Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“IMUNOLOGI ATAU IMUNITAS DALAM TUBUH MANUSIA DAN


IMUNOLOGI REPRODUKSI”

DOSEN PENGAMPU

Baiq Safinatunnaja.,SST.,M.keb

DISUSUN OLEH

IZZATUL LAELI

(22.94.00.2)

PANA PAHESTI

(22.94.00.4)

PROGRAM STUDI S1.KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

T.A 2023/2024
1
ABSTRAK

Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai


peran ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh.Seperti halnya sistem
indokrin,sistem imun yang bertugas mengatur keseimhangan,menggunakan
komponcnnya yang beredar diseluruh tubuh,supaya dapat mencapai sasaran
yang jauh dari pusat.Untuk melaksanakan fungsi imunitas,didalam tubuh terdapat
suatu sistem yang disebut dengan sistem limforetihuler.Sistem ini merupakan
jaringan atau kumpulan sel yang letaknya tenebar diseluruh tubuh,misalnya
didalam sumsum tulang. kelenjar limfe,lmmfa,timus,sistem saluran napas,saluran
cema dan beberapa organ lainnya.Jaringan ini terdiri atas bermacam-macam sel
yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan
sifat dan fungsinya masing-masing (Roint dkk.,1993;Subawo,1993:Kresna,1991).
BAB I

PENDAHULUAN

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang

mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat

menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba palogen yang ada

bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia

terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya

gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang

berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya

bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik

tertentu pula.

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri virus,

parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari

kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.

Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan

tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga

kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun dapat meningkatkan


system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan

berbagai penyakit fatal. Respon imun yang almiah tenutama melalui

fagositosis olh neurofil monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida

dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur

alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjadi ini adalah

akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi

bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

Imonologi atau Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang

dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya

disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan

keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam

lingkungan hidup.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik (alami): humoral,
selular.
1. Sistem imun non spesifik
Imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan
dapat memberikan respon langsung. selalu ditemukan pada individu sehat
dan siap mencegah bahan asing masuk tubuh dengan cepat
menyingkirkannya. Disebut nonspesifik karena tidak menunjukan
spesitifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap
protogen. Sistem imun nonspesifik terdiri dari:
1) Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selapu, lender, silia saluran pernafasan merupakan barrier
fisik yang sulit untuk ditembus oleh sebagian besar zat yang dapat
menginfeksi tubuh keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan
spitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba
2) Pertahanan biokimia
Lisozim dan fosdolipase yang terdapat pada air mata dan silva
mampu melisiskan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Asam lemak
yang dilepaskan oleh kulit mampu mempunyai efek denaturasi protein
membran sel, schingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi
melalui kulit. Asam hidroksida dalam labung, endim proteeilitik,
antibodi dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah infeksi oleh mikroba
3) Pertahanan humoral
Sekali mikroorganisme dapat menembus barrier jaringan maka
sistem imun nonspesifik lainnya akan bekerja, anatara lain adalah
inflamasi akut. Sistem komplemen merupakan suatu factor pada
mekanisme pertahanan humoral yang nonspesifik. Apabila sistem
komplemen teraktivasi maka akan meningkatkan permiabilitas
pembuluh darah, merangsang mobilisasi sel-sel fagosit dan mampu
melisiskan atau melakukan opsonisasi sel-sel bakteri.
4) Pertahanan seluler
Pertahanan seluler mempunyai fungsi utam fagositosis. Fagosit, sel
NK,sel mast dan eosinophil berperan dalam sistem imun nonspesifik
seluler. Neutrofil merupakan sel pertama yang dikerahkan ke tempat
infeksi yang akan menelan dan membunuh mikroorganisme secara
intraseluler. Basophil dan sel mast mengeluarkan histamin dan heparin
yang juga terlibat dalam menifestasi reaksi alergi. Eosinofil berperan
dalam membunuh parasite dan berperan penting dalam reaksi alergi.
Makrofag selain berfungsi untuk memfagositosis juga membunuh
mokroorganisme.Sel NK dapat membunuh virus dan sel-sel tumor.
2. Sistem imun spesifik
Berbeda dengan imun nonspesifik, sistem imun spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera
dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem
imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembli dengan
benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal
lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut
hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya,
maka sistem ini disebut spesifik. Ada dua tipe imunitas yang didapat yakni
imunitas seluler dan imunitas humoral.
1) Sistem imunitas Humoral
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit B. lomfosit B yang dirangsang oleh benda asing akan
berproferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibodi. Limfosit B membutuhkan bantuan limfosit T-
helper yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui major
histocompatibility complex (MHC) maupun sinyal yang dilepaskan
oleh makrofag merangsang produksi antibodi. Selain oleh sel Th,
produksi antibodi juga diatur oleh sel-sel T-supressor, sehingga
produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi
utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus
dan vakteri serta menetralisasi toksinnya.
2) Sistem Imunitas Seluler
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit T. terdapat dua subpopulasi utama sel T, yaitu sel CD8 + atau
sel T sitotoksik dan sel CD4+atau sel T-helper. Sel T sitotoksik
berfungsi menghancurkan sel pejamu yang mengandung benda asing
contohnya virus, sel kanker yang memiliki protein mutan akibat
transformasi maligna dan sel cangkokan. Sedangkan sel T-helper akan
meningkatkan pembentukan sel B yang distimulasi antigen menjadi sel
plasma penghasil antibodi, meningkatkan aktivitas sel sitotoksik yang
sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel T-helper tidak secara langsung
ikut serta dalam dekstruksi imun pathogen yang masuk. Sebaliknya,
sel -sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain. Terdapat tiga fase
terjadinya respon imun spesifik, yaitu fase pengenalan, fase aktivitas
dan fase efektor.
a. Fase pengenalan
Sistem pengenalan antigen oleh sel T dibantu oleh suatu
produk gen polimorfik MHC. MHC kelas I pada dasarnya
dihasilkan oleh semua se berinti di dalam tubuh, sementara sel
khusus lainnya menghasilkan MHC kelas II. Kelompok sel ini
dikenal sebagai APC (Antigen Presenting Cells) misalnya
makrofag, sel B, dan sel dendritic. Sel T CD4 mengenal peptida
yang berasosiasi dengan MHC kelas II pada permukaan APC,
sedangkan sel T CD8 yang sebgaian besar adalag CTL (cytotoxic T
Lymphocyte) mengenal fragmen peptida yang berasosiasi dengan
molekul MHC kelas 1 pada permukaan sel target.
b. Fase aktivasi
Fase aktivasi merupakan rangkaian peristiwa yang
diinduksi oleh limfosit akibat pengenalan antigen spesifik. Limfosit
akan mengalami dua perubahan besar dalam merespon antigen
yaitu, yang pertama mereka akan berproliderasi dan mengadakan
amplifikasi sehingga bertambah banyak dan yang kedua, nereka
mengalami diferensiasi ke dalam sel efektor yang berfungsi
mengeliminasi antigen atau menjadi sel memori.
c. Fase efektor
Fase efektor merupakan tahapan dimana limfosit yang
secara spesifik diaktivasi oleh antigen dapat melaksanakan fungsi
untuk mengeliminasi antigen. Limfosit yang berfungsi dalam fase
efektor respon imun disebut sebagai sel efektr. Fase ini melibatkan
diferensiasi sel T dan sel B yang dibangkitkan selama fase aktivasi,
juga dipicu oleh respon imun non spesifik (alamiah). Contoh,
antibodi mengikat antigen asing dan memperkuat fasositosis oleh
neutrophil dan makrofag di dalam darah. Antibodi juga
mengaktivasi sistem plasma protein (komplemen) yang
berpartisipasi dalam melisiskan dan fagositosis mikroba.
B. Imunologi reproduksi dan endokrinologi dalam proses reproduksi
manusia dan tumbuh kembang manusia, antibody antisperma.
1. Imunologi Reproduksi
Imunitas adalah sistem pertahanam tubuh manusia.Dalam traktus
genitalia baik pria maupun wanita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
invasi mikroorganisme atau benda asing dari lingkungan luar.Pertahanan
tahap pertama adalah kulit dan mukosa, tahap kedua atau lini pertahanan
kedua oleh repon imun bawaan (innate immunity) dan lini pertahanan ketiga
oleh respon imun buatan(adaptive immunity) (Moskalev,Stambler and Caruso,
2020).
Barrier epitel traktus yakni uretra penis dan vagina merupakan pintu
masuk utama. Lapisan epitel pada kulit dan mukosa organ genitalia (barrier)
memisahkan tubuh dengan lingkungan. Kulit yang melapisi skrotum,
preputium, penis, dan meatus pada laki-laki serta labia, vulva, introitus pada
wanita merupakan epitel skuamus komplek berkeratin yang berfungsi sebagai
barier fisik dan imunologi, sehingga jika barrier mengalami trauma akan
menyebabkan terjadinya respon imun dalam tubuh yang akan mengaktifkan
respon imun bawaan yang responnya cepat dan respon imun adaptif
(Purwati,2019).
Terjadinya trauma fisik, kimiawi dan infeksi ulseratif dapat
menyebabkan rusaknya epitel sehingga membuka jalan masuknya
mikroorganisme pathogen, menyebabkan mikroorganisme masuk dan dibawa
oleh mucus. Cervix adalah barrier fisik bagi pergerakan mikroorganisme
lenihjauh ke dalam saluran reproduksi. Fungsi cervix difasilitasi oleh sekresi
organ ini yang kental dan dapat menutupi lumen cervix selama terjadi
fertilisasi. Sekresi cervix ini juga mengandung molekul yang disebut
lactoferrin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan pada saluran
reproduksi terdapat sel makrofag (monosit dalam jaringan), limfosit T,
limfosit B, neutrophil, dan sel-sel imun yang berperan dalam menjaga saluran
reproduksi tetap steril dari sesuatu yang dianggap benda asing (antigen)

