KELAS : XI IPA 7
2. ANTIBODI
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein .Antibodi dibentuk sebagai
respons terhadap benda-benda asing (antigen) yang tidak diinginkan didalam tubuh kita.
Antibodi berfungsi menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Tiap jenis antibodi
spesifik terhadap antigen jenis tertentu.
Antibodi mengandung imunoglobulin (Ig) yang dibentuk oleh sel plama (proliferasi sel
B) karena adanya kontak dengan antigen atau rangsangan oleh antigen. Ada beberapa
macam imunoglobulin (Ig) diantaranya IgG, IgM, IgE, dan IgD.
Tiap molekul antibodi terdiri dari 4 rantai polipeptida. 2 rantai berat yang identik dan 2
rantai ringan yang identik.
E. KEGAGALAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Berdasarkan faktor penyebabnya kegagalan imun dapat dibedakan menjadi beberapa macam
penyakit yaitu sebagai berikut.
1. AUTOIMUN
Pada penderita penyakit autoimun sistem kekebalan tubuh salah sasaran sehingga
menyerang sel,jaringan serta organ orang itu sendiri. Akibatnya terjadi peradangan di tempat
sistem pertahanan tubuh menyerang patogen. Penyakit autoimun dapat dipicu oleh beberapa
hal antara lain sebagai berikut.
a. Makrofag dan neutrofil bersirkulasi dalam darah untuk memantau adanya zat asing dalam
tubuh.
b. Sel T mengeluarkan sitokin dan kemokin.
c. Sel B membuat kesalahan dengan tidak memproduksi antibodi terhadap antigen asing,
melainkan antibodi yang menyerang jaringan tubuh.
d. Saat antibodi berikatan dengan antigen dalam darah.
2. ALERGI
Alergi merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi
hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya
nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan
atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya,padahal sebenarnya
tidak.Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas (reaksi berlebihan) tersebut disebut
alergen.
Alergi dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah makanan, debu,
serbuk sari, bulu binatang, sabun, bahan kimia atau logam, kutu, dan kapuk.
3. IMUNODEFISIENSI
Pertahanan tubuh dapat mengalami penekanan (imunosupresi) bahkan kehilangan
kekebalan (imunodefisiensi). Imunodefisiensi dapat digolongkan ke dalam dua kategori
berdasarkan etiloginya. Pertama, imunosupresi sebagai akibat proses komplikasi biologis
penyakit lain dalam tubuh kita (malnutrisi, kanker, dan penyakit infeksi). Kedua, disebut
imunodefisiensi iatrogenik yakni kegagalan imun atau faktor imun akibat komplikasi terapi
untuk penyakit lain.
4. IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit,agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi ada dua macam yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi aktif adalah tubuh dengan sendirinya membuat zat anti yang akan bertahan
selama bertahun-tahun. Imunisasi aktif ada karena pada tubuh manusia ada sistem
kekebalan tubuh yang menjadi benteng pertahanan. Contoh pemberian vaksin BCG, DPT,
polio, dan hepatitis B.
b. Imunisasi pasif adalah zat kekebalan tubuh yang diperoleh dari luar. Imunisasi pasif juga
terdapat pada anak yang mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Contoh
imunisasi pasif yaitu pemberian serum anti tetanus (ATS).
HUBUNGAN SISTEM PERTAHANAN TUBUH DENGAN WABAH
COVID-19
Kekebalan tubuh sangat penting guna melawan suatu infeksi di dalam tubuh. Terlebih
saat ini kekebalan tubuh memegang peran penting untuk melawan virus corona. Sebagian besar
kematian yang berhubungan dengan virus corona disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang
rusak, bukan kerusakan yang disebabkan oleh virus itu sendiri. Saat pertama kali tubuh
terinfeksi, tubuh akan mengeluarkan pertahanan kekebalan bawaan (nonspesifik) guna
menghadapi jenis virus apa pun. Tujuan pertahanan nonspesifik yaitu untuk mencegah virus
mereplikasi diri menjadi semakin meluas. Dengan begitu, respon adaptif dari sistem kekebalan
tubuh masih memiliki cukup waktu untuk bekerja sebelum infeksi menjadi tak terkendali. Di sini
terjadi pelepasan protein bernama interferon yang mengganggu kemampuan virus untuk
bereplikasi di dalam sel-sel tubuh. Interferon juga merekrut sel-sel kekebalan lain untuk datang
dan menyerang virus agar tidak menyebar. Respons awal ini memungkinkan tubuh mendapatkan
kendali atas infeksi dengan cepat, meskipun virus memiliki pertahanannya sendiri untuk
melepaskan diri dari efek interferon.
Respon imun adaptif terdiri dari antibodi spesifik virus dan sel T yang berfungsi untuk
mengenali virus sehingga bisa lebih cepat menghancurkannya. Antibodi ini juga lah yang
berfungsi untuk memberi kekebalan dan perlindungan sehingga orang yang pernah terinfeksi
tidak akan kembali terinfeksi untuk kedua kalinya. Pada beberapa orang, virus berhasil
mereplikasi dan menyebar dengan cepat sehingga kekebalan tubuh yang dimiliki tidak sempat
mengendalikannya. Akibatnya virus akan semakin banyak dan tubuh akan semakin sulit untuk
melawan virus tersebut. Sehingga sistem kekebalan semakin lemah yang dapat menyebabkan
virus cepat berkembang.
Ketika terjadi infeksi virus maka akan terjadi demam, ini adalah bentuk respons imun
yang menjadi peringatan bagi tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi, yakni serangan
virus. Selain itu, gejala yang ditimbulkan ini juga wujud sistem imun bawaan yang tengah
berupaya menyingkirkan virus. Gejala yang ditimbulkan pun akan berbeda tergantung tubuh
menangani virus tersebut.
Pada kasus ini, virus corona masuk ke dalam sel dengan menempel pada protein yang
disebut reseptor ACE2 yang ada di permukaan sel. Reseptor ini paling banyak terdapat di paru-
paru, itulah sebabnya COVID-19 dianggap sebagai penyakit pernapasan. Namun, jumlah
reseptor ACE2 tertinggi kedua ada di usus, yang dapat menjelaskan mengapa banyak orang yang
terinfeksi virus corona mengalami diare. Virus bisa masuk ke paru-paru karena terbawa saat
seseorang bernafas dan masuk ke usus ketika seseorang memakan atau menelan sesuatu. Jika
virus telah menetap di paru-paru, maka penyakit yang ditimbulkan bisa berkembang menjadi
pneumonia. Sel-sel di paru-paru mengalami kerusakan dan peradangan.
Jadi ada dua kemungkinan yang bisa terjadi pada seseorang yang menderita COVID-19.
Pertama, respons imun tetap stabil dan dapat mengendalikan kembali sel-selnya yang sudah
terinfeksi virus dan membersihkannya menggunakan sel T dan antibodi, maka pasien akan
sembuh. Kedua, sistem kekebalan tubuh kesulitan melawan virus sehingga banyak menghasilkan
protein inflamasi yang dapat memperburuk keadaan pasien bahkan kematian.
Oleh sebab itu, pentingnya menjaga sistem kekebalan tubuh guna melawan infeksi virus
ditengah pandemi ini. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menjaga pola hidup sehat dan
pola hidup bersih agar sistem imun tetap berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.