Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM IMUNOLOGI

Mata kuliah :

Pengkajian keperawatan medikal bedah lanjut

DISUSUN OLEH:

INTAN YULLYA KARDILA

2021312025

MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


SISTEM IMUNOLOGI
1.1. Definisi

Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan


fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama
berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi
dan penolakan jaringan.

sistem imunitas (immune system) adalah sistem pertahanan alamiah


tubuh untuk melawan (organisme) patogen atau sel abnormal ( sel kanker)
yang berpotensi merugikan. Organisme patogen yait organisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia: Cacing parasit, protozoa, fungi,
bakteria, dan virus. sistem imun juga di sebut sebagai sistem pertahanan
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem
kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan
molekul lain seperti yg terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang
teraberasi menjadi tumor.

1.2. Klasifikasi sistem imunitas

Sistem imunitas terdiri atas:

1.2.1. Sistem imunitas bawaan (innate immune system; sistem imunitas


nonspesifik): Merupakan lini pertahanan pertama terhadap patogen.
Ciri sistem imunitas bawaan adalah:
1. Respons terbentuk cepat
2. Respons selalu sama, tak bersifat spesifik-antigen
3. Pajanan (exposure) berulang terhadap antigen yang sama tak
meningkatkan respons

Sistem imunitas bawaan terdiri atas komponen selular yaitu


fagosit ,komponen kimiawi, sistem komplemen, mainterferon, fagosiosis,
demam dan radang.

1. Rintang mekanis
Kulit yang utuh tidak dapat di tembus oleh mikroorganisme karena
epidermis terdri daru berbaga lapis sel epitel yang sangat rapat, disertai
dengan lapisan tanduk di bagian atasnya.

Apabila kulit tergores ataupun lembab, maka infeksi oleh bakteri


atau jamur akan lebih mudah terjadi. Walupun selaput lendir ( membran
mukosa) hanya terdiri dari satu lapis atau beberapa lapis sel epitel saja,
selaput lendir tetap sulit ditembus oleh mikroorganisme. Hal ini
disebebkan karena selaput lendir akan mensekresi lendir (mukus)yang
lengket akan memerangkap mikroorganisme ataupun debu-debu,
kemudian zat ini akan “disapu” keluar dengan gerakan sillia.

Keringat, air mata dan lendir dapat mengencerkan ataupun


membersihkan zat asing, sedangkan minyak dari kelenjar sebasea pada
kulit melindungi kulit dari kekeringan. Rambut hidung menyaring partikel
kasar. Refleks batuk, bersin dan muntah dapat mengeluarkan zar asing dar
saluran pernafasan dan saluran pencernaan bagian atas.
2. Rentang kimiawi
Suasana asam basa dikulit akan mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme. Asam lambung dapat membunuh berbagai
mikroorganisme dan melumpuhkan berbagai toksin. Flora
mikroorganisme yang normal pada kulit dan selaput lendir dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen. Lisozim suatu enzim bakterisida terdapat
pada air ludah, air mata dan keringat yang akan mengurangi kemungkinan
infeksi oleh berbagai bakteri.
3. Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah suatu seri protein plasma yang normal berada
dalam keadaan nonaktif. Tetapi apabila mikroorgansme masuk kedalam
tubuh. Glikoprotein dari permukaan sel dari mikroorganisme tersebut
akan mengaktifkan komplemen ini apabila terdapat komopleks antibodi
yang telah melekat dengan antigen.
4. Interferon
Sekumpulan protein yang diproduksi dan disekresikan sejumlah sel
makrofag, fibrosis,limfosit yang terkena infeksi berbagai virus dinamakan
interferon.
5. Fagositosis
Sewaktu tubuh terkena infeksi terbentuk kemotoksin yang berasal dari
komplemen, dari racun bakteri atau dari sel-sel yang mati. Kemotoksn ini
akan terikat pada reseptoe membran plasma dari fagosit, kemudian akan
mempengaruhi kadar Ca2+ sitosol sehingga terjadi pergerakan ameboid
dari fagosit menuju kedaerah infeksi
Fagosit dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Makrofag berasal dari monosit yang berhasl masuk kedalam jaringan.
Bila makrofag masih berjalan-jalan disebut makrofag berkelana; bila
menetap dalam jaringan disebut histiosit atau bermaksu makrofag
menetap. Contohnya adalah miroglia di dalam otak dan makrofag
oada dinding sinusoid hati
2. Mikrofag merupakan suatu granulosit yang masuk kedalam jaringan
melalui proses diaoedesis. Diantara granulosit yang berkemampuan
paling besar mengfagositoss adakah netrofil, kemudia eosinofil.
6. Demam
Suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi suhu normal. Yang terjadi
saat bakteri ataupun virus yang menyerang tubuh, sel kanker yang mati
menghasilkan zat yang disebut dengan pirogen eksogen yang dapt
merangsang makrofag dan monosit untuk menghasilkan sejenis protein
yang disebut dengan piro endogen . piro endogen akan meransang sel-sel
hipotalamus menghasilkan prostaglandin E . prostaglandinE yang akan
mengatur termostat di hipotalamus pada suhu yang lebih tinggi yang akan
menimbukan perasaan dingin, menggigil, suatu tanda suhu tubuh ajan
meningkat
Pada sampai taraf tertentu demam dapat menguntungkan karena bakteri
atau virus akan lemah dan mati ,BMR meningkat,reaksi kimia tubuh di
pacu, leukosit lebih aktif semua hal tersebut dapat mempercepat proses
penyembuhan. Namun bersamaan dengan itu efek prostaglandin juga
timbul gejala subjektif seperti sakit kepala, pusing , lesu, oegal akibat
buruknya akan terjadi kejang yang akan membahayan otak .sehingga
diperlukan penghambay dari prostaglandin yang dapat menurunkan
demam
7. Radang
Infeksi adalah masuk dan berkembang biak mikroorganisme di dalam
tubuh. Karena racun yang dikeluarkan oleh mikroorganisme, infeksi dapat
menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh. Respon atau reaksi tubuh terhadap
kerusajab yang di sebabkan oleh bakteri atau szat kimia seperti
benturan,sinar, panam di namakan dengan inflamasi atau peradangan
Tanda dan gejala dari peradangan adalah , rubor (kemerahan)
color( teraba hangat) dolor (terasa sakit) tumor (pembengkakan) dan
fungtiolaesa ( penurunan fungsi).

2.4.2. Sistem imunitas adaptif (adaptive immune system; sistem imunitas


spesifik): Reaksi pertahanan tubuh yang disesuaikan/diadaptasikan
terhadap karakteristik antigen.
Ciri sistem imunitas adaptif yaitu:
1. Respons terbentuk lebih lambat (memerlukan waktu untuk beradaptasi
terhadap antigen)
2. Respons bersifat spesifik terhadap berbagai antigen. Pajanan awal
akan membentuk sel memori, sehingga pajanan berikutnya dengan
antigen yang sama menghasilkan respons yang lebih cepat.

Daya tahan tubuh spesifik atau imunitas dibagi menjadi imunitas humoral
ynag menyangkut reaksi antigen dan antibodi yang komplementer di
dalam tubuh; dan imunitas seluler yang mneyangkut reaksi sejenis sel (T-
Limfosit) dengan antigen didalam tubuh.

Perbedaan dengan daya tahan tubuh nonspesifik adalah sebagai berikut


1. daya tahan tubuh nonspesifik seperti rintangan mekanis, rintangan
kimia, fagositosis, dan komplemen, tidak memerlukan proses
pengenalan terhadap mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh
2. daya tahan tubuh nonspesifik akan berkerja terhadap berbagai bibit
penyakit sekaligus. Contohnya, asam lambung akan membunuh
berbagai bakteri, fagositosis mampu menelan berbagai bakteri
1. antigen
antigen adalah zat kimia asing yang bila masuk kedalam tubuh dapat
meransang tubuh kita untuk menghasilkan suatu protein. Yaitu
imunoglobulin (ig, antibodi). Antibodi secara spesifik dapat bereaksi
terhadap antigen tersebut. Istilahspesifik berarti antigen A akan
bereaksi dengan antibodi A tetapi tidak akan bereaksi dengan antibodi
B. Antigen juga dapat meransang jaringan limfosit memproduksi sel-
sel khusus yaitu jenis T-limfosit untuk menghancurkan antigen
tersebut.
2. Hapten
Hapten adalah determinant site yang oleh suatu sebab terlepas dari
suatu molekul antigen. Bila hapten disuntikkan kedalam tubuh kita,
hapten masih dapat bereaksi dengan antibodi. Jadi masih memiliki
sifat reaktivitas, tetapi hpten tidak lagi mampu meransang
pembentukan antibodi
3. Antibodi
Antibodi (imunoglobulin,Ig) adalah suatu protein globulin yang
diproduksi oleh B-Limfosit ( sel plasma). Antibodi terdiri dari 4 rantai
polipeptida. Bentuk molekul antibodi seperti huruf Y atau terdiri dari
1 kaki dan 2 lengan.
Berrdasarkan susunan asam amino dari rantai berat, antibosi sibagi
menjadi lima kelas yaitu IgM, IgA, IgG, dan IgE. Setiap kelas antibosi
memiliki koefisien sedimentasi yang berbeda-beda .
1. imunoglobulin M. IgM memiliki berat molekul yang besar,
terutama terdapat dalam darah. Merupakan antibodi yang pertama
muncul setelah masuknya antigen yang pertama kali kedalam
tubuh (respon primer). Sebagai antibodi utama terdapat bakteri
gram negatif, sebagai aglutinator dan pembentukan opsonin.
2. Imunoglobulin G. IgG adalah antibodi yang mudah berdifusi
masuk kedalam cairan interestial, merupakan antibodi utama yang
terdapat dalam darah, berperan sebagai antibodi utama yang
timbul bila tubuh dimasuki antigen untuk yang kefua atau lebih
( respon sekunder).IgG dapat menembus plasenta sehingga dapat
melindungi janin dan bayi terhadap penyakit tertentu, merupakan
antibodi untuk melawan virus, bakteri dan toksin.Ig G adalah
antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah
3. Imunoglobulin A. IgA banyak terdapat pada cairan sekresi
membran mukosa dan serosa (kolostrum air susu ibu, air mata,
sekret usus dan bronkus, air ludahh). Dengan demikian dapat
melindungi membran seromukosa dari serangan bakteri dan virus.
IgA juga terdapat dalam darah dan merupakan antibodi utama
pada air susu.
4. Imunoglobulin D. IgD diduga berfungsi untuk meransang
pembentukan antibodi oleh sel plasma kemungkinan bertindak
sebagai reseptor pada membran sel.
5. Imunooglobulin E. IgE fungsinya belum jelas. IgE penting dalam
pertahanan tubuh terhadap parasit dan infeksi lainnya. Kadar IgE
meningkat pada penyakit alergi seperti eksim dan asma

1.3. Letak sistem imunitas di dalam tubuh


1.4.Organ dan fungsi sistem imunitas

1. Sumsum Tulang
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel
darah putih, (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari
sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
2. Timus
Timus merupakan jaringan limfatik yang terletak di sepanjanng organ
trakea di bagian rongga dada atas. Timus membesar sewaktu pubertas
atrofi atau mengecil setelah dewasa. Fungs timus adalah memproses
limfosit muda (protimosit) menjadi T-limfosit. T-limfosit ynag terbentuk
kemudian berpindah menuju jaringan limtaif lainnya.
Thymus Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T
limfosit yang kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain,dimana T
limfosit dapat berespon terhadap benda asing.
Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang
menstimulasi perkembangan dan aktivitas T limfosit.
1. Limfosit T sitotoksik limfosit yang berperan dan imunitas yang
diperantarai sel. Sel T sitotoksik memonitor sel di dalam tubuh dan
menjadi aktif bila menjumpai sel dengan antigen permukaan yang
abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik menghancurkan sel
abnormal.
2. Limfosit T helper Limfosit yang dapat meningkatkan respon sistem
imun normal. Ketika distimulasi oleh antigen presenting sel sepeti
makrofag, T helper melepas faktor yang yang menstimulasi
proliferasi sel B limfosit.
3. Limfosit B Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk
imunitas yang diperantarai antibodi/humoral. Ketika di stimulasi
oleh antigen spesifik limfosit B akan berubah menjadi sel memori
dan sel plasma yang memproduksi antibodi.
4. Sel plasma Klon limfosit dari sel B yang terstimulasi. Plasma sel
berbeda dari limfosit lain ,memiliki retikulum endoplamik kasar
dalam jumlah yang banyak ,aktif memproduksi antibodi
3. Getah Bening
Pembuluh getah bening atau pembuluh limfe berasal dari
sekumpulan pembuluh kapiler limfe yang buntu. Berbeda dengan kapiler
darah, kapiler limfe memiliki banyak pori-pori berdameter cukup besar
dan permeabel terhadap protein. Pembuluh limfe terebar di seluruh tubuh
tetapi tidak terdapat di sumsum tulang, otak, medula spinalis, pulpa limfa
dan kuku. Didalam limfe mengalir cairan limfe
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di
sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti
leher, axillae, selangkangan, dan paraaorta daerah
Kapiler-kapiler limfe bersatu menjadi pembuluh-pembuluh
limfe.pembuluh limfe berstruktur sama dengan pembuluh vena, tetapi
mengandung katup lebih banyak dan berdinding tipis. Pada jaraj tertentu
dari pembuluh limfe terdapat kelenjar limfe. Aliran pembuluh limfe
umumnya mengikut aliran darah. Akhirnya oembuluh-pembuluh limfe
bersatu membentuk dua pembuluh limfe besar di rongga dada yatu duktus
torakikus dan duktus limfatikus dekstra.
Duktus torakikus menerima cairan limfe dari kepala, leher,dada
dan tungkai atas: semuanya sebelah kiri dan dari seluruh tubuh di bawah
dada. Duktus torakikus bermuara pada vena brakiohepatika sinistra, pada
titik temu antara vena jugularis interna sinistra dan vena subklavikula
sinistra. Sedangkan duktus limfatikus menerima cairan limfe dari kepala,
kleher dan tunngkai atas semuanya sebelah kanan. Duktus limfatikus
dekstra bermuara di vena brakohepatika dekstra.
4. Nodus limfatikus
Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang sistem limfatik.
Nodus limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan
makrofag yang berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam
tubuh. Limfe bergerak melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda
asing. Pusat germinal merupakan produksi limfosit.
5. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga
mulut dan nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil
lingual dan tonsil pharyngeal. Tonsil bukan merupakan kelenjar limfe
karena tidak memilik pembuluh aferen. Oleh sebab itu tonsil tidak
melakukan penyaringan cairan limfe, jumlah tonsil ada tiga masing masng
terletak pada:
1. Dinding belakang nasofaring (tonsil faringeal)
2. Fosa tonsiliaris di samping belakang lidah (tonsi polatina)
3. Bawah lidah (tonsil lingualis)
6. Limpa
Limpa merupakan jaringan limfatik terbesar, berdiameter 12 cm
yang terletak di antara lambung dan difragma. Limpa mendeteksi dan
merespon terhadap benda asing dalam darah ,merusak eritrosit tua dan
sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2 tipe jaringan:
pulpa merah dan pulpa putih
1. Pulpa merah terdiri dari sinus dan di dalamnya terisi eritrosit
2. Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag Benda asing di dalam
darah yang melalui pulpa putih dapat menstimulasi limfosit

1.5. Mekanisme Pertahanan


1. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik Dilihat dari caranya diperoleh,
mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah.
Terdiri dari kulit dan kelenjarnya, lapisan mukosa dan enzimnya, serta
kelenjar lain beserta enzimnya, contoh kelenjar air mata. Kulit dan silia
merupakan system pertahan tubuh terluar. Demikian pula sel fagosit (sel
makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan
komponen mekanisme pertahahan.
2. Mekanisme Pertahanan Spesifik Bila pertahanan non spesifik belum dapat
mengatasi invasi mikroorganisme, maka imunitas spesifik akan
terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan
yg diperankan oleh limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem
imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari cara
diperolehnya, mekanisme pertahanan spesifik disebut juga sebagai
respons imun didapat.
1. Imunitas humoral adalah imunitas yg diperankan oleh limfosit B
dengan atau tanpa bantuan dari imunokompeten lainnya. Tugas sel B
akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yg disekresi oleh plasma.
Terdapat 5 kelas imunoglobulin yg kita kenal, yaitu IgG, IgM, IgA,
IgD, dan IgE. Pembagian Antibody (Imunoglobulin) Antibodi
(antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur
tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif
terhadap antigen tersebut.
Pembagian Immunglobulin.
1. Antibodi A (Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis.
2. Antibodi D (Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer
dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop.
3. Antibodi E (antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis
antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia.
4. Antibodi G (Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris
yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan, yang saling
mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen
antigen-binding
5. Antibodi M (Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B.
2. Imunitas seluler didefinisikan sbg suatu respon imun terhadap suatu
antigen yg diperankan oleh limfosit T dg atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya.
1.6. Gangguan Regulasi Sistem Imunitas
1. Imunosupresi
Respons imun dapat dimanipulasi dengan tujuan untuk menekan respons
sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini dilakukan pada keadaan seperti
autoimunitas, alergi, dan penolakan transplantasi. Obat imunosupresan
digunakan untuk mengontrol kelainan autoimun atau keadaan in!amasi
ketika terjadi kerusakan jaringan yang berlebihan dan juga untuk
mencegah penolakan transplantasi sesudah transplantasi suatu organ
dilakukan. Obat anti-inflamasi dosis rendah sering digunakan dalam
kaitannya dengan pemakaian obat sitotoksik atau imunosupresan. Obat
sitotoksik menghambat respons imun dengan mematikan sel seperti sel
T yang teraktivasi. Namun, pembunuhan ini tidak selektif dan organ lain
serta tipe sel lain ikut terkena. Obat imunosupresan seperti siklosporin
mencegah sel T memberi respons yang benar terhadap sinyal dengan
menghambat jalan penyaluran sinyal.Sebaliknya, respons proteksi sistem
imun dapat pula disti-mulasi. Stimulasi respons imun digunakan
untuk memerangi bahan patogen yang pada umumnya menghindari
sistem imun
2. Kanker
Ketika sel normal berubah menjadi sel kanker, beberapa antigen sel
kanker mengalami perubahan. Sel kanker seperti kebanyakan sel tubuh
pada umumnya, secara konstan melepaskan sedikit protein dari
permukaan sel ke dalam sistem sirkulasi. Sering kali antigen tumor
merupakan salah satu protein di antara protein yang dicurahkan.
Antigen yang dicurahkan ini menyebabkan aksi pertahanan sistem imun
termasuk sel T-sitotoksik, NK (natural killer), dan makrofag. Sel yang
berpatroli dalam sistem imun menyediakan immunesurveilance yang
kontinu dan luas bagi tubuh, yang menangkap dan mematikan sel yang
sedang mengalami transformasi ke-ganasan. Kanker berkembang saat
immune surveillance ini rusak atau be kerja tidak tepat.
3. Organisme patogen
Keberhasilan serangan suatu bahan patogen bergantung pada
kemampuannya untuk menghindari respons imun tubuh. Se-lanjutnya,
bahan patogen mengembangkan berbagai cara untuk membuatnya
berhasil menginfeksi tubuh dengan menghindari pengrusakan oleh
sistem imun. Misalnya, bakteri sering mengalah-kan barier sik dengan
menyekresi enzim yang mencerna barier atau dengan cara menyuntikkan
proteinnya ke dalam tubuh hospes yang dapat menghentikan pertahanan
tubuh hospes. Sementara strategi yang digunakan oleh beberapa
bahan pato gen untuk mengalahkan sistem imun innate adalah dengan
re pli kasi intraselular yang juga dinamakan patogenesis intra-selular.
Patogen menghabiskan hampir seluruh siklus hidupnya di dalam sel
hospes yang digunakan sebagai benteng pertahanan ter hadap kontak
langsung dengan sel imun, antibodi, dan komplemen. Beberapa contoh
bahan patogen intraselular antara lain adalah virus, bakteri yang
menyebabkan keracunan makanan (salmonella), dan parasit yang
menyebabkan malaria (Plasmodiumfalciparum). Bakteri lain seperti
Mycobacterium tuberculosis,hidup di dalam kapsul pelindung yang
melindunginya dari efek lisis dari komplemen.Banyak bahan patogen
menyekresi substansi yang mengu-rangi atau menyimpangkan respons
imun. Ada pula bakteri yang membentuk biolm untuk melindungi
diri dari sel dan protein sistem imun. Biolm ini ditemukan pada
banyak infeksi. Adajuga bakteri yang membentuk protein permukaan
yang terikat pada antibodi sehingga membuat antibodi menjadi tidak
efektif, contohnya antara lain streptokokus (protein G) dan stalokokus
aureus (protein A). Mekanisme yang digunakan virus untuk menghindari
sistem imun adaptif bersifat lebih kompleks. Cara sederhana adalah
dengan cepat mengubah epitop yang tidak esensial (asam amino dan atau
gula) pada permukaannya, sementara mempertahankan epitop esensial
tetap tersembunyi. Sebagai contoh adalah HIV, yang secara teratur
memutasikan protein pada kapsulnya untuk dapat memasukkan dirinya
ke dalam sel target. Perubahan antigen virus yang sangat sering terjadi
ini dapat digunakan sebagai penjelasan untuk kegagalan vaksinasi yang
menggunakan protein virus secara langsung. Strategi lain yang umum
digunakan oleh virus adalah dengan menyelubungi antigen virus dengan
molekul hospes demi untuk menghindar agar tidak dikenali oleh sistem
imun.

1.7. Hubungan imunitas dengan imunisasi


Sejarah vaksin dan upaya pemberian kekebalan pada manul=sia
memiliki sejarah sejak beberapa abad silam. Namun berkembang pesar
sejak abad ke-20. Imunisasi merupakan salah satu upaya manusia dengan
memberikan kekebalan untuk melindungi tubuh dari ancaman penyakit.
Pemberian vaksin sebenarnya hanya membantu mempercepat dan
mengefektifan pembentukan kekebalan yang sifatnya spesifik dan
ditujukan kepada mikroba tertentu. Di lain pihak jumlah bakteri, virus dan
mikroba lain yang mengancam manusia semakin bertambah tidak
berkesudahan. Vaksin mencoba mengejarnya dengan berbagai teknologi
yang semakin dikuasai umat manusia.
Vaksin hanyalah salah satu upaya pencegahan yang memberikan
kekebalan secara spesifik terhadap penyakit tertentu dalam jangka waktu
relatif lama da dimana saja. Meskipun vaksi bukan satu-satunya alat
pencegahan. Karena tidak semua penyakit dapat dicegah dengan
imunisasi. Namun, vaksin merupakan alat pencegahan. Karena tidak
semua penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Namun, vaksin
merupakan alat pencegahan yang paling cost effective atau mudah di
jangkau.
Ditinjau dari cara memperolehnya, imunitas dibagi menjadi dua yaitu;
1. Imunitas aktif yang didapatkan secara alamiah,didapatkan bila
seseorang terserang suatu penyakit terutama mikroorganisme,
kemudian menjadi sakit ringan ataupun berat. Sementara itu didalam
tubuhnya dikembangkan imunita humoral dan imunitas seluler
terhadap bibit penyakit tersebut. Bila imunitasnya dapat mengatasi
bibit oenyakit, maka orang akan sembuh dan menjadi kebal khusus
terhadap penyakit tersebut.
2. Imunitas pasif
1. Imunitas pasif yang didapatkan secara alamiah, imunitas ini
didapatkan oleh bayi yang baru lahir sampai usia kira bulan dari
ibunya. Hal ini dapat terjadi karena IgG ibu dapat menerobos
rintangan plasenta, masuk ke dalam tubuh janin. Dengan demikian
tergantung pada jenis IgG ibunya, si bayi sampai usia 6 bulan akan
terlindung dari beberapa macam penyakit minsalnya campak dan
difteri. Bayi dapat membentuk imunoglobulin sendiri secara baik
setelah berusia 2-3 bulan
2. Imunitas pasif dimasukkan secara buatan
Imunitas ini diperoleh bila kepada seseorang disuntikkan
gammaglobulin(IgG) atau imunoglobulin lain yang dapat dari darah
orang-orang yang telah kebal terhadap suatu penyakit. Dapat juga
yang disuntikkan itu berupa serum darah ( darah yang dihilangkan sel-
sel dan fibriumnya) .

Proses vaksinasi dalah memasukkan antigen untuk mendapatkan respon


imun. Imunitas mengharapkan respon imun segera. Dengan mendapatkan
imunisasi lebih dari satu kali akan menimbulkan kekebalan tubuh yang
lebih tinggi

1.8. Imunisasi
1.8.1. Definisi imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti
anak di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit.
1.8.2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu
penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh, 2008, p10) Program imunisasi
bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-
penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberkulosis.
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan
imunisasi antara lain;
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada balita
1.8.3. Manfaat imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
1.8.4. Jenis-jenis imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa
agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2
macam, yaitu:
1. Imunisai aktif Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang
telah dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh
berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen
ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan
campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur
vaksin, yaitu:
1. Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau
endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak
komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya
adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang
dijadikan vaksin.
2. Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba.
Bahanbahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik
yang biasa digunakan.
3. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan
kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen,
misalnya antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
4. Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen
terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan
maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
2. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan
tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh
imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah
yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah
plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap
campak.
1.8.5. Jenis vaksin yang diberikan sesuai tingkatan usia
Vaksin yang diberikan pada bayi-anak
1. Vaksin BCG optimal diberikan pada usia 2-3 bulan . bola lebih
dari 3 bulan perlu dilakukan uji tuberkulin
2. Vaksin hepatitis B Pertama diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir
3. Vaksin polio-0(OPV)di berikan saat kunjungan bayi pertama
4. Vaksin DPT diberikan pada usia >6 minggu .ulangan DPT usia 18
bulan dan 5 tahun
5. Vaksin campak atau MMR ulangan diberikan pada usia 5-7 tahun
6. Vaksin pneumokokus (PVC) pada usia 7-12 bulan
7. Vaksin influenza; usia < 9 tahun
8. Vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12 bhulan, apabila belum
mendapatkan vaksin usia 9 bulan.
9. Vaksin varisela dapat diberikan setelah usia 12 bulan

Vaksin yang diberikan pada dewasa

1. Difteri dan tetanus (DT)


Semua orang dewasa seharusnya ketika mash anak-anka sudah
mendapatkan vaksinasi lengkap 3 dosis seri primer dari difteri dan
toksiud tetanus. Dengan dosis diberikan minimal jarak 4 minggu
dan dosis ketiga diberikan 6-12 bulan setelah dosis kedua. Jika
orang dewasa tersebut belum pernah mendapatkannya, maka
diberikan seri primer dikuti dosis penguat setap 10 tahun. Jika
sudah berarti hanya diberkan dosis penguat saja.
2. MMR
MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan, apabila mendapatkan
campak 9 bulan. Usia 6 tahun diberikan ulang MMR maupun
catch-up immunization.
3. Influenza
Usia <8 tahun yang mendapatkan vaksinasi influenza triaven
(TIV) pertama kali harus mendapatkan 2 dosis dengan interval 4
minggu.
4. Pneumokokus (PCV)
Pada anak yang belum mendapatkan PCV pada usia > 1 tahun
PCV diberikan dua kali dengan interval 2 bulan
5. Hepatitis
Hepatitis adalah suatu keadaan inflamasi dan atau nekrosis hati

1.9. Penyakit pada sistem imunitas yang dapat dicegah dengan imunisasi
2. AIDS ( acquired immuno deficiency syndrome)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh HIV( Human immuno
deficiency virus). Penyakit ini menimbulkan penurunan imunitas pada
seseorang yang belum memiliki imunitas yang normal.
Diagnosis untuk menentukan seseorang terkena HIV adalah dengan
menemukan HIV pada serum ataupun pada kelenjar limfe dengan melalui
tes ELIZA (Enzyme linked imunosorbent assay) dan tes westerm blot
3. Systemic lupus erythematosus ( SLE)
Merupakan penyakit autoimun inflamatif kronik yang belum diketahui
etiologi. Penyakit ini dikenal dengan penyakit seribu wajah dan memiliki
ciri khas dengan timbulnya ruam di waja yang disebut dengan butterfly
rash.
4. Sjogren syndrome
Merupakan gangguan sistem kekebalan tubuh yang dapat diidentifikasi
dengan dua gejala paling umum, yaitu mata kerin dan mulut kering.
5. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umum disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis menyerang daerah paru-paru namun juga
bisa menyerang bagian tubuh lainnya.
Penanganan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh bakterinya.
Dua jenis antibioti yang sering digunakan biasanya menggunakan
isoniazid dan rifampicin dan pengobatan dapat berlangsung berbulan-
bulan
6. Difteri
Difteri merupakan penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari
corynebacterium diphrherie. Difteri ialah penyakit yang mnegerikan pada
awal munculnya dengan gejala sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas,
dan menelan,mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung dan sangat
lemah. Perawatan yang dapat dilakukan termasuk antitoksin difteri, yang
melemahkan dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu
menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin
7. Pertusis (batuk 100 hari)
Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh birdetella pertusis. Pertusis merupakan penyakit
yang toxin mediated,toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu
getar saluran pernafasan atas. Terapi yang dapat digunakan adalah
antibiotika; eritrimisiin dengan dosis 50mg/kgbb/hari dibagi dalam 4
dosis, ampisilin dan rovamisin, kotromoksazol,kloramfenikol dan
tetrasiklin.
8. Tetanus
Tetanus yang jjuga dikenal sebagai lockjaw merupakan oenyakit yang
disebabkan oleh tetanospasmin yaitu sejenis neurositoksin yang
diproduksi oleh clostridium tetani. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di
saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trimus (lockjaw),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),spasme
glotal, kejang dan paralisi pernafasan.
9. Poliomiolitis
Merupakan penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirusi
(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus
dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya itit dan kadang kelumpuhan (paralisis)
10. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “virus
hepatitis B”dan juga paparan zat lainnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung.
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai