Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN BAKTERIOLOGI KLINIK

Identifikasi Bakteri Pada Saluran Pencernaan

(Menggunakan Sampel Feses Dan Makanan)

DISUSUN OLEH:

Nama : Dewi Lutfia Damayanti

NIM : B1D122131

Kelas : 2022 C

Kelompok : II (Dua)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Identifikasi bakteri pada Saluran Pencernaan

Nama Praktikan : Dewi Lutfia Damayanti

NIM : B1D122131

Hari/ Tanggal : 4 – 7 Desember 2023

Kelompok : II (Dua)

Rekan Kerja :

1. Dewi Lutfia Damayanti 4. Suciwati E. Sangaji

2. Sabrina Aprizianti Gura 5. Olyfian

3. Indah Muthia Latukau 6. M. Fabio Entile

Penilaian

Makassar, 13 November 2023

Di setujui oleh

Asistensi Praktikkan

Habiba Gali, S.Tr.Kes., M.Biomed Dewi Lutfia Damayanti


NIM : B1D122131
Mengetahui

Dosen Penanggung jawab

Dr. Nirmawati Angria, S.Si.,M.Kes.


NIDN 09 180687 02
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bakteriologi merupakan suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari

perihal tentang bakteri. Bakteri termasuk makhluk hidup mikroskopis yang

dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ialah organisme uniseluler

yang umumnya bereproduksi dengan membelah diri. Bakteri memiliki berbagai

bentuk antara lain basil, bulat dan spiral. Nutrisi yang diperlukan bakteri untuk

tumbuh umumnya menggunakan bahan kimia organik yang didapat secara alami

dari organisme hidup maupun yang sudah mati. Bakteri merupakan salah satu

golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Struktur halus sel

bakteri mencakup struktur yang ada pada bagian luar maupun dalam sel bakteri,

seperti: flagellum, pilus, fimbriae, kap, dinding sel, membran sel, mesosom,

ribosom, nukleoid,dan spora. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas,

parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya

tersebar luas di alam, dalam tunuh, atmosfer (sampai 10 km diatas bumi), di dalam

lumpur dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung.

Umumnya bakteri berukuran 0,5 - 10 µm. Bakteri-bakteri yang tidak

menguntungkan atau tidak dikehendaki keberadaannya pada suatu media atau

lingkungan tertentu, harus dihambat pertumbuhannya atau dibunuh. Pengendalian

bakteri merupakan upaya untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh

bakteri.
Bakteri patogen pada saluran cerna merupakan golongan bakteri yang

dapat menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna manusia, seperti infeksi

saluran kemih, jenis bakteri yang paling sering menyebabkan penyakit infeksi

pada saluran cerna adalah bakteri famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat

hidup dalam usus besar manusia, hewan, tanah, dan dalam air.Beberapa spesies

Enterobacteriaceae yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran cerna manusia

adalah Escherichia coli. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Escherichia coli ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak dan daging yang

terkontaminasi, penularan penyakit dapat terjadi melalui kontak langsung dan

biasanya terjadi ditempat lingkungan yang kurang bersih. Bakteri ini merupakan

Gram-Nhvpp 08asb- egatif, berbentuk batang pendek (kokobasil), mempunyai

flagea, berukuran 0,4 – 0,7 μm x 1,4 μm, dan mempunyai simpai. Media

pertumbuhan suatu bakteri dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Suhu

dan pH. Sebagaian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia.

Berdasarkan perbedaan suhu tumbuh bakteri digolongkan menjadi 3 bagian besar

yaitu Psikrofil, hidup di udara dingin, Mesofil, hidup di udara bersuhu sedang,

Termofil, hidup di udara panas. Sebagian besar bakteri tumbuh hanya didalam

kisaran suhu pertumbuhan minimum dan maksimum. Bakteri biasanya tidak dapat

tumbuh optimal diluar suhu tersebut.

Usus manusia memiliki sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri

dari 1.000 spesies yang berbeda. Peran bakteri dalam usus adalah menjalankan

proses metabolism nutrisi2, produksi vitamin, dan juga memperkuat sistem


kekebalan karena mikrobiota yang sehat menjalankan fungsinya untuk melawan

mikroorganisme patogen. Ketidakseimbangan populasi mikroflora dalam saluran

gastrointestinal (disbiosis) menyebabkan disfungsi mikroflora sehingga muncul

berbagai gangguan kesehatan. Maka dari itu penting untuk memperhatikan

keseimbangan populasi mikroflora dalam saluran gastrointestinal. Menambahkan

probiotik dalam kebiasaan diet sehari hari merupakan salah satu upaya untuk

memperbaiki keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengidentifikasi

jenis bakteri pada saluran pencernaan dengan menggunakan sampel feses dan

makanan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri adalah kelompok organisme yang termasuk ke dalam domain

prokariota dan berukuran kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam

kehidupan di bumi. Setiap bakteri memiliki jenis yang berbeda-beda. Hal ini yang

menyebabkan beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi

dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang

pangan pengobatan, dan industry. Untuk mengetahui jenis atau spesies bakteri

diperlukan adanya identifikasi. Identifikasi merupakan upaya untuk mengetahui

nama suatu makhluk hidup dalam suatu kelompok tertentu berdasarkan

karakteristik persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing makhluk

hidup. Identifikasi bakteri dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri yang ada

pada satuan yang belum diketahui dengan satuan-satuan yang sudah dikenal Proses

identifikasi dilakukan dengan cara pengamatan terhadap organisme tersebut baik

secara morfologi maupun fisiologi. Pengamatan secara morfologi dapat meliputi

bentuk koloni, struktur koloni, bentuk sel, ukuran sel, bentuk flagel, dan

pewarnaan endospore dari bakteri. Pengamatan secara fisiologi yaitu meliputi uji

biokimia.(Rosahdi et al., 2019)

Penyakit akibat mikroorganisme merupakan masalah kesehatan

penting di Indonesia serta masih memerlukan perhatian yang khusus. Penyakit

akibat mikroorganisme sering berhubungan dengan bidang penyehatan


makanan, seperti penyakit diare, muntaber, tifus, infeksi saluran pencernaan,

dan sebagainya. Masalah di bidang penyehatan makanan adalah masih

tingginya tingkat kontaminasi mikroorganisme pada makanan yang disajikan

oleh berbagai penyelenggaramakanan, antara lain pedagang kaki lima, restoran,

jasa boga, rumah sakit, dan industri makanan. Kontaminasi dapat berasal dari

hewan produksi (peternakan) atau penjamah makanan. Kontaminasi juga terjadi

melalui makanan yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan

meja atau alat pengolah makanan selama proses persiapan yang sebelumnya

telah terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Keterlibatan manusia dalam

proses pengolahan makanan sangat besar, sehingga penerapan sanitasi di

dalamnya perlu mendapat perhatian khusus karena manusia berpotensi menjadi

salah satu mata rantai dari penyebaran penyakit, terutama yang disebabkan oleh

mikroorganisme melalui makanan. Penjamah makanan harus sehat jasmani

rohani, tidak menderita penyakit menular, atau, berperan sebagai carier. (N. A.

Rudin et al., 2021)

Data Kementerian Kesehatan dan BPOM pada empat tahun terakhir

menunjukkan agen penyebab keracunan pangan sulit ditentukan. Sebanyak 53%

penyebab KLB keracunan pangan tahun 2009 tidak diketahui. Penyebab KLB

keracunan pangan sebanyak 60% diduga disebabkan oleh bakteri, tanpa ada

bukti konfirmasi ilmiah bahwa penyebabnya adalah bakteri. Bakteri patogen

sering menjadi salah satu agen penyebab KLB keracunan pangan. Bakteri

patogen masuk ke tubuh inang dan dapat menyebabkan penyakit. Penyakit


timbul akibat infeksi yang menghasilkan perubahan fisiologi normal tubuh.

Bakteri patogen merupakan penyebab penyakit yang sering berhubungan

dengan bidang penyehatan makanan, seperti diare, muntaber, tifus, dan infeksi

saluran pencernaan disebabkan masih tingginya tingkat kontaminasi

mikroorganisme pada makanan yang disajikan oleh berbagai penyelenggara

makanan. Kontaminasi dapat berasal dari hewan produksi (peternakan) atau

penjamah makanan, dan melalui makanan yang berhubungan langsung dengan

permukaan meja atau alat pengolah makanan yang telah terkontaminasi selama

proses produksi. Proses produksi makanan dilakukan melalui serangkaian

kegiatan yang meliputi persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan.

Keterlibatan manusia dalam proses pengolahan makanan sangat besar, sehingga

penerapan sanitasi perlu mendapat perhatian khusus karena manusia berpotensi

menjadi salah satu mata rantai dari penyebaran penyakit terutama yang

disebabkan oleh mikroorganisme melalui makanan Contoh bakteri patogen

yang sering menjadi penyebab penyakit pada manusia adalah Escherichia coli,

Shigella dysenteriae, Vibrio cholerae, Streptococcus pneumonia, Pseudomonas

aeruginosa, Staphylococcus aureus, Campylobacter sp., Salmonella enteric,

Salmonella thypi, Taenia solium dan Mycobacterium sp.(A. Rudin et al., 2018)

Gangguan infeksi pada saluran cerna merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Seiring dengan meningkatnya jumlah

pasien transplantasi dan pasien dengan kondisi imunokompromais lainnya, dan

seiring dengan semakin seringnya urbanisasi global dan perjalanan lintas benua,
ahli patologi bedah harus memahami penyakit menular yang sebelumnya jarang

ditemui. Tujuan ahli patologi dalam mengevaluasi biopsi gastrointestinal untuk

kolitis menular ada dua. Pertama, proses akut yang sembuh sendiri dan/atau

infeksi harus dibedakan dari penyakit radang usus idiopatik kronis (kolitis

ulserativa atau penyakit Crohn). 1 , 2 , 3 , 4 Kedua, upaya khusus harus

dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menginfeksi. Kemampuan

ahli patologi bedah untuk mendiagnosis proses infeksi pada bagian jaringan

telah berkembang secara eksponensial dengan munculnya pewarnaan

histokimia baru, imunohistokimia, hibridisasi in situ dan berbagai metodologi

molekuler lainnya. Seiring berkembangnya teknik ini, pemahaman kita tentang

korelasi antara pola histologis peradangan dan organisme atau kelompok

organisme tertentu juga meningkat. Mayoritas infeksi enterik bersifat self-

limited. Pasien yang menjalani biopsi endoskopi sering kali mengalami diare

kronis atau melemahkan, gejala sistemik, atau riwayat gangguan imunitas atau

skenario klinis signifikan lainnya. Diskusi dengan ahli gastroenterologi

mengenai gejala pasti dan temuan kolonoskopi, serta fakta termasuk riwayat

perjalanan, asupan makanan (seperti sushi atau daging sapi yang dimasak

dengan buruk), praktik seksual dan status kekebalan, dapat sangat membantu

dalam evaluasi biopsi untuk penyakit menular. . Karena banyak gangguan

infeksi saluran cerna yang didapat melalui makanan yang terkontaminasi,

tinjauan ini akan fokus terutama pada enterokolitida yang disebabkan oleh

bakteri yang ditularkan melalui makanan. Selain itu, proses infeksi yang
menyerupai atau menyebabkan iskemia dan proses yang menyerupai penyakit

radang usus idiopatik kronis akan ditekankan, bersama dengan teknik tambahan

yang membantu diagnosis. (Lamps. 2017)

Escherichia coli terdapat di usus manusia atau hewan yang akan

dikeluarkan melalui tinja. Mikroorganisme patogen yang terkandung dalam

tinja dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam satu

gram tinja dapat mengandung satu miliar partikel virus infektif yang mampu

bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10oC. Terdapat

empat mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu: virus,

protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya banyak ditemukan adalah bakteri

jenis Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri yang dapat

menyebabkan keluhan diare. Penyakit ini adalah salah satu dari banyak

penyakit lain yang dapat disebabkan oleh buruknya kualitas air minum secara

mikrobiologis.12 Menurut data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014, diare

termasuk dalam sepuluh penyakit yang banyak terjadi di kota Padang. Tercatat

kasus diare di kota Padang Timur yaitu sekitar 80.272 kasus pada tahun 2014

dimana 39.975 kasus dialami laki-laki dan 40.297 kasus pada perempuan. Hal

ini dimungkinkan terjadi salah satunya akibat kualitas air minum kurang yang

baik banyak dikonsumsi masyarakat sekitar Pada usus besar ditemukan

Escherichia coli yang dapat bersifat patogen jika melebihi jumlah normal. Diare

atau muntaber dapat menyebabkan wabah pada anak-anak. Strain tertentu juga

dapat menyebabkan gastroenteritis. (Zikra et al., 2018)


BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Adapun waktu pada praktikum Bakteriologi Klinik ini yaitu :

Hari : Senin - Kamis

Tanggal : 4 – 7 Desember 2023

Waktu : 15.00 – 17.00 WITA

2. Tempat

Adapun tempat pada praktikum Bakteriologi Klinik ini yaitu

dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi DIV Teknologi Laboratorium

Medis, Lantai 1 Gedung D, Universitas Megarezky Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu autoklaf,

inkubator, mikroskop, cawan petri, batang pengaduk, ose bulat, ose lurus,

bunsen, kaki tiga, rak pewarnaan, pipet tetes, lumping dan sendok tandu.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu Sampel Feses

Diare dan Sampel makanan (mpek-mpke) , Alkohol swab, Aquadest, Kristal

violet, Larutan lugol, Safranin, Kapas, Media Mac Conkey Agar (MAC),
NaCl 0,7%, Media Endo Agar, Media Simmons Citrate Agar (SCA), Media

Sulfide Indol Motility (SIM), Media Methyl Red(MR), Media Voges

Paskoreur (VP) Media Urea, Media Lysine Irone Agar (LIA), Reagen Methyl

Red, Reagen Alpha Naftol,dan Reagen KOH 40%.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini :

1. Pembuatan Media (Hari pertama)

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Dihitung berapa gram media yang akan digunakan. Lalu, di timbang media

di neraca analitik.

c) Dimasukkan media yang ditimbang kedalam erlenmeyer,

d) Dimasukkan aquadest kedalam aquadest (sesuaikan dengan berapa ml yang

akan dibuat).

e) Larutkan diatas Bunsen dan kaki tiga sambil di aduk atau pakai hot plate

dan magnetic stirrer.

f) Disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121℃

g) Dituang kedalam cawan petry/tabung reaksi.

h) Ditunggu hingga medianya mengeras

i) Dimasukkan kedalam lemari pendingin.

2. Isolasi sampel feses dan sampel makanan (Mpek – mpek ) pada Media

Mac Conkey agar (MAC) dan Media Endo Agar (Hari kedua).

a) Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.


b) Di siapkan media Mac conkey Agar (MAC) dan Endo Agar

c) Diberikan label pada setiap Plate

d) Digerus sampel makanan menggunakan lumping hingga halus

e) Ditimbang sampel makanan sebanyak 1gr,Masukkan kedaalam gelas

kimia yang berisi NaCL 0,9%, dan dilakukan juga hal yang sama pada

sampel feses dengan menimbang sebanyak 1gr dan dimasukkan kedalam

NaCl 0,9%.

f) Homogenkan

g) Di ambil sampel feses dan makanan menggunakan ose bulat kemudian

goreskan pada media Endo Agar dan media Mac Conkey Agar

h) Di inkubasi selama 1×24jam diincubator dengan suhu 37°c.

i) Diamati pada hari ke tiga.

3. Pengamatan secara makroskpik pada media Mac Conkey Agar (MCA)

dan Endo Agar, isolasi ke media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dan

Pewarnaan gram (Hari Ketiga)

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b) Dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan koloni pada media Mac

Conkey Agar (MCA) dan Media Endo Agar dan dicatat hasilnya

c) Dilakukan pewarnaan gram. Distrerilkan preparat yang akan digunakan

menggunakan alcohol swab.

d) Disterilkan ose bulat yang digunakan dan sterilkan media Mac Conkey

Agar (MCA) dan Endo Agar yang telah diinokulasi pada hari
sebelumnya.

e) Dibuat apusan diatas preparat, diambil sejumlah inokulum menggunakan

ose yang telah disterilkan dan dibuat sediaan diatas preparat. LALU,

dikeringkan pada suhu ruang

f) Difiksasi diatas api Bunsen dengan gerakan cepat sebanyak 3-4kali. Lalu,

dinginkan.

g) Diletakkan preparat yang berisi inokulum pada rak pewarnaan

h) Digenangi apusan dengan larutan Kristal violet diatas sediaan. Lalu,

didiamkan selama 1 menit.

i) Dibilas dengan air mengalir secara perlahan – lahan.

j) Digenangi apusan secara perlahan – lahan dengan larutan lugol dan

diamkan selama 1 menit.

k) Dipucatkan warna dengan etil alcohol 96% hingga warna violet

menghilang.

l) Dibilas dengan air secara perlahan-lahan.

m) Diberikan pewarna tandingan yaitu berupa safranin dan diamkan selama

45detik. Lalu, bilas dengan air mengalir secara perlahan-lahan

n) Dikeringkan dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

o) Dilkukan inokulasi dari media Mac Conkey Agar yang berisi sampel

feses dan makanan dan pada media Endo Agar.

p) Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 ℃


4. Pengamatan Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), dan Inokulasi media

Triple Sugar Iron Agar ke media fvmethyl red (MR),Voges

Paskoreur(VP), Media Lysin iron agar (LIA), Media Urea, Media

Sulfide indole Molitility (SIM) dan media Simmons citrate agar (SCA)

(Hari kelima).

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b) Diamati media Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), perhatikan kedua

media yang telah dibiakkan dari media Endo Agar dan Media Mac

Conkey Agar (MAC). Dicatat hasil pengamatan

c) Diambil ose bulat/lurus dan media Triple Sugar Iron Agar (TSIA). Lalu,

sterilkan diatas api Bunsen.

d) Dipindahkan inokulum ke Sulfide Indol Motility (SIM), Media Methyl

Red (MR), Media Voges Paskoreur (VP) Media Sulfite Indole Motility

(SIM) , Media Simmons Citrate Agar (SCA) Lysine Iron Agar (LIA), dan

Media Urea. menggunakan ose yang telah disterilkan. Lalu, sterilkan

kembali media yang telah dibiakkan diatas api Bunsen.

e) Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37℃.

5. Uji Biokimia (Hari Keenam)

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Diamati Simmons Citrate Agar (SCA), dilihat perubahan warna yang

terjadi. Dicatat hasilnya.

c) Diteteskan larutan Kovash sebanyak 5 tetes pada media Sulfide indole


Motility (SIM). Lalu kocok dan perhatikan apakah terbentuk cincin

berwarna merah atau tidak. Catat hasil yang didapatkan.

d) Diteteskan reagen metil red sebanyak 5 tetes pada media methyl red (MR).

Lalu kocok dan perhatikan, apakah terbentuk cincin berwarna merah atau

tidak dan catat hasilnya.

e) Diteteskan reagen Alpha Naftol sebanyak 12 tetes pada media Voges

Paskoreur (VP) dan teteskan reagen KOH 40% sebanyak 4 tetes. Lalu

kocok dan perhatikan, apakah terbentuk cincin berwarna merah atau tidak

dan catat hasilnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel Identifikasi Hasil Isolasi Bakteri

Pengamatan Sampel Media Hasil

Feses Terdapat pertumbuhan

Mac Conkey koloni berwarna merah

Makanan Agar (MCA) muda, terutama pada

Pengamatan hasil media Endo Agar

isolasi bakteri berwarna pink rose

(magenta)

Feses Makanan Ini merupakan salah

(Mpek-mpek) satu tanda bahwa

bakteri tersebut adalah

Eschericia Coli

2. Tabel Identifikasi pewarnaan Gram

Media Sampel Hasil

Mac Conkey Agar Feses

(MCA) Gram Negatif

Endo Agar Feses Berbentuk basil

Mac Conkey Agar Feses

(MCA)
3. Tabel hasil pengamatan pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)

Pengamatan Media Sampel Hasil

Secara makrosko- Dari Media Mac Makanan Alkali-Acid

pik pada media Conkey Agar + H2S

Triple Sugar Iron (MCA)

Agar (TSIA) dari Dari Media Feses Acid – Acid

media hasil isolasi Endo Agar - H2S

bakteri

4. Tabel Hasil Uji Biokimia

Sampel SCA MR VP SIM UREA LIA KETERANGAN

Feses + + - Mot: + - - Salmonella

Indol : - Arizona

Makanan + + - Mot: + - + Salmonella

Indol : - Citrobacter

Frendii

5. Gambar

a) Hasil Isolasi sampel feses dan sampel makanan (Mpek – mpek ) pada

Media Mac Conkey agar (MAC) dan Media Endo Agar


1) Media Mac Conkey agar (MAC) dari sampel feses

2) Media Mac Conkey Agar (MAC) dari Sampel Makanan

3) Media Endo agar dari sampel Feses


b) Pewarnaan Gram

1) Media Mac Conkey Agar dari sampel feses

2) Media Mac Conkey Agar dari sampel makanan

3) Media Endo Agar dari sampel feses


c) Pengamatan secara makroskopik media Triple Sugar Iron Agar

(TSIA)

1) Media Mac Conkey Agar sampel makanan

2) Media Endo Agar Sampel Feses

d) Hasil uji biokimia

1) Sulfide Indole Motility (SIM)


2) Methyl Red (MR)

3) Voges Paskoreur (VP)

4) Simmons Citrate Agar (SCA)


5) Media Lysin iron agar (LIA)

6) Media Urea

B. Pembahasan

Adapun praktikum Bakteriologi Klinik dengan judul “Identifikasi

Bakteri Pada sistem Pencernaan” dengan tujuan Untuk mengidentifikasi

jenis bakteri pada Ssistem Pencernaan menggunakan sampel Feses dan

makanan (mpek-mpek), yang dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 – 7

Desember 2023 yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi DIV

Teknologi Laboratorium Medis, Lantai 1 Gedung D, Universitas Megarezky

Makassar.
Adapun pada praktikum ini, dilakukan sterilisasi alat dengan tujuan

untuk mematikan serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang ada

pada alat, maka dari itu pada pada pembuatan media cawan petry serta tabung

reaksi yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan

pembiakan dan pewarnaan bakteri, ose yang digunakan disterilisasi terlebih

dahulu diatas api bunsen, tujuannya sama dengan sterilisasi alat yaitu untuk

mematikan serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme agar tidak terjadi

kontaminasi. Pada praktikum ini juga dilakukan fiksasi pada saat pembuatan

apusan, hal ini bertujuan untuk merekatkan bakteri pada kaca objek atau

preparat. Selama proses fiksasi, protein-protein bakteri dikoagulasi dan

direkatkan pada permukaan kaca objek. Pada saat pembuatan apusan,

apusan tidak dubuat tebal dengan tujuan agar sel bakterinya tidak menumpuk

pada saat pengamatan dimikroskop.

Adapun pada praktikum ini, pada pengamatan hari kedua didapatkan

pertumbuhan koloni berwarna merah muda terutama media Endo Agar

pertunbuhan koloninya berwarna pink rose (magenta). Selanjutnya pada

pewarnaan gram didapatkan hasil gram negative pada media Mac Conkey

Agar (MCA) yang berisi sampel feses dan makanan, dan pada media Endo

agar yang berisi sampel feses. Selanjutnya pada pengamatan hari berikutnya,

Yaitu pengamatan secara makroskopik pada media Triple Sugar Iron Agar

(TSIA) didapatkan hasil Acid-acid pada Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yang

berasal dari inokulasi dari Endo Agar yang berisi sampel feses. Sedangkan
pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) yang berasal dari inokulasi media

Mac Conkey sampel makanan hasilnya adalah Alkali – Acid. Artinya media

tersebut mampu memfermentasikan glukosa. Selanjutnya pada uji biokimia,

didapatkan hasil pada sampel feses yaitu VP-, MR +, LIA -, UREA -, SCA +,

dan pada media SIM motilitynya + dan indole -. Sedangkan pada sampel

makanan yaitu negative VP, Positif MR, negative urea, positif SCA, pada

media SIM motilitynya positif dan indole negative.

Berdasarkan hasil identifikasi pada sampel feses, jenis bakteri yang

ditemukan adalah Salmonella Arizonae yang merupakan bakteri gram

negative berbentuk basil dan anggota keluarga Enterobacteriaceae. Secara

biokimia ia dibedakan berdasarkan kemampuannya memfermentasi laktosa,

memanfaatkan malonat, dan mencairkan gelatin serta ketidakmampuannya

untuk tumbuh dengan adanya KCN. Identifikasi H 2 S, yang diketahui

diproduksi oleh organisme, dalam cairan sampel laboratorium merupakan

petunjuk diagnostik penting untuk skrining rutin. Salmonella enterica serotipe

Arizona ( S. enterica subspesies IIIa) secara alami ditemukan pada reptil tetapi

diketahui menyebabkan wabah salmonellosis pada kalkun dan domba. Sampai

saat ini, penyakit ini belum dijelaskan sebagai penyebab penyakit pada

individu imunokompeten, namun ada laporan sporadis mengenai enteritis dan

penyakit serius yang menyebar pada manusia. (Stefano, et al. 2011)


Sedangkan pada sampel makanan, ditemukan bakteri jenis Salmonella

Citrobacter Freundii. Citrobacter freundii merupakan patogen oportunistik

penyebab infeksi nosokomial dan resisten terhadap berbagai antibiotik. Genus

Citrobacter adalah anggota keluarga Enterobacteriaceae dan ada di mana-

mana di tanah, limbah, dan air. Kelompok bakteri ini juga dapat menjajah

saluran pencernaan manusia dan hewan . Beberapa spesies Citrobacter telah

diidentifikasi dan beberapa di antaranya, termasuk Citrobacter freundii , telah

dikenali sebagai patogen oportunistik. Meskipun C. freundii sering dianggap

sebagai bakteri komensal mikrobiota usus manusia, bakteri ini dapat

menyebabkan infeksi oportunistik pada pasien rawat inap. Penyakit ini telah

dikaitkan dengan infeksi nosokomial pada saluran kemih, saluran pernapasan,

saluran empedu, gastritis, meningitis, abses otak, dan sepsis neonatal.

Citrobakter spp. adalah bakteri dengan virulensi rendah dan dapat bertahan

dalam populasi untuk waktu yang lama sehingga mengakumulasi faktor

penentu resistensi, yang dapat mempersulit pengobatan infeksinya. Infeksi

Citrobacter bisa berakibat fatal, dengan angka kematian keseluruhan 33-48%,

dan 30% pada neonatus. Resistensi terhadap antibiotik dapat berkembang

melalui beberapa mekanisme pada spesies Citrobacter , namun yang paling

penting adalah produksi β-laktamase yang menghidrolisis cincin β-laktam

antibiotik. (Mansour, et al, 2016)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan dengan menggunakan

sampel swab nasofaring dan sputum, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil

identifikasi pada bakteri Sistem Pencernaan, didapatkan Bakteri Salmonella

Arizonae pada sampel Feses. Dan didapatkan bakteri Citrobacter Freundii pada

sampel Makanan (Mpek – mpek).

B. Saran

Adapun saran yang diberikan pada praktikum selanjutnya yaitu lebih

memperhatikan lagi Alat pelindung diri (APD) yang digunakan pada saat

praktikum berlangsung agar tidak terjadi kontaminasi pada praktikkan maupun

pada bakterinya. Dan diharapkan bagi para praktikkan untuk lebih teliti lagi dalam

menyiapkan media yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan seperti pada

praktikum ini yaitu terdapat satu media yang terlupakan pada saat uji Imvic.
DAFTAR PUSTAKA

Lamps, L.W. (2017), Infektive Disorsers Of Gastrointestinal Tract. Journal National

Library of Medicine. 50(1) : 55-63

Mansour, R., Alisha A, Azam E, Keyghoubod G, dan Somayeh J. (2016). Hubungan

klonal antara Citrobacter Freundii diisolasi dari rumah sakit utaman di

Kermanshah sebelah barat Iran. Iranian Journal Of Microbiology. 8(3): 175-180

Rosahdi, T. D., Tafiani, N., & Hafsari, A. R. (2019). Identifikasi Spesies Isolat

Bakteri K2Br5 dari Tanah Karst dengan Sistem Kekerabatan Melalui Analisis

Urutan Nukleotida Gen 16S rRNA. Al-Kimiya, 5(2), 84–88.

https://doi.org/10.15575/ak.v5i2.3836

Rudin, A., Ghozi, N., Perdana, A., & Amalia, N. N. (2018). Identifikasi Bakteri

Patogen pada Olahan Daging Sapi Penyebab KLB Keracunan Pangan di

Temanggung Tahun 2018. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek

(SNPBS) Ke-IV 2019, 2(6), 186–193.

Rudin, N. A., Ghozi, N., Perdana, A., & Nur, N. (2021). Identifikasi Bakteri Patogen

Escherichia coli dan Salmonella spp. pada Rectal Swab Penjamah Makanan

Rumah Sakit Di Yogyakarta. Jurnal Pro-Life, 8(3), 227–238.

https://ejournal.uki.ac.id/index.php/prolife

Stefano, dkk. 2011. Salmonella Enterica ssp. Infeksi arizonae pada pria Italy berusia

43 tahun dengan hipoglubulinemia : laporkan kasus dan tinjauan literartur.


Journal of Medical Case Reports. 1(5): 323

Zikra, W., Amir, A., & Putra, A. E. (2018). Artikel Penelitian Identifikasi Bakteri

Escherichia coli ( E . coli ) pada Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di

Kelurahan Jati serta Jati Baru Kota Padang. JURNAL KESEHATAN ANDALAS,

7(2), 212–216.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai