Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MIRA GUSTIANA YOVANKA

KELAS : XI IPA 7

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

A. PENGERTIAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH


Sistem pertahanan tubuh atau sistem imun merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap bahan atau zat yangb masuk ke dalam tubuh.

B. FUNGSI SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. Memproteksi tubuh dari serangan penyakit.
2. Memperbaiki jaringan yang rusak.
3. Menjaga homeostatis.

C. MACAM-MACAM SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. SISTEM PERTAHANAN NONSPESIFIK
Sistem imun nonspesifik adalah sistem imun yang tidak ditujukan terhadap mikroba
tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan terdepan
dalam menghadapi serangan berbagai mikroba. Sistem imun nonspesifik meliputi:
a. Pertahanan Fisik
Kulit dan membran mukosa yang melapisi saluran pernapasan, pencernaan dan
genitouriner (kelamin dan ekskresi urine) merupakan pertahanan terdepan terhadap
infeksi dalam pertahanan fisik. Selain itu, pada trakea, sel-sel epitel bersilia dapat
menyapu mikroba yang terjerat di dalamnya, sehingga mencegah mikroba memasuki
paru-paru.
b. Pertahanan Biokimia
Kulit dan memban mukosa juga mampu menghadapi patogen dengan pertahanan
kimiawi melalui eksresi dari kelenjar minyak dan keringat akan membuat pH kulit
menjadi asam (sekitar pH 3-5) sehingga dapat mencegah kolonisasi banyak mikroba.
Zat tertentu di dalan air ludah,air mata dan sekresi mukosa mampu melindungi tubuh
terhadap bakteri gram positif dengan cara menghancurkan dinding selnya. Berbagai
bahan yang disekresikan getah lambung, usus dan empedu mampu menciptakan
lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroorganisme.
c. Pertahanan Selular
Pertahanan ini sangat tergantung pada proses fagositosis, yaitu proses penelanan
mikroba yang menyerang tubuh oleh jenis sel leukosit tertentu. Sel-sel fadositik terdiri
atas neutrofil, monosit, dan eosinofil. Mekanisme fagositosis yaitu sebagai berikut.
Selain sel-sel fagositik, pertahanan nonspesifik pada garis pertahanan kedua juga
meliputi sel pembunuh alami (Natural Killer Cell). Sel-sel ini termasuk golongan
limfosit dengan granula besar dan banyak mengandung sitoplasma. Jumlahnya sekitar
5-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan sekitar 45% dari limfosit di dalam jaringan.
Fungsi utamanya adalah merusak sel tubuh yang diserang virus dan sel tumor. Sel mast
sangat berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit dalam usus dan
inveksi bakteri.
d. Pertahanan Humoral
Pertahanan Humoral adalah pertahana tubuh oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam sirkulasi darah seperti :
1) Komplemen diproduksi oleh hepatosit dan monosit terdiri atas sejumlah besar
protein yang apabila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respons inflamasi. Fungsi komponen antara lain untuk:
a) Menghancurkan sel membran banyak bakteri.
b) Sebagai faktor kemotaksis yang mengerahkan mikrofag ke tempat bakteri.
c) Dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag untuk
mengenal (opnosiasi) dan memakannya.
2) Interferon merupakan protein yang diseksresikan oleh sel yang terinfeksi
virus,bersifat antivirus,dan dapat menginduksi sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi
virus sehingga menjadi resisten terhadap virus.Interferon merupakan sel pembunuh
alami dari berbagai sel eukariotik dan dilepas sebagai respons terhadap inveksi
virus.
3) CRP merupakan salah satu protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada
infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.
4) Kolektin merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat
hidrat arang pada permukaan kuman.
5) Lisozim merupakan protein lisosom yang terdapat dalam ludah,air mata dan sekresi
mukosa yang merupakan enzim yang dapat melilis sel mikroba.
e. Respons Peradangan dan Demam
Radang atau inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel tubuh
yang disebabkan oleh infeksi, zat-zat kimia, ataupun gangguan fisik lainnya, seperti
benturan dan panas. Gejala radang dapat berupa sakit, panas, bengkak, kulit memerah,
dan gangguan fungsi dari daerah yang terkena radang.
Demam merupakan slah satu respon tubuh terhadap radang. Bakteri, virus, sel
kanker, dan sel yang mati menghasilkan zat yang disebut pyrogenexogen. Zat tersebut
merangsang makrofag dan monosit mengeluarkan pyrgenendogen yang merangsang
hipotalamus menaikan suhu tubuh sehingga timbul perasaan dingin, menggigil, dan
suhu tubuh yang meningkat.

2. SISTEM PERTHANAN SPESIFIK


Sistem Pertahanan Spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang memiliki
kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing oleh tubuh dengan respons
sensititasi sel-sel imun.
Sensititasi adalah proses yang menyebabkan oorganisme atau sel menjadi lebih aktif
terhadap antigen.
Bila benda asing yang sama masuk ke dalam tubuh maka akan dengan cepat dikenali dan
dihancurkan oleh sistem pertahanan spesifik tersebut. Sistem ini hanya dapat mengenali
benda asing yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh.
Kekebalan spesifik dilakukan oleh leukosit jenis limfosit yang kemudian berkembang
menjadi sel T dan sel B, tergantung tempat perkembangannya. Bila limfosit pindah ke timus
maka berkembang menjasi sel T (timus) dan bila tidak pindah menjadi sel B (bone marrow).
Sistem pertahanan spesifik dibagi menjadi dua yaitu sistem pertahanan humoral dan
selular. Sel B berperan dalam sistem pertahanan humoral dan sel T berperan dalam sistem
pertahanan selular.
a. Proses Pembentukan Limfosit
Limfosit yang terseleksi adalah sel B dan sel T yang memiliki reseptor yang dapat
berinteraktif dengan antigen. Limfosit-limfosit tersebut akan berinteraksi dan membelah
jadi dua klon yaitu sel-sel efektor berumur pendek menyerang antigen yang sama dan
sel memori berumur panjang ysng mengandung reseptor spesifik untuk antigen yang
sama.
Perbanyakan dan deferensiasi limfosit yang terjadi pada saat pertama kali tubuh
terinfeksi antigen disebut respons kekebalan primer. Selama periode respons primer sel
B dan sel T terseleksi akan membangkitkan secara berturut-turut sel efektor B dan T.
Sel efektor B akan membentuk sel plasma yang menghasilkan antibodi. Selama sel-sel
efektor ini sedang bekerja individu akan menderita sakit. Gejala akan berkurang/hilang
ketika antibodi dan sel efektor T membersihkan antigen dari tubuh.
Bila tubuh terinfeksi lagi dengan antigen yang sama maka respons akan menjadi
lebih cepat disebut respons kekebabalan sekunder.
Pada respons kekebalan sekunder, jumlah antibodi dalam tubuh akan jauh lebih
banyak dan memiliki afinitas lebih besar terhadap antigen. Kemampuan sistem
kekebalan untuk membangkitkan respopns kekebalan sekunder merupakan dasar
mekanisme memori imunologis. Sel-sel memori disiapkan untuk berproliferasi dan
berdiferensiasi secara cepat ketika sel-sel tersebut mengadakan kontak dengan antigen
yang sama.

b. Penanda Permukaan Sel


Sel T memiliki interaksi dengan sekelompok molekul asli yang tersusun dari
glikoprotein permukaan sel. Molekul tersebut dinamakan kompleks histokompabilitas
mayor atau major hisitocompability complex (MHC). Pada manusia,molekul itu disebut
HLA (Human Leucocyte Antigen). Setiap MHC dapat mengikat berbagai fragmen
antigen dan membentuk kompleks MHC-antigen yang dapat dikenali oleh reseptor
antigen spesifik pada sel T tertentu.
MHC berfungsi mengirim antigen kepada sel T.Ada dua jenis sel T yaitu sebagai
berikut.
1) Sel T sitotoksik (Tc) memiliki reseptor antigen yang terikat dengan fragmen
antigen yang dikirim MHC kelas I.
2) Sel T helper (Th) memiliki reseptor yang terikat dengan fragmen antigien yang
dikirim MHC kelas II.
Makrofag berinteraksi dengan antigen dan menghasilkan MHC II agar dikenali
oleh sel T. Antigen akan dihancurkan oleh sel T dengan bantuan sel T helper.
c. Sistem Pertahanan Humoral
Kata humoral berasal dari humor yang berarti cairan tubuh.Sistem pertahanan
melibatkan sel. Bila sel B bertemu dengan benda asing,maka sel ini akan berprpliferasi
dan berkembang menjasi sel plasma yang membentuk antibodi. Antibodi berfungsi
dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi ekstraseluler, virus, bakteri dan toksinnya. Sel
B yang menghasilkan antibodi akan beredar dalam peredaran darah dan limfa.
d. Sistem Pertahanan Selular
Sistem Pertahanan Seluler berfungsi untuk pertahanan terhadap mikroba
intraseluler (bakteri, virus, dan jamur) yang berperan adalah sel T.
Ketika sel terinfeksi mikroba asing maka makrofag akan menelan dan
menghancurkan mikroba. MHC kelas II yang baru disintesis akan bergerak menuju
permukaan makrofag dan mengikat protein antigen. MHC akan membawanya ke
permukaan sel sehingga protein asing tersebut dikenali oleh sel T helper. Sel T helper
teraktivasi akan menyekresikan sitokin yang berfungsi untuk mengaktifkan limfosit lain.

D. ANTIGEN DAN ANTIBODI


1. ANTIGEN
Antigen adalah benda asing yang dapat merangsang respons sistem pertahanan tubuh.
Antigen dibagi menjadi dua yakni imunogen dan hapten.
Imunogen adalah antigen yang dapat merangsang sistem pertahanan tubuh dengan sangat
kuat terutama dalam konteks imunatis protektif terhadap organisme patogen.
Hapten adalah determinan antigen yang dapat mengikat atau bereaksi dengan antibodi,
tetapi tidak dapat merangsang pembentukan antibodi secara langsung.
Antigen dapat dibedakan menurut sifat kimiawinya yaitu sebagai berikut.
a. Polisakarida, berupa hidrat arang dan glikoprotein. Contoh antigen jenis ini adalah
antigen pada golongan darah ABO.
b. Lipid, pada umumnya tidak imunogenik tetapi bila diikat protein pembawa maka akan
menjadi imunogenik.
c. Asam nukleat, tidak imunogenik.Namun bila diikat protein pembawa maka akan dapat
menjadi imunogenik.
d. Protein, kebanyakan lendir bersifat imunogenik (memacu pembentukan antibodi).

2. ANTIBODI
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein .Antibodi dibentuk sebagai
respons terhadap benda-benda asing (antigen) yang tidak diinginkan didalam tubuh kita.
Antibodi berfungsi menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Tiap jenis antibodi
spesifik terhadap antigen jenis tertentu.
Antibodi mengandung imunoglobulin (Ig) yang dibentuk oleh sel plama (proliferasi sel
B) karena adanya kontak dengan antigen atau rangsangan oleh antigen. Ada beberapa
macam imunoglobulin (Ig) diantaranya IgG, IgM, IgE, dan IgD.
Tiap molekul antibodi terdiri dari 4 rantai polipeptida. 2 rantai berat yang identik dan 2
rantai ringan yang identik.
E. KEGAGALAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Berdasarkan faktor penyebabnya kegagalan imun dapat dibedakan menjadi beberapa macam
penyakit yaitu sebagai berikut.

1. AUTOIMUN
Pada penderita penyakit autoimun sistem kekebalan tubuh salah sasaran sehingga
menyerang sel,jaringan serta organ orang itu sendiri. Akibatnya terjadi peradangan di tempat
sistem pertahanan tubuh menyerang patogen. Penyakit autoimun dapat dipicu oleh beberapa
hal antara lain sebagai berikut.
a. Makrofag dan neutrofil bersirkulasi dalam darah untuk memantau adanya zat asing dalam
tubuh.
b. Sel T mengeluarkan sitokin dan kemokin.
c. Sel B membuat kesalahan dengan tidak memproduksi antibodi terhadap antigen asing,
melainkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh.
d. Saat antibodi berikatan dengan antigen dalam darah.

2. ALERGI
Alergi merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya,padahal sebenarnya
tidak.Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas (reaksi berlebihan) tersebut disebut
alergen.
Alergi dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah makanan, debu,
serbuk sari, bulu binatang, sabun, bahan kimia atau logam, kutu, dan kapuk.

3. IMUNODEFISIENSI
Pertahanan tubuh dapat mengalami penekanan (imunosupresi) bahkan kehilangan
kekebalan (imunodefisiensi). Imunodefisiensi dapat digolongkan ke dalam dua kategori
berdasarkan etiloginya. Pertama, imunosupresi sebagai akibat proses komplikasi biologis
penyakit lain dalam tubuh kita (malnutrisi, kanker, dan penyakit infeksi). Kedua, disebut
imunodefisiensi iatrogenik yakni kegagalan imun atau faktor imun akibat komplikasi terapi
untuk penyakit lain.

F. PENERAPAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH


1. ANTIBODI MONOKLONAL
Antibodi Monoklonal adalah usaha manusia dengan teknik hibridoma atau rekayasa
genetika untuk mendapatkan jenis antibodi satu macam atau satu klon.
2. PRODUKSI INTERFERON SECARA REKAYASA GENETIK
Seperti antibodi monoklonal,interferon dapat dibuat secara in vitro,sehingga dapat
digunakan sebagai obat anti virus.

3. PROSES PEMBUATAN VAKSIN


Proses pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan mengambil bagian tubuh atau produk
dari patogen yang biasa kita jadikan antigen bagi seseorang, sehingga dapat merangsang
sistem kekebalalan orang tersebut.

4. IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit,agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi aktif adalah tubuh dengan sendirinya membuat zat anti yang akan bertahan
selama bertahun-tahun. Imunisasi aktif ada karena pada tubuh manusia ada sistem
kekebalan tubuh yang menjadi benteng pertahanan. Contoh pemberian vaksin BCG, DPT,
polio, dan hepatitis B.
b. Imunisasi pasif adalah zat kekebalan tubuh yang diperoleh dari luar. Imunisasi pasif juga
terdapat pada anak yang mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Contoh
imunisasi pasif yaitu pemberian serum anti tetanus (ATS).
HUBUNGAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH DENGAN WABAH
COVID-19

Kekebalan tubuh sangat penting guna melawan suatu infeksi di dalam tubuh. Terlebih
saat ini kekebalan tubuh memegang peran penting untuk melawan virus corona. Sebagian besar
kematian yang berhubungan dengan virus corona disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang
rusak, bukan kerusakan yang disebabkan oleh virus itu sendiri. Saat pertama kali tubuh
terinfeksi, tubuh akan mengeluarkan pertahanan kekebalan bawaan (nonspesifik) guna
menghadapi jenis virus apa pun. Tujuan pertahanan nonspesifik yaitu untuk mencegah virus
mereplikasi diri menjadi semakin meluas. Dengan begitu, respon adaptif dari sistem kekebalan
tubuh masih memiliki cukup waktu untuk bekerja sebelum infeksi menjadi tak terkendali. Di sini
terjadi pelepasan protein bernama interferon yang mengganggu kemampuan virus untuk
bereplikasi di dalam sel-sel tubuh. Interferon juga merekrut sel-sel kekebalan lain untuk datang
dan menyerang virus agar tidak menyebar. Respons awal ini memungkinkan tubuh mendapatkan
kendali atas infeksi dengan cepat, meskipun virus memiliki pertahanannya sendiri untuk
melepaskan diri dari efek interferon.

Respon imun adaptif terdiri dari antibodi spesifik virus dan sel T yang berfungsi untuk
mengenali virus sehingga bisa lebih cepat menghancurkannya. Antibodi ini juga lah yang
berfungsi untuk memberi kekebalan dan perlindungan sehingga orang yang pernah terinfeksi
tidak akan kembali terinfeksi untuk kedua kalinya. Pada beberapa orang, virus berhasil
mereplikasi dan menyebar dengan cepat sehingga kekebalan tubuh yang dimiliki tidak sempat
mengendalikannya. Akibatnya virus akan semakin banyak dan tubuh akan semakin sulit untuk
melawan virus tersebut. Sehingga sistem kekebalan semakin lemah yang dapat menyebabkan
virus cepat berkembang.

Ketika terjadi infeksi virus maka akan terjadi demam, ini adalah bentuk respons imun
yang menjadi peringatan bagi tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi, yakni serangan
virus. Selain itu, gejala yang ditimbulkan ini juga wujud sistem imun bawaan yang tengah
berupaya menyingkirkan virus. Gejala yang ditimbulkan pun akan berbeda tergantung tubuh
menangani virus tersebut.

Pada kasus ini, virus corona masuk ke dalam sel dengan menempel pada protein yang
disebut reseptor ACE2 yang ada di permukaan sel. Reseptor ini paling banyak terdapat di paru-
paru, itulah sebabnya COVID-19 dianggap sebagai penyakit pernapasan. Namun, jumlah
reseptor ACE2 tertinggi kedua ada di usus, yang dapat menjelaskan mengapa banyak orang yang
terinfeksi virus corona mengalami diare. Virus bisa masuk ke paru-paru karena terbawa saat
seseorang bernafas dan masuk ke usus ketika seseorang memakan atau menelan sesuatu. Jika
virus telah menetap di paru-paru, maka penyakit yang ditimbulkan bisa berkembang menjadi
pneumonia. Sel-sel di paru-paru mengalami kerusakan dan peradangan.

Jadi ada dua kemungkinan yang bisa terjadi pada seseorang yang menderita COVID-19.
Pertama, respons imun tetap stabil dan dapat mengendalikan kembali sel-selnya yang sudah
terinfeksi virus dan membersihkannya menggunakan sel T dan antibodi, maka pasien akan
sembuh. Kedua, sistem kekebalan tubuh kesulitan melawan virus sehingga banyak menghasilkan
protein inflamasi yang dapat memperburuk keadaan pasien bahkan kematian.

Oleh sebab itu, pentingnya menjaga sistem kekebalan tubuh guna melawan infeksi virus
ditengah pandemi ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga pola hidup sehat dan
pola hidup bersih agar sistem imun tetap berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

~stay strong, stay safe, stay health, take care~

Anda mungkin juga menyukai