Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN BAKTERIOLOGI II

“ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PADA URINE”

DISUSUN OLEH

NAMA : RISNA ASTUTI

NIM : 17 3145 353 088

KELAS : 17 C

KELOMPOK : 1 (SATU)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum :Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pada Urin ISK (Infeksi
Saluran Kemih)
Nama : RISNA ASTUTI
NIM : 17 3145 353 088
Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Desmber 2018
Kelompok : 1 (Satu)
Rekan Kerja :1. Nur Ningsih
2. Iriani
3. Fajar lia megasanti
4. Ahmad Mubarak
5. Rahmaniar
6. Dwi Yanti
Penilaian :

Makassar, 15 Desember 2018

Disetujui Oleh:

Asisten Praktikan

Imanuel Gelio Seimahuira Fajar Lia Megasanti


NIM. 16 3145 353 017 NIM. 17 3145 353 099

Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria,S.Si.,M.Kes
NIDN. 09 180687 02
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat
kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada
yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan ada yang tersusun atas beberapa sel
(multiseluler) (Pratiwi Sylvia T, 2008)
Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel
tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung inti namun mampu
hidup dimana saja. Menurut klasifikasi bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negati. Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif merupakan flora normal pada tubuh manusia. Flora normal adalah
mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada
inang yang ditempati.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang mengenai bagian
dari saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai sistitis (infeksi
kandung kemih) sederhana, dan ketika mengenai saluran kemih atas
dinamai pielonefritis (infeksi ginjal). Gejala dari saluran kemih bawah meliputi buang
air kecil terasa sakit dan sering buang air kecil atau desakan untuk buang air kecil
(atau keduanya), sementara gejala pielonefritis meliputi demam dan nyeri panggul di
samping gejala ISK bawah. Pada orang lanjut usia dan anak kecil, gejalanya bisa jadi
samar atau tidak spesifik. Kuman tersering penyebab kedua tipe tersebut adalah
Escherichia coli, tetapi bakteri lain, virus, maupun jamur dapat menjadi penyebab
meskipun jarang.
Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-
laki, dengan separuh perempuan mengalami setidaknya satu kali infeksi selama
hidupnya. Kekambuhan juga sering terjadi. Faktor risikonya antara anatomi
perempuan, hubungan seksual, dan riwayat keluarga. Pielonefritis, bila terjadi,
biasanya ditemukan setelah infeksi kandung kemih namun juga dapat diakibatkan
oleh infeksi yang ditularkan melalui darah. Diagnosis pada perempuan muda yang
sehat dapat didasarkan pada gejalanya saja. Pada orang dengan gejala yang samar,
diagnosis mungkin sulit karena bakteri mungkin ditemukan tanpa menyebabkan
infeksi. Pada kasus yang kompleks atau apabila pengobatan gagal, kultur
urin mungkin dapat bermanfaat. Pada orang yang sering mengalami
infeksi, antibiotik dosis rendah dapat dikonsumsi sebagai langkah pencegahan.
Yang melatarbelakangi praktikum ini untuk mengidentifikasi mikroorganisme
atau jenis bakteri yang terdapat pada urin yang menyebabkan infeksi saluran kemih,
dengan menggunakan metode kultur. Pada infeksi saluran kemih mikroorganisme
dapat berkembang biak dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya.
A. Tujuan Praktikum
Untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi saluran
kemih pada sampel urin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Bakteri
Bakteri adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia
mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme: bakteri, protozoa,
virus,serta algae (ganggang) dan cendawan (fungi) mikroskopis. Dalam bidang
mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini
(mikroba atau protista) di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya
seperti juga dengan kelompok, organisme lainnya, pengendaliannya, dan
peranannya dalam kesehatan serta kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat
kaitannnya, dengan kehidupan kita beberapa diantaranya bermanfaat dan yang
lain merugikan. Banyak diantaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia.
Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain terlibat dalam
kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yoghurt,
produksi penisilin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan
pembuangan limbah. (Irianto Koes, 2014)
B. Infeksi saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal aibat poliferasi mikroorganisme. Infeksi saluran kemih
dapat dibai menjadi ciystitis dan pielonefritis. Cystitis adalah infek kandung kemih
sedangkan pielonefritis adalah infeksi pada ginjal yang dapat bersifat akut atau
kronik. Pada wanita biasanya ISK lebih sering terjadi, salah satu penyebabnya
adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri lebih mudah berkembang
hingga kandung kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria usia lanjut
meskipun jarang terjadi, penyebeb paling sering ialah prostatitis dan hyperplasia
prostat (Nua, 2016)
ISK dinyatakan apabila ditemukan bateri di dalam urin, mikroorganisme yang
paling sering menyebabkan ISK adalah jenis aerob. Pada saluran kemih yang
normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba yang lain, karena itu urin
dalam ginjal dan buli-uli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah
terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang
pada bagian yang mendekati kandung kemih (Kumala, 2009)
C. Escherichia coli
Adapun taksonomi dari Escherichia coli yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif.
Escherichia coli merupakan bakteri yang termasuk flora normal tubuh yang
berbentuk batang pendek (kokobasil).
D. Citrobacter Freundii
Adapun taksonomi dari Citrobacter Freundii yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Citrobacter
Spesies : Citrobacter Freundii
Citrobacter Freundii adalah aerobik Gram negatif basil. Bakteri ini dapat
ditemukan di tanah, air, limbah, makanan dan saluran usus hewan dan manusia.
E. Citrobacter Diversus
Adapun taksonomi dari Citrobacter Diversus yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Citrobacter
Spesies : Citrobacter Diversus
Citrobacter Diversus adalah bakteri yang menyebabkan infeksi saluran urin
dan sepsis.
Menurut (Alsenia Ledi Rihi,dkk, 2014) macam-macam media terbagi yaitu:
1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya
bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk
media tersebut yaitu :
a. Media padat
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat
dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak,
media miring, dan media lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi
yang ditegakkan sebagai wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi
yang dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan petridish (plate)
sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan koloni
bakteri atau kapang.
b. Media semi padat atau semi cair
Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang dari
yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal,
tidak padat dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan
mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat
pergerakan mikroba.
c. Media cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.
2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
a. Media alami/non sintetis
Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung
diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan
sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.
b. Media semi sintesis
Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami
dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0
g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
c. Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan
takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
3. Berdasarkan fungsinya
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung
pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth,
kaldu pepton, dsb.
b. Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang
berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat
dibedakan. Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit
Indol Motility (SIM), dsb.
c. Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba
tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat.
Contohnya: Media Salmonella Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile
Salt (TCBS), dsb.
d. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang
mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau
kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.
A. Urin
Pada orang sehat, ginjal, ureter, dan kandung kemih bebas dari
mikroorganisme. Bakteri umumnya dijumpai pada uretra bagian bawah, baik pada
pria maupun wanita. Namun, jumlahnya berkurang diarea dekat kandung kemih. Hal
ini agaknya disebabkan oleh efek antibacterial yang dikeluarkan oleh selaput lender
uretra dan seringnya eitelium terbilas oleh air seni. Pada wanita, ciri populasi ini
berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah
laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang
dihasilkan epitelium vagina, dan didalam proses tersebut menghasilkan asam.
Penumpkan glikogn pada dinding vagina disebabkan oleh kegiatan indung telur; hal
ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig ataupun setelah menopause. Sebagai
akibat perombakan glikogen, pH didalam vagina terpelihara pada sekita 4,4 sampai
4,6, ( Kuswiyanto, 2014).
Mikroorganisme yang mampu berkembang dengan baik pada pH rendah ini
dijumpai didalam vagina dan mencangkup enterokokus. Candida albicans, dan
sejumlah kecil baktei anaerobic. System perkemihan pada organ genital secara
anatomis terletak berdekatan sehingga apabila suatu penyakit menyerang satu system,
system yang lain akan ikut terpengaruh, khususnya pada laki-laki. Saluran uretra
mengandung mikroorganisme, seperti Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium,
Neisseria dan enteric. Keberasaan bakteri dalam urin belum dapat disimpulkan
sebagai penyakit saluran kemih, kecuali jumlah mikroorganisme didalam urin
melebihi 105 sel/ml, (Kuswiyanto, 2014).
B. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi dari urotelium karena
masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih. Infeksi saluran kemih menyerang
segala usia mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat.penanggulangannya
dengan pemberian antibiotic. (Shirly, 2008).
Pada infeksi saluran kemih mikroorganisme dapat berkembang biak dalam
keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain. Infeksi
saluran kemih dapat mengenai baik laki – laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak, remaja, dewasa, maupun pada umur lanjut akan tetapi dari kedua
jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan ankga populasi umum
kurang lebih 5 -15%. (Shirly, 2008).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran
kemih bagian atas atau bawah dan lebih lanjut diklasifikasikan sebagai ISK dengan
atau tanpa komplikasi bergantung pada apakah ISK tersebut berulang dan durasi
infeksi. ISK bawah termasuk sistitis, prostatitis dan uretritis. ISK atas termasuk
pielonefritis, nefritis interstisial dan abses renal. Penemuan bakteriuri yang bermakna,
merupakan diagnosis pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala klinis,
dan merupakan “Bakuan Emas” untuk menetapkan proses infeksi di saluran kemih.
Dikatakan bakteriuri bermakna bila ditemukan bakteri patogen ≥10 5 /mL urin porsi
tengah (UPT) . (Shirby, 2013).
Infeksi saluran kemih dinyatakan apabila ditemukan bakteri didalam urin,
mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalh jenis aerob. Pada saluran
kemih yang normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba yang lain, karena itu
urin dalam ginjal dan buli – buli biasanya steril. Eschericia coli menduduki presentasi
biakan paling tinggi yaitu sekitar 50 – 90%. Antibiotika yang diberikan untuk
pengobatan ISK yang sebagian besar disebbakna oleh Eschericia coli ini adalah
flouroquinolones dan nitrofurantoin. Sedangkan alternatifnya yaitu trimethoprim, dan
fosfomisis. (Shirly, 2008).
Bakteri penyebab paling umum pada infeksi saluran kemih adalah Eschericia
coli, organisme aerobic yang banyak terdapat didaerah usus bagian bawah. Infeksi
saluran kemih dapat pula disebabkan oleh mikroorganisme lain seperti Proteus
mirabilis, Klebsiella sp, dan Staphylococcus. (Anastasya, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Mikroskop
b) Kaca preparat
c) Ose bulat
d) Cawan petri
e) Ose lurus
f) Tabung reaksi
g) Gelas kimia
h) Inkubator
i) Neraca analitik
j) Autoclave
k) Erlenmeyer
l) Batang pengaduk
m) Sendok tanduk
2. Bahan
a) Urin infeksi saluran kemih.
b) Kapas
c) Medium BAP (Blood Agar Plate)
d) Medium MCA (Mac Conkey Agar)
e) Medium BHIB (Brain Heart Infusion Broth)
f) Medium TSIA (Triple Sugar iron Agar)
g) Medium MIO (Motility Indol Ornityn)
h) Medium MR-VP (Methyl Red – Voges Prosteur)
i) Medium SCA (Simmon Citrat Agar)
j) Medium LIA (Lisin Iron Agar)
k) Medium UREA
l) Reagen Kovash
m) Reagen MR
n) KOH 40% 0,2 ml
o) Naftol 5% 0,6 ml
p) Aquadest
q) NaCl 0,4%
r) Gentian violet
s) Lugol
t) Air fuchsin
u) Alkohol 96%
B. Prinsip Kerja
1. Isolasi bakteri dengan teknik penggoresan (streak plate)
Metode goresa atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskan ke
permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan
hanya sel-sel bateri tunggal yamg terlepas dari ose dan menelpen ke medium. Sel-
sel ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian akan dipindahkan ke media
selanjutnya agar di dapatkan biakan murni.
2. Prinsip Media BAP (Blood Agar Plate)
Merupakan media deferensial untuk mengklasifikasikan suatu kelompok
bakteri hemolitik dan non hemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka untuk
melisiskan sel – sel darah merah.
3. Prinsip Media MCA (Mac Conkey Agar)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan
merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertembuhan
bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal
violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya
memfermentasi laktosa.
4. Inokulasi bakteri
a) Prinsip inokulasi metode gores
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.
Inokulasi akan digoreskan di permukaan media agar nutrient (medium padat)
dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi) diantara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi
koloni.
b) Prinsip inokulasi metose tusuk
Metode tusuk dengan cara meteskan atau menusuk ujung jarum ose yang
didalamnya terdapat inokulum, kemudian akan dimasukkan kedalam media.
5. Pewarnaan gram
Pewarnaan garam merupakan termasuk pewarnaan diferensial (untuk
membedakan) karena dapat membedakan bakteri-bakteri yang bersifat gram
negatif dan positif. Bakteri gram positif ialah bakteri yang mengikat warna utama
(crystal violet) dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan
tidak diwarnai lagi oleh zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri
tampak berwarna ungu. Bakteri gram negatif ialah bakteri yang mempunyai daya
mengikat zat warna utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan
dapat diwarnai oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan mikroskop sel-
sel bakteri tampak berwarna merah.
6. Prinsip uji biokimia
a) Media MIO
Motility (M)
Media MIO berwarna ungu sebelum dilakukan inokulasi, setelah
dilakukan inokulasi dan inkubasi selama 24 jam dalam suhu 37ᵒC. setelah itu
kita dapat mengetahui hasilnya dengan melihat perubahan media yaitu pada
daerah tusukan inokulasi menjadi keruh dan kekeruhannya melebar, hal ini
menandakan bakteri yang di inkubasi pada media tersebut dapat menyebar.
Indol (I)
Beberapa bakteri dapat mempreduksi indol dari pemecahan asam. Asam
amino thyphotopa menjadi thyptophanase. Produksi indol akan di deteksi
dengan menggunakan pereaksi aldehyde dalam reagen dan memebrikan warna
merah. Sebuah lapisan alkohol merah akan terbentuk seperti cincin dan
dibagian atas menandakan indole positif.
Ornitin (O)
Terjadi dekarboksilasi ornitin oleh bakteri yang melepas CO2
menyebabkan kenaikan PH pada media yang menyebabkan perubahan warna
media yang berwarna ungu karena mengandung brom cresol purple menjadi
warna kuning.
b) Media MR-VP (Mtehyl Red Voges Proskeur)
1. Uji Methyl Red (MR)
Mengetahui kemampuan bakteri dalam memproduksi dan
memelihara kestabilan asam dari proses aktif fermentasi glukosa. Methyl red
merupakamindikator PH, yang menunjukkan indikator merah berarti PH
asam yang diproduksi itu sekitar 4,4. Beberapa organisme menghasilkan
asam dari metabolisme glukosa dalam jumlah yang cukup untuk
menghasilkan pH 4,4 dalam media. Asam ini tidak dimetabolisme lebih
lanjut dan dikatakan sebagai asam stabil. Pada pH 4,4 atau kurang Ph
indikator methyl red berwarna merah cerah. Tes ini digunakan untuk
mengetahui apakah suatu organisme dapat menghasilkan dan
memfermentasikan asam dalam suatu medium yang mengandung buffer.
2. Uji Voges Proskeur (VP)
Berguna dalam mendeteksi adanya butylen glycol yang di produksi
bakteri. Acetyl-methyl carbinol (acetoin) adalah produksi lanjutan dari
butylene glycol. Dalam tes ini reagen yang dipakan adalah KOH 40% dan
alpha-naphtol. Setelah diinkubasi maka acetion akan terbentuk dan akan
dioxidasi oleh udara oxigen dan KOH menjadi dacetyl. Diacetyl kemudian
akan bereaksi dengan guanidine yang merupakan komponen peptone saat
ditambahkan alpha-nanpthol akan terbentuk warna merah.
c) Media simmon citrat agar (SCA)
Perbenihan ini digunkan untuk melihat organisme enterik berdasarkan
kemampuan memfermentasikan sitrat sebagai sumber karbon. Pembentukan SCA
ini mengandung indikator biru bromtimol yang akan berubah menjadi biru pada
reaksi positif dan tetap hijau jika reaksi negatif.
d) Media Urea
Urea dihidrolisis menjadi karbon dioksidasi dan ammoniak oleh enzim urase,
amoniak yang berbentuk kemudian membentuk media menjadi alkali, reaksi ini
di deteksi menggunakan indikator phenol red yang mengubah warna kuning
menjadi ungu/merah.
e) Media LIA
Lysin dikarboksilasi oleh mikroorganisme LCD posiif yang menyebabkan Ph
indikator bromocresol ungu berubah waranya menjadi violet. Karena
dekarboksilasi hanya terjadi pada asam, kultur media harus di asam kan terlebih
dahulu oleh fermentasi oleh glukosa. Oleh karena itu dapat digunakan untuk
diferensiasi mikroorganisme yang dapat menfermentasi glukosa.
C. Prosedur Kerja
1. Isolasi sampel urin pada media BHIB
a) Dipijarkan ose bulat dan ambil sampel urin
b) Kemudian isolasi ke media BHIB, pastikan selalu dekat dengan api bunsen agar
tidak terkontaminasi sewaktu isolasi
c) Setelah di isolassi sampel ke media BHIB kemudian di panaskan mulut tabung
reaksi dan di tutup menggunakan kapas dan alumunium foil
d) Di fiksasi kembali ose bulat setelah di gunakan
e) Inkubasi selama 1x24 jam 37°C
f) Jika positif maka media akan berubah warna dari kuning bening menjadi
kuning keruh
2. Isolasi urin ke media BAP
a) Dipijarkan ose bulat dan ambil sampel urin
b) Kemudian isolasi ke media BAP, pastikan selalu dekat dengan api bunsen agar
tidak terkontaminasi sewaktu isolasi
c) Setelah di isolassi sampel ke media BAP kemudian di panaskan mulut tabung
reaksi dan di tutup menggunakan kapas dan aluminium foil
d) Di fiksasi kembali ose bulat setelah di gunakan
e) Inkubasi selama 1x24 jam 37°C
f) Jika positif maka akan didapati koloni bakteri yang tumbuh diatas media
3. Hitung koloni pada media BAP
a) Di siapkan media BAP yang sudah di tumbuhi bakteri
b) Di hitung koloni bakteri pada bagian yang tidak bergerombol
c) Rumus hitung koloni : jumlah bakteri 1 ml urin adalah jumblah koloni yang
tumbuh 1000X.
Diketahui: jumlah koloni = 24
Penyelesaian: N= Jumlah koloni×1000
24×1000= 2,4×104 𝜇l
Kategori infeksi
1= <104
2= 104-105
3= 105
4. Isolasi sampel urin pada media MCA
a) Dipijarkan ose bulat dan ambil sampel urin
b) Kemudian isolasi ke media MCA, pastikan selalu dekat dengan api bunsen agar
tidak terkontaminasi sewaktu isolasi
c) Setelah di isolassi sampel ke media MCA kemudian di panaskan mulut tabung
reaksi dan di tutup menggunakan kapas dan aluminium foil
d) Di fiksasi kembali ose bulat setelah di gunakan
e) Inkubasi selama 1x24 jam 37°C
f) Jika positif maka akan didapati koloni bakteri yang tumbuh dipermukaan media
5. Pewarnaan Gram pada media BAP
a) Disiapkan 2 objek glass
b) Diambil 1-2 ose koloni yang tumbuh pada media BAP kemudian letakkan pada
objek glass yang berbeda.
c) Difikasasi kedua objek glass di atas api bunsen.
d) Ditambahkan 1-2 tetes gentian violet pada ke dua objek glass. Diamkan selama
3 menit lalu cuci dengan air mengalir.
e) Ditambahkan 1-2 tetes lugol pada kedua objek glass, diamkan selama 1 menit
kemudian cuci dengan air mengalir
f) Ditambahkan 1- tetes alkohol 96% pada kedua objek glass cuci dengan air
mengalir.
g) Ditambahkan 1 tetes air fuckhsin diamkan selama 1 menit. Cuci dengan air
mengalir.
h) Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 dan 100 x.
i) Dilihat bentuk bakteri.
6. Pewarnaan Gram pada media MCA
a) Disiapkan 2 objek glass
b) Diambil 1-2 ose koloni yang tumbuh pada media MCA kemudian letakkan pada
objek glass yang berbeda.
c) Difikasasi kedua objek glass di atas api bunsen.
d) Ditambahkan 1-2 tetes gentian violet pada ke dua objek glass. Diamkan selama
3 menit lalu cuci dengan air mengalir.
e) Ditambahkan 1-2 tetes lugol pada kedua objek glass, diamkan selama 1 menit
kemudian cuci dengan air mengalir
f) Ditambahkan 1- tetes alkohol 96% pada kedua objek glass cuci dengan air
mengalir.
g) Ditambahkan 1 tetes air fuckhsin diamkan selama 1 menit. Cuci dengan air
mengalir.
h) Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40 dan 100 x.
i) Dilihat bentuk bakteri.
7. Inokulasi koloni dari media BAP ke media TSIA
a) Di siapkan alat dan bahan
b) Siapkan 2 tabung media TSIA
c) Fiksasi ose lurus dengan api bunsen
d) Fiksasi mulut cawan petri dan mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah
inokulasi
e) Ambil koloni bakteri pada media BAP dengan menggunakan ose lurus. Setelah
itu lakukan teknik goresan pada bagian miring dari media TSIA,kemudian
lakukan penanaman bakteri dengan cara menusuk media. Jangan sampai
menyentuh dasar tabung.
f) Lakukan inkubasi media TSIA selama 1x24 jam pada suhu 37°C
g) Amati pertumbuhan bakteri pada media TSIA
 Butt bersifat asam (kuning), slant bersifat basa (merah). Glukosa
difermentasikan.
 Pada seluruh media terlibat pembentukan asam. Seluruh media berwarna
kuning. Laktosa atau sukrosa atau keduanya difermentasikan.
 Seluruh media berwarna merah, bagian slant dan butt berwarna merah.
 Pembentukan gas di bagian butt, media kadangkala terpecah. Pembentukan
gas, misalnya H2 dan CO2.
 Endapan hitam di bagian butt. Pembentukan H2S
8. Inokulasi koloni dari media MCA ke media TSIA
a) Di siapkan alat dan bahan
b) Siapkan 2 tabung media TSIA
c) Fiksasi ose lurus dengan api bunsen
d) Fiksasi mulut cawan petri dan mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah
inokulasi
e) Ambil koloni bakteri pada media MCA dengan menggunakan ose lurus. Setelah
itu lakukan teknik goresan pada bagian miring dari media TSIA,kemudian
lakukan penanaman bakteri dengan cara menusuk media. Jangan sampai
menyentuh dasar tabung.
f) Lakukan inkubasi media TSIA selama 1x24 jam pada suhu 37°C
g) Amati pertumbuhan bakteri pada media TSIA.
