Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang
mengandung mikroba pathogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat
menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme
imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap
bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus,
parasit, radiasi matahari dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negative bagaimanapun dapat menekan
system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh
neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding
bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa
adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjadi ini adalah akibat efek
samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem imunitas?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh?
1.2.3 Bagaimanakah cara memperoleh kekebalan tubuh?
1.2.4 Organ apa saja yang terlibat dalam sistem imunitas?
1.2.5 Apa saja gangguan yang mungkin terjadi pada sistem imunitas?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian sistem imunitas.
1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh.
1.3.3 Mengetahui cara memperoleh kekebalan tubuh.
1.3.4 Mengetahui organ yang terlibat dalam sistem imunitas.
1.3.5 Memahami gangguan yang mungkin terjadi pada sistem imunitas.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.4.1 Dapat mengetahui tentang sistem imunitas.
1.4.2 Dapat memahami tentang jenis-jenis kekebalan tubuh.
1.4.3 Dapat mengetahui cara memperoleh kekebalan tubuh.
1.4.4 Dapat mengetahui organ yang terlibat dalam sistem imunitas.
1.4.5 Dapat memahami gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
imunitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Imunitas

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imunitas adalah sistem


perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika
sistem imunitas bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imunitas melemah, maka
kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imunitas juga memberikan pengawasan
terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem
imunitas telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
Sistem imunitas memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk
perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.2 Jenis-Jenis Kekebalan Tubuh
2.2.1 Kekebalan Tubuh Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari
Penyakit
Ada dua macam jenis kekebalan tubuh, yakni sistem
pertahanan spesifik dan non spesifik.
a. Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem pertahanan tubuh non spesifik merupakan
pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen
satu dengan yang lainnya.
Ciri-cirinya dari sistem pertahanan tubuh ini adalah :
1. Tidak selektif
2. Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
3. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
4. Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk
masuk ke dalam tubuh.
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
a. Pertahanan yang terdapat di Permukaan Tubuh
1. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan
terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang
berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam
tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang
tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen.
Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin
berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
2. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut
hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi
menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel
berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi
menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam
lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
3. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret
yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret
tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah
minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan
suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur
(saliva), air mata dan sekresi mukosa (mukus) mengandung
enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara
menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga
bakteri mati.
4. Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi
bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran
mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara
berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh
nutrisi.
b. Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan
jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses
inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus,
yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas) dan
tumor (bengkak). Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi
juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar
sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis
terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme
inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,
sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati
pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk
mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan
kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh
darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit)
menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
c. Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang
dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna mikrobia /
partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit
mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit
mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika
bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag.
Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu
neutrofil, eosinofil, basophil dan cell mast (mastosit). Sel-sel
fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi
dari jaringan yang terinfeksi patogen.
Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing
terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju
patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu
oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor
pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi
seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam
sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim
bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan
mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur.
Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama
dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya nanah.
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak
dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
d. Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh
non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein
komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk
lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.
Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan
dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya
dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.
Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit
dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan
dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini
kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi
virus sehingga serangan virus dapat dicegah.

b. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik


Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan
pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke
dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya
dari sistem pertahanan tubuh ini adalah :
1. Bersifat selektif
2. Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis
benda asing
3. Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
4. Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia
(antibodi)
5. Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal.
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
a.) Limfosit
1. Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B
terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan kekebalan humoral dengan
membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan
menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen
yang pernah masuk ke dalam tubuh serta
menstimulasi pembentukan sel B plasma jika
terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B
plasma dan sel B pengingat.
2. Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum
tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di
kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel
penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel
T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen
yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi dan sel kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan sel T lainnya
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan
fagositosis.
3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan
menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi
aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
b.) Antibodi
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang
masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein
yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker.
Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum
protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi
tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi
merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu
antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit
bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang
berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena
itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi
tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida
yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai
berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama
lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti
huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki
tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi
dalam menginaktivasi antigen yaitu :
1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus,
membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen,
seperti mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
Tabel 1 Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini :
No. Tipe Antibodi Karakteristik
1. IgM Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi
infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
2. IgG Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat
terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder).
Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif
dari ibu kepada janin.
3. IgA Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan
membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada
permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan
4. IgD Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor
dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel
B plasma.
5. IgE Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi
memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat
dalam reaksi alergi.

