Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM 11

Judul Praktukum : Pemeriksaan Koloni Jamur Pada Sampel Swab


Telinga Secara Makroskopis Pada Media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA)

Hari / Tanggal : Senin / 18 Oktober 2021

Nama Dosen : 1. Widarti, S.Si.Apt.,M.M.Kes

2. Siti Hadijah, S.Si.,M.Kes

3. Alfin Resya Virgiawan, S.ST., M.Si

A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui karakteristik jenis jamur melalui koloni jamur
secara mikroskopis pada sampel swab telinga.

B. Prinsip Pemeriksaan
Koloni pada swab telinga akan terwarnai dengan pewarnaan
lactofenol cutton blue sehingga saat diamati dibawah mikroskop akan
terlihat hifa dan atau spora.

C. Dasar teori
Media merupakan material nutrien yang dipersiapkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium. Media pertumbuhan
yang baik adalah media yang mengandung semua nutrien yang
diperlukan oleh organisme yang akan ditumbuhkan. Nutrisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan mikroba diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu fisikal dan kimiawi. Aspek fisik yaitu temperatur, pH,
tekanan osmotik, kondisi udara. Aspek kimia meliputi sumber karbon,
nitrogen, sulfur, fosfor, trace element, oksigen, dan faktor
pertumbuhan organik (Murwani, 2015).
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum. Fungsi umumnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri – ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya
dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan
reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh
jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang
menyusun jalinan – jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membrane plasma dan sitoplasma.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom,
mitokondria, dan kadang kala inti sel yang mengalir dari sel ke sel.
Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinositik.
Struktur hifa sinositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali – kali
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Aqsha,2013).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang – benang yang
disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu
miselium. Miselium dapat dibedakan atau miselium vegetative yang
berfungsi meresap menyerap nutrisi dari lingkungan, dan
miseliumfertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi
maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas yaitu berupa benang
tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan
menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan
fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen (Medly, 2013).
Ciri – ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,
anggotanya mempunyai ciri – ciri umum yaitu uniseluler atau bersel
satu atau multi seluler (benang – benang halus), tubuhnya tersusun
atas hifa (jalinan benang 117 benang halus), eukariotik (mempunyai
membrane inti), tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat
heterotroph, yaitu secara saprofit, parasite, dan simbiosis, dinding
selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam
bentuk glikogen dan protein, pencernaannya berlangsung secara
ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap disederhanakan
terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa
jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid lebih singkat,
reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan
membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara
memutuskan benang hifa (fragmentasi), zoospore, endospore, dan
konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan
inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Ita, 2013).
Infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, disebut juga dengan
otomikosis (Marlinda & Aprilia, 2016). Mikosis ini menyebabkan
adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superficial, adanya
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai supurasi dan nyeri.
Sebagian besar infeksi jamur ini disebabkan oleh jamur Aspergillus
sp. dan selebihnya Candida sp. Akibat infeksi jamur pada liang telinga
ialah rasa gatal di dalam telinga. Rasa gatal tersebut karena
pertumbuhan jamur yang sangat cepat, sehingga dapat menutup liang
telinga dan pendengaran dapat terganggu (Humaira, 2012).

D. Alat dan Bahan


- Alat
o Mikroskop
o Objek glass
o Deck glass
o Pipet tetes
o Pinset
o Cawan petri
o Ose
o Lampu spritus
o Hot plate
o Cawan petri
o Ose jarum/ose bulat
o Beaker glass
o Erlenmeyer
o Kertas/Koran
o Batang pengaduk
o Desikator
o Autoclave

- Bahan
o Sampel swab telinga, mulut dan sampel kutu air
o Lactofenol cutton blue
o Kapas alkohol
o Tissue
o Media SDA (Sabouraoud Dextrose Agar)
o Aquadest steril

E. Prosedur kerja
 Pembuatan Media SDA (Sabouraoud Dextrose Agar)
1. Menimbang media SDA sesuai dengan kebutuhan
2. Mengencerkan dengan menggunakan aquadest
3. Memanaskan diatas hot plate
4. Mengaduk sampai rata
5. Mengukur pH dari media yaitu 5,0⁰C
6. Jika pH sudah sesuai yaitu 5,0⁰C maka media SDA
ditambahkan sesuai kebutuhan
7. Kemudian diaduk sampai mendidih
8. Media dituang didalam cawan petri steril sebanyak
10cc

 Penanaman sampel pada media SDA (Sabouraoud


Dextrose Agar)
1. Mengambil swab mulut, telinga dan kerokan kulit kutu air
pada sampel yang telah diambil sebelum praktikum
2. Mengolesi swab pada media SDA (Sabaouraoud
Dextrose Agar) yang sudah disiapkan
3. Membungkus petridish dengan kertas
4. Menyimpan dalam desikator
5. Menginkubasi selama 2 – 3 hari

 Pengamatan koloni pada media SDA (Sabouraoud


Dextrose Agar)
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Setelah itu, lactofenol cutton blue diteteskan pada objek
glass.
3. Jamur yang tumbuh pada media SDA diletakkan pada
tetesan lactofenol cutton blue, kemudian ditutup dengan
deck glass.
4. Kemudian dilewatkan beberapa kali diatas nyala lampu
spiritus dan dibiarkan selama 10 menit.
5. Setelah itu diperiksa dibawah mikroskop dengan kondensor
rendah mula-mula objektif pembesaran objektif 10X untuk
mencari lapang pandang bagian kulit yang akan diperiksa,
kemudian pembesaran objektif 40X untuk adanya hifa dan
spora.
F. Interpretasi hasil
MAKROSKOPIS

Koloni sampel telinga Keterangan :


- Media hampir
seluruhnya ditutupi
oleh koloni
- Terlihat beberapa
koloni berbentuk
bundar tak beraturan
dengan tepian
hampir menutupi
plate
- Tekstur koloni kasar
dan halus
- warna koloni hitam
dan putih

G. Pembahasan
Pada praktiium kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung
(direct preparat) dari sampel swab telinga. Tujuan dari pemeriksaan
pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk mengetahui jenis
jamur. Cara pengambilan sampel swab telinga yaitu pertama-tama
cutton bud steril dibasahi dengan NaCl 0,9 % terlebih dahulu
kemudian dilakukan swab telinga dengan menggunakan cutton bud
tersebut. Hal ini berfungsi untuk membersihkan kotoran – kotoran
pada liang telinga yang menempel dengan cara di swab agar pada
media Sabauoraoud Dextrose Agar (SDA) ditumbuhi oleh koloni pada
sampel tersebut.
Dalam pembuatan preparat langsung kali ini, dapat digunakan
pada lactofenol cutton blue. Di teteskan lactofenol cutton blue pada
objek glass kemudian diambil koloni yang tumbuh pada media.
Kemudian sampel di tutup dengan deck glass. Objek glass kemudian
difiksasi di atas nyala lampu spiritus dan kemudian dibiarkan selama
kurang lebih 10 menit.
Pada sampel swab telinga, telah diidentifikasi berdasarkan
koloni yang tumbuh pada media SDA (Sabaouraoud Dextrose Agar).
Sampel swab telinga didapatkan jamur Aspergillus niger koloni
berwarna hitam. Infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur,
disebut juga dengan otomikosis (Marlinda & Aprilia, 2016). Mikosis
ini menyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel
superficial, adanya penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai
supurasi dan nyeri. Sebagian besar infeksi jamur ini disebabkan
oleh jamur Aspergillus sp. Akibat infeksi jamur pada liang telinga ialah
rasa gatal di dalam telinga. Rasa gatal tersebut karena pertumbuhan
jamur yang sangat cepat, sehingga dapat menutup liang telinga dan
pendengaran dapat terganggu (Humaira, 2012). dimana pada
gambaran yang ditemukan jamur tersebut, yaitu terdiri atas
kepala konidia, konidia, fialid, vesikel dan konidiofor. Kepala
konodia adalah struktur yang terletak di bagian terminal konidiofor,
berbentuk bulat (globose) atau semibulat (subglobose) tersusun
atas vesikel, metula (jika ada), fialid dan konidia. Vesikel adalah
pembesaran konidiofor pada bagian apeksnya membentuk suatu
struktur berbentuk globose, hemisferis, elips atau clavate.
konidiofor merupakan suatu struktur tegak lurus yang muncul
dari sel kaki dan pada ujungnya menghasilkan kepala konidia.

H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pada sampel swab liang telinga didapatkan jamur Aspergillus
niger koloni berwarna hitam. Infeksi telinga yang disebabkan oleh
jamur, disebut dengan otomikosis. Mikosis ini menyebabkan adanya
pembengkakan, pengelupasan epitel superficial, adanya penumpukan
debris yang berbentuk hifa, disertai supurasi dan nyeri. Sebagian
besar infeksi jamur ini disebabkan oleh jamur Aspergillus sp.

I. Daftar Pustaka
Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas Universitas
Press

Humaira, Cut Firza. 2012. Prevalensi otomikosis pada mahasiswa


PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Faktor
yang mempengaruhinya. (http://journals.cambridge.org).
Diakses pada 13 Maret 2017

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada

Marlinda, Lita & Aprilia, Ety. 2016. Otomikosis Auris Dekstra


pada Perenang. J Medula Unila. Vol. 6 (1) : 67

Murwani, S. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner. Edisi pertama,


Universitas Brawijaya Press (UB Press) Elektrinik Pertama
dan terbesar di Indonesia. Malang

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005 “Dasar-dasar Mikrobiologi I”,


Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S.
dan AngkaS.L., UI Press, Jakarta.
Marlinda, Lita & Aprilia, Ety. 2016. Otomikosis Auris Dekstra
pada Perenang. J Medula Unila. Vol. 6 (1) : 67

Anda mungkin juga menyukai