangkadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan
dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh
dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan
mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat
ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.
Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan
20
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit
telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit
yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak
terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat
meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar
sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis,
arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti
yang diteteskan pada kulit.
Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang
anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.Gejala klinis yang khas
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan
adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa
berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.
b. Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar
(SGA), dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh
koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh
daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis
whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti
jamur, preparat-preparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol
juga berkhasiat baik. Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat
dieliminer dengan baik
21
22
: Bacteria
23
Filum
: Actinobacteria
Ordo
: Actinomycetales
Subordo
: Corynebacterneae
Genus
: Mycobacterium
Spesies
: Mycobacterium leprae
24
25
kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta
lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula
kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).
26
berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan
faktor penyebab.
Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak
antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap
insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per
1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.
Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah
kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa
menunjukkan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimanapun masih
belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan
kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epitel
deskuamosa di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan
bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan
adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di
penderita kusta lepromatosa. Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa
organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.
Pentingnya mukaosa hidung telah dikemukakan oleh Schffer pada 1898.
Jumlah dari bakteti yang berasal dari mukosa hidung di kusta lepromatosa,
menurut Shepard antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri.
Pedley
melaporkan
bahwa
sebagian
besar
pasien
lepromatosa
28
mengandung basil M.Lepra. jaringan itu dioleskan digelas asal, difiksasi diatas
api, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yang klasik, yaitu ZIEHI NEELSEN.
Untuk perawatan ini dapat digunakan modifikasi ZIEHI NEELSEN dan cara
lain dengan segala kelebihan & kekurangannya disesuaikan dengan keadaan
setempat.
Cara lain mengambil bahan kerokan dengan alat semacam scalpel kecil
tumpul atau bahan olesan dengan kapas lidi. Sebaiknya diambil dari daerah
Septum nasi, selanjutnya dikerjakan seperti biasa.
Pada pemeriksaan Histopatologik, Makrofag dalam jaringan yang berasal dari
Monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama khusus, antara lain sel
Kupffer dari hati, sel Alveolar dari paru, sel Glia dari otak, dan yang dari kulit
disebut Stiosit. Salah satu tugas makrofag adalah melakukan Fagositetis.
Granuloma
adalah
akumulasi
makrofag
dan
atau
derivate-
29
30
Gejala klinis reaksi reversal ialah penambahan atau perluasan lesi yang ada,
tetapi bukan modus, tanpa atau dengan gejala neuritis dari yang ringan sampai
yang berat. Gejala neoriris ini penting diperhatikan, oleh karena sangat
menentukan pemberian pengobatan dengan korpis teroid, perlu tidaknya,serta
dosisnya, sebab tanpa gejala neuritis
kortikosteroid.
2.22 Pengobatan dan Pencegahan Kusta
Untuk pencegahannya sendiri, dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat
lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa
mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung
mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya
menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun
tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan
hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki
resiko tertular. Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya
tidak memiliki resiko tertular.
Obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DOS (Diamino Difenil
Sulfom ) lalu Klofazimin dan Rifampisin,DDS mulai dipakai sejak 1948 dan pada
tahun 1952 di Indonesia, jadi sudah lebih dari 30 tahun pemakaian, klofazimin
dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil dan rifampisin sejak tahun 1970.
Pengertian relapse atau kambuh pada kusta ada 2 kemungkinan, yaitu relapse
sensitive (persistent) dan relase resisten, pada relase sensitive, decara klinis,
bakteriokopik, histopatologik, dapat dinyatakan, penyakit sekonyong konyong
aktif kembali dengan timbulnya lesi batu dan bakterioskopik positif kembali.
Resitensi terhadap DOS ada yang sekunder dan ada yang primer,resitansi
sekunder terjadi karena :
1. Monoterapi DOS.
31
32
bagi
yang
melaksanakan
MDT
alternative,
kalau
keadaannya
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mikosis superficial adalah penyakit jamur yang menginfeksi lapisan
permukaan kulit,yaitu stratum korneum,rambut dan kuku. Ada dua golongan
jamur yang menyebabkan mikosis superfisialis yaitu Dermatofita dan Non
Dermatofita.
2. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk,misalnya stratum korneum pada epidermis,rambut dan kuku yang
disebabkan jamur golongan dermatofita. Dermatofitosis dibagi berdasarkan
lokasi bagian tubuh manusia yang diserang. Yang termasuk dari dermatofitosis
adalah tinea kapitis, tinea favosa, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus et
pedis, tinea unguium, tinea barbae, dan tinea imbrikata.
3. Non-Dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar.
Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat
mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling
luar. Yang termasuk dari non-dermatofitosis adalah tinea versikolor, piedra
hitam, piedra putih dan tinea nigra.
4. Pengobatan untuk dermatofita adalah griseofulvin, ketokonazol, tolnaftat 2%,
tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan naftiline
masing-masing 1%.
5. Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri yang tahan
asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk
batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium sp. M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.
6. Mycobacterium Leprae ditemukan pertama kali oleh seseorang
ilmuwan Norwegia yang bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada
tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama
dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit
Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan
34
juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif,
sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma
sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.
7. Pemeriksaan Bakterioskopik digunakan untuk membantu
menegakan
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, N. Dkk, 1997. Kusta, Diagnosis dan Penatalaksanaan, FK UI, Jakarta.
35
37