(Silva,Ramalho-Santos and Amaral, 2021).

Komponen sistem imun terdiri dari sel imun dan produk sel imun
(sitokin). Dari antara banyak jenis sel imun, terdapat dua diantaranya yang
memiliki keterkaitan dengan infertilitas, kegagalan implantasi berulang, dan
keguguran yang berulang yakni sel imun yang terkait dengan ini antara lain
CD (Cluster Diffriend) 56 yaitu sel NK (Natural Killer Cell) yang
memproduksi Tumor Necrosis Factor-Alfa (TNF-á) dan CD 19 yang
memproduksi antibodi terhadap hormon-hormon,seperti hCG,progesteron,dan
sebagainya (FRANCAVILLA et al.,1984).

Antibodi (Imunoglobulin) adalah subtansi protein dari respon imun


adaptif yang diproduksi oleh sel Limfosit B yang bersirkulasi di dalam darah
dan jaringan tubuh.Antibodi yang berperan sebagai antisperma adalah IgA
dan IgG yang banyak ditemukan dalam darah, cairan sperma, dan mucus
servik.

a. Respon terhadap sperma

Sperma dapat bersifat antigenik ketika diinjeksi secara subkutan kepada


wanita. Pada wanita sperma yang berada dalam saluran reproduksi dapat
memicu respon imun yakni terjadinya proses fagositosi oleh sel neutrofil ke
dalam saluran reproduksi, namun normalnya sperma yang baik akan
dilindungi oleh komponen seminal plasma yang berfungsi untuk menghindari
terjadinya respon imun terhadap sperma dan menghindari terbentuknya
antibodi antisperma. Faktor yang memicu terbentuknya antibodi antisperma
pada wanita sepenuhnya belum diketahui masih dalam penelitian lebih lanjut,
namun diduga bahwa kualitas sperma yang kurang baik dapat menyebabkan
dikenali oleh sel imun sebagai benda asing yang harus segera disingkirkan.
Reakasi antibodi antisperma pada wanita pun berbeda-beda di tubuh wanita.
Ada yang bereaksi dengan cara menggumpalkansel-sel sperma sehingga
membuat sperma tidak dapat bergerak menuju rahim (Mahdi et al.,2011).

Sedangkan pada pria, sperma normalnya dilindungi oleh testikel dan


tidak mengalami kontak dengan darah dimana antibodi terdapat di dalam
darah. Namun akibat adanya penyakit tertentu,cedera, infeksi atau adanya
tindakan operasi di area testis (vasectomy) menyebabkan kontak antara
sperma dan darah yang mengandungantibodi dapat terjadi. Bertemunya
sperma dengan antibodi dalam darah menyebabkan antibodi mengenali
sperma sebagai benda asing (musuh) sehingga membentuk antibodi
antisperma.

