Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

KOMPETENSI DASAR
         Mengaplikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip sistem imunitas untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui
program imunisasi sehingga dapat terjaga proses fisiologi di dalam tubuh.
Menyajikan data jenis-jenis imunisasi (aktif dan pasif) dan jenis penyakit yang
dikendalikannya.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa dapat menjelaskan fungsi sistem pertahanan tubuh.
2. Siswa dapat memerinci komponen dalam respons imunitas.
3. Siswa dapat menjelaskan mekanisme pertahanan nonspesifik dan pertahanan
spesifik.
4. Siswa dapat membuat tabel tentang perbedaan pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik.
5. Siswa dapat menjelaskan interaksi antara antigen dan antibodi.
6. Siswa dapat menjelaskan berbagai jenis imunitas berdasarkan kajian literatur.
7. Siswa dapat menunjukkan perbedaan mekanisme respons imunitas humoral dan
respons imunitas seluler dengan menggunakan gambar.
8. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi sistem pertahanan
tubuh.

FUNGSI SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. Mempertahankan tubuh dari petogen invasif (dapat masuk ke dalam sel inang).
2. Melindungi tubuh dari agen lingkungan yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan
zat kimia.
3. Menyingkirkan sel-sel yang sudah rusak akibat suatu penyakit atau cedera.
4. Mengenali dan menghancurkan sel normal.

A. MEKANISME PERTAHANAN TUBUH


        Merupakan imunitas bawaan sejak lahir, berupa komponen normal tubuh yang
selalu ditemukan pada individu sehat, dan siap mencegah serta menyingkirkan dengan
cepat antigen yang masuk ke dalam tubuh.
1. Pertahanan Fisik, Kimia,Biologi dan Mekanis terhadap Agen Infeksi

a. Pertahanan Fisik
 lapisan terluar tubuh yang berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh. Pertahanan ini dilakukan oleh kulit dan membran mukosa.
b. Pertahanan Mekanis
 oleh rambut hidung dan silia pada trakea.
c. Pertahanan Kimiawi
 sekret yang dihasilkan kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia,
contohnya minyak dan keringat. Kedua sekret tersebut memberikan suasana
asam (pH 3-5) sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit.
Adapun air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung
enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri.
d. Pertahanan Biologi
 populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa.
Bakteri-bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan
bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.

2. Fagositosis
     Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan sel-sel fagosit
dengan jalan mencerna mikrobia/partikel asing.

3. Inflamasi (Peradangan)
         Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, misal akibat tergores
atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus
yaitu dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas), tumor (bengkak). Mekanisme
pertahanan tubuh melalui inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut. .

Berdasarkan gambar di atas, mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi dapat


dijelaskan sebagai berikut.    

1. Jaringan mengalami luka. Adanya kerusakan jaringan mengakibatkan patogen


mampu melewati pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan
yang terinfeksi akan merangsang mastosit mengeluarkan histamin dan
prostaglandin.
2. Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang mengakibatkan
peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah
meningkat. Daerah yang terinfeksi menjadi berwarna kemerahan, panas,
bengkak, dan terasa nyeri. Peningkatan kecepatan aliran darah dan
permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya perpindahan sel-sel
fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
3. Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen melalui proses fagositosis.
Inflamasi bertugas mencegah infeksi menyebar ke jaringan lain serta mempercepat
proses penyembuhan. Reaksi tersebut juga berfungsi sebagai sinyal adanya bahaya dan
sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis
terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.

4. Zat Antimikroba Spesifik yang Diproduksi Tubuh


Interferon: protein antivirus yang berfungsi menghalangi multiplikasi virus.
Komplemen: protein plasma yang tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh
berbagai bahan dari antigen.
Merupakan sistem kompleks yang memberikan respons imun terhadap
antigen yang spesifik, misalnya bakteri, virus, dan toksin yang dianggap
asing.

B. Pertahanan Spesifik (Adaptif)

Sistem pertahanan spesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang peka terhadap
patogen tertentu yang sudah masuk kedalam tubuh manusia setelah melewati sistem
pertahanan non spesifik. Adapun ciri dari sistem ini adalah:

 Sangat selektif
 Dapat mengingat infeksi sebelumnya
 Reaksi antara semua benda asing berbeda beda
 Melibatkan antibodi dan pembentukan sel
1. Limfosit

Salah satu bagian dari sistem pertahanan spesifik adalah limfosit. Limfosit pada sistem
ini terbagi atas 2 macam, yaitu limfosit B atau sering disebut sebagai sel B dan limfosit T
atau sel T. Berbeda dengan sel B yang proses pembentukan dan pematangannya
semuanya terjadi di sumsum tulang, sel T ini pembentukannya berada di sumsum tulang,
akan tetapi pematangannya di kelenjar timus

Sel B yang memiliki fungsi sebagai pembentuk antibodi ini ternyata terbagi atas 3
macam, yaitu:
1. Sel B pengingat/memori – Merupakan sel B yang bertugas untuk mengingat
semua antigen yang sudah pernah masuk kedalam tubuh dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma apabila terjadi infeksi selanjutnya.
2. Sel B pembelah – Merupakan sel B yang bertugas untuk membentuk sel B
pengingat dan sel B plasma.
3. Sel B plasma – Merupakan sel B yang memiliki tugas utama untuk membentuk
antibodi.
Jika sel B memiliki tugas sebagai pembentuk antibodi, maka sel T bertugas sebagai
pembentuk kekebalan seluler, selain itu terdapat tugas lain seperti ikut membantu dalam
proses produksi antibodi bersamaan dengan sel B plasma.
Sel T sendiri terbagi atas 3 macam, yaitu:

1. Sel T supresor – Merupakan sel T yang bertugas untuk menghentikan dan


menurunkan respon imun dengan cara mengurangari aktivitas dari sel T
pembunuh serta menurunkan produksi antibodi pada seseorang. Biasanya sel ini
bekerja apabila infeksi sudah tertangani.
2. Sel T pembunuh/killer – Merupakan sel T yang bertugas untuk menyerang
patogen yang sudah masuk dalam tubuh, sel kanker serta sel tubuh yang sudah
terinfeksi bakteri. ( baca : Cara Hidup Bakteri )
3. Sel T pembantu – Merupakan sel T yang bertugas untuk menstimulasi
pembentukan sel B dan sel T.

2. Antibodi
Antibodi atau immuniglobulin adalah sistem pertahanan yang akan dibentuk ketika
ada antigen yang masuk atau dapat disebut sebagai serumnya antigen. Apa itu
antigen ? Antigen merupakan sejenis patogen, mereka sama sama berbahaya
apabila tidak dicegah. Antigen adalah senyawa kimia berupa protein yang dapat
ditemukan di sel kanker atau sel asing yang masuk.
Cara kerja dari antibodi adalah dengan mengikat langsung antigen tersebut, lalu
akan diproses lebih lanjut oleh makrofag untuk dihancurkan. Karena antibodi
tertentu akan bekerja pada penyakit spesifik, maka perlu banyak antibodi untuk
menangani berbagai jenis penyakit yang masuk pula.
Ada lima jenis antibodi, disajikan pada tabel berikut.
Bentuk imunoglobulin (Ig)
Gambar Struktur antibodi

3. Interaksi Antibodi dan Antigen


 Fiksasi komplemen, yaitu aktivasi sistem komplemen  (± protein serum) oleh
antibodi. jika terjadi infeksi, protein pertama dalam rangkaian protein
komplemen diaktifkan, memicu aktivasi protein-protein berikutnya. Hasilnya
adalah virus dan sel-sel patogen mengalami lisis.
 Netralisasi, terjadi jika antibodi menutup sistem determinan antigen, sehingga
antigen menjadi tidak berbahaya.
 Aglutinasi (penggumpalan), terjadi jika antigen berupa materi partikel.
 Presipitasi (pengendapan) yaitu pengikatan silang molekul-molekul antigen
yang terlarut dalam cairan tubuh.

Gambar .Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen

4. Jenis Imunitas (Kekebalan Tubuh)

a) Imunisasi aktif, diperoleh akibat kontak langsung dengan toksin/patogen sehingga


tubuh mampu memproduksi antibodi sendiri.
Imunisasi aktif alami: jika seseorang terkena penyakit kemudian sistem
imunitas memproduksi antibodi/limfosit khusus.
Imunisasi aktif buatan: merupakan hasil vaksinasi. Vaksin adalah patogen
yang dilemahkan atau toksin yang telah diubah, yang dapat merangsang
imunitas namun tidak menyebabkan penyakit.
b) Imunisasi pasif, jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke individu lain.
Imunisasi pasif alami: terjadi melalui pemberian ASI dan saat IgG ibu masuk
ke plasenta.
Imunisasi pasif buatan: terjadi melalui injeksi antibodi dalam serum yang
dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar antigen
tertentu.

5. Mekanisme Respons Imunitas Humoral (Diperantarai Antibodi)


 Antigen masuk ke tubuh  dibawa ke limfosit B.
 Aktivasi limfosit B  proliferasi menghasilkan tiruan sel B.
 Tiruan sel B berdiferensiasi  sel plasma  sekresi antibodi   dibawa ke lokasi
infeksi.
 Kompleks antigen-antibodi menginaktifkan antigen.
 Tiruan sel B yang tidak berdiferensiasi meneap di jaringan limfoid dan menjadi sel
B memori, yang berfungsi dalam respos imunitas sekunder dika terjadi pajanan
antigen yang sama secara berulang.

6. Mekanisme Respons Imunitas Seluler (Diperantarai Sel)

Ekstraseluler (jika antigen dicerna oleh makrofag)


 Antigen ditelan makrofag. Makrofag mengandung fragmen protein dari antigen.
 Makrofag membentuk MHC II dan dibawa ke permukaan makrofag.
 MHC II membawa peptida antigen ke permukaan, menyebabkan sel T penolong
mengaktifasi makrofag untuk menghancurkan antigen yang ditelan.

Intraseluler (jika antigen menginfeksi sel)


 Antigen megninfeksi sel tubuh sehingga mengandung fragmen protein antigen.
 Sel tubuh membentuk MHC I, membawa fragmen protein ke permukaan sel,
menyebabkan sel sitotoksik teraktivasi dan berdiferensiasi menjadi sel pembunuh
aktif yang akan menghancurkan sel yang terinfeksi.

III. FAKTOR YANG MEMENGARUHI SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. Genetik (keturunan)
2. Fisiologis
3. Stress
4. Usia
5. Hormon
6. Olahraga
7. Tidur
8. Nutrisi
9. Pajanan zat berbahaya
10. Racun tubuh
11. Penggunaan obat-obatan

IV. GANGGUAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. Hipersensitivitas (Alergi), adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia
terhadap benda tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh
orang lain. Reaksi tersebut dapat muncul dalam bentuk pilek, ruam kulit yang
gatal, atau bahkan sesak napas.

2. Penyakit Autoimun, adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel


tubuh dengan sel inang sehingga sistem imunitas menyerang sel tubuh sendiri.
Contohnya lupus dan Addison.
Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh
yang bekerja dengan keliru. Dalam kondisi normal, sistem imun seharusnya
melindungi tubuh dari serangan infeksi virus atau bakteri. Sedangkan pada pengidap
lupus, sistem imun justru menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.
Sedang Addison adalah ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang
kelenjar adrenal.

Gambar penyakit lupus

3. Imunodefisiensi, adalh kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau


ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespon antigen. Contoh: defisiensi
imun kongenital dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Anda mungkin juga menyukai