Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sitohistoteknologi berasal dari kata sito/cyto/cyt/se : molekul-molekul sel, Histo : jaringan,

Teknis : cara, Logos : ilmu. Jadi sitohistoteknologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang cara-cara membuat preparat jaringan tubuh manusia. (George, 2006).

Kata histologi berasal dari bahasa yunani yaitu histo yang berarti jaringan dan logos yang

berarti ilmu. Histologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan

secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan dengan irisan tipis. Irisan tersebut

nantinya akan memperlihatkan ,ukuran, dan yang beragam. (Eroschenko ,2008;jusuf,

2009;zulham,2009).

Histologi diperlukan dalam mempelajari struktur jaringan normal suatu organ atau alat tubuh

lain baik struktur anatomi maupun fisiologi. Hal yang sangat penting dalam mengenali dalam

mengenali suatu kondisi patologi sebagai akibat suatu penyakit dan perubahan-perubahan seluler juga

membantu mendiagnosis penyakit karna salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis melalui

hasil pengamat terhadap jaringan yang diduga terganggu dengan diambil sampel organ. ( suntoro,

1983; jhonoson, 1994).

Diagnosis histopatologi yang merupakan hasil interpretasi pemeriksaan histopatologi, sampai

saat ini masih merupakan kunci dalam diagnosis sebagian besar penyakit. Mutu hasil proses jaringan

sangat erat hubungannya dengan penanganan bahan pemeriksaan yang benar sejak awal jaringan/sel

dan cairan yang dipisahkan dari tubuh. Disebut sebagai penanganan pra-analitik. Pada tahap ini

kegiatan utamanya ialah melakukan pencatatan pasien data pasien dan preservsi jaringan/sel pasca

operasi/biopsi. Tahap selanjutnya, analitik, dimana pada tahap ini sampel tiba dilaboratorium

patologi anatomi.pada tahapan ini meliputi pencatatatan data bahan pemeriksaan / sampel
yang selanjutnya diikuti pengolahan bahan pemeriksaan atau sampel tersebut. (Made, nassar,

2008).

Menurut WHO, kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan didunia, lebih dari 8

juta orang meninggal karna kanker pada tahun 2005. Oleh karena itu, pada era sekarang ini diperlukan

diperlukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis kanker dilakukan adalah pemeriksaan dengan

melakukan pengamatan jaringan secara mikroskopis. Pemeriksaan jaringan secara mikroskopis bisa

dilakukan dengan metode pengerasan jaringan teknik parafinisasi atau potong beku, pengerasan

jaringan dengan tehnik parafisisasi adalah proses memasukkan parafin kedalam jaringan. Agar parafin

bisa masuk kedalam jaringan, maka harus dilakukan tahap-taham pematangan

jaringan(kemenkes,2017).

Jadi histologi bukan hanya mencakup pengetahuan mengenai berbagai jaringan, tetapi juga

berbagai sel dan sistem organ. Dan karena hitstologi mempelajari semua sel, jaringan, organ, tercakup

didalamnya ilmu yang mempelajari segi fungsi, selain strukturnya,jadi mempelajari histologi bukan

hanya sebagaai pelengkap dalam mempelajari anatomi makroskopik, tetapi juga merupakan dasar

struktural untuk mempelajari ilmu faal. Adanya hubungan antara struktu dan fungsi mungkin dapat

menerangkan mengapa histologi merupakan ilmu yang begitu menarik dan mudah dipahami. Para

mahasiswa akan menyadari bahwa dengan mempelajari sesuatu struktur, mereka dapat menyimpulkan

banyak hal mengenai fungsinya; dan sebaliknya, bila mereka mengetahui fungsi suatu organ atau

jaringan, mereka dapat meramalkan banyak hal mengenai struktur mikroskopisnya. Perlu ditekankan

disini bahwa histologi pada umumnya adalah suatu mata pelajaran visual. (C. Roland, 2008).

Prinsip pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada

didalam jaringan. Kemudian digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku sehingga

bisa dilakukannya pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis. Didalam

histologi rutin, parafin adalah media yang sering digunakan untuk menanam jaringan. air didalam

jaringan tidak bisa langsung digantikan oleh parafin, harus melalui tahapan prantara dulu. Adapun
tahap prantara didalam proses pematangan jaringan yaitu peroses dehidrasi dan pembeningan.

(kemenkes, 2017).

Prinsip kerja pematangan jaringan manual adalah serangkaian prosedur untuk mengganti

unsur air dan fiksatif dalam jaringan dengan parafin agar diperoleh penyatuan yang sempurna antara

jaringan dan parafin dalam satu blok. proses dilakukan dengan cara menarik air dari jaringan dengan

dari jaringan dengan dehidran alkohol bertahap, sehingga air digantikan oleh alhokol. Kemudian

dilanjutkan dengan xylol yaitu media perantara yang dapat larut dalam air dan parafin, sehingga

alkohol digantikan oleh xylol. Setelah itu direndam (impregnasi/infiltrasi) dalam parafin cair,

sehingga seluruh ruang jaringan yang semula berisi xylol diganti oleh parafin yang bertitik lebur

paling tinggi 60ºC. Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan

diperoleh blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses

selanjutnya. Kelebihan metode ini biaya lebih murah (Sutjahjo, 2008) Kelebihan metode ini biaya

lebih murah (Sutjahjo, 2008, Erick khristian, 2017)

Metode automatik tetap digunakan di laboratorium patologi anatomi sebagai metode standar,

saat ini dikembangkan pemeriksaan pematangan jaringan metode automatik yang dapat menutupi

kelemahan yang dimiliki metode manual. Pematangan jaringan dengan metode automatik ( Automatik

Tissue Processor ) alat yang secara otomatis melakukan gerakan melakukan proses persiapan jaringan

dengan timer yang sudah di setting. ( Elektronika dasar, 2012)

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa kelebihan dan kekurangan perbedaan

perbandingan kematangan jaringan histologi menggunakan proses manual dan automatic.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui perbandingan kematangan jaringan histologi menggunakan proses manual

dan automatik.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Memeriksa hasil pemeriksaan pematangan jaringan dengan metode manual

2. Memeriksa hasil pemeriksaan pematangan jaringan dengan metode automatic

3. Menganalisis perbedaan hasil pemeriksaan pematangan jaringan dengan metode manual

dan automatic.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan dibidang

penelitian yang telah didapat setelah menimba ilmu,memberikan pengalaman secara langsung dalam

penelitian dan meningkatkan pemahaman peneliti mengenai perbandingan pematangan jaringan

sitohisto menggunakan proses manual dan automatik.

1.4.2 Bagi akademik

a. menambah wawasan tenaga analis di tempat kerja tentang perbandingan pematangan

jaringan metode manual dan automatic.

b.Memberikan informasi Sebagai bahan referensi di bidang sitohisto dan perpustakaan

program studi D-IV Teknologi labolatorium medik.

1.4.3 Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat di harapkan mampu memberi infromasi yang baik dan benar sehingga

menambah pengetahuan masyarakat mengenai perbandingan kematangan jaringan histologi

menggunakan proses manual dan automatik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pematangan jaringan

2.1.1 Definisi pematangan jaringan

Pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada

didalam jaringan ,kemudian digantika dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku

sehingga bisa dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis.

Didalam histologi rutin, parafin adalah media yang paling sering digunakan untuk menanam

jaringan. Air didalam jaringan tidak bisa langsung digantikan oleh parafin harus melalui

tahap perantara terlebih dahulu. Adapun tahapan perantara di dalam proses pematangan

jaringan yaitu proses dehidrasi,pembeningan dan infiltrasi. (kemenkes,2017)

Air/larutan
fiksatif didalam
Dehidrasi pembeningan infiltrasi
jaringn

Gambar 2. Pematangan jaringan

( sumbar : documen pribadi )

2.1.2 Tahap-tahap pematangan jaringan

1. Dehidrasi
Tahap pertama pematangan jaringan adalah dehidrasi. Dehirasi adalah proses

semghilangkan air dan zat fiksatif dari komponen jaringan. Reagen dehidrasi bersifat

hidrofilik (suka air), memiliki kutup yang kuat berinteraksi dengan molekul air dengan cara

mengikat hidrogen. Dehidrasi harus dilakukan secara perlahan. Dehidrasi yang berlebihan

dapat menyebabkan jaringan menjadi keras, rapuh dan kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna

akan mengganggu penetrasi reagen pembening kedalam jaringan, sehingga spesimen nya

lunak sehingga tidak bisa dilakukan infiltrasi. Hal yang penting lainnya yaitu, sebelum

dilakukan proses ini, jaringan dipastikan harus sudah difiksasi dengan baik sehingga tidak

terjadi artifak oleh karena terjadi fiksasi alkohol. (kemenkes, 2017).

2. Pembeningan

Reagen pembeningan bertindak sebagai perantara antara larutan dehidrasi dan

infiltrasi. Reagen pembeningan larut dalam dua larutan tersebut dan kebanyakan berupa

hidrokarbon dengan indeks bias yang mirip dengan protein. Jika agen dehidrasi telah

digantikan semua dengan agen pembeningan, makan jaringan tersebut akan memiliki

penampilan yang bening dan tembus cahaya. Agen pembeningan harus memiliki kemampuan

penetrasi jaringan yang tepat. Penghapusan agen dehidrasi yang cepat, mudah digantikan oleh

agen infiltrasi, mmenimbulkan kerusakan yang minimal, sifat mudah terbakar yang rendah,

toksisitas rendah dan murah. (kemenkes, 2017).

3. Infiltrasi

Infiltrasi merupakan suatu proses memsukkan materi/filtrat kedalam jaringan

sehingga jaringan tersebut dapat mengeras akibat filtrat tersebut disuhu ruang. Mekanisme

masuknya filtrate ini kedalam sel jaringan adalah dengan menggantikan cairan pembeningan

dengan tingkat kelarutannya. Parafin adalah filtrate yang paling banyak digunakan untuk

infiltrasi dan embendding. Beberapa praktisi mengannjurkan menggunakan parafin yang


mempunyai titik leleh yang rendah dalam mempercepat proses infiltrasi. Raegen infiltrasi

mempertahankan fungsi dari sel dan komponen ultrastruktural selama proses pemotongan.

(kemenkes, 2017).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kematngan jaringan

1. Agitasi

Agitasi di dalam dunia histoteknisi merupakan suatu dorongan yang terjadi ketika dua

buah larutan yang berbeda jenis maupun kosentrasi menjadi satu. Dengan adanya agitasi ini,

maka akan terjadi peningkatan aliran larutan disekitar jaringan. Perpindahan aliran ini ialah

yang berpengaruh di dalam proses percepatan proses pematangan jaringan. Pada alat

pematang otomatis, proses agitasi dapat dilakukan dengan menggabungkan pergerakan

vertikal atau berputar. (kemenkes, 2017).

2. Suhu

Suhu merupakan suatu faktor lingkungan yang berhubungan dengan kecepatan proses

perpindahan cairan. Suhu yang digunakan harus diatur harus diatur sedimikian rupa untuk

mengurangi kemungkinan jaringan menyusut, terjadi pengerasan atau kelapuhan pada

spesimen jaringan. Suhu yang dapat digunakan dibatasi sampai 24ºC. Hal itu dikarenakan

suhu yang lebih tinggi dapat merusak komponen jaringan. (kemenkes, 2017).

3. Viskositas

viskositas adalah sifat ketahanan terhadap aliran suatu fluida. Semakin kecil molekul

dalam larutan, semakin cepat laju penetrasi cairan (viskositas rendah). Sebaliknya, jika

ukuran molekul lebih besar, laju pertukaran lebih lambat (viskositas tinggi). Sebagian besar

larutan yang digunakan dalam pematangan jaringan, dehidrasi dan pembeningan, memiliki

viskositas yang serupa. Parafin memiliki viskositas lebih rendah dalam keadaaan cair
(meleleh), hal ini dapat meningkatkan kecepatan masuknya parafin tersebut kedalam sel.

(kemenkes, 2017).

4. Vacum

Adalah kondisi dimana tekanan didalam suatu alat pematang jaringan dibuat dengan

kondisi yang tinggi. Dengan tekanan yang tinggi diharapkan akan meningkatkan laju

perpindahan cairan satu dengan yang lainnya sehingga dapat mengurangi waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan setiap langkah dalam pematangan spesimen jaringan.

Vakum akan menghilangkan reagen dari jaringan, tetapi jika reagen tersebut lebih mudah

menguap daripada reagen yang akan menggantikannya. Vakum juga bisa membantu

menghilangkan udara yang terperangkap di pori-pori jaringan. Dengan penambahan

mekanisme vakum, maka proses pematangan dapat berkurang khususnya pada jaringan

padat dan berlemak. (kemenkes, 2017).

5. Jenis jaringan

Jenis jaringan yang diproses dapat juga mempengaruhi proses pematangan

jaringan. Dimana jenis jaringan ditentukan juga oleh jenis sel yang menyusunnya.

Beberapa jenis jaringan yang ada di dalam tubuh antara lain :

a. Jaringan yang terdiri dari sel yang banyak mengandung air, contohnya adalah

mata, hepar, ginjal dan lain sebagainya.

b. Jaringan yang terdiri dari sel yang sedikit mengandung air, contohnya adalah tulang.

c. Jaringan yang mengandung lemak, contohnya adalah jaringan mammae.

6. Ukuran jaringan
Ukuran, kerapatan, dan ketebalan jaringan menentukan kecepatan penetrasi

larutan pada proses pematangan jaringan. Jaringan yang berukuran tipis seperti usus akan

lebih cepat penetrasinya dibandingkan jaringan hati yang lebih tebal. Jaringan yang padat

seperti uterus dan tulang akan memakan waktu proses pematangan yang lebih lama. Jaringan

dipotong tidak lebih dari 2,5 × 2,0 × 0,4 cm, agar penetrasi larutan berjalan dengan

optimal. Potongan jaringan disimpan di dalam kaset tidak boleh sampai berdesakan, karena

akan mengganggu proses penetrasi larutan ke dalam jaringan. (kemenkes, 2017).

2.1.4 Waktu pematangan jaringan manusia

Tabel 2.1 Waktu Pematangan Pada Jaringan Manusia

Waktu proses
No Tahapan Larutan 2 Jam 8 Jam

1 Dehidrasi alkohol 95% 1 menit 20 menit

2 Dehidrasi alkohol 95% 1 menit 20 menit

3 Dehidrasi alkohol Absolut 1 menit 20 menit

4 Dehidrasi alkohol Absolut 11 menit 40 menit

5 Dehidrasi alkohol Absolut 30 menit 60 menit

6 Pembeningan Xilol 1 menit 30 menit

7 Pembeningan Xilol 11 menit 30 menit

8 Pembeningan Xilol 25 menit 60 menit

9 Infiltrasi Parafin/paraplast 3 menit 40 menit

10 Infiltrasi Parafin/paraplast 5 menit 40 menit


11 Infiltrasi Parafin/paraplast 15 menit 60 menit

2.2 Pematangan jaringan manual

2.2.1 Prinsip pematangan jaringan metode manual

Prinsip kerja pematangan jaringan manual adalah serangkaian prosedur untuk mengganti

unsur air dan fiksatif dalam jaringan dengan parafin agar diperoleh penyatuan yang sempurna antara

jaringan dan parafin dalam satu blok. proses dilakukan dengan cara menarik air dari jaringan dengan

dari jaringan dengan dehidran alkohol bertahap, sehingga air digantikan oleh alhokol. Kemudian

dilanjutkan dengan xylol yaitu media perantara yang dapat larut dalam air dan parafin, sehingga

alkohol digantikan oleh xylol. Setelah itu direndam (impregnasi/infiltrasi) dalam parafin cair,

sehingga seluruh ruang jaringan yang semula berisi xylol diganti oleh parafin yang bertitik lebur

paling tinggi 60ºC. Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan

diperoleh blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses

selanjutnya. Kelebihan metode ini biaya lebih murah (Sutjahjo, 2008)

2.2.2 Kelebihan pemeriksaan pematangan jaringan metode manual

1. Kelebihan metode ini biaya lebih murah (Sutjahjo, 2008, Erick khristian, 2017)

2.2.3 Kekurangan pemeriksaan pematangan jaringan metode manual

Kekurangannya metode manual yaitu jika penyatuan tidak sempurna maka akan diperoleh

blok parafin yang tidak homogen dan akan mudah pecah dalam pemotongan atau proses

selanjutnya.(sutjahjo, 2008). Dehidrasi yang berlebihan dapat menyebabkan jaringan menjadi

keras, rapuh dan kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna akan mengganggu penetrasi reagen

pembening kedalam jaringan, sehingga spesimen nya lunak sehingga tidak bisa dilakukan

infiltrasi.

2.3 Automatic tissue processor


2.3.1 Defenisi

Automatic Tissue Processor adalah alat untuk proses pengolahan jaringan pada

kegiatan Histoteknik (proses untuk membuat sajian histologi) yang telah dipotong dan

telah melalui tahap proses kimiawi yaitu Fiksasi (Fixation), Pemeriksaan Kotor (Gross

Examination), dan kemudian dilakukan Pengolahan Jaringan (Tissue Processing). Tissue

Processor atau Pengolahan jaringan bertujuan untuk mengolah jaringan agar proses

mikrotom bisa dilakukan secara sempurna. Tissue Processor terdiri dari beberapa tahap

yaitu Dehidrasi, Clearing, Infiltrasi Paraffin. (histoteknik dasar, 2009).

2.3.2 Kelebihan pematangan jaringan dengan proses Automatic tissue processor

Dalam pekerjaannya, Automatic tissue processor sanggup memproses ratusan sampel

jaringan dalam sekali running. Automatic tissue processor bekerja dengan setting tertentu

sesuai dengan kebutuhan patologist. Alat Automatic tissue processor ini sangat membantu

kecepatan kerja untuk membuat preparat histologi. (http://riset.fk.unsoed.ac.id/2017/05/29/

automatic-tissue-processor)

2.3.3 Kekurangan pematangan jaringan dengan proses Automatic tissue processor

1. Pemilihan motor kurang tepat sehingga gerak mekanik berisik.

2. Timer tidak bisa melanjutkan.

2.3.4 Kerangka teori

proses pematangan jaringan

Dehidrasi pembeningan Infiltrasi

metode pematangan jaringan


Manual Automatic tissue processor

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini dilakuka adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian berupa pengamatan
untuk melihat perbandingan kematangan jaringan sitohisto menggunakan metode manual dan
automatis.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium patologi anatomi universitas unand padang


pada

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

Anda mungkin juga menyukai