PENDAHULUAN
Teknis : cara, Logos : ilmu. Jadi sitohistoteknologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
Kata histologi berasal dari bahasa yunani yaitu histo yang berarti jaringan dan logos yang
berarti ilmu. Histologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan
secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan dengan irisan tipis. Irisan tersebut
2009;zulham,2009).
Histologi diperlukan dalam mempelajari struktur jaringan normal suatu organ atau alat tubuh
lain baik struktur anatomi maupun fisiologi. Hal yang sangat penting dalam mengenali dalam
mengenali suatu kondisi patologi sebagai akibat suatu penyakit dan perubahan-perubahan seluler juga
membantu mendiagnosis penyakit karna salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis melalui
hasil pengamat terhadap jaringan yang diduga terganggu dengan diambil sampel organ. ( suntoro,
saat ini masih merupakan kunci dalam diagnosis sebagian besar penyakit. Mutu hasil proses jaringan
sangat erat hubungannya dengan penanganan bahan pemeriksaan yang benar sejak awal jaringan/sel
dan cairan yang dipisahkan dari tubuh. Disebut sebagai penanganan pra-analitik. Pada tahap ini
kegiatan utamanya ialah melakukan pencatatan pasien data pasien dan preservsi jaringan/sel pasca
operasi/biopsi. Tahap selanjutnya, analitik, dimana pada tahap ini sampel tiba dilaboratorium
patologi anatomi.pada tahapan ini meliputi pencatatatan data bahan pemeriksaan / sampel
yang selanjutnya diikuti pengolahan bahan pemeriksaan atau sampel tersebut. (Made, nassar,
2008).
Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan didunia, lebih dari 8
juta orang meninggal karna kanker pada tahun 2005. Oleh karena itu, pada era sekarang ini diperlukan
diperlukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis kanker dilakukan adalah pemeriksaan dengan
melakukan pengamatan jaringan secara mikroskopis. Pemeriksaan jaringan secara mikroskopis bisa
dilakukan dengan metode pengerasan jaringan teknik parafinisasi atau potong beku, pengerasan
jaringan dengan tehnik parafisisasi adalah proses memasukkan parafin kedalam jaringan. Agar parafin
jaringan(kemenkes,2017).
Jadi histologi bukan hanya mencakup pengetahuan mengenai berbagai jaringan, tetapi juga
berbagai sel dan sistem organ. Dan karena hitstologi mempelajari semua sel, jaringan, organ, tercakup
didalamnya ilmu yang mempelajari segi fungsi, selain strukturnya,jadi mempelajari histologi bukan
hanya sebagaai pelengkap dalam mempelajari anatomi makroskopik, tetapi juga merupakan dasar
struktural untuk mempelajari ilmu faal. Adanya hubungan antara struktu dan fungsi mungkin dapat
menerangkan mengapa histologi merupakan ilmu yang begitu menarik dan mudah dipahami. Para
mahasiswa akan menyadari bahwa dengan mempelajari sesuatu struktur, mereka dapat menyimpulkan
banyak hal mengenai fungsinya; dan sebaliknya, bila mereka mengetahui fungsi suatu organ atau
jaringan, mereka dapat meramalkan banyak hal mengenai struktur mikroskopisnya. Perlu ditekankan
disini bahwa histologi pada umumnya adalah suatu mata pelajaran visual. (C. Roland, 2008).
Prinsip pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada
didalam jaringan. Kemudian digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku sehingga
bisa dilakukannya pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis. Didalam
histologi rutin, parafin adalah media yang sering digunakan untuk menanam jaringan. air didalam
jaringan tidak bisa langsung digantikan oleh parafin, harus melalui tahapan prantara dulu. Adapun
tahap prantara didalam proses pematangan jaringan yaitu peroses dehidrasi dan pembeningan.
(kemenkes, 2017).
Prinsip kerja pematangan jaringan manual adalah serangkaian prosedur untuk mengganti
unsur air dan fiksatif dalam jaringan dengan parafin agar diperoleh penyatuan yang sempurna antara
jaringan dan parafin dalam satu blok. proses dilakukan dengan cara menarik air dari jaringan dengan
dari jaringan dengan dehidran alkohol bertahap, sehingga air digantikan oleh alhokol. Kemudian
dilanjutkan dengan xylol yaitu media perantara yang dapat larut dalam air dan parafin, sehingga
alkohol digantikan oleh xylol. Setelah itu direndam (impregnasi/infiltrasi) dalam parafin cair,
sehingga seluruh ruang jaringan yang semula berisi xylol diganti oleh parafin yang bertitik lebur
paling tinggi 60ºC. Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan
diperoleh blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses
selanjutnya. Kelebihan metode ini biaya lebih murah (Sutjahjo, 2008) Kelebihan metode ini biaya
Metode automatik tetap digunakan di laboratorium patologi anatomi sebagai metode standar,
saat ini dikembangkan pemeriksaan pematangan jaringan metode automatik yang dapat menutupi
kelemahan yang dimiliki metode manual. Pematangan jaringan dengan metode automatik ( Automatik
Tissue Processor ) alat yang secara otomatis melakukan gerakan melakukan proses persiapan jaringan
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa kelebihan dan kekurangan perbedaan
dan automatik.
dan automatic.
Penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan dibidang
penelitian yang telah didapat setelah menimba ilmu,memberikan pengalaman secara langsung dalam
Penelitian ini dapat di harapkan mampu memberi infromasi yang baik dan benar sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
Pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada
didalam jaringan ,kemudian digantika dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku
sehingga bisa dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis.
Didalam histologi rutin, parafin adalah media yang paling sering digunakan untuk menanam
jaringan. Air didalam jaringan tidak bisa langsung digantikan oleh parafin harus melalui
tahap perantara terlebih dahulu. Adapun tahapan perantara di dalam proses pematangan
Air/larutan
fiksatif didalam
Dehidrasi pembeningan infiltrasi
jaringn
1. Dehidrasi
Tahap pertama pematangan jaringan adalah dehidrasi. Dehirasi adalah proses
semghilangkan air dan zat fiksatif dari komponen jaringan. Reagen dehidrasi bersifat
hidrofilik (suka air), memiliki kutup yang kuat berinteraksi dengan molekul air dengan cara
mengikat hidrogen. Dehidrasi harus dilakukan secara perlahan. Dehidrasi yang berlebihan
dapat menyebabkan jaringan menjadi keras, rapuh dan kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna
akan mengganggu penetrasi reagen pembening kedalam jaringan, sehingga spesimen nya
lunak sehingga tidak bisa dilakukan infiltrasi. Hal yang penting lainnya yaitu, sebelum
dilakukan proses ini, jaringan dipastikan harus sudah difiksasi dengan baik sehingga tidak
2. Pembeningan
infiltrasi. Reagen pembeningan larut dalam dua larutan tersebut dan kebanyakan berupa
hidrokarbon dengan indeks bias yang mirip dengan protein. Jika agen dehidrasi telah
digantikan semua dengan agen pembeningan, makan jaringan tersebut akan memiliki
penampilan yang bening dan tembus cahaya. Agen pembeningan harus memiliki kemampuan
penetrasi jaringan yang tepat. Penghapusan agen dehidrasi yang cepat, mudah digantikan oleh
agen infiltrasi, mmenimbulkan kerusakan yang minimal, sifat mudah terbakar yang rendah,
3. Infiltrasi
sehingga jaringan tersebut dapat mengeras akibat filtrat tersebut disuhu ruang. Mekanisme
masuknya filtrate ini kedalam sel jaringan adalah dengan menggantikan cairan pembeningan
dengan tingkat kelarutannya. Parafin adalah filtrate yang paling banyak digunakan untuk
mempertahankan fungsi dari sel dan komponen ultrastruktural selama proses pemotongan.
(kemenkes, 2017).
1. Agitasi
Agitasi di dalam dunia histoteknisi merupakan suatu dorongan yang terjadi ketika dua
buah larutan yang berbeda jenis maupun kosentrasi menjadi satu. Dengan adanya agitasi ini,
maka akan terjadi peningkatan aliran larutan disekitar jaringan. Perpindahan aliran ini ialah
yang berpengaruh di dalam proses percepatan proses pematangan jaringan. Pada alat
2. Suhu
Suhu merupakan suatu faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecepatan proses
perpindahan cairan. Suhu yang digunakan harus diatur harus diatur sedimikian rupa untuk
spesimen jaringan. Suhu yang dapat digunakan dibatasi sampai 24ºC. Hal itu dikarenakan
suhu yang lebih tinggi dapat merusak komponen jaringan. (kemenkes, 2017).
3. Viskositas
viskositas adalah sifat ketahanan terhadap aliran suatu fluida. Semakin kecil molekul
dalam larutan, semakin cepat laju penetrasi cairan (viskositas rendah). Sebaliknya, jika
ukuran molekul lebih besar, laju pertukaran lebih lambat (viskositas tinggi). Sebagian besar
larutan yang digunakan dalam pematangan jaringan, dehidrasi dan pembeningan, memiliki
viskositas yang serupa. Parafin memiliki viskositas lebih rendah dalam keadaaan cair
(meleleh), hal ini dapat meningkatkan kecepatan masuknya parafin tersebut kedalam sel.
(kemenkes, 2017).
4. Vacum
Adalah kondisi dimana tekanan didalam suatu alat pematang jaringan dibuat dengan
kondisi yang tinggi. Dengan tekanan yang tinggi diharapkan akan meningkatkan laju
perpindahan cairan satu dengan yang lainnya sehingga dapat mengurangi waktu yang
Vakum akan menghilangkan reagen dari jaringan, tetapi jika reagen tersebut lebih mudah
menguap daripada reagen yang akan menggantikannya. Vakum juga bisa membantu
mekanisme vakum, maka proses pematangan dapat berkurang khususnya pada jaringan
5. Jenis jaringan
jaringan. Dimana jenis jaringan ditentukan juga oleh jenis sel yang menyusunnya.
a. Jaringan yang terdiri dari sel yang banyak mengandung air, contohnya adalah
b. Jaringan yang terdiri dari sel yang sedikit mengandung air, contohnya adalah tulang.
6. Ukuran jaringan
Ukuran, kerapatan, dan ketebalan jaringan menentukan kecepatan penetrasi
larutan pada proses pematangan jaringan. Jaringan yang berukuran tipis seperti usus akan
lebih cepat penetrasinya dibandingkan jaringan hati yang lebih tebal. Jaringan yang padat
seperti uterus dan tulang akan memakan waktu proses pematangan yang lebih lama. Jaringan
dipotong tidak lebih dari 2,5 × 2,0 × 0,4 cm, agar penetrasi larutan berjalan dengan
optimal. Potongan jaringan disimpan di dalam kaset tidak boleh sampai berdesakan, karena
Waktu proses
No Tahapan Larutan 2 Jam 8 Jam
Prinsip kerja pematangan jaringan manual adalah serangkaian prosedur untuk mengganti
unsur air dan fiksatif dalam jaringan dengan parafin agar diperoleh penyatuan yang sempurna antara
jaringan dan parafin dalam satu blok. proses dilakukan dengan cara menarik air dari jaringan dengan
dari jaringan dengan dehidran alkohol bertahap, sehingga air digantikan oleh alhokol. Kemudian
dilanjutkan dengan xylol yaitu media perantara yang dapat larut dalam air dan parafin, sehingga
alkohol digantikan oleh xylol. Setelah itu direndam (impregnasi/infiltrasi) dalam parafin cair,
sehingga seluruh ruang jaringan yang semula berisi xylol diganti oleh parafin yang bertitik lebur
paling tinggi 60ºC. Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan
diperoleh blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses
1. Kelebihan metode ini biaya lebih murah (Sutjahjo, 2008, Erick khristian, 2017)
Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan diperoleh
blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses
keras, rapuh dan kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna akan mengganggu penetrasi reagen
pembening kedalam jaringan, sehingga spesimen nya lunak sehingga tidak bisa dilakukan
infiltrasi.
Automatic Tissue Processor adalah alat untuk proses pengolahan jaringan pada
kegiatan Histoteknik (proses untuk membuat sajian histologi) yang telah dipotong dan
telah melalui tahap proses kimiawi yaitu Fiksasi (Fixation), Pemeriksaan Kotor (Gross
Processor atau Pengolahan jaringan bertujuan untuk mengolah jaringan agar proses
mikrotom bisa dilakukan secara sempurna. Tissue Processor terdiri dari beberapa tahap
jaringan dalam sekali running. Automatic tissue processor bekerja dengan setting tertentu
sesuai dengan kebutuhan patologist. Alat Automatic tissue processor ini sangat membantu
automatic-tissue-processor)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakuka adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian berupa pengamatan
untuk melihat perbandingan kematangan jaringan sitohisto menggunakan metode manual dan
automatis.
3.3.1 Populasi