Disusun Oleh :
Kelompok 9
Editor By :
Ikhwan Latif 15 522 014
A. Latar belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan
hidupnya. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak,
memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur
metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang
lain. Selain itu, makanan juga berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna
ataupun daya simpannya. Agar makanan dapat berfungsi sebagaimana
mestinya maka perlu diperhatikan kualitas makanan melalui ketersediaan zat-
zat gizi yang terkandung didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba.
Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme akan mengakibatkan
gangguan kesehatan karena mikroorganisme tersebut dapat memproduksi
racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit (Linton, 2005).
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab
penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera,
disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-
gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan,
antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan
langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksin-
toksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yang mengandung
parasit-parasit serta mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering
dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau
sering tertukar dalam penentuan penyebabnya (linton, 2005).
Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan
untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme., mencakup
gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan
organisme-organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksi
organisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada
beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang
dihasilkan suatu metabolisme. Makanan yang terkontaminasi dapat
disebabkan oleh hygiene sanitasi makanan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi
syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene sanitasi
makanan dan minuman yang diutamakan pada usaha yang bersifat umum
seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa
makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran
penyakit (Depkes RI, 2004).
Menurut Budiyanto (2010), ada beberapa alasan mengapa
pentingnya mikroorganisme dalam bahan makanan ialah :
1. Adanya mikroorganisme, terutama jumlah dan macamnya, dapat
menentukan taraf mutu bahan makanan.
2. Mereka dapat mengakibatkan kerusakan pangan.
3. Beberapa diantaranya digunakan untuk membuat produk-produk pangan
khusus.
4. Miroorganisme digunakan sebagai bahan makanan atau makanan
tambahan bagi manusia dan hewan.
5. Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan.
Mikroorganisme ini juga sebagai indikator mutu, kandungan
mikroorganisme suatu spesimen pangan dapat memberikan keterangan yang
mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada pengolahan
pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya. Kebanyakan
bahan makanan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan banyak
macam mikroorganisme. Pada keadaaan fisik yang menguntungkan, terutama
pada kisaran suhu 70 sampai 600 C, organisme akan tumbuh dan
menyebabkan terjadinya peubahan dalam hal penampilan, rasa, bau, serta
sifat-sifat lain pada bahan makanan (Budiyanto,2010).
B. Jenis Jenis Bakteri Patogen Pada Makanan
Menurut Siagian (2002), Bakteri pada umumnya adalah heterotrof.
Namun, ada juga bakteri yang uatorotrof, seperti bakteri kemosintetik.
Bakteri ini mendapat energy melalui reaksi kombinasi oksigen dengan
molekul anorganik, seperti sulfur, nitrit, atau ammonia. Beberapa bakteri juga
memiliki kemampuan untuk memech selulosa, komponen utama pembentuk
dinding sel tumbuhan. Terdapat bakteri yang memiliki simbiosis (hubungan
hidup bersama) dengn mamalia ruminansia (memamah biak, seperti sapi,
kambing, domba). Bakteri ini hidup di saluran pencernaan hewan memamah
biak dan membantu mencerna makanan berserat seperti rerumputan yang
tidak dapat di cerna sendiri oleh hewan tersebut. Simbiosis bakteri ini juga
terdapat dalam percernaan manusia. Bakteri ini menguraikan makanan yang
tidak dapat tercerna dan mensintesis vitamin seperti vitamin K dan B12.
Terdapat tiga faktor kunci yang umumnya menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat bakteri, yaitu kontaminasi bakteri
patogen harus ada dalam pangan; Pertumbuhan, dalam beberapa kasus,
bakteri patogen harus memiliki kesempatan untuk berkembang biak dalam
pangan untuk menghasilkan toksin atau dosis infeksi yang cukup untuk
menimbulkan penyakit; daya hidup(survival) jika berada padakadar yang
membahayakan, bakteri patogen harus dapat bertahan hidup dalam pangan
selama penyimpanan dan pengolahannya. Bakteri dapat menyebabkan
keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi.
Intoksikasi Keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri
patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri
tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka
toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya. sedangkan
Infeksi adalah bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan
yang dikonsumsi. Dalam hal ini, penyebab sakitnya seseorang adalah akibat
masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui konsumsi pangan yang
telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri yang
tertelan harus memadai (Siagian, 2002).
Bila makanan telah dihinggapi mikroorganisme akan mengalami
penguraian nilai gizi makanan berkurang serta kelezatannya, bahkan makanan
yang telah dalam keadaan terurai dapat menyebabkan sakit sampai dapat
menyebabkan kematian. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam
makanan beragam spesiesnya, mikroorganisme ini tidak hanya hinggap pada
makanan mentah atau yang sudah dimasak dalam makanan kaleng. Pangan
merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan
maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang
disebabkan oleh pangan. Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit
bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen masih
menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia.
Seringkali diberitakan terjadinya keracunan pangan akibat mengkonsumsi
hidangan pesta,makanan jajanan, makanan catering, bahkan pangan segar
(Siagian,2002).
Menurut Siagian (2002), Bakteri yang sering ditemukan dalam
makanan beragam spesiesnya, bakteri ini terdapat pada makanan mentah atau
yang sudah dimasak yang kadar hiegiensnya rendah. Berikut beberapa jenis
bakteri yang terdapat pada makanan:
a. Clostridium botulinum
Klasifikasi ilmiah
Domain : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Clostridia
Ordo : Clostridiales
Famili : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
SpesieS : Clostridium botulinum
botulinum termasuk bakteri gram positif, anaerob obligat (tidak
bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat bergerak), dan
menghasilkan spora yang tahan panas, dapat membentuk gas, serta
menimbulkan rasa dan bau pada makanan yang terkontaminasi. Sumber
Clostridium Botulinum berbiak melalui pembentukan spora dan produksi
toksin. Racun botulisme diserap di dalam lambung, duodenum dan bagian
pertama jejunum. Kemudian akan diedarkan oleh darah dan menyerang
saraf. Waktu inkubasi adalah 12-36 jam, lebih lama atau lebih pendek.
Gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh pusing-pusing dan muntah-
muntah, bisa juga diare,lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut
konstifasi, Double fision, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa
membengkak dan tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa
menyebar kehati dan saluran pernafasan. Kematian bisa terjadi dalam
waktu tiga sampai enam hari.
b. Clostridium Perfringens
e. Escherichia coli