2.2.2 Kekebalan Tubuh Berdasarkan Mekanisme Kerja


Ada dua macam kekebalan tubuh berdasarkan mekanisme
kerjanya, yakni kekebalan humoral dan seluler.
a. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan
antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma.
Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat
antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan
menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B
pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian
respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh,
sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi.
Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan
konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada
respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori
imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali
antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
b. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara
langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada
permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel
asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan
mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat
aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.

2.3 Organ pada Sistem Imunitas


Beberapa organ pada Sistem Imunitas :
a. Nodus Limfe
Sistem ini terdiri atas pembuluh limfatik yang terdifusi di seluruh
tubuh, nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada
pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh nodus limfa dan
berkeliling di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening
dimana terdapat limfosit di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh
limfatik.
Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik menyebar di
seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar
pembuluh limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke
pembuluh limfatik sesaat setelah melakukan kontak ini membawa serta
informasi mengenai jaringan. Informasi ini diteruskan ke nodus limfatik
yang berada didekat pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai timbul
sebuah masalah, maka informasi tentang masalah ini akan diteruskan ke
nodus limfa melalui cairan getah bening.
b. Sumsum Tulang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang berada dalam bagian
rongga interior tulang. Ada dua jenis sumsum, yakni sumsum merah
yang memproduksi sel darah merah, trombosit, dan sebagian besar sel
darah putih dan sumsum kuning yang menghasilkan sedikit jenis sel
darah putih.
Sel kekebalan dibedakan dari sel puncak secara bertahap. Proses
ini dimulai dari sel puncak hematopoetic, disini satu sel berdiferensiasi
menjadi berbagai jenis sel, termasuk sel-sel mieloid dan sel limfoid.
Masing-masing sel tersebut akan berdiferensiasi menjadi jenis sel
tertentu yang lebih spesifik. Sel myeloid akan membentuk fagosit dan
granulosit dan sel-sel limfoid berdiferensiasi menjadi sel B, sel T, dan
sel-sel pembunuh alami.
Setelah terjadi diferensiasi, limfosit akan keluar dari sumsum
darah kemudian berpindah ke organ kekebalan tubuh lainnya. Sel T akan
berpindah ke timus dan sel B akan berpindah ke limpa. Disini sel T dan
sel B akan menjalani proses pematangan lebih lanjut.
c. Limpa
Sel B yang belum matang keluar sumsum tulang dan akan
berpindah ke limpa, di mana sel B akan mengalami proses pematangan
yang berbeda dengan sel T. Limpa terdiri dari dua bagian, yakni pulp
merah dan pulp putih. Limfosit yang baru mula-mula dibuat di dalam
pulp putih kemudian dipindahkan ke pulp merah, yang kemudian akan
mengikuti aliran darah.
d. Timus
Timus adalah organ kecil yang terletak di belakang bagian atas
tulang dada. Pada timus, sel T mengalami proses pematangan yang
sangat rumit yang disebut dengan seleksi timus. Setelah proses
pematangan selesai, sel T akan mulai beredar ke dalam aliran darah.
e. Pembuluh dan Kelenjar Getah Bening
Pembuluh limfatik membawa cairan bening yang disebut getah
bening, yang menggenangi jaringan-jaringan tubuh, dan juga berfungsi
sebagai jaringan transportasi untuk sel-sel kekebalan. Kelenjar getah
bening adalah benjolan kecil jaringan yang berbentuk seolah terputus-
putus yang terletah di sepanjang sistem limfatik. Kelenjar adalah pusat
kegiatan dimana limfosit terus beredar dari jaringan ke kelenjar getah
bening dan kembali lagi, melalui aliran darah dan pembuluh limfatik.
Ketika tubuh menjadi terinfeksi, antigen-presenting sel
bermigrasi ke kelenjar getah bening, di mana mereka mulai menyajikan
antigen ke limfosit yang beredar. Jika limfosit mengenali antigen,
mereka menjadi aktif. Mereka berhenti beredar di seluruh tubuh dan
sebaliknya, tinggal di kelenjar getah bening dan mulai memperbanyak,
sehingga melepaskan respon imun. Hal ini yang menyebabkan kelenjar
getah bening menjadi bengkak sebagai akibat dari infeksi.
2.4 Cara Memperoleh Kekebalan Tubuh
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh
itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami
sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang
tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya,
seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit
tersebut untuk kedua kalinya.
b. Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau
imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam
tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral
(melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi
mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari
suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke
dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk
melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit
yang menyerangnya.
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu
tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah
beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam
tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun.
Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara
lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio,
tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut
biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat.
Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis
yaitu :
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan
campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah
dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari
mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin
(racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan
konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein
mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif.
Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik
secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah
menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di
dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan
pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak
antibodi.
b. Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan
antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai
serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu
menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum
antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.
2.5 Gangguan pada Sistem Imunitas

a) Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan
terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut
dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan
serangga, rambut kucing dan jenis makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke
dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk
menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam
tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan
berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam
tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah
berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang
berperan dalam proses inflamasi.
Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi
seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan
kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian
antihistamin.

b) Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan
tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh
sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan
sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses
pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan
beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang
menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan
hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan
hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
2. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang
menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.
3. Addisons disease
Addisons disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan
menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah dan pigmentasi
kulit meningkat.

4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh
sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan
dua cara, yaitu :
a. Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung.
Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah sehingga
menyebabkan anemia.
b. Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk
ikatan yang dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi
normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi
selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel
fagosit.
Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat
dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit
justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa
yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan
menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam
jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
5. Radang sendi (artritis reumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas
yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan
ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.

c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya
sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV
(Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu
yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel
T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh
dalam melawan berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor.
Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV
menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis
dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar
dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah,
sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200
sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang
berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan
melemahnya ingatan. Penderita HIV positif umumnya masih dapat
hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan
virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah
menunjukkan gejala penyakit AIDS.
Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk
menjadi penderita AIDS relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun.
Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak
menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di
dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem
kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah
hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit
AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita
AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
1. Gangguan pada sistem saraf
2. Penurunan libido
3. Sakit kepala
4. Demam
5. Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
6. Diare
7. Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada
sekujur tubuh
8. Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
9. Terjadi penurunan berat badan secara drastis
Cara penularan virus HIV/AIDS :
1. Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
2. Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
3. Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
4. Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari
seorang ibu penderita HIV/AIDS
Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
1. Menghindari hubungan seks di luar nikah
2. Memakai jarum suntik yang steril
3. Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang
terluka
4. Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen.
2. Sistem kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan
yang lainnya.
2) Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk
dalam tubuh.
b) Mekanisme kerja
1) Kekebalan humoral
Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
aliran darah.
2) Kekebalan seluler
Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing
atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung.
3. Cara memperoleh kekebalan tubuh ada dua, yakni :
1) Kekebalan aktif
Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
2) Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi
dari luar tubuh.
4. Organ pada sistem imunitas, antara lain :
a) Nodus Limfe
b) Sumsum Tulang
c) Limpa
d) Timus
e) Pembuluh dan Kelenjar Getah Bening
5. Sistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara
lain :
a) Alergi
Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa
yang masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas
Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh
sendiri karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh
sendiri dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS
Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh
melemahnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV.
DAFTAR PUSTAKA

Cambridge. 2011. Cambridge IGCSE Biology. Cambridge University Press :


Cambridge.

Campbell, N.A dan Reece, J.B. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3.
Erlangga : Jakarta.

Johnson dan Michael. 2008. Human Biology Fourth Edition. Pearson


Benjamin Cummings : San Fransisco.

Kresno, S.B. 2003. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Kedokteran EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai