Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

(IMMUNITAS)

PENYUSUN :
BINTANG ARYASENA ( 07 )

DAFFA FIRJATULLAH ( 09)

FAAIQA RAHMAN ( 13 )

RADEN MUHAMMAD RAFIANSYAH (28)

TAFFYANA I. (32)

SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2019/2020
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Disekitar kita banyak ditemukan bahan organik maupun anorganik yang hidup maupun mati,
yang berasal dari makhluk hidup renik serta polutan yang mengandung debu, asap, uap, dan lain
lain. Bahan bahan tersbeut setiap saat dapat masuk kedalam tubuh dan menginfeksi kita, dan
ammpu menimbulkan berbagai penyakit atau kerusakan jaringan. Akan tetapi tuhan telah
melengkapi tubuh kita dengan system pertahanan tubuh atau immunitas. Oleh karena itu kita
patut bersyukur ekpada tuhan yang maha esa.

Dengan adanya makalah yang kita buat ini, kami berharap dapat membagi penegtahuan
tentang proses kerja, struktur, pengertian, dan berbagai macam hal yang berkaitan dengan system
immunitas. Kami berharap makalah kami dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan
bagi kami sendiri terutama.

B. Rumusan masalah

1. apakah macam-macam sistem pertahanan tubuh?

2. apakah antigen dan antibodi?

3.apa saja kegagalan atau penyakit-penyakit dalam sistem pertahanan tubuh?

4. bagaimana penerapan system pertahan tubuh?

C. Tujuan

1.mengetahui apa saja macam sistem pertahanan tubuh

2. mengetahui apa itu antigen dan antibodi

3. mengetahui apa saja penyakit dalam sistem pertahanan tubuh

4. mengetahui bagaimana penerapan sistem pertahanan tubuh


PEMBAHASAN

A. Macam-macam sistem pertahanan tubuh

Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel,molekul,dan jaringan yang


berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk ke dalam tubuh.Reaksi
yang dikordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap benda asing yang masuk ke
dalam tubuh disebut respons imun.Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
bahan atau zat dari lingkungan hidup.

Sitem imun terdiri atas:


 Sistem pertahanan non spesifik
 Sistem pertahanan spesifik

Pertahanan nonspesifik Pertahanan spesifik

Garis pertahanan pertama Garis pertahanan Garis pertahanan ketiga


kedua
Pertahanan fisik (kulit dan Pertahanan seluler Limfosit
mukaso) (sel darah Antibodi
Pertahanan biokimia (sekresi dari fagositik)
kulit, dan membrane mukosa) Pertahanan
humoral (protein
antimikroba, dan
respon
peradangan)

1. Sistem imun nonspesifik


Sistem imun nonspesifik merupakan sistem imun yang tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu,
yang telah ada dan berfungsi sejak lahir. sistem ini merupakan pertahanan terdepandalam
menghadapi serangan berbagai mikroba. Mekanismenyatidak menunjukkan spesifilitas terhadap
bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak pathogen potensial. Mekanisme fisiologi
imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap
mencegah ikroba masuk tubuh daan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Sistem imun
nonspesifik meliputi : pertahanan fisik dan mekanik. Pertahanan biokimia, pertahanan humoral dan
pertahanan seluler
a. Pertahanan fisik
Kulit dan membrane mukosa yang melapisi salran pernapasan, pencernaan, dan genitounaria (kelamin
dan eksresi urin) merupakan pertahanan terdepan terhadap infeksi dalam pertahanan fisik. Selain itu,
pada trakea, sel-sel epitel bersilia dapat menyapu mikroba yang terjerat didalamnya, sehingga
mencegah mikroba memasuki paru paru.

b. Pertahanan biokimia
Selain peranannya sebagai pelindung fisik,kulit dan membrane mukosa juga menghadapi
pathogen dengan pertahanan kimiawi.Sekresi dari kelenjar minyak dan keringat akan
membuat pH kulit menjadi asam (sekitar pH 3-5)sehingga dapat menvegah kolonisasi banyak
mikroba zat.Zat tertentu didalam air ludah,air mata dan sekresi mukosa mampu melindungi
tubuh terhadap bakteri gram positif dengan cara menghancurkan dinding sel nya.Berbagai
bahan yang disekresikan getah lambung,usus dan empedu mampu menciptakan lingkungan
yang dapat mencegah infeksi banyak mikroorganisme.

c. Pertahanan seluler
Mikroba yang menembus garis pertahanan pertama seperti mikroba yang masuk lewat luka
dikulit, akan menghadapi garis pertahanan kedua. Garis pertahanan ini sangat tergantung
pada proses fagositosis, yaitu proses penelanan mikroba yang menyerang tubuh oleh jenis sel
leukosit tertentu. Sel sel fagositik terdiri atas neutrophil, monosit, dan eusinofil.

 Neutrophil meliputi, 60-70% dari seluruh leukosit. Sel-sel yang telah dihancurkan
oleh mikroba akan mengirim sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk
dating. Neutrofil ini akan memasuki jaringan yang terinfeksi, kemudian menelan dan
menghancurkan mikroba yang ada ditempat tersebut. Akan tetapi sel ini cenderung
merusak diri sendiri ketika sel ini menghancurkan mikroba asing sehingga umurnya
pendek.
 Monosit, hanya menyusun sekitar 5% dari seluruh leukosit. Monosit barud alam
aliran darah menuju ke jaringan untuk berkembang jadi makrofag yang akan menetap
lama dalam jaringan. Sel-sel ini akan menjulurkan kaki semu yang panjang yang
dapat menempel ke polisakarida pada permukaan mikroba dan kemudian
menelannya. Setelah ditelan, sel-sel atersebut akan dihancurkan dengan bantuan
enzim lisozim dan lisosom.
Beberapa makrofag bermigrasi ke seluruh tubuh,sementara yang lain tetap tinggal
secara permanen dalam jaringan tertentu. Seperti dalam paru paru (makrofag alveoli),
ginjal (sel mesoglea), hati (sel kupffer), otak (mikroglia), dan jaringan ikat (sel
histiosit).
 Eosinofil, menyusun sekitar 1,5% dari seluruh leukosit dan berfungsi memfagosit
patogen yang berukuran besar, seperti cacing dan protozoa. Selain itu, sel eosinophil
menghasilkan enzim yang merusak grnaula sitoplasmik sel-sel parasite tersebut. Sle-
sel ini hanya mempunyai kemampuan fagositiknya yang terbatas. Selain sel-sel
fagositik, pertahanan nonspesifik pada garis pertahanan kedua juga meliputi sel
pembunuh alami (natural killer cell) sel-sel ini termasuk golongan limfosit dengan
granula besar dan mengandung sitoplasma. Jumlahnya sekitar 5-15% dari limfosit
dalam sirkulasi dan sekiatr 45% dari limfosit didalam jaringan. Fungsi utamanya
adalah merusak sel tubuh, yang diserang virus dan sel tumor. Sel mes sangat berperan
dlaam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasite dalam usus dan invasi bakteri.

d. Pertahanan humoral

Pertahanan humoral adalah pertahanan tubuh oleh bahan-bahan yang terdapat didalam
sirkulasi darah,Bahan-bahan tersebut ada beberapa jenis,diantaranya
Komplemen,Interferon,CRP(C-Reactive Protein),dan kolektin.
1) Komplemendiproduksi oleh hepatosit dan monosit,terdiri atas sejumlah besar
protein yang apabila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi.Fungsi komplemen antara lain:
a) Menghancurkan sel membrane banyak bakteri,
b) Sebagai factor kemotaksis yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
c) Dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag untuk
mengenal (opsonisasi ) dan memakannya
2) Interferon merupakan protein yang disekresikan oleh sel yang terinfeksi virus,
sehingga menjadi resiten terhadap virus.sehingga menjadi resisten terhadap
virus.Interferon merupakan sitokin berupa glikoprotein resisten terhadap virus.
3) C-Reactive Protein(CRP),merupakan salah satu protein yang kadarnya dalam
darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
4) Kolektin,merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat
hidrat arang pada permukaan kuman.
5) Lisozim merupakan protein lisosom yang terdapat dalam ludah,air mata dan
sekresi mukosa yang merupakan enzim yang dapat melisis sel mikroba.

e. Respons peradangan

Kerusakan jaringan karena luka atau trauma baik karena kecelakaan, infeksi, atau
perlakuan fisik dapat memberi jalan bagi organisme untuk masuk. Hal ini akan memicu
respons peradangan yang terlokalisir didaerah tersebut. Pada daerah yang terluka arteriola
kapiler akan berdilokasi dan venula pasca akan menyempit, sehingga meningkatkan
aliran darah lokal. Akibatnya akan terjad pembesaran pembuluh kapiler sehingga darah
akan bocor ke jaringan, menyebabkan bengkak dan merah disekitar luka tersebut.
Respons peradangan dimulai karena adanya sinyal kimiawi baik dari organisme
atau benda asing atau histamin. Histamin adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tubuh sebagai respons kerusakan jaringan. Histamin dihasilkan oleh leukosit jenis basofil
dan sel mast pada jaringan yang beredar disekitar luka. Hsitamin dapat merangsang
pembesaran dan peningkatan permeabilitas disekitarnya. Leukosit dan sel-sel jaringan
yang rusak juga mengeluarkan zat prostaglandin yang juga meningkatkan aliran darah ke
jaringan yang luka, sehingga mempercepat proses pengiriman dan penyerapan zat-zat ke
daerah luka. Misalnya, ion Ca+ yang dapat mempercepat proses pembekuan darah yang
dapat menutup luka dan menghambat penyebaran mikroba kedaerah lain. Peningkatan
aliran dan permeabiliats lokal tersbeut juga peningkatan aliran dan permeabilitas lokal
tersebut juga meningkatkan migrasi sel-sel fagositik dari darah kejaringan yang terluka.
Migrasi sel-sel fagositik ke dalam jaringan luka dimulai dalam tempo satu jam setelah
perlukaan dan sebelumnya diperantarai oleh kemokin sebagai pemicu terjadi kemotaksis
pada sel-sel fagositik. Fagositosis dimulai oleh neutrofil kemudian diikuti oleh monosit
yang kemudian akan berkembang menjadi makrofag dalam jaringan. Fagositosis oleh
makrofag dilakukan terhadap patogen, jaringa yang rusak di sisa-sisa neutrofil yang
rusak. Hasilnya berupa nanah yang akan diserap tubuh dalam beberapa hari.
Bila luka menyebar ke dalam tubuh (sistemik), mislanya meningitis dan
apendiksitis maka sel-sel yang rusak akan mengeluarkan sinyal berupa zat kimia yang
merangsang pelepasan neutrofil lebih banyak dari sumsum tulang sehingga jumlah
neutrofil dalm darah meningkat beberapa kali lipat dalam waktu ebebrapa jam setelah
peradangan awal.
Respons sistemik lain yaitu demam, toksin yang dihasilkan patogen dapat
merangsang tubuh mengalami demam(peningkatan suhu tubuh), berfungsi sebgaai
thermostat tubuh. Panas tubuh yang terlalu tinggi dapat membahayakan tubuh karena
mengganggu kerja enzim metabolit. Suhu tubuh sedang dapat membantu menghambat
pertumbuhan beberapa mikroba, dan memudahkan fagositoisis dengan meningkatkan
reaksi kimia dalam tubuh, sehingga mempercepat perbikan jaringan yang terluka.

2. Sistem peradangan spesifik

Sistem pertahan spesifik emrupakan sistem pertahanan tubuh yang dapat memiliki
kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing oleh tubuh.sistem pertahanan
spesifik mengenali benda yang masuk kedalam tubuh dengan respons sesitasi sel-sel
imun. Senistasi adalah proses yang menyebabkan organisme ataus el menjadi lebih aktif
terhadap antigen. Antigen merupakan molekul yang dapat menstimulan sel limfosit B
untuk memproduksi protein yang disebut antibodi.

Bila benda asing mausk kedalam tubuh, maka akan dengan cepat dikenali dan
dihancurkan oleh sistem perthanan spesifik. Sistem ini hanya ammapu mengenali benda
yang sudha pernah masuk kedlama tubuh, oleh karena itu dinamakan sistem pertahanan
spesifik.

Sistem ini dibagi emnjadi dua, yaitu sistem pertahanan humoral dan selular,
kekebalan spesifik dilakukan oleh leukosit jenis limfosit. Pad awlanya, semua limfosit
serupa, yaitu berasla dari sel induk pluripoten di sumsum merah tulang / hati apda janin
yang sedang berkembang. Tetapi kemudian berkembang menjadi sel T dan sel B,
tergantung tempet perkembangannya. Bila limfosit dari sumsum merah pindah ke timus
maka limfosit tersebut berkembang menjadi sel T (timus), dan bila tidak pindah maka
akan menjadi sel B (bone marrow).

Sel B berperan dalam sistem pertahanan humoral dna sel T berperan dalam sistem
pertahanan selular. Sel B dan sel T mengenali antigen akren adanya reseptor antigen yang
terikat pada membrane selnya. Reseptor sel B berupa protein yang transmembran
(antibody membrane), reseptor sel T secara strukturla samadengan antibodi membran.
Sebuah sel T atau sel B memiliki kurang lebih 100.000 reseptor antigen dengan spesifitas
yang sama persis. Sebelum kontak dengan antigen, limfosit dibentuk sangat beragam
dalam tubuh dan maisng maisng mengandung reseptor antigen dengan spesifitas khusus
sehingga memungkinkan untuk merespons berjuta-juta antigen yang masuk.

a. Proses pembentukan sel limfosit


Limfosit yang terseleksi adalah sel B dan sel T yang memiliki reseptor yang dapat
berinteraksi dengan antigen. Limfosit-limfosit tersebut akan berdefernsiasi dan
membelah menjadi dua klon, yaitu sel-sel efektor berumur pendek yang menyerang
antigen yang sama dan sel memori berumur panjang yang mengandung reseptor
spesfik untuk antigen yang sama.

Perbanyakan dan deferensiasi limfosit yang terjadi saat pertama kali tubuh
terinfeksi antigen disebut respons kekebalan primer. Dalam respons primer,
diperlukan waktu antara 10-17 hari bagi limfosit terseleksi untuk emmbangkitkan
respons sel-sel efektor pada awal tubuh terinfeksi antigen. Selama periode ini, sel B
dan sel T terseleksi akan membangkitkan secara berturut turut sel efektor B dan T. sel
efektor B akan membentuk sel plasma yang menghasilkan antibody. Selama sel-sel
efektor ini sedang bekerja, maka individu yang mengalaminya akan menderita sakit.
Gejal atersbut kaan menghilang atau berkurang ketika sel efektor T emmebrsihkan
antigen dari tubuh. Bila tubuh terinfeksi lagi dengan antigen yang sama amka respons
akan menjadi lebih cepat (2-7 hari). Hal ini disebut respons ekkebalan sekunder.

Pada respons kekebalan sekunder, jumlah antibody dalam tubuh akan menjadi
lebih banyak dan memiliki daya afinitas lebih besat terhadap antigen. Kemampuan
sistem kekebalan dalam membangkitkan respons kekebalan sekunder emrupakan
dasar mekanisme memori imunologis. Sel-sel memori disiapkan untuk berproliferasi
dan berdeferensiasi secara cepat ketika sel-sell tersebut mengadakan kontak dengan
antigen yang sama.

b. Penandaan permukaan sel


Sel T memiliki interaksi dengan sekelompok molekul asli yang tersusun dari
glikoprotein permukaan sel. Molekul tersbut dinamakan histokompabilitas mayor atau
major histocampability complex (MHC). Pada manusia komponen itu disebut HLA
(human leucocy antigen). ada dua jenis MHC yaitu MHC kelas 1 ditemukan di sel-sel
tak berinti dan MHC kelas II yang khusus untuk beberapa sel kekebalan. Misalnya sel
makrofag, sel B, sel T yang telah diaktfikan, sel-sel penyusun timus.

MHC berfungsi mengirim antigen pada sel T. masing masing MHC akan
mengikat fragmen antigen protein dan mengirimkannya ke sel T. ada beberapa jenis sel
T, yakni sel T sitolistik (TC), dan sel T helper (TH), masing maisng membuat kontak
spesifik dengan molekul MHC pada permukaan sel tubuh. Sel T sitolistik memiliki
reseptor antigen ayng terikat fragmen dengan fargmen antigen yang dikirim oleh MHC
kelas I. sel T helper (TH) memiliki reseptor yang terikat oleh fragmen antigen yang
dikirim oleh MHC kelas II tubuh. Setiap MHC dapat mengikat ebrbagai fragmen antiegn
dan membentuk kompleks MHC-antigen.kompleks ini dapat dikenlai oleh reseptor
antigen spesifik pada sel T tertentu.

Makrofag berinteraksi dengan antigen dan menghasilkan MHC II, agar dikenali
oleh sel T. antigen akan dihancurkan oleh sel T dengan bantuan sel T helper.

c. Sistem pertahanan humoral


Humoral berasal dari kata humor yang berarti cairan tubuh. Sistem pertahanan
humorla melinbatkan sel B yang berasal dari sle asal multipoten di sumsum tulang. Bila
sel B bertemu dengan benda asing, maka sel ini kana berproliferasi, berdiferensiasi, dan
berkembang menjadi sel plasma yang membentuk antibodi. Antibdoi berfungsi dlaam
eprtahanan tubuh terhadap infeksi ekstraseluler. Virus, bakteri dan toksinnya. Sel B yang
menghasilkan antibodi akan beredar dalam peredaran darah dan limfa.

d. Sistem pertahanan seluler


Sistem pertahanan seluler berfungsi untuk pertahanan terhadap mikroba
intraseluler (bakteri, virus, dan jamur). Dalam sistem pertahanan seluler, yang berperan
adalah sel T. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada dua jenis sel T yaitu, sel T
sitotoksik dan sel T helper.
Ketika sel terinfeksi mikroba asing (antigen), maka makrofag akan menelan dan
menghancurkan mikroba. MHC kelas II yang baru disintesis akan bergerak menuju
permukaan makrofag dan mengikat protein antigen. MHC akan membawanya ke
permukaan sel sehingga protein asing tersebut dikenali oleh sel T helper dengan
perantaraan CD4 (protein permukaan sel t helper). Sle T helper teraktivasi akan
mensekresikan sitokin yang berfungsi untuk mengaktifkan limfosit lain. Contoh sitokin
adlah IL-2(interleukin-2) yang mengaktifkan sel B untuk kontak dengan antigen,
berdeferensiasi dengan sel plasma yang mensekresikan antibody. IL-2 juga membantu sel
T sitoksik untuk menghancurkan antigen.

B. Antigen dan Antibodi

1. Antigen
antigen adalah benda asing yang dapat merangsang respons sistem pertahanan tubuh. Secara
fungsional antigen dibagi menajadi dua, yakni imunogen dan hapten. Imunogen ; antigen yang
dpaat merangsang sistem pertahanan tubuhd engan sangat kuat terutama dalam konteks imunitas
protektif terhadap organisme protein.

Hapten ; determinan antigen yang dapat mengikat atau bereaksi dengan antibody , tetapi tidak
dapat merangsang pembentukan antibody secara langsung.

Determiann antigen adalah bagian antigen yang dapat menginduksi pembentukan


antibody. Bagian antigen ini dpaat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau reseptor
pada limfosit. Respons imun terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang,
protein, dan asam nukleat. Antigen dapat dibedakan menurut sifta kimiawinya, yaitu
polisakarida, lipid, asam nukleat, dan protein.

a. Polisakarida

Polisakarida berupa hidrat arang dan glikoprotein. Glikoprotein merupakan bagian permukaan
sel mikroorganisme yang dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibody.
Contoh antigen pada jenis ini adlaah antigen pada golongan darah ABO.

b. Lipid

Lipid pada umumnya tidak imunogenik, namuan bila diikat protein pembawa maka akan menjadi
imunogenik.
c. Asam nukleat

Seperti halnya lipid, asam nukleat tidak imunogenik. Namun, bila diikat protein pembawa makan
akan menjdai imunogenik.

d. Protein

Kebanyakan protein adalah imunogenik, pada umumnya bersifat multideterminan (memiliki


banyak bagian dari antigen yang dapat menginduksi pembentukan antibodi)

2. Antibodi

Serum dari hasil pembekuan darah, mengandung molekul antibody yang merupakan jenis
protein gloubin atau dikenal dengan imunogloubin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma yang berasal
dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang baru terbentuk
akan mengikat antigen secara spesifik. Sebuah molekul antibodi pada umumnya memiliki dua
tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik. Masing masing molekul terdiri dari 4 rantai
polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identic dan dua rantai ringan (light chain)
yang identic. Kedua rantai tersebut dihubungkan oleh jembatan disulfide untuk membentuk suatu
molekul yang berbentuk huruf Y. pada ujung kedua jenis rantai terdapat daerah variable (V).
daerah V memiliki urutan asam amino yang sangat bervariasi tergantung jenis antibodinya.

Interaksi antara daerah V dengan epitop (bagian antigen yang dapat menginduksi
antibodi) mirip dengan hubungan antara enzim dan substratnya, yaitu seperti hubungan antara
gembok dan kuncinya. Daerah ekor antibodi merupakan daerah konstan yang bertanggung jawab
atas persebaran antibodi dalam tubuh dan mekanisme pembuangan antigen yang diperantarainya.
Daerah konstan rantai berat menentukan kelas antibodi. Terdapat lima kelas antibodi, yaitu IgM,
IgG, IgA, IgD dan IgE yang memiliki fungsi seperti berikut;
No Bentuk fungsi
IgM Fungsi IgM adalah antibodi yang pertama kali tiba di lokasi
infeksi, dan pertama bersirkulasi, sebagai respons terhadap infeksi
awal antigen. menetap di pembuluh darah dan tidak masuk ke
jaringan. Karena ukurannya besar, jadi tidak dapat menembus
plasenta, sehingga tidak dapat memberi imunitasmaternal. IgM
berumur pendek dan berfungsi untuk mengaktivitasi komplemen
dan memperbanyak fagositosis.

IgG

IgG berjumlah paling banyak (80%) dan akan lebih besar pada
kontak ke 2, 3, dan seterusnya. IgG dapat menembus plasenta dan
memberikan imunitas pada bayi. Selain itu, IgG juga merupakan
pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin, dapat
mengaktivasi komplemen, dan dapat meningkatkan efektivitas sel
fagositik.

IgA

Berjumlah 15%, IgA banyak terdapat di mukosa,dapat ditemukan


pada zat sekresi seperti keringat, ludah, air mata, ASI, dan sekresi
usus. IgA berfungsi untuk mencegah pertautan virus dan bakteri
ke permukaan epitel sel. Dapat melindungi bayi dari infeksi
saluran pencernaan atau gastrointestinal.

IgD
IgD banyak ditemukan di sel B, memiliki fungsi sebagai suatu
respons imunitas yang akan merangsang diferensiasi sel B
menjadi sel plasma dan sel B memori.. Meskipun demikian, IgD
berjumlah sedikit pada limpa dan serum darah.

IgE

Antibodi ini jumlahnya paling sedikit dalam darah, ekornya


berikatan dengan reseptor sel mast dan basofil. IgE menyebabkan
pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya. Selain itu, IgE
banyak ditemukan dalam darah dengan konsentrasi rendah dan
kadarnya meningkat ketika bereaksi terhadap alergi.
C. Kegagalan Sistem Pertahanan Tubuh

Sistem pertahanan tubuh seperti benteng yang mempertahankan tubuh dari serangan kuman
penyakit. Akan tetapi,karena sesuatu dan lain hal, sistem imun tersebut mengalami kegagalan.
Berdasarkan faktor penyebabnya,kegagalan imun dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
seperti penyakit autoimun, alergi, dan penyakit imunodefisiensi.

1. Penyakit Autoimun
Penyakit ini terjadi karena sistem imun justru menyerang dan merusak tubuh. Seseorang
menderita penyakit autoimun jika sistem kekebalan tubuh salah sasaran,dan akibatnya terjadi
peradangan di tempat sistem pertahanan tubuh menyerang pantogen. Penyakit autoimun dapat
dipicu oleh beberapa hal,antara lain sebagai berikut.
a. Makrofag dan neutrofil bersirkulasi dalam darah untuk memantau adanya zat asing dalam
tubuh.Begitu bertemu antigen asing,misalnya bakteri, mereka mengepung dan
merusaknya dengan molekul beracun.
b. Sel T mengeluarkan sitokin dan kemokin. Kelebihan produksi kemokin,misalnya di
persendian, menyebabkan rongga sendi diserbu sel perusak, seperti makrofag,
neutrofil,dan Sel T
c. Sel B membuat kesalahan dengan tidak memproduksi antibodi terhadap antigen asing,
melainkan antibodi yang menyerang tubuh.
d. Saat antibodi berikatan dengan antigen dialiran darah,akan membentuk jaringan besar
berkisi kisi disebut kompleks imun.Hal ini terjadi pada penderita lupus eritematosus
sistematik.

2. Alergi
Alergi merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan bahan yang umumnya
nonimunoge- ik.

Alergi bersifat menurun, artinya dapat diwariskan bila ada salah satu dari kedua orang tua
yang menderita gejala alergi,maka resiko yang mungkin diturunkan pada anak sekitar 25-
30%. Sementara bila kedua orangtua alergi,maka resiko alergi menurun ke anak pun
meningkat menjadi 60-70%.

Alergi dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah


makanan,debu,serbuk sari,bulu binatang,sabun,bahan kimia atau logam,kutu,dan kapuk.
3. Penyakit Imunodefisiensi

Pertahanan tubuh kita dapat diumpamakan seperti angkatan bersenjata yang selalu siap
bertempur dan menyerbu setiap benda asing (antigen) yang masuk ke wilayah tubuh kita.
Imunodefisiensi dapat digolongkan kedalam dua kategori berdasarkan etiologinya.
Pertama, imunosupresi sebagai akibat proses komplikasi biologis penyakit lain dalam
tubuh kita. Kedua,disebut imunodefisiensi iatrogenik,yakni kegagalan imun atau faktor
imun akibat komplikasi terapi untuk penyakit lain.
Yang termasuk kategori pertama ialah malnutrisi,kanker,dan penyakit infeksi. Malnutrisi
protein adalah bentuk paling umum di negara negara miskin dan berkembang,dan hal ini
berasosiasi dengan penurunan kekebalan tubuh terhadap patogen, sehingga menimbulkan
infeksi dan menyebabkan abnormalitas dan kematian bayi,anak anak,maupun orang
dewasa. Mekanisme imunodefisiensinya belum jelas ,tetapi diperkirakan defisiensi
protein, lemak,vitamin,dan mineral memberikan dampak merugikan terhadap
pendewasaan dan fungsi sel sel dalam sistim kekebalan tubuh.
Pasien pasien dengan kanker stadium lanjut seringkali rentan terhadap infeksi beragam
organisme karena rusaknya sistem pertahanan tubuh. Misalnya tumor sumsum tulang dan
leukimia dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan limfosit normal. Contoh lain
limfoma ganas yang disebut penyakit Hodgkin.

Kategori kedua,imunosupresi iatrogenik,paling sering diakibatkan oleh terapi yang dapat


menginaktifkan fungsi limfosit, seperti pemberian hormon kortikosteroid dan antibiotika
sisklosporin A secara intensif untuk pengobatan radang atau mencegah penolakan
transplantasi jaringan atau organ.
D. Penerapan Sistem Pertahanan Tubuh

1. Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklal adalah usaha manusia dengan teknik hibridoma atau rekayasa
genetika untuk mendapatkan jenis antibody satu macam atau satu klon.
Cara pembuatan antibodi monoklonal bisa diamati pada Gambar berikut
Mula-mula suatu antigen kita suntikkan pada seekor tikus dan diharapkan tikus tersebut
membentuk antibody terhadap antigen tersebut.Sel plasma yang dibentuk oleh sel B diambil
intinya lalu dikawinkan dengan sel yang bersifat embrional (selalu membelah) misalnya sel
myeloma.Sel tersebut akan berproliferasi membentuk sel-sel baru dan memproduksi antibody
yang diharapkan.Antibodi monoclonal dapat digunakan sebagai obat yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit sesuai dengan jenis penyakitnya.

2. Produksi Interferon secara Rekayasa Genetik

Seperti antibody monoclonal,interferon dapat dibuat secara in vitro,sehingga dapat


digunakan sebagai antivirus.

3. Proses Pembuatan Vaksin

Proses pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan mengambil bagian tubuh atau produk
dari patogen yang biasa kita jadikan antigen bagi seseorang, sehingga dapat merangsang
sistem kekebalan orang tersebut.
4. Imunisasi

Salah satu penerapan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah dalam pemberian
imunisasi.Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Cara pemberia imunisasi umumnya
dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab peenyakit lalu diberikan
kepada seseorang dengan cara suntik atau oral.Setelah bibit penyakit masuk ,maka tubuh
akan terangsang untuk melawan penyakit itu dengan membentuk antibodi.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a) Imunisasi aktif adalah tubuh dengan sendirinya membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahun-tahun.Imunisasi aktif ada karena pada tubuh manusia
ada sistem kekebalan tubuh yang menjadi benteng pertahan pada saat tubuh
terinfeksi kuman tertentu.Sistem imun akan melakukan tugasnya secara aktf.
Tubuh anak sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya
rangsangan vaksin dari luar tubuh.Contohnya pemberian vaksin
BCG,DPT,polio,dan hepatitis B.
b) Imunisasi Pasif adalah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti,si anak
mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum,yang telah
mengandung zat anti.Imunisasi pasif juga terdapat pada anak yang mendapat zat
anti dari ibunya semasa dalam kandungan.Kekebalan yang diperoleh dengan
imunisasi pasif tidak berlangsung lama.Conto imunisasi pasif yaitu pemberian
serum anti tetanus (ATS).
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa;

1. Sistem pertahanan tubuh terbagi atas dua, yakni :


a. sistem pertahanan nonspesifik yang meliputi, pertahanan fisik ,pertahanan biokimia,
pertahananseluler, perthanan humoral, dan respons peradangan.
b. sistem pertahanan spesifik yang meliputi, pertahanan humoral dan seluler.
2. Antigen dan antibodi
a. Antigen : antigen adalah benda asing yang dapat merangsang respons sistem
pertahanan tubuh. Macam antigen menurut sifat kimiawinya antaralain; polisakarida,
lipid, asam nukleat, protein.
b. Antibodi : Serum dari hasil pembekuan darah, mengandung molekul antibody yang
merupakan jenis protein gloubin atau dikenal dengan imunogloubin (Ig). Lima kelas
antibodi adalah; IgA, IgM, IgD, IgG, IgE.
3. Kegagalan pada sistem pertahanan tubuh antara lain ;
a. Penyakit autoimun, seperti lupus
b. Alergi, missal alergi makan-makanan laut
c. Penyakit immunodeficiency, seperti AIDS (Aquired immunodeficiency syndrome)
4. Berbagai penerapan sistem pertahanan tubuh antara lain,
a. Dengan antibody monoclonal
b. Produksi interferon secara rekayasa genetika
c. Proses pembuatan vaksin
d. Immunisasi (pasif & aktif)

A. Saran

Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami berharap kita semua lebih baik lagi dalam
menjaga sistem pertahanan tubuh kita yang telah dirancang Allah SWT dengan
sesempurnanya. Pola hidup sehat tidak ada ruginya untuk dilakukan, karena dengan
badan yang sehat tubuh kami lebih siap untuk beraktivitas dan beribadah kepada Allah
SWT.

Kami berharap makalah kami dapat berguna bagi kehidupan kita semua kedepannya. Kami
mohon maaf jika ada kesalahan-kesalahan dalam pengetikan atau bahasa dalam makalah ini,
karena datangnya dari kami sendiri.

Nuun walqalami wamaa yasthurun,

Wassalamualaikum warrahmatullah rabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai