DOSEN PENGAMPU
Baiq Safinatunnaja.,SST.,M.keb
DISUSUN OLEH
IZZATUL LAELI
(22.94.00.2)
PANA PAHESTI
(22.94.00.4)
T.A 2023/2024
1
ABSTRAK
PENDAHULUAN
bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia
berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya
tertentu pula.
parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari
kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjadi ini adalah
terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan
dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang
lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik (alami): humoral,
selular.
1. Sistem imun non spesifik
Imunitas nonspesifik berupa komponen normal tubuh yang merupakan
pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan
dapat memberikan respon langsung. selalu ditemukan pada individu sehat
dan siap mencegah bahan asing masuk tubuh dengan cepat
menyingkirkannya. Disebut nonspesifik karena tidak menunjukan
spesitifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap
protogen. Sistem imun nonspesifik terdiri dari:
1) Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selapu, lender, silia saluran pernafasan merupakan barrier
fisik yang sulit untuk ditembus oleh sebagian besar zat yang dapat
menginfeksi tubuh keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan
spitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba
2) Pertahanan biokimia
Lisozim dan fosdolipase yang terdapat pada air mata dan silva
mampu melisiskan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Asam lemak
yang dilepaskan oleh kulit mampu mempunyai efek denaturasi protein
membran sel, schingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi
melalui kulit. Asam hidroksida dalam labung, endim proteeilitik,
antibodi dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah infeksi oleh mikroba
3) Pertahanan humoral
Sekali mikroorganisme dapat menembus barrier jaringan maka
sistem imun nonspesifik lainnya akan bekerja, anatara lain adalah
inflamasi akut. Sistem komplemen merupakan suatu factor pada
mekanisme pertahanan humoral yang nonspesifik. Apabila sistem
komplemen teraktivasi maka akan meningkatkan permiabilitas
pembuluh darah, merangsang mobilisasi sel-sel fagosit dan mampu
melisiskan atau melakukan opsonisasi sel-sel bakteri.
4) Pertahanan seluler
Pertahanan seluler mempunyai fungsi utam fagositosis. Fagosit, sel
NK,sel mast dan eosinophil berperan dalam sistem imun nonspesifik
seluler. Neutrofil merupakan sel pertama yang dikerahkan ke tempat
infeksi yang akan menelan dan membunuh mikroorganisme secara
intraseluler. Basophil dan sel mast mengeluarkan histamin dan heparin
yang juga terlibat dalam menifestasi reaksi alergi. Eosinofil berperan
dalam membunuh parasite dan berperan penting dalam reaksi alergi.
Makrofag selain berfungsi untuk memfagositosis juga membunuh
mokroorganisme.Sel NK dapat membunuh virus dan sel-sel tumor.
2. Sistem imun spesifik
Berbeda dengan imun nonspesifik, sistem imun spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul dalam badan segera
dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem
imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembli dengan
benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal
lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Oleh karena sistem tersebut
hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya,
maka sistem ini disebut spesifik. Ada dua tipe imunitas yang didapat yakni
imunitas seluler dan imunitas humoral.
1) Sistem imunitas Humoral
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit B. lomfosit B yang dirangsang oleh benda asing akan
berproferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi antibodi. Limfosit B membutuhkan bantuan limfosit T-
helper yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui major
histocompatibility complex (MHC) maupun sinyal yang dilepaskan
oleh makrofag merangsang produksi antibodi. Selain oleh sel Th,
produksi antibodi juga diatur oleh sel-sel T-supressor, sehingga
produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi
utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus
dan vakteri serta menetralisasi toksinnya.
2) Sistem Imunitas Seluler
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
limfosit T. terdapat dua subpopulasi utama sel T, yaitu sel CD8 + atau
sel T sitotoksik dan sel CD4+atau sel T-helper. Sel T sitotoksik
berfungsi menghancurkan sel pejamu yang mengandung benda asing
contohnya virus, sel kanker yang memiliki protein mutan akibat
transformasi maligna dan sel cangkokan. Sedangkan sel T-helper akan
meningkatkan pembentukan sel B yang distimulasi antigen menjadi sel
plasma penghasil antibodi, meningkatkan aktivitas sel sitotoksik yang
sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel T-helper tidak secara langsung
ikut serta dalam dekstruksi imun pathogen yang masuk. Sebaliknya,
sel -sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain. Terdapat tiga fase
terjadinya respon imun spesifik, yaitu fase pengenalan, fase aktivitas
dan fase efektor.
a. Fase pengenalan
Sistem pengenalan antigen oleh sel T dibantu oleh suatu
produk gen polimorfik MHC. MHC kelas I pada dasarnya
dihasilkan oleh semua se berinti di dalam tubuh, sementara sel
khusus lainnya menghasilkan MHC kelas II. Kelompok sel ini
dikenal sebagai APC (Antigen Presenting Cells) misalnya
makrofag, sel B, dan sel dendritic. Sel T CD4 mengenal peptida
yang berasosiasi dengan MHC kelas II pada permukaan APC,
sedangkan sel T CD8 yang sebgaian besar adalag CTL (cytotoxic T
Lymphocyte) mengenal fragmen peptida yang berasosiasi dengan
molekul MHC kelas 1 pada permukaan sel target.
b. Fase aktivasi
Fase aktivasi merupakan rangkaian peristiwa yang
diinduksi oleh limfosit akibat pengenalan antigen spesifik. Limfosit
akan mengalami dua perubahan besar dalam merespon antigen
yaitu, yang pertama mereka akan berproliderasi dan mengadakan
amplifikasi sehingga bertambah banyak dan yang kedua, nereka
mengalami diferensiasi ke dalam sel efektor yang berfungsi
mengeliminasi antigen atau menjadi sel memori.
c. Fase efektor
Fase efektor merupakan tahapan dimana limfosit yang
secara spesifik diaktivasi oleh antigen dapat melaksanakan fungsi
untuk mengeliminasi antigen. Limfosit yang berfungsi dalam fase
efektor respon imun disebut sebagai sel efektr. Fase ini melibatkan
diferensiasi sel T dan sel B yang dibangkitkan selama fase aktivasi,
juga dipicu oleh respon imun non spesifik (alamiah). Contoh,
antibodi mengikat antigen asing dan memperkuat fasositosis oleh
neutrophil dan makrofag di dalam darah. Antibodi juga
mengaktivasi sistem plasma protein (komplemen) yang
berpartisipasi dalam melisiskan dan fagositosis mikroba.
B. Imunologi reproduksi dan endokrinologi dalam proses reproduksi
manusia dan tumbuh kembang manusia, antibody antisperma.
1. Imunologi Reproduksi
Imunitas adalah sistem pertahanam tubuh manusia.Dalam traktus
genitalia baik pria maupun wanita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
invasi mikroorganisme atau benda asing dari lingkungan luar.Pertahanan
tahap pertama adalah kulit dan mukosa, tahap kedua atau lini pertahanan
kedua oleh repon imun bawaan (innate immunity) dan lini pertahanan ketiga
oleh respon imun buatan(adaptive immunity) (Moskalev,Stambler and Caruso,
2020).
Barrier epitel traktus yakni uretra penis dan vagina merupakan pintu
masuk utama. Lapisan epitel pada kulit dan mukosa organ genitalia (barrier)
memisahkan tubuh dengan lingkungan. Kulit yang melapisi skrotum,
preputium, penis, dan meatus pada laki-laki serta labia, vulva, introitus pada
wanita merupakan epitel skuamus komplek berkeratin yang berfungsi sebagai
barier fisik dan imunologi, sehingga jika barrier mengalami trauma akan
menyebabkan terjadinya respon imun dalam tubuh yang akan mengaktifkan
respon imun bawaan yang responnya cepat dan respon imun adaptif
(Purwati,2019).
Terjadinya trauma fisik, kimiawi dan infeksi ulseratif dapat
menyebabkan rusaknya epitel sehingga membuka jalan masuknya
mikroorganisme pathogen, menyebabkan mikroorganisme masuk dan dibawa
oleh mucus. Cervix adalah barrier fisik bagi pergerakan mikroorganisme
lenihjauh ke dalam saluran reproduksi. Fungsi cervix difasilitasi oleh sekresi
organ ini yang kental dan dapat menutupi lumen cervix selama terjadi
fertilisasi. Sekresi cervix ini juga mengandung molekul yang disebut
lactoferrin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan pada saluran
reproduksi terdapat sel makrofag (monosit dalam jaringan), limfosit T,
limfosit B, neutrophil, dan sel-sel imun yang berperan dalam menjaga saluran
reproduksi tetap steril dari sesuatu yang dianggap benda asing (antigen)
Komponen sistem imun terdiri dari sel imun dan produk sel imun
(sitokin). Dari antara banyak jenis sel imun, terdapat dua diantaranya yang
memiliki keterkaitan dengan infertilitas, kegagalan implantasi berulang, dan
keguguran yang berulang yakni sel imun yang terkait dengan ini antara lain
CD (Cluster Diffriend) 56 yaitu sel NK (Natural Killer Cell) yang
memproduksi Tumor Necrosis Factor-Alfa (TNF-á) dan CD 19 yang
memproduksi antibodi terhadap hormon-hormon,seperti hCG,progesteron,dan
sebagainya (FRANCAVILLA et al.,1984).
2. Endokrinologi Reproduksi
b. Adenohipofisis
Adenohipofisis dibagi menjadi tiga yaitu pars uberalis,pars distalis,dan
pars intemedia.hormon yang disekresikan dari pituitari anterior ini disebut
tropic hormone yang mempengaruhi sekresi hormon daur kelenjar
endokrin yang lain.
2. kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang dihubungkan oleh jaringan yang
disebut isthmus, Kelenjar tiroid mempunyai banyak folikel, yang tiap
lumenya terisi oleh protein yang disebut tiroglobulin yang merupakan
tempat penyimpanan hormon tiroid.sel paraforikuler tersebar diantara
folikel-folikel membentuk dinding folikel.sel ttersebut mensekresikan
calcitonin yang berfungsi untuk mengatur kadar kalsium dan fospat dalam
darah.hormon tiroid mencangkup triiodotirinin (T3) yang berfungsi dan
tetraiodotitironin atau tiroksin.hormon tiroid di angkut melalui plasma
protein di sistem peredaran.sekitar 70%-75% dikat olch thyroxin-binding
globulin (TBG) yang disintesis dihati dan sisanya dikat oleh protein
plasma lain, termasuk albumen. Hormon tiroid berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan metabolisme dan berperan dalam proses
pertumbuhan. Hipersekresi hormon tiroid disebut hipertiroidnisme,
mencangkup penyakit grave tumor atau kanker,tiroiditis, thyroid storm.
Hiposekresi hormone tiroid atau disebut hypothyroidism mencakup
defisiensi iodin, goiter, kretimisme, penyakit hashimoto.
3. Kelenjar paratiloid.
Kelenjar paratiloid menempel di bagian posterior dari masing-masing
lobus kelenjar tiroid. Kelenjar ini mensekresikan parathyroid hormone
(PTH), yang berperan dalam mengatur kadar kalsium dan fosfat dalam
cairan tubuh. Tulang, ginjal, ginjal, dan usus adalah target utamanya.
4. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal disebut juga kelenjar suprarenal terletak di ginjal bagian
ujung superior. Kelenjar adrenal terdiri dari bagian dalam yang disebut
medulla dan bagian luar disebut korteks. Medulla terdiri dari sel-sel
polyhedral yang terletak di pusat kelenjar, sedangkan korteks dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu sonaglumerulosa bagian paling luar, zona
fasciculata bagian tengah dan yang paling tebal, dan sona reticularis
bagian yang paling dalam. Bagian medulla mengahasilkan hormone
adrenalin (epinepharine) yang berfungsi untuk meningkatkan kadar gula
darah dengan memecah glikogen, mempercepat pemecahan glikogen
dalam otot serta lemak pada jaringan adipose, dan noradneralin. Adrenalin
dan noradrenalin (norepinephrine) berfungsi untuk meningkatkan detak
jantung. Bagian kotteks mensekresi horon mineralocorticoid (zona
glomerulosa) yang berfungsi untuk meningkatkan reabsorpsi Nat dan
ekskresi K<+ dan H+, glucocorticoid (zona fasciculata) yang berfungsi
untuk meningkatkan pemecahan protein dan lemak, meningkatkan
produksi glukosa, dan menghambat respon imundan androgen (zona
reticularis) yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut pubik
dan aksilaris pada Wanita.
5. Pankreas
Pankreas terletak di belakang peritoneum di antara cekung lambung
terbesar dan duodenum Pankreas merupakan kelenjar eksorin sekaligus
kelenjar endokrin. Bagian endokrin yaitu pulau Langerhans yang terdiri
dari alpha cell yang menghasilkan glucagon (berfungsi meningkatkan
perombakan glikogen dan melepaskan glukosa ke sistem sirkulasi), beta
cell menghasilkan insulin (meningkatkan penggunaan glukosa dan sistesis
glikogen), dan delta cell yang mensekresikan somatostatin (menghambat
sekresi glukagon dan insulin).
6. Organ reproduksi (Gonad)
Organ reproduksi yang meliputi ovarium, testis, dan placenta juga
mensekresi hormone yang digunakan untuk sistem reproduksi. Selain dari
organ-organ tersebut, hormon reproduksi juga dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis. Pada pria, kelenjar endokrin system reproduksi utama ada pada
testis. Hormon yang diproduksi oleh testis adalah testosterone yang
bersama- sama dengan LH dan FSH berfungsi untuk mengatur sistesis sel
sperma dan perkembangan organ reproduksi serta cici kelamin sekunder
pada pria sedangkan pada wanita, ovarium adalah kelenjar utama yang
menghasilkan hormone estrogen an progesteron berfungsi untuk
merangsang perkembangan uterus dan kelenjar mamae, struktur genital
eksternal, ciri kelamin sekunder, siklus menstruasi. Hormon estrogen lebih
dominan untuk mengatur tingkah laku seksual pada Wanita, relaxin
berfungsi untuk meningkatkan elastisitas simfisis pubis. Testis dan
ovarium sama-sama mensekresikan homone inhibin yang berfungsi untuk
menghambat sekresi FSH.
7. Badan pineal
Badan pineal yang terletak di epitalamus pada otak menghasilkan 2
hormon yang bekerja pada hipotalamus atau di gonad untuk menghambat
fungsi reproduksi, yaitu hormone melatonin (menghambat GnRH,
menghambat reproduksi, mengatur siklus tidur) dan arginine
vasotosin(menghambat GnRH).
8. Timus
Timus berada di leher, dan menghasilkan hormone timosin yang berperan
dalam sistem imun
3. Antibodi Antisperma
a. Pengertian
kekebalan tubuh secara keliru menggangap sperma dalam cairan mani sebagai
antibodi untuk melindungi tubuh. Antibodi antisperma ini dapat terjadi pada
pria maupun wanita. Kelainan pada sistem imun dapat menyebabkan
jaringan tubuh yang akan teraktivasi oleh benda asing seperti bakteri atau
rusaknya sperma. Normalnya, sperma akan terlindungi dari sistem imun oleh
dalam air mani, darah, dan cairan vagina.ASA kemungkinan dapat ditemukan
pada pria atau wanita, dimana ASA akan mempengaruhi jumlah dan motilitas
dapat dideteksi di dalam serum atau sperma, dengan presentase sebanyak 37-
74% pada serum dan 38-60% terikat pada sperma (Silva,Ramalho-Santos and
Amaral,2021).
1. Immunobead method
SIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21