h) Hitung koloni MCA
9. Inokulasi koloni dari media BHIB ke media TSIA
a) Di siapkan alat dan bahan
b) Siapkan 2 tabung media TSIA
c) Fiksasi ose lurus dengan api bunsen
d) Fiksasi mulut cawan petri dan mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah
inokulasi
e) Ambil koloni bakteri pada media BHIB dengan menggunakan ose lurus.
Setelah itu lakukan teknik goresan pada bagian miring dari media
TSIA,kemudian lakukan penanaman bakteri dengan cara menusuk media.
Jangan sampai menyentuh dasar tabung.
f) Lakukan inkubasi media TSIA selama 1x24 jam pada suhu 37°C
g) Amati pertumbuhan bakteri pada media TSIA
10. Uji Biokimia
Inokulasi Media TSIA koloni BAP ke media uji biokimia
a) Disterilkan ose lurus dengan cara pijatkan api bunsen dari ujung kepangkal
b) Diambil biakan dari media TSIA dengan menggunakan ose yang telah di
fiksasi
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum di inokulasi
d) Dibuat goresan pada media MIO dengan cara menusuk biakan kedalam
media (hanya di tusuk karena MIO merupakn media semi solid atau
setengah padat)
e) Disterilkan kembali ose dari pangkal ke ujung.
f) Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒ C.
1) Motility : perhatikan perubahan yang terjadi pada tempat tusukan, jika
keruh dan melebur berarti motility positif (+)
2) Indol : tambahkan reagen kovasch 5-10 tetes dan lihat perubahan yang
terjadi, jika terbentuk cincin berwarna merah berarti indole positif (+)
3) Ornithin : perhatikan perubahan warna yang terjadi, dari warna ungu
menjadi kuning berarti ornithine (+)
Inokulasi Media TSIA koloni MCA ke media uji biokimia
a) Disterilkan ose lurus dengan cara pijatkan api bunsen dari ujung kepangkal
b) Diambil biakan dari media TSIA dengan menggunakan ose yang telah di
fiksasi
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum di inokulasi
d) Dibuat goresan pada media MIO dengan cara menusuk biakan kedalam
media (hanya di tusuk karena MIO merupakn media semi solid atau
setengah padat)
e) Disterilkan kembali ose dari pangkal ke ujung.
f) Diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒ C.
1) Motility : perhatikan perubahan yang terjadi pada tempat tusukan, jika
keruh dan melebur berarti motility positif (+)
2) Indol : tambahkan reagen kovasch 5-10 tetes dan lihat perubahan yang
terjadi, jika terbentuk cincin berwarna merah berarti indole positif (+)
3) Ornithin : perhatikan perubahan warna yang terjadi, dari warna ungu
menjadi kuning berarti ornithine (+)
Inokulasi dari media TSIA koloni BAP ke Media MR-VP
a) Uji MR
1) Disiapkan Media Methyl Red – Voes Proskeur (MRVP)
2) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
3) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
4) Diambil koloni baakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
5) Dilakukan tusukan pada media MR, perhatikan jangan sampai menyentuh
dasar tabung
6) Inkubasi media MR selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒC
7) Setelah di inkubasi, tambahkan 5 tetes reagen Methylen Red ke dalam uji
MR
8) Diamati perubahaan pada uji MR. jika uji MR berubah menjadi merah
berarti media (+) mengandung bakteri.
b) Uji VP
1) Disiapkan media VP
2) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
3) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
4) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
5) Dilakukan tuukan pada media VP, perhatikan jangan sampai tusukan
menyentuh dasar tabung. Inkubasi uji VP selama 1 x 24 jam pada suhu
37ᵒC
6) Ditambahkan 0,6 ml α Nactol + 0,2 ml KOH 40% ke dalam media yang
telah di inkubasi setelah di inkubasi, kemudian homogenkan
7) Diamati perubahan pada uji VP jika media berubah menjadi merah,
berarti media (+) VP
Inokulasi dari media TSIA koloni MCA ke Media MR-VP
a) Uji MR
1) Disiapkan Media Methyl Red – Voes Proskeur (MRVP)
2) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
3) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
4) Diambil koloni baakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
5) Dilakukan tusukan pada media MR, perhatikan jangan sampai menyentuh
dasar tabung
6) Inkubasi media MR selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒC
7) Setelah di inkubasi, tambahkan 5 tetes reagen Methylen Red ke dalam uji
MR
8) Diamati perubahaan pada uji MR. jika uji MR berubah menjadi merah
berarti media (+) mengandung bakteri.
b) Uji VP
1) Disiapkan media VP
2) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
3) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
4) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
5) Dilakukan tuukan pada media VP, perhatikan jangan sampai tusukan
menyentuh dasar tabung. Inkubasi uji VP selama 1 x 24 jam pada suhu
37ᵒC
6) Ditambahkan 0,6 ml α Nactol + 0,2 ml KOH 40% ke dalam media yang
telah di inkubasi setelah di inkubasi, kemudian homogenkan
7) Diamati perubahan pada uji VP jika media berubah menjadi merah,
berarti media (+) VP
Inokulasi dari media TSIA koloni BAP ke media (SCA)
a) Siapkan media SCA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
e) Dilakukan tusukan pada media SCA, perhatikan jangan sampai tusukan
menyentuh dasar tabung
f) Diinkubasi media SCA selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒC
g) Diamati perubahan arna yang terjadi pada media SCA, jika media berubah
menjadi biru berarti media (+) SCA
Inokulasi dari media TSIA koloni MCA ke media (SCA)
a) Siapkan media SCA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA/KIA dengan
menggunakan ose lurus
e) Dilakukan tusukan pada media SCA, perhatikan jangan sampai tusukan
menyentuh dasar tabung
f) Diinkubasi media SCA selama 1 x 24 jam pada suhu 37ᵒC
g) Diamati perubahan arna yang terjadi pada media SCA, jika media berubah
menjadi biru berarti media (+) SCA
Inokulasi dari media TSIA koloni BAP ke media UREA
a) Disiapkan media UREA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung seaksi dengan menggunakan api bunsen
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA dengan menggunakan
ose lurus
e) DILakukan penggoresan pada media UREA
f) Diinkubasi media UREA selama 1x24 jam pada suhu 37°C
g) Setelah di inkubasi, amati perubahan warna yang terjadi jika media berubah
warna menjadi merah ungu, berarti media (+) UREA.
Inokulasi dari media TSIA koloni MCA ke media UREA
a) Disiapkan media UREA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung seaksi dengan menggunakan api bunsen
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA dengan menggunakan
ose lurus
e) DILakukan penggoresan pada media UREA
f) Diinkubasi media UREA selama 1x24 jam pada suhu 37°C
g) Setelah di inkubasi, amati perubahan warna yang terjadi jika media berubah
warna menjadi merah ungu, berarti media (+) UREA.
Inokulasi dari media TSIA koloni BAP ke medeia Lysine Iron Agar (LIA)
a) Disiapkan media LIA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA dengan menggunakan
ose lurus
e) Dilakukan penggoresan pada media LIA
f) Diinkubasi media LIA selama 1x24 jam sdengan suhu 37°C
g) Setelah di inkubasi amati perubahan warna yang terjadi
h) Jika media berubah menjadi warna ungu tua makan media LIA (+).
Inokulasi dari media TSIA koloni MCA ke medeia Lysine Iron Agar (LIA)
a) Disiapkan media LIA
b) Difiksasi ose lurus dengan menggunakan api bunsen
c) Difiksasi mulut tabung reaksi sebelum dan sesudah inokulasi
d) Diambil koloni bakteri yang tumbuh pada media TSIA dengan menggunakan
ose lurus
e) Dilakukan penggoresan pada media LIA
f) Diinkubasi media LIA selama 1x24 jam sdengan suhu 37°C
g) Setelah di inkubasi amati perubahan warna yang terjadi
h) Jika media berubah menjadi warna ungu tua makan media LIA (+).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
1. Tabel pengamatan
A. Hasil
1. Tabel Pengamatan
a) Hari Kedua
MEDIA BENTUK KOLONI WARNA
BAP Bulat berderet Abu-abu
kehijauan
MCA Bulat berderet Pink
BHIB - Kuning keruh

b) Hari Ketiga (Pewarnaan Gram)


MEDIA BENTUK JENIS GRAM
BAP Bacil Bacil Gram Negatif
MCA Bacil Bacil Gram Negatif
MCA (BHIB) Bacil Bacil Gram Negatif

c) Hari Keempat (Pengamatan pada media TSIA)


MEDIA SLANT BUTT GAS H2 S
Alkali Alkali
MCA Negative (-) Negative (-)
(Merah) (Merah)
MCA Alkali Alkali
Negatif (-) Negative (-)
(BHIB) (Merah) (Merah)
Acid Alkali
BAP Negatif (-) Negative (-)
(Merah) (Merah)
d) Hari Kelima ( Uji Biokimia)
1) BAP
MIO
MEDIA UREA LIA SCA MR VP BAKTERI
M I O
Hasil + + - + + + - - E.coli
2) MCA
MIO
MEDIA UREA LIA SCA MR VP BAKTERI
M I O
Hasil + + - + + + - - E.coli
3) MCA 2
MIO
MEDIA UREA LIA SCA MR VP BAKTERI
M I O
Hasil + + - + + + + - E.coli

2. Gambar
a. Isolasi sampel pada media BHIB, MCA, dan BAP.

Siapkan alat dan bahan. Dipipet sampel urin.

Dimasukkan dalam media BHIB. Dipipet NaCl.


Dipipet sampel urin. Diteteskan pada media kemudian
sebar.

b. Inokulasi bakteri dari media BHIB, MCA, dan BAP

Siapkan alat dan bahan. Diambil bakteri pada media BAP.

Inokulasi pada media TSIA. Diinokulasi pada media MCA.

Diambil bakteri pada mdia BHIB. Diinokulasi media BHIB ke media BAP.
Inokulasi media bhib ke media MCA.

c. Pewarnaan gram

Buat suspensi bakteri MCA. Buat suspensi bakteri BAP.

Diberi crystal violet. Diberi lugol.


Diberi alkohol 96%. Diberi air fuchsin.

Hasil yang didapat pada media MCA Hasil yang didapat pada media BAP
Tehnik sebar. Tehnik sebar.

Hasil yang didapat pada media MCA Hasil yang didapat pada media BAP
dari isolasi BHIB. dari isolasi BHIB.

d. Uji biokimia

Siapkan alat dan bahan. inokulasi media TSIA ke media


Inokulasi media TSIA ke media Inokulasi media TSIA ke media

Inokulasi media TSIA ke media Inokulasi media TSIA ke media

Inokulasi media TSIA ke media penambahan larutan kovash.

Penambahan larutan MR. penambahan larutan KOH 40% dan alfa


naftol.
e. Hasil uji biokimia

Hasil uji pada media MIO Hasil uji pada media SCA

Hasil uji pada media Urea Hasil uji pada media MR-VP (Uji MR)

Hasil pada media LIA Hasil pada media MR-VP (Uji VP)
B. Pembahasan
Pada praktikum isolasi dan identifikasi bakteri pada urine ISK (infeksi
saluran kemih) yang telah kami lakukan dilabolatorium mikrobiologi DIV Analis
Kesehatan Lantai 1 Stikes Mega Rezky Makassar.
Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth) adalah medium cair untuk berbagai
mikroorganisme baik yang aerob atau anaerob dari bakteri, jamur, dan ragi. Medium
ini sangat fleksibel dan mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan medium cair
harus digunakan pada hari yang sama persiapan agar pertumbuhan mikroorganisme
menjadi optimal. Kandungan media ini adalah Beef heart infusion from solids,
dextrose, disodium phosphate, gelatin peptone, sodium chloride.
Dari praktikum ini, sampel urin yang disolasi pada media BHIB terdapat
koloni yang tumbuh. Pada media BHIB ini, hanya diperhatikan apakah terdapat
pertumbuhan bakteri atau tidak . Pertumbuhan pada media BHIB, membuat warna
media menjadi keruh menandakan bahwa bakteri memfermentasikan karbohidrat
yang terkandung pada media yang di gunakan bakteri sebagai sumber energi.
Media MCA (Mac Conkey Agar) adalah media padat (solid), media MCA
berfungsi untuk menumbuhkan bakteri gram negative karena adanya kandungan
garam empedu dan laktosa pada media yang akan membuat media berubah warna
menajadi pink (merah muda). Kandungan media ini yaitu peptone, lactose, bile salt,
sodium chloride, neutral red dan agar. Media BAP (Blood Agar Plate) merupakan
media isolasi, yang mengandung darah defibrinase, media ini untuk membedakan
antara bakteri yang dapat menghemolysa darah dengan yang tidak menghemolysa.
BAP berfungsi untuk melihat bakteri dalam 3 sifat/bentukyaitu, Alfahemolitik( warna
bakteri abu kehijauan), Beta-hemolitik (warna bakteri baning) dan Gamma hemolitik
(bakteri berwarna seperti media) artinya tidak menghemolisis darah. Kandungan
media ini adalah nutrient substrat (ekstrak hati dan pepton), NaCl, agar-agar, darah
kambing.
Selanjutnya, dilakukan dengan metode sebaran dengan menggunakan cara I
yaitu 2 ml urine yang siapkan dan dimasukkan kedalam media BHIB. Kemudian
sebagian urin di isolasi ke media BAP dan media MCA.. Setelah itu di lakukan
inkubasi selama 1 x 24 jam dengan suhu 370 C. Pertumbuhan koloni pada media BA
tampak abu kehijauan (α-hemolitik), membentuk warna abu kehijauan pada media
BAP menunjukkan bakteri dapat mehemolisis darah sebagian. Media ini di gunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakan dan juga untuk di
membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan butir
darah merah. Pada perhitungan koloni yang tumbuh pada media BAP, di dapatkan
hasil yaitu 2,25 X 103. Berdasarkan Buku Standar Operating Procedur Microbiologi
jika jumlah koloni bakteri berkisar <104 per ml urin, berarti urin menunjukkan gejala
infeksi saluran kemih. Hasil yang didapatkan dari hitung jumlah koloni didapatkan
hasil yang normal, dapat disebabkan oleh sampel yang diperiksa yaitu sampel infeksi
saluran kemih. Sedangkan hasil yang didapatkan pada media MCA yaitu berkoloni,
menyebar, dan warna seperti media.
Selanjutnya, inokulasi media BHIB ke media MCA dan BAP. Hasil yang
didapat pada media BAP setelah dilakukan inokulasi yaitu abu kehijauan (α-
hemolitik) : membentuk warna abu kehijauan pada media BAP menunjukkan bakteri
dapat mehemolisis darah sebagian. Sedangkan hasil pada media MCA yaitu berwarna
ungu, berkoloni, dan bergerigi.
Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) pada percobaan ini adalah untuk
mengetahui apakah bakteri dapat memfermentasi glukosa atau tidak, bakteri mengasil
kan gelembung (gas) atau tidak dan apakah bakteri menghasilkan H2S atau tidak.
Kandungan media TSIA yaitu lab-lemco powder, yeast extract, peptone, glukosa,
laktosa, sukrosa, phenol red, agar, ferri citrate.
Selanjutnya, diinokulasi pada media TSIA. Hasil yang didapatkan pada media
BAP yaitu merah (alkali), sedangkan pada media MCA yaitu merah (alkali), dan pada
media BHIB yaitu kuning (acid). Perubahan terjadi menandakan bahwa adanya
bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Pada media ini
pembentukan H2S negative karena mikroorganisme tidak menghasilkan desulfurase,
sewaktu dibiakkan dalam media yang kaya dengan asam amino yang mengandung
sulfur sehingga tidak akan membentuk H2S .Pembentukan gas pada media ini negatif
karena media tampak terpecah menandakan bahwa bakteri dapat menghasilkan gas..
kemudian diinokulasi pada media MIO, MR, VP, SCA, LIA, dan UREA, setelah itu
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37˚C.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram pada media bakteri tersebut di warnai
dengan pewarnaan gram hasil yang didapatkan pada media BA yaitu Gram negative
(-) basil karena penambahan safranin menyebabkan sel nakteri berwarna merah,
karena persenyawaan kompleks kristal violet larut akibat alkohol dan dinding sel
kemudian mengikat zat warna safranin. Zat warna pertama yang digunakan adalah
gentian violet yang akan mewarnai bakteri,bakteri gram positif akan berwarna ungu
karena kompleks zat warna gentian violet tetap dipertahankan meskipun di beri
larutan pemucat,sedangkan bakteri gram negatif berwarna merah karena kompleks
tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil warna
kedua yang berwarna merah yaitu larutan lugol.Sediaan bakteri kemudian diberi
larutan pemucat yaitu alkohol.Pada bakteri gram positif tetap berwarna ungu setelah
diberi alkohol karena kompleks persenyawaan kristal violet tetap terikat pada dinding
sel,sedangkan bakteri gram negatit berwarna pucat setelah diberi alkohol karena
alkohol melarutkan lipida dan menyebabkan pori-pori dinding sel membesar sehingga
meningkatkan daya larut persenyawaan kristal violet.
 Media MIO, pada motility dari media SSA, MCA dan TCBSA tidak ada
perubahan pada media daerah tusukan tidak didapati adanya pergerakan pada
bakteri. Pengamatan untuk melihat Indol dengan cara menambahkan larutan
kovacs sebanyak 5 tetes yang berfungsi untuk melihat adanya bakteri
memfermentasikan asam triptofan hingga membentuk indol. Pada media asal SSA
dan MCA didapatkan cincin merah di permukaan media yang berarti positif
memfermentasikan asam triptofan, dan pada media asal TCBSA tidak didapati
perubahan yang berarti tidak dapat memfermentasikan asam triptofan. Pada
pengamatan Ornithin, baik pada media dari SSA, MCA maupun TCBSA tidak
didapati perubahan setelah di inkubasi dengan incubator pada suhu 37°C dalam
waktu 1×24 jam.
a. Motility (M), media MIO berwarna ungu sebelum dilakukan inokulasi, setelah
dilakukan inokulasi dan inkubasi pa da suhu 370C dalam waktu 1 x 24 jam.
Setelah itu kita dapat mengetahui hasilnya dengan melihat perubahan media
yaitu pada daerah tusukan inokulasi menjadi seperti berakar hal ini menandakan
bakteri yang di inokulasi pada media tersebut akan berwarna abu-abu dan dapat
menyebar (Motolitas/motolity).
b. Indol (I), adalah suatu senyawa organic yang berupa aromatic heterosiklik. Uji
indol digunakan untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim
triptophanase sehingga kuman tersebut mampu mengoksidasi asam amino
triptophan, bakteri yang dapat memecahkan asam triptofan menjadi indol
dengan menambahkan pereaksi kovac atau Erlich yang akan mengikat indol
tersebut sehingga membentuk indol positif ditandai dengan cincin berwarna
merah.
c. Ornithin (O), adalah asam amino nonesensial yang tidak dapat diproduksi oleh
tubuh, terjadi dekarboksilasi ornithyn oleh bakeri yang melepaskan CO2
menyebabkan kenaikan pH pada media yang menyebabkan perubahan warna
media yang berwarna ungu karena mengandung brom cresol purple menjadi
warna kuning.
 MR-VP(Methyl Red-Voges Proskauer). Pengamatan media MR-VP di bedakan
menjadi 2 ya itu;
a. Media MR-VP uji MR, berfungsi untuk melihat bakteri memfermentasikan
asam campuran. Dengan cara menambahkan 5 tetes larutan MR media berubah
warna menjadi menjadi merah jika bakteri positif memfermentasikan asam
campuran, setelah ditambahkan larutan MR maka hasil yang kami dapatkan
pada media asal SSA dan MCA yaitu tidak didapati perubahan warna atau tidak
memfermentasikan asam campuran, dan pada media asal TCBSA didapatkan
perubahan warna menjadi merah yang berarti positif memfermentasikan asam
campuran. Jika positif maka pH yang dihasilkan yaitu 4,4.
b. Media MR-VP uji VP, berfungsi untuk melihat bakteri memfermentasikan
glukosa karbon 2,3 butanidol. Dengan cara menambahkan 5 tetes larutan KOH
sebagai bentuk warna merah karna adanya asetoin pada senyawa 2,3 butanidol
difermentasikan bakteri. 2,3 butanidol adalah senyawa organic yang
diklasifikasikan sebagai vic-diol glycol. Tambakan α-nephtol 5% sebanya 5
tetes yang berfungsi untuk memperjelas warna merah pada media VP. Pada
media baik pada media awal SSA, MCA dan TCBSA tidak didapati perubahan
warna yang berarti bakteri tidak mampu memfermentasikan glukosa karbon 2,3
butanidol.
 Pada media LIA, Lysin iron agar adalah media semi miring yang berarti ada
dasar dan lerengnya, mengandung dektrose dan L-lysin sebagai unsur utama serta
brom cresol ungu sebagai indikator didapati perubahan warna dari ungu muda
menjadi kuning baik pada ketiga media dari media biakkan SSA, MCA dan
TCBSA. Lisin adalah asam amino penyusun protein yang larut dalam pelarut air
bersifat basa. Media LIA sendiri berfungsi untuk mengidentifikasi bakteri yang
memiliki enzim yang akan mendekarboksilase lisin dengan menggunakakan
produk cadar verin yang akan mengubah warna media menjadi violet/kuning.
 Pada media UREA, media ini dikhususkan untuk mengidentifikasi bakteri yang
dapat merubah urea menjadi ammonia yang ditandai dengan perubahan pH dan
warna media menjadi merah jambu. Pada media kami baik pada media biakkan
dari SSA, MCA dan TCBSA terjadi perubahan warna menjadi merah jambu yang
artinya bakteri dapat mengubah urea menjadi ammonia.
Di lakukan pengamatan uji biokimia pada media MIO,MR,VP, SCA, UREA,
dan LIA. Pada media MIO (motility Indol Ornityn) didapatkan hasil pada media
BAP, MCA, dan BHIB didapatkan hasil positif, karena terdapat cincin pada bakteri.
Pada media MR (methyl red) didapatkan hasil pada media BAP, MCA, dan BHIB
negative, karena setelah diinkubasi media tidak berubah warna dan setelah
penambahan larutan MR bakteri tidak memfermentasikan asam campuran. VP (voges
prosteur) didapatkan hasil pada negatif media BAP, MCA, dan BHIB, karena setelah
diinkubasi media tidak berubah warna menjadi merah setelah penambahan larutan
KOH dan alfa naftol. Pada media SCA (simmon citrate agar) didapatkan hasil pada
media BAP, MCA, dan BHIB yaitu positif, karena bakteri menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon. Pada media UREA didapatkan hasil pada media BAP, MCA,
dan BHIB didapatkan hasil negative karena bakteri tidak menggunakan enzim urease
mengubah urea menjadi amonia dan CO2. Sedangkan pada media LIA (Lisin Iron
Agar) didapatkan hasil pada media BAP, MCA, dan BHIB yaitu positif, karena
berubah warna dari ungu muda menjadi ungu tua. Pada media MIO, dilakukan tiga
uji yaitu uji motility (M), uji indol (I) , uji ornity (O) yang ditambahkan reagen
kovasc sebanyak 5-10 tetes. Pada uji MR (Methyl Red) ditambahkan reagen methyl
red sebanyak 5 tetes. Pada uji VP ditambahkan reagen alfanaftol 0,6 ml ditambah
KOH 40% sebanyak 0,2 ml. Pada media SCA, didapatkan hasil positif menandakan
bahwa bakteri dapat menggunakan sitrat satu-satunya sumber karbon dan energi.
Pada media LIA, didapatkan hasil yang positif (+) karena terbentuk warna ungu
terang serta pada bekas tusukannya akan berwarna hitam karena terbentuknya asam
sulfida. Mendekarboksilasi lisin membentuk amain kadaverin yang bersifat basah.
Interpretasi hasil dari praktikum ini adalah negatif (+) ini di tandai dengan terjadi
perubahan warna dari warna ungu muda menjadi warna ungu tua.
Dari hasil diatas maka pada media biakkan dari SSA maupun MCA
didapatkan bakteri Escherichia coli atau disingkat E. coli adalah bakteri yang umum
ditemukan di dalam usus manusia. Bakteri ini terdiri beberapa jenis dan sebagian
besar di antaranya tidak berbahaya. Itu artinya bahwa hanya segelintir jenis bakteri E.
coli yang dapat merugikan kesehatan.
Salah satu bakteri yang berbahaya adalah E. coli. Bakteri ini bisa
menyebabkan keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius. E. coli dapat
menghasilkan racun yang mampu merusak dinding dari usus kecil dan
mengakibatkan kram perut, diare yang bercampur dengan darah, hingga muntah-
muntah.
Bakteri E. coli yang berbahaya, dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui:
 Makanan yang terkontaminasi. Cara yang paling umum bagi seseorang bisa
terinfeksi bakteri coli adalah melalui makanan yang telah terkontaminasi bakteri
ini. Misalnya, akibat mengonsumsi daging giling yang tercemar bakteri E. coli
dari usus hewan ternak tersebut, meminum susu yang tidak dipasteurisasi, atau
memakan sayuran mentah atau yang tidak diproses secara benar. Kontaminasi
silang juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami infeksi, khususnya jika
peralatan makanan dan talenan tidak dicuci dengan benar sebelum digunakan.
 Air yang terkontaminasi. Kotoran manusia dan binatang bisa mencemari air
tanah dan juga air di permukaan. Rumah dengan sumur pribadi sangat berisiko
tercemar bakteri coli karena biasanya tidak memiliki sistem pembasmi bakteri,
termasuk kolam renang atau danau.
 Kontak langsung dari orang ke orang. Orang dewasa maupun anak-anak yang
lupa mencuci tangan setelah buang air besar bisa menularkan bakteri ini ketika
orang tersebut menyentuh orang lain atau makanan.
 Kontak dengan binatang. Orang-orang yang bekerja dengan binatang (misalnya
di kebun binatang) atau yang sering melakukan kontak dengan hewan peliharaan,
lebih berisiko terkena infeksi bakteri E. coli. Untuk itu, kebersihan harus selalu
dijaga dengan sering mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan binatang
tersebut.
Klasifikasi Bakteri Escherichia coli
Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli


 Bagaimana cara bakteri tersebut bisa masuk dan merangsak ke saluran
kemih pada wanita sehingga berakibat infeksi saluran kemih ( ISK ) ??
Muara saluran kemih / kencing perempuan berada di depan vagina. Lokasi ini
berdekatan juga dengan dubur karena memang memiliki retra pendek. Nah faktor
posisi ini juga menjadi salah satu pencetusnya. Akibatnya bakteri E. coli dari
dubur dengan gampang bermigrasi / masuk vagina lalu ke saluran kemih atau
urethra dan terjadilah infeksi saluran kemih. Hal ini bisa terjadi bila kaum
perempuan kurang memperhatikan kebersihan daerah alat kelamin.
Posisi berjongkok menjadi kebiasaan kaum perempuan saat buang air seni di
lantai kamar mandi / kloset wc yang tidak bersih bisa mengakibatkan percikan
balik ke daerah alat kelamin saat cebok. Padahal di lantai kamar mandi atau wc
umum banyak kuman - kuman sehingga bakteri masuk ke vagina lalu ke saluran
kemih dan terjadi lah infeksi saluran kemih. Jadi hati-hati kalau terpaksa buang air
seni di tempat umum.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan dari sampel urin
penderita diabetes maka didapatkan bakteri dengan jenis yaitu Escherchia
coli.
DAFTAR PUSTAKA

Irianto Koes. 2014. Bakteriologi, Mikologi & Virologi Panduan Medis & Klinis.
Alfabeta: Bandung
Kumala Shirly, dkk. 2009. Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Urin Penderita
Infeksi Saluran Kemih (ISK)Terhadap Beberapa Antibiotika. Majalah
Ilmu Kefarmasian Vol. VI, No. 2
Nua Anastasya R, dkk. 2016. Uji Kepekaan Bakteri Disolasi Dan Didentifikasi Dari
Urin Penderita infeksi Saluran Kemih (ISK) Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Terhadap Antibiotik Cefixime, Ciprofloxacin Dan
Cotrimaksaole. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol.5 NO.4

Pratiwi Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Bandung: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai