Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO :

Seorang ibu berusia 20 tahun membawa bayi laki-lakinya yang berusia 4 bulan ke puskesmas.
Ibu tersebut ingin berkonsultasi dengan dokter apakah bayinya perlu imunisasi atau tidak. Ibu
ingin mendapatkan penjelasan mengenai manfaat imunisasi dan bagaimana imunisasi dapat
melindungi bayinya dari penyakit.
KS : -
KK : 1. Bayi lk lk 4 bln
2. konsultasi imunisasi
3. mendapatkan penjelasan manfaat imunisasi
4.
MM :

MM : IMUNITAS

RESPON FAKTOR DEFINISI FUNGSI UTAMA MANFAAT KLASIFIKASI AKTIF/PASIF

Bakteri, virus, jamur, parasit SPESIFIK DAN NON SPESIFIK IMUNISASI

Antigen/antibody USIA, JK, NUTRISI, PENYAKIT, PENGARUH LUAR DAMPAK

PERTANYAAN :
1. A. JELASKAN DEFINISI IMUNITAS ? (fay)
1. B. JELASKAN FAKTOR YG MEMPENGARUHI IMUNITAS ?
2. A. PENJELASAN MENGENAI IMUNISASI DAN CARA PEMBERIANNYA DAN
UMURNYA ?(hana)
B. SEBUTKAN MACAM MACAM IMUNISASI DAN PADA UMUR BERAPA
DILAKUKAN ?
3. JELASKAN RESPON IMUN SPESIFIK DAN NON SPESIFIK ? (fitri)
4. JELASKAN HUBUNGAN ANTIGEN DAN ANTIBODI? (aldi)
5. JELASKAN PRINSIP DASAR IMUNISASI ? (sherin)
6. BAGAIMANA PERBEDAAN RESPON IMUN TERHADAP ANTIGEN? (caca)
7. APA MANFAAT IMUNISASI DAN DAMPAK TDK DIIMUNISASI ? (adri)
8. A. JELASKAN PERANAN SITOKIN, MHC, TNF DALAM SISTEM
IMUN ? (silsa)
B. JELASKAN PERANAN KOMPLEMEN , INTERFERON PADA SISTEM
IMUN?
9. JELASKAN PERBEDAAN SELF DAN NONSELF ? (ubay)
10. SEBUTKAN UNSUR UNSUR YANG BERPERAN DALAM IMUNOLOGI ?
(Nabila)
JAWABAN :
3. RESPON IMMUN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK

RESPON IMMUNE NON-SPESIFIK


Sistem imun bawaan mencakup respons irnun non-spesifik tubuh yang beraksi segera
pada pajanan ke agen yang mengancam. Respons non-spesifik ini adalah mekanisme
pertahanan bawaan (sudah ada) yang secara non-selektif mempertahankan tubuh dari
setiap jenis benda asing atau abnormal apapun, bahkan pada pajanan awal
terhadapnya. Respons seperti ini menyediakan lini pertama pertahanan terhadap
berbagai ancaman, termasuk agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan akibat
trauma atau luka bakar. Semua orang dilahirkan dengan mekanisme respons imun
bawaan yang pada hakikatnya sama meskipun mungkin terdapat sedikit perbedaan
genetik. Sistem imun adaptif atau didapat, sebaliknya, mengandalkan respons imun
spesifik yang secara selektif menyerang benda asing tertentu yang pernah terpajan ke
tubuh dan memiliki kesempatan untuk mempersiapkan serangan yang secara khusus
ditujukan kepada musuh tersebut. Karena itu, sistem imun adaptif memerlukan waktu
cukup lama untuk menyerang dan mengalahkan musuh spesifik. Sistem imun bawaan
dan didapat bekerja secara harmonis untuk menahan, dan kemudian mengeliminasi,
bahan-bahan yang membahayakan.

Jenis pertahanan sitem imun non spesifik


▪ Pertahanan Fisik (mekanik)
Pertahan Fisik (mekanik) merupakan pertahanan garis terdepan pada lapis pertama.
Pertahanan Fisik terdiri dari:
Kulit
1. Lapisan sel epidermis dan rambut memberi perlindungan fisik
2. Mensekresikan keringat yang mengandung garam yang dapat membunuh
bakteri
3. pH asam pada kulit juga dapat membunuh patogen Membran mukosa dan
selaput lendir Menghasilkan mukosa (lendir) yang menjadi perangkap pada
bakteri.

Silia saluran pernapasan


Rambut halus pada saluran pernapasan menghambat masuknya
mikroorganisme patogen masuk ke dalam paru.

Batuk dan bersin


Mengeluarkan bakteri dari saluran pernapasan
▪ Pertahanan Biokimia
Pertahanan Biokimia merupakan pertahanan setelah pertahanan fisik berupa zat-zat
biokimiawi.
Keringat dan sekresi kelenjar sebaseus
1. pH asam pada keringat dan minyak/ asam lemak sekresi kelenjar sebaseus
yang dilepaskan kulit mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran
sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit.
2. Enzim lisozim yang dapat melindungi kulit dari berbagai bakteri gram
positif karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.

ASI
1. Enzim lisozim
2. Laktooksidase dan asam neuraminik yang bersifat antibakterial terhadap
E.coli dan Stafilococcus.

Saliva
1. Enzim lisozim
2. Enzim laktooksidase yang merusak dinding sel bakteri dan menimbulkan
kebocoran sitoplasma
3. Antibodi yang dapat melisiskan mikroba.

Lambung
1. HCL Mencegah infeksi

Empedu Usus Halus


Cairan empedu dan Enzim proteolitik membantu menciptakan lingkungan
yang dapat mencegah infeksi mikroba

Vagina
pH rendah

Sperma
Spermin dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah bakteri gram positif.

Serum Darah
Laktoferin dan transferin dapat mengikat besi yang merupakan metabolit
esensial untuk hidup mikroba.

Lendir
Lendir mengandung enzim proteolitik dan antibodi. Beberapa selaput lendir
ada pula yang mengandung flora normal di antaranya:
1. Staphilococcus epidermidis (di hidung): menyaring udara
2. Eschericia colli (di usus besar): membunuh bakteri patogen di makanan
3. Lactobacillus acidophylus (di vagina): menjaga pH vagina untuk
membunuh bakteri dan jamur patogen seperti Trichocomonas vaginalis
dan
4. Candida albicans Flora normal ini menempati permukaan epitel

▪ Pertahanan Humoral
Pertahanan Humoral merupakan pertahanan pada sistem imun non spesifik
Berupa molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi  Ada yang berfungsi
jauh : komplemen dan PFA (protein fase akut)  Ada yang berfungsi lokal :
defensin, katelisidin, dan Interferon

KOMPELEMEN
Protein Komplemen merupakan agen antimikroba yang terdiri atas sekitar 20
protein serum.
Di dalam tubuh, senyawa ini berada dalam kondisi tidak aktif. Protein
komplemen yang telah aktif akan bekerja secara sistematis untuk melisiskan
berbagai mikroba penginfeksi.

▪ Pertahanan Seluler
Pertahanan Seluler Sistem Imun Non Spesifik diperankan oleh: Fagosit, sel NK,
Sel Mast dan Eusinofil
1. FAGOSIT
Merupakan Sistem imun non spesifik yang mampu menghancurkan
organisme patogen melalui proses fagositosis, terdiri dari: Monosit,
Limfosit, Neutrofil, Eusinopil, Basifil. Dan Makrofag
Fagosit mononuklear (1 nukleus) : monosit
Fagosit polinuklear (> 1 nukleus): neutrofil, eusinofil dan basofil.

2. BASOFIL DAN SEL MAST


Disamping memiliki fungsi fagosit, basofil dapat melepaskan mediator
inflamasi.
 Sel mast adalah sel yang memiliki struktur dan fungsi serupa dengan
basofil, bedanya sel mast ditemukan di dalam jaringan pembuluh darah,
sedangkan basofil ada di dalam darah.
 Basofil dan sel mast berfungsi: meningkatkan permeabilitas vaskular,
respon inflamasi, dan mengerutkan otot polos bronkus.
 Granula-granula di dalam basofil dan sel mast mengandung histamin,
heparin, dan leukotrin. Degranulasi dipuci oleh ikatan antara antigen
dengan IgE (antibodi) pada permukaan sel untuk alergi.
 Basofil dan sel mast juga dapat melepaskan sejumlah sitokin,
melindungi tubuh dari infeksi parasit dan invasi bakteri.
3. NATURAL KILLER CELL (NK)
Merupakan jenis sel darah putih yang dapat merespon infeksi virus dan tumor,
dan menyebabkan apoptosis pada sel yang diinfeksi atau mengalami tumor.

Respons Imun Non Spesifik (Innate Immunity)


Pertahanan bawaan mencakup di bawah ini:
1. Inflamasi, suatu respons non-spesifik terhadap cedera jaringan, yaitu ketika
spesialis-spesialis fagositik neutrofil dan makrofag berperan besar, bersama
dengan masukan suportif dari tipe sel imun lain.
2. interferon, sekelompok protein yang secara non-spesifik bertahan melawan
infeksi virus.
3. Sel pembunuh-alami (natural killer cells), suatu kelompok khusus sel mirip-
limfosit yang secara spontan dan non-spesifik melisiskan (memecahkan) dan
menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi virus dan sel kanker.
4. Sistem komplemen, sekelompok protein plasma inaktif yang, ketika diaktifkan
secara berurutan, akan merusak sel-sel asing dengan menyerang membran plasma.

1. INFLAMASI
Inflamasi adalah respons non-spesifik terhadap invasi asing atau kerusakan
jaringan. Kata inflamasi merujuk ke serangkaian proses bawaan non-spesifik
yang saling berkaitan erat yang diaktifkan sebagai respons terhadap invasi asing,
kerusakan jaringan, atau keduanya. Tujuan peradangan adalah membawa fagosit
dan protein plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk dapat (1) mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang; (2) membersihkan debris; dan
(3) mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan. Respons peradangan
keseluruhan sangat mirip satu sama lain tanpa memandang apapun pemicunya
(invasi bakteri, cedera kimiawi, atau trauma mekanis) meskipun mungkin terlihat
beberapa perbedaan ringan, bergantung pada bahan yang mencederai atau tempat
kerusakan. Rangkaian proses berikut biasanya terjadi selama responsperadangan.
S ebagai contoh, kita menggunakan masuknya bakteri ke kulit yang rusak.

2. INTERFERON
Interferon menghambat sementara multiplikasi virus di sebagian besar sel.
Interferon, suatu kelompok tiga sitokin yang saling terkait, dilepaskan dari sel
yang terinfeksi virus dan segera menyediakan pertahanan nonspesifik terhadap
infeksi virus dengan memengaruhi sementara replikasi virus yang sama atau tidak
berhubungan di dalam sel pejamu lain. Pada kenyataannya, interferon dinamai
sesuai kemampuannya untuk "memengaruhi" replikasi virus.

3. SEL NATURAL KILLER


Sel natural killer menghancurkan sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker
pada pajanan pertama. Sel natural killer (NK) adalah sel alami mirip-limfosit
yang secara non-spesifik menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker
dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang secara langsung melisiskan
membran sel-sel tersebut pada pajanan pertama terhadapnya. Sel NK mengenali
karakteristik umum sel yang terinfeksi virus dan sel kanker. Cara kerja dan
sasaran utama sel ini serupa dengan yang dimiliki oleh sel T sitotoksik, tetapi sel
yang terakhir ini hanya dapat mematikan jenis spesifik sel yang terinfeksi oleh
virus atau sel kanker yang sebelumnya pernah terpajan ke sel ini. Selain itu,
setelah pajanan, sel T sitotoksik memerlukan periode pematangan sebelum sel ini
dapat melakukan serangan mematikan. Sel NK menyediakan pertahanan non-
spesifik dan segera terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker sebelum sel
T sitotoksik yang lebih spesifik dan lebih banyak berfungsi. Antibodi yang
dihasilkan sebagai bagian respons imun adaptif meningkatkan aksi pembasmian
oleh sel NK.

4. KOMPLEMENSistem komplemen melubangi mikroorganisme. Sistem


komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang bekerja secara nonspesifik
sebagai respons terhadap invasi organisme. Sistem ini dapat diaktifkan melalui
dua cara :
1. Oleh pajanan ke rantai karbohidrat tertentu yang terdapat di permukaan
mikroorganisme tetapi tidak terdapat di sel manusia, suatu respons imun
bawaan nonspesifik yang dikenal sebagai jalur komplemen alternatif.
2. Oleh pajanan ke antibodi yang dihasilkan terhadap mikroorganisme
penginvasi spesifik, suatu respons imun didapat yang dikenal sebagai jalur
komplemen Idasik

SISTEM IMUN SPESIFIK


Konsep Umum Respons imun adaptif spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk
membatasi atau menghancurkan sasaran tertentu yang padanya tubuh telah secara spesifik
bersiap setelah terpajan terhadapnya.
Respons imun didapat mencakup imunitas diperantarai-antibodi dan imunitas diperantarai-
sel. Terdapat dua kelas respons imun didapat: imunitas diperan-taraiantibodi, atau imunitas
humoral, yang melibatkan pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B yang dikenal
sebagai sel plasma, dan imunitas diperantarai-sel, yang melibatkan pembentukan limfosit T
aktif, yang secara langsung menyerang sel yang tidak diinginkan. Karena antibodi terdapat
dalam darah, imunitas diperantaraiantibodi kadang-kadang dikenal sebagai imunitas humoral,
sebagai referensi dari Yunani kuno yang menggunakan istilah humors untuk berbagal cairan
tubuh (lihat h, 365). Limfosit dapat secara spesifik mengenal dan secara selektif berespons
terhadap hampir semua jenis agen asing serta sel kanker. Proses pengenalan dan respons di
sel B dan sel T berbeda. Secara umum, sel B mengenali penyusup asing seperti bakteri dan
toksinnya yang berada dalam keadaan bebas dan beberapa virus, yang dilawan dengan
mengeluarkan antibodi spesifik terhadap penyusup tersebut. Sel T secara khusus mengenal
dan menghancurkan sel tubuh yang salah, termasuk sel yang terinfeksi oleh virus dan sel
kanker. Kita akan membahas tiap-tiap proses tersebut secara terperinci dalam bagian
selanjutnya. Saat ini kita akan meneliti perjalanan hidup sel B dan sel T yang berbeda.
Sistem Imun Spesifik dibagi atas :
 Sistem Imun spesifik humoral : Pemeran utama dalam sistem imun ini adalah limfosit
B atau sel B. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi
dan berkembang menjadi sel plasma yang membentuk antibodi. Fungsi : Pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus, bakteri serta menetralkan toksinnya.
 Sistem Imun spesifik selular : Limfosit T atau sel T berperan dalam sistem imun ini.
Fungsi : Pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan.

Limfosit B: Imunitas Diperantarai-Antibodi Setiap sel B dan T memiliki reseptor-reseptor sel


B (RSB) dan reseptor sel T (RST) di permukaannya untuk mengikat satu jenis tertentu dari
sejumlah kemungkinan antigen (Gambar 12-8). Reseptor-reseptor ini adalah "mata bagi
sistem imun didapat" meskipun satu limfosit hanya dapat "melihat" satu jenis antigen. Hal ini
berbeda dengan TLR sel efektor bawaan, yang mengenali "ciri" umum yang ditemukan pada
permukaan semua penyusup mikroba.
Antigen merangsang sel B untuk berubah menjadi sel plasma yang menghasilkan
antibodi.
ANTIBODI
 Antibodi dikeluarkan kedalam darah atau limfe, bergantung pada lokasi sel plasma yang
aktif.
 Pada akhirnya semua antibodi memperoleh akses kedarah, tempat mereka dikenal
sebagai globulin gamma atau imunoglobulin.
 Immunoglobulin (Ig) ini dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B
yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan
mengikat antigen baru lainnya yang sejenis.

SUBKELAS ANTIBODI
Antibodi (juga dikenal sebagai imunoglobulin dikelompokkan menjadi lima subkelas
berdasarkan perbedaan dalam aktivitas biologisnya:
 Imunoglobulin IgM berfungsi sebagai RSB untuk perle-katan antigen dan diproduksi
pada tahap-tahap awal respons sel plasma.
 IgG, imunoglobulin terbanyak dalam darah, diproduksi dan disekresikan dalam jumlah
besar ketika tubuh kemudian terpajan ke antigen yang sama. Antibodi IgG
menghasilkan sebagian besar respons imun spesifik terhadap bakteri penginvasi.
 IgE ikut melindungi tubuh dari cacing parasitik dan meru-pakan mediator antibodi
untuk respons alergik umum, misal-nya hay fever, asma, dan urtikaria.
 Imunoglobulin IgA ditemukan dalam sekresi sistem pen-cernaan, pernapasan, dan
urogenital (urinarius dan reproduktif) serta dalam
 IgD air susu dan air mata.terdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsinya belum
diketahui.

LIMFOSIT T : Meskipun penting dalam pertahanan spesifik terhadap bakteri dan benda
asing lainnya, limfosit B dan produk antibodinya hanya mewakili separuh dari pertahanan
imun spesifik tubuh. Limfosit T sama pentingnya dalam pertahanan terhadap sebagian besar
infeksi virus dan juga berperan penting dalam mengatur mekanisme imun.
Sel T berikatan langsung dengan sasarannya.
Sementara sel B dan antibodi melindungi tubuh dari benda asing di CES, sel T menghadapi
benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dapat dicapai oleh antibodi atau
sistem komplemen. Tidak seperti sel B, yang mengeluarkan antibodi yang dapat menyerang
antigen jarak jauh, sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel T harus berkontak langsung
dengan sasaran, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas selular, Sel T tipe pemusnah
mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan sel sasaran yang berkontak
dengannya, misalnya sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker. Seperti sel B, sel T bersifat
klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap sel T memiliki protein
reseptor unik yang disebut reseptor sel T (RST), serupa tetapi tidak identik dengan reseptor di
permukaan sel B (Gambar 12-8b, h. 449). Limfosit imatur memperoleh reseptornya di timus
sewaktu berdiferensiasi menjadi sel T. Tidak seperti sel B, sel T diaktifkan oleh antigen asing
hanya jika antigen tersebut berada di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda
identitas individu yang bersangkutan; yaitu, antigen asing dan antigen-diri yang dikenal
sebagai molekul kompleks histokompabilitas mayor (major histocompability complex,
MHC), harus bersama-sama berada di permukaan sel sebelum sel T dapat berikatan
dengannya. Selama pendidikan di timus, sel T belajar mengenal antigen asing hanya dalam
kombinasi dengan antigen jaringan sendiri suatu pelajaran yang diturunkan kepada semua
bakal progeni sel T. Pentingnya persyaratan antigen rangkap ini dan sifat antigen diri MHC
dibahas dengan singkat. Setelah pemajanan ke antigen yang sesuai biasanya terdapat jeda
waktu beberapa hari sebelum sel T yang teraktivasi di-persiapkan melancarkan serangan
imun selular. Ketika terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari klona sel T
komplementer berprofiferasi dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan sel T
efektor aktif dalam jumlah besar yang melaksanakan berbagai respons diperantarai sel.
Seperti sel B, sel T membentuk kumpulan memori dan menunjukkan respons imun primer
dan sekunder. Respons primer cenderung dimulai pada jaringan limfoid. Selama periode
beberapa minggu setelah infeksi dibersihkan, lebih dari 90% sejumlah sel T efektor yang
dihasilkan selama respons primer mati dengan cara apoptosis (bunuh diri sel, lihat h. 44).
Agar tetap hidup, limfosit T teraktivasi membutuhkan kehadiran terus-menerus antigen
spesifiknya dan dan sinyal rangsangan yang sesuai. Setelah musuhnya mati, sebagian besar
limfosit T melakukan bunuh diri karena antigen suportif mereka dan sinyal rangsangan
ditarik mundur. Eliminasi dari banyak sel T efektor mengikuti respons primer esensial untuk
mencegah kongesti pada jaringan limfe. (Pengurangan seperti ini tidak diperlukan untuk sel
B-mereka yang menjadi sel plasma dan bukan sel B memori pada stimulasi antigen bekerja
dengan cepat menghasilkan antibodi hingga mati.) Sel T efektor yang masih hidup menjadi
sel T memori jangka panjang yang bermigrasi ke semua area tubuh, tempat mereka
menunggu respons sekunder yang cepat terhadap patogen yang sama di masa mendatang.
Ketiga Jenis Sel T Adalah Sel T Sitotoksik, Regulatorik, Dan Helper.
Ketiga subpopulasi sel T dapat dikelompokkan ke dalam dua cara: berdasarkan peran mereka
ketika diaktifkan oleh antigen atau berdasarkan protein spesifik yang berikatan dengan
membran luar mereka. Berdasarkan perannya, ketiga jenis sel T adalah sel T sitotoksik, sel T
helper, dan sel T regulatorik. Berdasarkan jenis protein membran yang spesifik, sel yang
sama ini masing-masing adalah sel T CD8+, sel T CD4+, dan sel T CD4+CD 25+. Berbagai
jenis sel imun memiliki angka dari protein membran permukaan terkait-imun spesifik yang
memberikan angka perancangan kluster (cluster designation, CD) yang resmi yang membantu
dalam mengkarakterisasinya:
■ Sel T sitotoksik, atau killer, menghancurkan sel pejamu yang mengandung apapun
yang asing dan karenanya mengandung antigen asing, seperti sel tubuh yang dimasuki virus,
sel kanker yang memiliki protein mutan akibat transformasi maligna, dan sel cangkokan.
Reseptor sel T untuk sel T sitotoksik berkaitan dengan koreseptor yang dirancang CD8, yang
disisipkan ke membran plasma sewaktu sel ini berjalan melewati timus. Karena itu, sel ini
juga disebut sel T CD8+.
■ Sel T helper tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi imun terhadap
patogen yang masuk. Sebaliknya, sel-sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain. Karena
peranan penting mereka dalam "menghidupkan" kekuatan penuh seluruh limfosit dan
makrofag lain yang teraktivasi, sel T helper merupakan "saklar utama" sistem imun. Sel ini
adalah sel T yang paling banyak, menempati 60-80% sel T yang bersirkulasi. Reseptor sel T
untuk seI T helper berkaitan dengan koreseptor yang dirancang CD4. Oleh sebab itu, sel T
helper juga dikenal sebagai sel CD4+.
■ Sel T regulatorik (Treg) semula disebut subset kecil sel CD4+. Mereka memiliki
koreseptor CD4 yang sama seperti sel T helper, tetapi selain itu mereka juga memiliki CD25,
suatu komponen dari suatu reseptor untuk 11,2, yang memacu aktivitas Treg. Karena itu, sel
ini juga disebut sebagai sel T CD4+CD25+.
Sel T Helper Menyekresikan Bahan Kimia Yang Memperkuat Aktivitas Sel Imun Lain.
Berbeda dengan sel T sitotoksik, sel T helper bukan merupakan sel pemusnah. Sel T helper
menyekresikan sitokin-sitokin yang "membantu", atau memperkuat, hampir semua aspek
respons imun. Sebagian besar sitokin dihasilkan oleh sel T helper. Berikut ini adalah sebagian
dari sitokin sel T helper yang paling dikenal.
1. Sel T helper menyekresikan beberapa interleukin (IL-4, IL-5, dan IL-6) yang
berfungsi secara bersama sebagai faktor pertumbuhan sel B, yang berperan bersama
dengan IL-1 yang disekresi oleh makrofag terhadap fungsi sel B. Sekresi antibodi
sangat berkurang atau tidak ada tanpa bantuan sel T helper, khusuSnya dalam
pertahanan melawan antigen dependen-T.
2. Sel T helper juga mengeluarkan faktor pertumbuhan sel T (IL-2) yang memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan bahkan sel T helper lain yang responsif terhadap antigen.
Dalam mekanisme yang lazim, interleukin 1 yang dikeluarkan oleh makrofag tidak
saja meningkatkan aktivitas klona sel B dan sel T yang sesuai tetapi juga merangsang
sekresi interleukin 2 oleh sel T helper yang teraktivasi.
3. Sebagian bahan kimia yang dikeluarkan oleh sel T bekerja sebagai kemotaksin untuk
menarik lebih banyak neutrofil dan calon makrofag ke tempat invasi. Sitokin yang
bertindak sebagai kemotaksin secara spesifik disebut kemokin.
4. Setelah makrofag tertarik ke tempat invasi, macrophage-migration inhibition factor,
suatu sitokin penting lain yang dikeluarkan oleh sel T helper, menahan fagosit besar
ini di tempatnya dengan menghambat migrasi keluar sel ini. Aki-batnya, di daerah
terinfeksi berkumpul banyak makrofag yang tertarik secara kemotaksis tersebut.
Faktor ini juga mening-katkan kemampuan fagositik makrofag yang berkumpul ter-
sebut. Makrofag yang disebut sebagai makrofag marah (angry macrophage) ini
memiliki kemampuan destruktif yang lebih besar. Sel ini sangat penting dalam
pertahanan terhadap bakteri yang menyebabkan tuberkulosis karena mikroba ini dapat
bertahan hidup terhadap fagositosis sederhana dari makrofag yang belum diaktifkan
5. Satu sitokin yang dikeluarkan oleh sel T helper mengaktifkan eosinofil, dan lainnya
(IL-4) mendorong pembentukan antibodi IgE untuk pertahanan terhadap cacing
parasitik.
Sel T Helper 1 Dan Helper 2
Tidak semua sel T helper menyekresikan sitokin yang sama. Dua subset sel T helper sel T
helper 1 (TH1) dan sel T helper 2 (TH2) meningkatkan pola respons imun yang berbeda
dengan mengeluarkan jenis-jenis sitokin yang berbeda. Sel TH1 mengobarkan respons yang
diperantarai oleh sel (sel T sitotoksik) yang sesuai untuk infeksi oleh mikroba intrasel,
misalnya virus, sementara sel TH2 mendorong imunitas yang diperantarai antibodi oleh sel B
dan meningkatkan aktivitas eosinofil untuk pertahanan terhadap cacing parasitik.
Sel T helper yang diproduksi di timus berada dalam keadaan naif hingga mereka berjumpa
dengan antigen yang dikenalinya. Apakah suatu sel T naif akan menjadi sel THI atau sel TH2
bergantung pada sitokin-sitokin yang disekresikan oleh sel dendritik (sel miripmakrofag) atau
makrofag dari sistem imun bawaan yang menyajikan antigen tersebut kepada sel T naif. Anda
akan belajar mengenai presentasi antigen pada bagian selanjutnya. IL-12 mendorong sel T
naif spesifik untuk antigen menjadi sel TH I, sedangkan IL-4 mendorong pembentukan sel
naif menjadi sel TH2. Dengan demikian, sel penyaji antigen pada sistem imun non-spesifik
dapat meme-ngaruhi tujuan keseluruhan respons imun spesifik dengan menentukan apakah
subset sel TH1 atau TH2 yang mendo-minasi. Pada kasus yang biasa, sitokin-sitokin yang
dikeluarkan mendorong perkembangan respons imun yang sesuai dengan ancaman yang
sedang dihadapi.
Ilmuwan baru-baru ini juga menemukan subset yang lebih kecil daripada sel T helper: sel
TH17 dan sel T helper folikular (TFH). Sel TH17 menghasilkan IL-17 (sesuai nama
subsetnya). Mereka memacu inflamasi dan merupakan molekul efektor dalam perkembangan
penyakit autoimun inflamasi seperti sklerosis multipel. Sel TFH yang paling baru ditemukan
berinteraksi secara spesifik dengan sel B di folikel nodus limfe untuk menolongnya
menyekresikan antibodi sebagai respons terhadap antigen dependen T.

9. PERBEDAAN SELF DAN NONSELF ?


Respon imun adalah rangkaian proses biologi yang berfungsi mengenali perbedaan self dan
nonself antigen, kemudian diikuti oleh proses eliminasi terhadap nonself. System imun yang
normal dapat membedakan anatara self dan non self, maka untuk menjadi imunogenik
substasi itu harus bersifat asing. Dan apabila system imun tidak bisa membedakan za tasing
(nonself) yang berasal dari tubunhnya sendiri, sehingga sel sel dalam system imun
membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri, kejadian ini biasanya disebut auto
antibody (abbas dkk., 2002; roit dkk., 2004)
Antigen dapat berasal dari dalam tubuh (self-antigen) atau dari lingkungan eksternal (non-
self). Sistem kekebalan tubuh seharusnya mengidentifikasi dan menyerang "non-self"
penyerbu dari dunia luar atau dimodifikasi zat / berbahaya hadir dalam tubuh dan biasanya
tidak bereaksi terhadap antigen sendiri di bawah yang normal homeostatis kondisi karena
seleksi negatif dari sel T dalam timus .
Vaksin adalah contoh antigen dalam bentuk imunogenik, yang sengaja diberikan kepada
penerima untuk menginduksi fungsi memori sistem imun adaptif terhadap antigen patogen
yang menyerang penerima itu. (fisiologi sharewood)
Sistem kekebalan memiliki kapasitas untuk membedakan antara sel-sel tubuh ( self ) dan
bahan asing ( nonself )
 Ini akan bereaksi terhadap keberadaan bahan asing dengan respon imun yang
menghilangkan bahan pengganggu dari tubuh

Semua sel berinti dari tubuh memiliki molekul permukaan yang unik dan berbeda yang
mengidentifikasinya sebagai diri
 Penanda diri ini disebut molekul kompleks histokompatibilitas utama ( MHC kelas I )
dan berfungsi sebagai tag identifikasi
 Sistem kekebalan tubuh biasanya tidak akan bereaksi terhadap sel-sel yang membawa
penanda yang ditentukan secara genetik ini (toleransi diri)

Zat apa pun yang dikenal sebagai zat asing dan mampu memicu respons imun
disebut antigan ( nonselfi )
 Antigen dikenali oleh limfosit yang berikatan dan mendeteksi bentuk karakteristik
dari bagian yang terpapar ( epitop )
 Limfosit memicu produksi antibodi (imunitas adaptif) yang secara spesifik mengikat
epitop melalui paratop pelengkap

Penentu antigenik meliputi: 


 Penanda permukaan hadir pada benda asing dalam darah dan jaringan - termasuk
penanda bakteri, jamur, virus dan parasit
 Penanda sel sendiri dari organisme yang berbeda (inilah sebabnya transplantasi sering
mengakibatkan penolakan graft)
 Bahkan protein dari makanan dapat ditolak kecuali mereka dipecah menjadi beberapa
bagian oleh sistem pencernaan
Self vs Non-Self

Anda mungkin juga menyukai