2. Endokrinologi Reproduksi

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensekresikan


sinyal kimia berupa hormone ke sistem peredaran dalam tubuh
(seeley,stephens,dan tate 2003). Fungsi sistem endokrin yaitu:
1. Metabolisme dan pematangan jaringan.Sistem endokin mengatur kecepatan
metabolisme dan mempengaruhi kematangan jaringan
2. Regulasi ion.Sistem endokrin membantu mengatur pH darah kadar Na,k,
dan Ca dalam darah.
3. Menjaga keseimbangan cairan dengan mengendalikan konstrasi larutan
dalam darah
4. Mengatur produk sel imun
5. Mengatur detak jantung dan tekanan darah
6. Mengatur kadar gula zat lain dalam darah
7. Mengatur fingsi reproduksi pada pria maupun Wanita
8. Mengatur kontraksi uterus dan reproduksi air susu dari kelenjar mamae
pada wanita.
Sedangkan secara lebih spesifik, hormon-hormon ini antara lain berfungsi
untuk;
1. Mengatur, komposisi kimiawi dan volume cairan keseimbangan energi,
kontraksi otot polos dan otot jantung, sekresi kalenjer,beberapa aktivitas
sistem imun.
2. Mengendalikan perumbuhan dan perkembangan.
3. Mengantur kinerja sistem reproduksi(tortora dan derrickson:2009) Hormon
ini diproduksi dari kumpulan sel dalam suatu kelenjar,kemudian di
disekresikan ke ruang interstitial,masuk ke sistem sirkulasi untuk
kemudian diangkut menuju jaringan tertentu yang disebut dengan jaringan
target.Dalam sel target terdapat reseptor tertentu yang dapat mengenali
homone tertentu, sehingga tidak semua sel atau jaringan akan terpenganuh
oleh hormon tersebut.
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon antara lain:
1. Hipotalamus dan kelenjar pituitary atau hipofisis
Hipotalamus dan kelenjar hipofisis adalah lokasi utana di mana sistem
saraf dan sistem endokrin berhubungan.hipotalamus mengatur sekresi
kelen jar hipofisis.kelenjar pituitari mensekresi 9 hormon utama yang
berfungsi untuk mengatur beberapa fungsi tubuh dan mengatur beberapa
fungsi tubuh dan mengatur sekresi dari beberapa kelenjar lain.kelenjar ini
terletak di fossa hipofiseal dari sella turcica di tulang sphenoid,dan
dihubungan dengan hipotalamus oleh jaringan yang disebut infundibulum.
Hipotalamas menghasilkan hormone yang disebut dengan neurohormon
dan bekerja pada sel target yaitu sel pituitari anterior.
a. Neurohipofisis

Neurohipofisis terhubungan dengan otak.sekresi yang dihasilkan disebut


neurohormon karena merupakan kstensi dari sistem saraf. Neurohomon
(pituitari posterior) mensekresikan hommon antidiuretik (antidiuretic
hormone (ADH) atau vasopressin disintesis oleh badan sel neuron dalam
inti supraoptik hipatalamus dan diangkut oleh akson kepituitari posferior
untuk kemudian disimpan dalam terminal.ADH dilepaskan oleh akson
teminal yang melalui darah dibawah ke jaringa target,yaitu ginjal,untuk
melepaskan fungsinya yaitu reabsorpsi air dan mengurangi volume
urin.kekurangan ADH menyebabkan diabetes insipidus.

b. Adenohipofisis
Adenohipofisis dibagi menjadi tiga yaitu pars uberalis,pars distalis,dan
pars intemedia.hormon yang disekresikan dari pituitari anterior ini disebut
tropic hormone yang mempengaruhi sekresi hormon daur kelenjar
endokrin yang lain.
2. kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh jaringan yang
disebut isthmus, Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel, yang tiap
lumenya terisi oleh protein yang disebut tiroglobulin yang merupakan
tempat penyimpanan hormon tiroid.sel paraforikuler tersebar diantara
folikel-folikel membentuk dinding folikel.sel ttersebut mensekresikan
calcitonin yang berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dan fospat dalam
darah.hormon tiroid mencangkup triiodotirinin (T3) yang berfungsi dan
tetraiodotitironin atau tiroksin.hormon tiroid di angkut melalui plasma
protein di sistem peredaran.sekitar 70%-75% dikat olch thyroxin-binding
globulin (TBG) yang disintesis dihati dan sisanya dikat oleh protein
plasma lain, termasuk albumen. Hormon tiroid berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan metabolisme dan berperan dalam proses
pertumbuhan. Hipersekresi hormon tiroid disebut hipertiroidnisme,
mencangkup penyakit grave tumor atau kanker,tiroiditis, thyroid storm.
Hiposekresi hormone tiroid atau disebut hypothyroidism mencakup
defisiensi iodin, goiter, kretimisme, penyakit hashimoto.
3. Kelenjar paratiloid.
Kelenjar paratiloid menempel di bagian posterior dari masing-masing
lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini mensekresikan parathyroid hormone
(PTH), yang berperan dalam mengatur kadar kalsium dan fosfat dalam
cairan tubuh. Tulang, ginjal, ginjal, dan usus adalah target utamanya.
4. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal disebut juga kelenjar suprarenal terletak di ginjal bagian
ujung superior. Kelenjar adrenal terdiri dari bagian dalam yang disebut
medulla dan bagian luar disebut korteks. Medulla terdiri dari sel-sel
polyhedral yang terletak di pusat kelenjar, sedangkan korteks dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu sonaglumerulosa bagian paling luar, zona
fasciculata bagian tengah dan yang paling tebal, dan sona reticularis
bagian yang paling dalam. Bagian medulla mengahasilkan hormone
adrenalin (epinepharine) yang berfungsi untuk meningkatkan kadar gula
darah dengan memecah glikogen, mempercepat pemecahan glikogen
dalam otot serta lemak pada jaringan adipose, dan noradneralin. Adrenalin
dan noradrenalin (norepinephrine) berfungsi untuk meningkatkan detak
jantung. Bagian kotteks mensekresi horon mineralocorticoid (zona
glomerulosa) yang berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi Nat dan
ekskresi K<+ dan H+, glucocorticoid (zona fasciculata) yang berfungsi
untuk meningkatkan pemecahan protein dan lemak, meningkatkan
produksi glukosa, dan menghambat respon imundan androgen (zona
reticularis) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut pubik
dan aksilaris pada Wanita.
5. Pankreas
Pankreas terletak di belakang peritoneum di antara cekung lambung
terbesar dan duodenum Pankreas merupakan kelenjar eksorin sekaligus
kelenjar endokrin. Bagian endokrin yaitu pulau Langerhans yang terdiri
dari alpha cell yang menghasilkan glucagon (berfungsi meningkatkan
perombakan glikogen dan melepaskan glukosa ke sistem sirkulasi), beta
cell menghasilkan insulin (meningkatkan penggunaan glukosa dan sistesis
glikogen), dan delta cell yang mensekresikan somatostatin (menghambat
sekresi glukagon dan insulin).
6. Organ reproduksi (Gonad)
Organ reproduksi yang meliputi ovarium, testis, dan placenta juga
mensekresi hormone yang digunakan untuk sistem reproduksi. Selain dari
organ-organ tersebut, hormon reproduksi juga dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis. Pada pria, kelenjar endokrin system reproduksi utama ada pada
testis. Hormon yang diproduksi oleh testis adalah testosterone yang
bersama- sama dengan LH dan FSH berfungsi untuk mengatur sistesis sel
sperma dan perkembangan organ reproduksi serta cici kelamin sekunder
pada pria sedangkan pada wanita, ovarium adalah kelenjar utama yang
menghasilkan hormone estrogen an progesteron berfungsi untuk
merangsang perkembangan uterus dan kelenjar mamae, struktur genital
eksternal, ciri kelamin sekunder, siklus menstruasi. Hormon estrogen lebih
dominan untuk mengatur tingkah laku seksual pada Wanita, relaxin
berfungsi untuk meningkatkan elastisitas simfisis pubis. Testis dan
ovarium sama-sama mensekresikan homone inhibin yang berfungsi untuk
menghambat sekresi FSH.
7. Badan pineal
Badan pineal yang terletak di epitalamus pada otak menghasilkan 2
hormon yang bekerja pada hipotalamus atau di gonad untuk menghambat
fungsi reproduksi, yaitu hormone melatonin (menghambat GnRH,
menghambat reproduksi, mengatur siklus tidur) dan arginine
vasotosin(menghambat GnRH).
8. Timus
Timus berada di leher, dan menghasilkan hormone timosin yang berperan
dalam sistem imun

3. Antibodi Antisperma

a. Pengertian

Antibodi antisperma adalah antibodi (protein) yang menyerang serta

menghancurkan sperma. Antibodi antisperma diproduksi ketika sistem

kekebalan tubuh secara keliru menggangap sperma dalam cairan mani sebagai

protein asing sehingga tubuh menciptakan respon imun dengan membentuk

antibodi untuk melindungi tubuh. Antibodi antisperma ini dapat terjadi pada
pria maupun wanita. Kelainan pada sistem imun dapat menyebabkan

terjadinya kegagalan reproduksi pada berbagai tahapan dalam proses

reproduksi yang berbeda-beda (Restrepo and Cardona Maya,2013).

Antibodi sendiri adalah substansi(protein) yang diproduksi oleh

Limfosit B yang berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan

menghasilkan antibodi. Sel limfosit yang bersirkulasi di dalam darah dan

jaringan tubuh yang akan teraktivasi oleh benda asing seperti bakteri atau

virus untuk mencegah terjadinya infeksi. Antibodi antisperma sendiri akan

terbentuk ketika tubuh menjadi lebih sensitif terhadap sperma, sehingga

menyebabkan munculnya respon sistem imun yangakan mengakibatkan

rusaknya sperma. Normalnya, sperma akan terlindungi dari sistem imun oleh

barrier dari testis.

Meskipun jarang ada, namun antibodi antisperma dapat ditemukan di

dalam air mani, darah, dan cairan vagina.ASA kemungkinan dapat ditemukan

pada pria atau wanita, dimana ASA akan mempengaruhi jumlah dan motilitas

dari sperma, serta dapat menghambat proses fertilisasi(pembuahan).ASA

dapat dideteksi di dalam serum atau sperma, dengan presentase sebanyak 37-

74% pada serum dan 38-60% terikat pada sperma (Silva,Ramalho-Santos and

Amaral,2021).

b. Mekanisme terbentuk Antibodi Antispema

Pada pria tergangunya barrier alami antara sperma dan sistem


imun dapat menyebabkan seseorang memiliki resiko terjadinya kelainan,
seperti trauma atau pembedahan dimana sawar darah dapat ditembus sehingga
mengakibatkan sperma dapat bersentuhan dengan system imun dan memicu
adanya respon inflamasi. Respon ini menyebabkan terbentuknya antibodi
antisperma (ASA) (A-Fahham, 2018). Beberapa penyebab terbentuknya
antibodi antisperma antara lain dikarenakan:
 Undescencus Testicle (UDT), yaitu tidak turunnya testis kedalam scrotum
 Cedera pada testis
 Cedera pada testis dapat mempengaruhi produksi ASA pada laki-laki
 Infeksi pada prostat
 Infeksi prostat atau prostatitis merupakan peradangan pada kelenjar prostat
yang terjadi tiba-tiba (akut).
 Kanker testis
 Kanker merupakan tumor ganas yang tumbuh di testis atau buah zakar
yang ditandai dengan benjolan yang disertai nyeri pada salah satu testis.
 Verikokel(Variococele)
 Verikokel adalah pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam
skrotum atau buah zakar pria.
 Pria yang menjalani vasectomi

Antibodi antisperma 50% terbentuk pasca terjadinya vasectomi pada


pria. Antibodi dapat memiliki dampak terhadap sperma dalam beberapa cara
yang berbeda tergantung dari dimana lokasi antibodi tersebut berada. Jika
antibodi ditemukan pada bagian ekor, maka cenderung sperma akan menjadi
inmobile atau dapa menggumpal, jika antibodi ada dibagian kepala akan
menyebabkan sperma tidak dapat menyatu pada ovum dengan tepat, maka
menyebabkan fertilisasi tidak dapat terjadi.Sedangkan apabila ditemukan
dalam cairan ejakulasi, maka dapat menyebabkan sperma menjadi
inefektifdengan membuat sperma-sperma tersebut menempel satu sama lain
(Archana et al., 2019).

Pada wanita ASA juga dapat diproduksi dalam sistem reproduksi


wanita ketika tubuh memiliki reaksi alergi terhadap sperma. Salah satu
penelitian menemukan bahwa pada 45 wanita yang tidak subur di Irak adanya
antibodi antisperma di dalam mucus (cairan) servik 62,2% wanita. Peneliti
mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena adanya gangguan pada lapisan
mukosa saluran genital wanita sehingga akan mengekspos sistem imun
terhadap sperma, yang pada akhirnya membentuk antibodi antisperma. Selain
itu faktor infeksi juga dapat meningkatkan resiko terbentuknya antibodi
antisperma pada wanita. Berdasarkan penelitian terhadap 46% wanita yang
didiagnosis dengan infeksi saluran genital bagian atas (penyakit radang
panggul) dinyatakan positif memiliki antibodi antisperma seperti infeksi
akibat jamur,klamidia,atau bakteri vaginosis (Mahdi et al., 2011).

b. Antibodi Antisperma dalam menyebabkan Infertilitas

Sebuah studi tahun 1993 menemukan bahwa antibodi antisperma 3,1%


berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya kasus infertilitasi. Pada pria
ASA dapat mempengaruhi kualitas sperma termasuk jumlah dan motilitas
sperma sehingga membuat sperma sulit melewati lendir servik untuk
mencapai sel telur atau perubahan pada morfologi sperma dapat dikenali
sebagaiantigen (benda asing) sehingga membuat sistem imun menyerang
sperma. Sperma yang kontak dengan sistem imun akan menjadikan sperma
rusak.Antibodi berefek terhadap sperma sesuai dari dimana lokasi antibodi
tersebut. Jika antibodi ditemukan pada bagian ekor, sperma cenderung
menjadi imobil atau dapat mengumpal.Jika antibodi terdapat pada bagian
kepala spermatozoit, maka membuat sperma tidak dapat menembus ovum
dengan tepat, sedangkan jika ditemukan dalam cairan ejakulasi, maka akan
menyebabkan sperma menjadi inefektif. Perubaha-perubahan inilah yang
akan membuat terjadinya infertilisasi (Restrepo and Cardona Maya,2013).

Pada wanita antibodi antisperma yang dibentuk oleh sistem kekebalan


tubuh kemudian menghancurkan sperma sebelum mencapai sel telur sehingga
dapat menghambat proses fertilisasi. Selanjutnya dikatakan bahwa antibodi
antisperma juga dapat terbentuk di jaringan rahim, dengan memicu sekresi
histamine dan menginduksi sel telur keluat dari dalam embrio sehingga abkan
sperma tidak sampai sel telur (Mahdi et al., 2011).

c. Pemeriksaan antibodi antisperma


Pemeriksaan antibodi antisperma dapat dilakukan dengan memeriksa
sampel semen segar yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya antibodi
antisperma. Metode yang digunakan untuk menganalisis yaitu Immunobead
method, Mixed Antiglobulin Reaction Test (MAR Test),dan dengan melihat
motilitas dari sperma (Test ketahanan hidup sperma/ Sperm Survival Test).

1. Immunobead method

Metode ini digunakan untuk mendeteksi antibodi yang ada di permukaan


sperma. Immunobead method merupakan polyacrylamine speheres yang
kemudian akan berikatan.
19
BAB III

SIMPULAN

Dari penjelasan di atas,dapat disimpulkan bahwa sistem imunologi dan


sistem endokrinologi mempunyai kaitan yang sangat erat dalam proses reproduksi
dan tumbuh kembang manusia.Sistem imun merupakan semua mekanisme yang
digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan
terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup
sedangkan Sistem endokrin mengontrol sistem-sistem yang lain,dan salah satunya
adalah sistem reproduksi dan tumbuh kembang manusia. Hormon- hormon yang
terdapat pada sistem endokrin dan imunologi berpengaruh pada organ reproduksi
dan tumbuh kembang manusia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sapada, E. (2022). Buku Ajar Patopisiologi. Malang: CV. Literasi Nusantara


Abadi.

Wardani, H. K. (2022). Immunologi Dasar. Padang: PT GLOBAL EKSEKUTIF


TEKNOLOGI.

21

Anda mungkin juga menyukai