PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi karena mereka bisa membedakan mana sel
sendiri dan mana sel-sel asing.
Fagositosis : Proses yang digunakan oleh sel untuk menelan dan kemudian mencerna
partikel nutrisi yang merupakan garis pertahanan kedua dalam tubuh terhadap agen
infeksi. Yang bisa berupa bakteri, mikroorganisme lain, dilakukan oleh sel fagosit.
Neutrofil : Sel darah putih khususnya yang berbentuk granulosit yang berguna untuk
seluler yang berupa molekul besar dan antigen yang bersifat sebagai molekul
pembawa.
Killing mechanism : Proses penghancuran atau pembunuh sel-sel asing yang masuk
ke dalam tubuh.
Makrofag bakteri : Jenis sel darah putih yang membersihkan tubuh dari partikel
miskropkopis yang tidak diinginkan oleh tubuh dan berperan dalam proses
fagositosis.
Sistem imun alamiah : Pertahanan pertama tubuh terhadap masuknya zat-zat asing
pada selaput lendir mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak warna putih.
Respon imun : Suatu respon tubuh yang melindungi tubuh dari patogen, benda asing
atau infeksi.
Humoral : Kekebalan yang dihasilkan dari aktivitas unsur-unsur dalam darah dan
jaringan limfosit seperti Antibodi dan juga humoral juga merupakan kelenjar protein
imunoglubin terlarut, seperti : Ig G, Ig A, Ig N , Ig D, dan Ig E.
BAB 3. PEMBAHASAN
mediator
kimia
pada
radang
akut
diantaranya
bradikinin,
prostaglandin.
5. Functio lease (Pergantian Fungsi) adalah fungsi jaringan / organ terganggu
Mekanisme inflamasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Mekanisme Vesikular
Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang
mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran
darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena
terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah
(hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian
tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di
sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh
menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar
melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem
pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.
2. Pembentukan Cairan Inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah
putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah
yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan
terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa
sakit. penyebab inflamasi dapat disebabkan oleh mekanik (tusukan), kimiawi
sehingga
terlepaslah
histamin
yang
gunanya
untuk
No
1
Imunitas Humoral
Imunitas Seluler
sumsum tulang
Memiliki
memori
untuk
dimatangkan di timus
Menghasilkan makrofag sebagai
efektor menghancurkan mikroba
masuk.
Melindungi tubuh dari infeksi
3.
ekstraseluler
Menghasilkan plasma darah.
o
1.
2.
3.
4.
sel B memori
Sel utama= sel B
5.
6.
molekul adhesi
Diversitas= jumlah reseptor terbatas
Menghasilkan antibodi
Mengaktifkan sistem kekebalan tubuh
Melindugi sel normal tubuh
Mengetahui patogen tertentu
Untuk menghancurkan sel asing dengan cara menyelubungi dan
melepaskan suatu zat yang melarutkan bakteri penyebab penyakit yang
masuk ke dalam tubuh.
Pertahanan spesifik berperan dalam menangkap zat asing yang masuk kedalam tubuh,
sedangkan pertahanan non spesifik berperan dalam pertahanan tubuh secara eksternal
contohnya adalah kulit dan mukosa yang melindungi tubuh dari mikroorganisme yang
merugikan terhadap sel yang menghasilkan protein. Dimana keringat dapat
menimbulkan suasana asam yang dapat mencegak mikroorganisme masuk kedalam
tubuh melalui kulit dan mukosa. Selain itu untuk pertahan tubuh secara internal dapat
di jumpai pada proses inflamasi dan fagositosis
Innate comunity terdiri dari barier fisik dan barier mikrobiologis, komponen fase cair
dan konstituen seluler. Contohnya mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita
adalah kulit dan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain
dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Sel T berfungsi untuk mengaktifkan limfosit B dengan mengekskresikan bahan
dalam tubuh, biasanya terdapat pada organ tubuh yang berlendir misalnya
hidung, mata, paru-paru, dan usus. Ig A juga ditemukan di dalam darah dan
cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi
usus.
o Ig D berperan untuk memicu respon imun. Immunoglobulin D atau Ig D juga
terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi
dalam jumlah yang sangat sedikit. Ig D ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap
antigen.
o Ig E berperan untuk pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya. Antibodi
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Ig E penting
melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di
negara-negara berkembang.
o Ig G berperan untuk meningkatkan keefektifan fagositosis, paling banyak
terdapat pada kelenjar saliva. Antibodi ini banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Ig G merupakan satu-satunya antibodi yang dapat
dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya
untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang menyebabkan
kematian bayi sebelum lahir.
o Ig M berperan untuk memperbanyak fagositosis. Immunoglobulin M (Ig M)
merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen
tersebut. Ig M terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3
bulan, kemudian menghilang.
Dengan adanya antigen infeksi terjadi transportasi agen pada nodus limfatikus lokal
untuk dipersentasikan ke limfosit diikuti oleh stimulasi sel T yang akan mengaktifkan
sel B plasma untuk antobodi. Untuk imunoglobulin yang pertama kali di produksi
adalah Ig M kemudian disusul Ig G
1.6 Mekanisme Fagositosis, Inflamasi dan Killing Mechanism
Terjadi pembatasan pada area cidera, hal ini terjadi karena adanya pelepasan
fibrinogen yang di ubah menjadi benang fibrin untuk membentuk bekuan yang
mengisolasi jaringan rusak dari jaringan utuh.
Killing Mechanism :
Limfosit granular yang merespon terhadap mikroba intraseluler dengan cara
membunuh sel yang terinfeksi dan produksi sitokin untuk mengaktifkan makrofag.
Membunuh dengan cara mengeluarkan senyawa penghancur yang disebut dengan
perofin.
Killing mechanism ini terjadi sesudah fagosit dicerna. Tidak semua jenis
bakteri dapat dicerna, sehingga bakteri tersebut akan dibunuh. Karena adanya
selubung pelindung pada bakteri ini maka bakteri ini tidak dapat dicerna. Neutrofil
dan makrofag mengandung bakteri sidal yang berfungsi membunuh beberapa bakteri.
Banyak efek pembunuhan merupakan hasil dari bahan pengoksidasi kuat yang
dibentuk enzim dalam membran fagosom atau organel khusus yang disebut dengan
peroksisom.
Mekanisme fagositosis:
Sel dirusak oleh mikroba yang kemudian akan menghasilkan sel kimiawi. Dimana
sel kimiawi ini akan memanggil neutrofil. Kemudian neutrofil masuk ke jaringan
yang terinfeksi caranya dengan keluar dari pembuluh darah dan menembus kapiler,
neutrofil menghancurkan mikroba tersebut. Kemudian ada monosit menyusul
mendatangi daerah luka. Monosit masuk ke peredaran darah dan monosit akan
10
Penarikan bakteri
bakteri
Endositosis
Fagososom
Lisosom
11
Fusi fagososm-lisosom
Fagolisosom
Pemusnahan
Pencernaan
Fagositosis dapat terjadi saat tubuh kita mengalami demam, hal ini disebabkan
karena dalam sel darah putih melepaskan senyawa yang disebut pirogen. Senyawa
pirogen ini akan meningkatkan suhu tubuh karena respon sistemik yang dihaslkan
oleh mikroorganisme patogen.
Apabila sel fagosit mengalami kelainan, yaitu memakan sel-sel tubuh itu sendiri,
proses ini dinamakan autoimunitas.
12
BAB 4. KESIMPULAN
Tahap pertama pertahanan tubuh manusia adalah imunitas non spesifik. Imunitas non
spesifik di mulai dari kulit dan membran mukosa yang selanjutnya yaitu inflamasi dan
fagositosis. Sel yang bekerja pada imunitas non spesifik adalah sel fagosit. Apabila
antigen mampu melewati pertahanan non spesifik, maka antigen akan masuk ke imunitas
spesifik.
Pertahanan spesifik terdiri dari humoral dan seluler. Pada humoral, yang paling
berperan adalah sel B. Sel B berdiferensiasi menjadi sel B plasma dan sel B memori.
Untuk sel B plasma bertugas menghasilkan antibodi, sedangkan sel B memori bekerja
dengan cara mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh. Sedangkan pada seluler,
yang berperan adalah sel T. Sel T berdiferensiasi menjadi sel T sitotoksik yang berfungsi
membunuh antigen yang masuk ke tubuh, selanjutnya adalah sel T helper yang bertugas
untuk membantu sel B menghasilkan antibodi. Dan sel T supresor berfungsi untuk
menekan produksi sel B untuk menghasilkan antibodi, apabila dirasa sudah cukup.
13
DAFTAR PUSTAKA
14