Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PROSES IMUNITAS
Dosen Pengampu : Ns. Nora Hayani, M. Kep (19790516200512004)

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Ida wahidatun nikmah (P00320222 054)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN LANGSA
T.A 2023
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Proses Imunitas


1. Defenisi Imunitas
Imuniti adalah suatu kemampuan tubuh dalam melawan penyebab
infeksi. sel, jaringan dan molekul bekerja untuk memediasi proses
melawan infeksi (Abbas, 2016). Jika dianalogikan sistem imunitas
adalah mekanisme tubuh dalam mempertahankan diri dari ancaman
patogen/ musuh serta mengidentifikasi diri sendiri. Leukosit atau yang
sering di kenal dengan istilah sel darah putih adalah sel yang memilki
fungsi dan peran penting dalam mencegah terjadinya proses infeksi
dan menjalankan fungsi untuk mengawasi dan memusnahkan patogen
atau musuh yang masuk ke dalam tubuh manusia. Leukosit menurun
berdasarkan morfologi, termasuk jumlah lobus yang dimiliki
nukleusnya dan ada atau tidaknya butiran yang terlihat secara
mikroskopis dalam sitoplasma mereka (Harvey)
2. Fungsi Sistem Imun
a. Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh
tidak sakit, dan jika sel-selimun yang bertugas untuk
mempertahankan ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja
dengan baik, maka orang akan mudah terkena penyakit.
b. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga
keseimbangan dari komponen tubuh.
c. Perondaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk
menyatukan ke seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang
mengalami lalu lintas maka sel peronda tersebut akan
membinasakannya.
3. Lapisan dalam Imunitas Tubuh
a. Lapisan pertama/penghalang fisik :kulit, membran mukosa,
kelenjar keringat, sebum, kelenjar air mata, silia, asam lambung,
kelenjar ludah.
b. Lapisan kedua : selleukosit fagositik, protein antimikroba dan
responsif.
c. Lapisan ketiga : sellimfosit dan antibodi.
4. Macam-macam Sistem Imunitas Tubuh
Sistem Imunitas Tubuh manusia terbagi 2 yaitu :
a. Sistem Imun Non Spesifik / Alamiah (Innate Imune System).
Disebut juga komponen non adaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak
ditujukan hanya untuk satu jenis antigen, tetapi untuk berbagai
macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada dalam tubuh sejak
bayi lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen spesifik. Jadi
bukan pertahanan khusus untuk antigen tertentu. Dapat mendeteksi
benda satu yang masuk tapi tidak bisa mengidentifikasi benda
tersebut.
b. Sistem Imun Spesifik / Adaptive
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama
kali muncul akan segera dikenal dan terjadi sensitisasi sel-sel
sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila dipajang ulang
akan lebih dikenal cepat dan kemudian dihancurkan.
Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena
dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan
lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan
oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel nenek
moyang limfoid.
Karakteristik : kemampuan merespon berbagai antigen,
membedakan antigen asing dengan antigen diri, merespon antigen
yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori.
Yang beperan dalam Sistem imun Spesifik ini adalah Sel Limfosit.
Sistem imun akan terbentuk jika ada benda asing
5. Jenis- jenis Sistem Imun
a. Aktifa
1) Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen.
2) Makamnya : Alami (bila terserang antigen). Buatan (bila
memasukkan antigen yang dilemahkan).
b. Pasif.
1) Diperoleh dari luar tubuh.
2) Makamnya : Alami (bila bayi mendapatkan imunitas dari
ibunya). Buatan (bila menyuntikkan serum, antibisa,
imunglobin lainnya dari darah orang yang telah kebal. Hanya
bertahan beberapa minggu).
B. Tahapan Proses Imunitas
1. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa
membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang memicu respons imun
masuk ke dalam tubuh (antigen) diketahui maka terjadilah proses
pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh
dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun selular. Sistem
imun humoral terdiri dari antibodi (Imuno globulin) dan sekret tubuh
(saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-
lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag,
limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas
memakan benda yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang
bertugas mengingat dan kenali yang masuk ke dalam tubuh serta
membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya
adalah nettrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar nettrofil
meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri didalamnya.
Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalam dan jika
matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke
kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T
mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk
mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan
mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bias dihancurkan
ketika sel B sudah teridentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh)
terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerja sama untuk mencari tahu
siapa mereka dan memberikan tanggapan. Sel-sel ini memicu limfosit
B untuk memproduksia ntibodi, suatu protein yang secara khusus
ditujukan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme,
dan juga antibodi dapat mengaktivasi kelompok protein yang disebut
komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu
menghancurkan bakteri,virus, ataupun sel yang terinfeksi.
2. Respon Sistem Imun
a. Respon Sistem Imun terhadap Virus
Infeksi virus secara langsung merangsang produksi
Interferon oleh sel terinfeksi ; interferon berfungsi menghambat
replikasi virus. Sel NK melisiskan berbagai jenis sel
terinfeksivirus. Sel NK mampu melisiskan sely ang terinfeksi virus
walaupun virus menghambat presentasi antigen dan ekspresi MHC
I, karena sel NK cenderung diaktivasi oleh sasaran sel yang MHC
negatif.
Untuk membatasi penyebaran virus dan mencegah
reinfeksi, sistem imun harus mampu menghambat masuknya virion
ke dalam sel dan memusnahkan sel yang terinfeksi. Antibodi
spesifik mempunyai peran penting pada awal terjadinya infeksi,
dimana ia dapat menetralkan antigen virus dan melawan virus
sitopatik yang oleh dilepas sel yang mengalami lisis. Peran
antibodi dalam menetralkan virus terutama efektif untuk virus yang
bebas atau virus dalam sirkulasi. Proses Netralisasi virus dapat
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan cara
menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada
permukaan sel, sehingga virus tidak dapat menembus membran sel,
dengan demikian replikasi virus dapat dicegah. Antibodi juga dapat
menghancurkan virus dengan cara aktivasi komplemen melalui
jalur klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah
difagositosis dan dihancurkan melalui proses yang sama seperti
diuraikan diatas. Antibodi dapat mencegah penyebaran virus yang
dikeluarkan dari sel yang telah hancur. Tetapi sering kali antibodi
tidak cukup mampu untuk mengendalikan virus yang telah ada
mengubah struktur antigennya dan yang melepaskan diri melalui
membran sel sebagai partikel yang menular, sehingga virus dapat
menyebar kedalam sel yang berdekatan secara langsung. Jenis
virus yang mempunyai sifat seperti ini, diantaranya adalah Virus
Oncorna (termasuk didalamnya Virus Leukemogenik), Virus
Dengue, Virus Herpes, Rubella dan lain-lain. Bagaimanapun tidak
cukup mampu menetralkan virus secara langsung, antibodi dapat
berfungsi dalam reaksi ADCC (Antibody Dependent Cellular
Cytotoxicity).
Disamping respon antibodi, respon imun selular merupakan
respon yang paling penting, terutama pada virus infeksi yang non-
sitopatik respon imun melibatkan seluler T-sitotoksik, sel NK,
ADCC (Antibody DependentCellularCytotoxicity) dan interaksi
dengan MHC (Major HistocompatibilityComplex) kelas I. Peran
Interferon sebagai anti virus cukup besar, khususnya IFN- α dan
IFN - β. Seperti halnya pada infeksidengan mikro unsur lain, sel T-
sito toksik selain bersifat protektif juga dapat merupakan penyebab
kerusakan jaringan, misalnya yang terlihat pada infeksi dengan
virus LCMV (Lympocyte Choriomeningitis Virus) yang
menginduksi inflamasi pada selaput susunan saraf pusat
b. Respon Imun terhadap Bakteria.
1) Bakteri Ekstraseluler.
Tanggapan imun terhadap bakteri ekstra seluler bertujuan
untuk menetralkan efek toksin dan mengeliminasi bakteri.
Respon imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh
neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisa karida
dalam dindingbakteri gram negatif dapat mengaktivasi
komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil
aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi, lisis
bakteri melalui serangan kompleks membran dan respon
inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit.
Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti
endotel vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1,
IL-6 dan IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi neutrofil dan
monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti
dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel inflamasi.
Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efeksisi
pertahanan pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga
merangsang demam dan sintesis protein fase akut.
2) Bakteri Intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intra
seluler fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif
adalah bakteri yang mudah difagositosis tetapi tidak dapat
dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intra selular
obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan
berkembangbiak didalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi
karena bakteri tidak dapat dijangkau oleh antibodi dalam
sirkulasi, sehingga mekanisme respon imun terhadap bakteri
intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri
ekstraseluler. Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan
leprosi, dan organisme listeria an brucella menghindari
perlawanan sistem imun dengan cara hidup intraseluler dalam
makrofag, biasanya fagosit mononuklear, karena sel tersebut
mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri
dimulai dengan ambilan fagosit setelah bakteri mengalami
oponisasi. Namun setelah didalam makrofag, bakteri tersebut
melakukan perubahan mekanisme pertahanan.
Bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan
diri melalui tiga mekanisme, yaitu : hambatan fusi lisosom
pada vakuola yang berisi bakteri, lipid mikrobakterial seperti
lipoarabinomanan mengahalangi pembentukan ROI (reactive
oxygen intermediate) seperti anion superoksida radikal
hidroksil dan hidrogen peroksida dan terjadinya respiratory,
hidup bebas dalam sitoplasma makrofag dan terbebas dari
proses pemusnahan selanjutnya.
3) Respon imun terhadap parasit
Bila tubuh kemasukan parasit, baik itu golongan protozoa
maupun metozoa, maka infeksi dengan parasit tersebut akan
berkelanjutan menmpulkan penyakit dengan berbagai macam
simtom. Keluhan – keluhan obyektif maupun kelainan klinik
yang ditimbulkan tergantung dari pada lokalisasi parasit,
selama dan sesudah perkembangan siklusnya. Setelah respon
imun didalam tubuh hospes dapat dibangkitkan, maka akan
timbul reaksi antara komponen – komponen efektor imunitas
dengan komponen – komponen antigen parasit dengan maksud
hendak mengeyahkannya. Namun para ahli telah berhasil
menemukan bukti – bukti, bahwa kelainan – kelainan yang
ditimbulkan karena infeksi dengan parasit ini, seperti
splenomegali, hepatomegali, glumerulunefritis, proses
peradangan kronik, kerusakan jaringan yang lanjut serta
berbagai reaksi hipersensitivitas, bukanlah ulah parasit itu
sendiri melainkan akibat mekanisme imunologik tubuh.
C. Penanganan Penyakit Imunitas
Penderita autoimun harus berobat ke dokter. Sering kali untuk
menegakkan diagnosis pertama kali pada penderita autoimun cukup
sulit sehingga perlu ditangani dokter spesialis yang ahli dalam bidang
autoimun. Setelah diagnosis ditegakkan, penderita harus menjalani
pola hidup sehat, makan teratur, dan bergizi seimbang, mengurangi
stres psikologis, olahraga teratur, mengkonsumsi obat teratur, dan
kontrol rutin ke dokter. Penyakit autoimun pada dasarnya tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikontrol dengan baik sama seperti
diabetes ataupun hipertensi di mana penderitanya juga dapat hidup
sehat laiknya orang normal.
Cara untuk mencegah agar penyakit autoimun tidak menyerang
tubuh kita adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Makan bergizi
seimbang dan teratur, olahraga secara rutin, mengurangi stres
psikologis, menjaga berat badan ideal. Jika perlu, skrining dan
konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan
imunologi untuk mencegah timbulnya penyakit autoimun terutama
pada individu yang memiliki kerentanan genetik.
D. Imunodefesiensi
Imunodefisiensi adalah kondisi dimana salah satu atau beberapa
komponen respon imun mengalami penurunan jumlah atau fungsi.
Imunodefisensi sendiri bisa dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Imunodefisiensi primer
Imunodefisiensi primer adalah kondisi imunodefisien yang
dibawa sejak lahir atau disebabkan karena faktor genetik, bukan
dipengaruhi lingkungan . Imunodefisiensi primer terjadi karena adanya
mutasi gen-gen yang berperan dalam respon imun. Mutasi ini biasanya
akan diturunkan dari orang tua ke anaknya. Namun demikian, kasus
imunodefisiensi primer ini merupakan kasus-kasus yang jarang
terjadi.Imunodefisiensi primer ini bisa terjadi pada respon non spesifik,
limfosit T dan B. Sindroma-sindroma yang dihasilkan pun sangat
bervariasi.
2. munodefisiensi sekunder.
Imunodefisiensi sekunder adalah kondisi imunodefisien yang
disebabkan karena faktor dari luar tubuh, seperti infeksi virus,
malnutrisi, dll. Seperti penyakit imunodefisiensi primer lainnya,
neutropenia ini disebabkan karena adanya mutasi pada sel pembentuk
sel netrofil.Penderita penyakit ini mudah sekali mengalami infeksi
patogen, seperti infeksi HCV, malaria bahkan sepsis, dll. Jenis
imunodefisiensi yang kedua adalah imunodefisiensi
sekunder.Imunodefisiensi jenis ini disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar tubuh, seperti infeksi virus, malnutrisi, kemoterapi, dll.
E. Hipersensitivitas Dan Reaksi Autoimun
Hipersensitivitas adalah suatu respon imun yang berlebihan
sehingga menghasilkan ketidaknyamanan dan penyakit pada individu yang
mengalaminya.Berbeda dengan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
patogen, hipersensitivitas ini timbul dari respon imun yang normal, dan
reaksinya berlebihan.Penyakit autoimun adalah penyakit dimana respon
imun tubuh mengenali dan bereaksi dengan protein tubuh (self antigen)
sendiri. Oleh karena itu penyakit autoimun akan bersifat kronis
dikarenakan protein tubuh tidak akan hilang, namun menetap dalam tubuh.
Pada manusia, autoimunitas ini belum diketahui secara jelas
penyebabnya.Autoimun merupakan bagian dari hipersensitivitas.
Penggolongan hipersensitivitas dan autoimun
Penyakit autoimun dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu
(a) organspecific dan (b) sistemik. Pada kelompok penyakit autoimun yang
organ specific, penyakitnya terdapat atau terekspresikan pada organ-organ
tertentu, contohnya pada penyakit Hashimoto’s thyroiditis dan Graves
disease. Sedangkan penyakit autoimun yang sistemik adalah penyakit
autoimun yang berdampak pada keseluruhan jaringan tubuh, seperti
misalnya pada penyakit lupus (SLE, Systemic Lupus Erythematosus) dan
rheumatoid arthritis. Mekanisme penyakit autoimun yang menyebabkan
kerusakan sel merupakan suatu siklus yang dapat berulang. Dimulai dari
pengenalan self antigen oleh antibodi dan sel limfosit akan menyebabkan
terjadinya aktivasi antibodi dan limfosit tersebut. Hasil dari aktivasi ini
adalah adanya reaksi inflamasi pada tempat tertentu.
F. Autoimunitas
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali
bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat
sistem imun melawan sel dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit
yang dihasilkan dari kelainan respons imun ini dinamakan penyakit
autoimun.
Bahayanya, penyakit autoimun ini bisa mengakibatkan kerusakan
sel jaringan dalam tubuh dan menimbulkan peradangan serta
mengakibatkan kondisi yang serius pada penderitanya, seperti gangguan
pada tulang persendian, saraf, kelenjar, dan organ-organ penting lainnya.
Gejala Penyakit Autoimun kelelahan, pegal otot, ruam kulit, demam
ringan, rambut rontok, sulit konsentrasi serta kesemutan di tangan dan
kaki. Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya
gejala secara tiba-tiba dengan derajat yang berat.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas K.2016. Fungsi Dasar Imunologi Dan Gangguan Sistem Imun Edisi
Kelima. Louis, Missouri 63043

Hervey A.2013. Imunologi Edisi Ke Dua. Lipicot Williams & Wilkins

Munasir,Zakiudin.2021.TaggapanImunterhadapBakteriasaripediatra, Vol.2,
TIDAK.4, Maret2001.Diambildari:http://saripeditari.idai.or.id/pdfile/2-4-4/pdf,
diakses pada minggu 12 februari 2023 pukul 12.15 wib.

Anda mungkin juga menyukai