Seorang ibu berusia 20 tahun membawa bayi laki-lakinya yang berusia 4 bulan ke puskesmas.
Ibu tersebut ingin berkonsultasi dengan dokter apakah bayinya perlu imunisasi atau tidak. Ibu
ingin mendapatkan penjelasan mengenai manfaat imunisasi dan bagaimana imunisasi dapat
melindungi bayinya dari penyakit.
KS : -
KK : 1. Bayi lk lk 4 bln
2. konsultasi imunisasi
3. mendapatkan penjelasan manfaat imunisasi
4.
MM :
MM : IMUNITAS
PERTANYAAN :
1. A. JELASKAN DEFINISI IMUNITAS ? (fay)
1. B. JELASKAN FAKTOR YG MEMPENGARUHI IMUNITAS ?
2. A. PENJELASAN MENGENAI IMUNISASI DAN CARA PEMBERIANNYA DAN
UMURNYA ?(hana)
B. SEBUTKAN MACAM MACAM IMUNISASI DAN PADA UMUR BERAPA
DILAKUKAN ?
3. JELASKAN RESPON IMUN SPESIFIK DAN NON SPESIFIK ? (fitri)
4. JELASKAN HUBUNGAN ANTIGEN DAN ANTIBODI? (aldi)
5. JELASKAN PRINSIP DASAR IMUNISASI ? (sherin)
6. BAGAIMANA PERBEDAAN RESPON IMUN TERHADAP ANTIGEN? (caca)
7. APA MANFAAT IMUNISASI DAN DAMPAK TDK DIIMUNISASI ? (adri)
8. A. JELASKAN PERANAN SITOKIN, MHC, TNF DALAM SISTEM
IMUN ? (silsa)
B. JELASKAN PERANAN KOMPLEMEN , INTERFERON PADA SISTEM
IMUN?
9. JELASKAN PERBEDAAN SELF DAN NONSELF ? (ubay)
10. SEBUTKAN UNSUR UNSUR YANG BERPERAN DALAM IMUNOLOGI ?
(Nabila)
JAWABAN :
3. RESPON IMMUN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK
ASI
1. Enzim lisozim
2. Laktooksidase dan asam neuraminik yang bersifat antibakterial terhadap
E.coli dan Stafilococcus.
Saliva
1. Enzim lisozim
2. Enzim laktooksidase yang merusak dinding sel bakteri dan menimbulkan
kebocoran sitoplasma
3. Antibodi yang dapat melisiskan mikroba.
Lambung
1. HCL Mencegah infeksi
Vagina
pH rendah
Sperma
Spermin dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah bakteri gram positif.
Serum Darah
Laktoferin dan transferin dapat mengikat besi yang merupakan metabolit
esensial untuk hidup mikroba.
Lendir
Lendir mengandung enzim proteolitik dan antibodi. Beberapa selaput lendir
ada pula yang mengandung flora normal di antaranya:
1. Staphilococcus epidermidis (di hidung): menyaring udara
2. Eschericia colli (di usus besar): membunuh bakteri patogen di makanan
3. Lactobacillus acidophylus (di vagina): menjaga pH vagina untuk
membunuh bakteri dan jamur patogen seperti Trichocomonas vaginalis
dan
4. Candida albicans Flora normal ini menempati permukaan epitel
▪ Pertahanan Humoral
Pertahanan Humoral merupakan pertahanan pada sistem imun non spesifik
Berupa molekul larut yang diproduksi di tempat infeksi Ada yang berfungsi
jauh : komplemen dan PFA (protein fase akut) Ada yang berfungsi lokal :
defensin, katelisidin, dan Interferon
KOMPELEMEN
Protein Komplemen merupakan agen antimikroba yang terdiri atas sekitar 20
protein serum.
Di dalam tubuh, senyawa ini berada dalam kondisi tidak aktif. Protein
komplemen yang telah aktif akan bekerja secara sistematis untuk melisiskan
berbagai mikroba penginfeksi.
▪ Pertahanan Seluler
Pertahanan Seluler Sistem Imun Non Spesifik diperankan oleh: Fagosit, sel NK,
Sel Mast dan Eusinofil
1. FAGOSIT
Merupakan Sistem imun non spesifik yang mampu menghancurkan
organisme patogen melalui proses fagositosis, terdiri dari: Monosit,
Limfosit, Neutrofil, Eusinopil, Basifil. Dan Makrofag
Fagosit mononuklear (1 nukleus) : monosit
Fagosit polinuklear (> 1 nukleus): neutrofil, eusinofil dan basofil.
1. INFLAMASI
Inflamasi adalah respons non-spesifik terhadap invasi asing atau kerusakan
jaringan. Kata inflamasi merujuk ke serangkaian proses bawaan non-spesifik
yang saling berkaitan erat yang diaktifkan sebagai respons terhadap invasi asing,
kerusakan jaringan, atau keduanya. Tujuan peradangan adalah membawa fagosit
dan protein plasma ke tempat invasi atau kerusakan untuk dapat (1) mengisolasi,
menghancurkan, atau menginaktifkan penyerang; (2) membersihkan debris; dan
(3) mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan. Respons peradangan
keseluruhan sangat mirip satu sama lain tanpa memandang apapun pemicunya
(invasi bakteri, cedera kimiawi, atau trauma mekanis) meskipun mungkin terlihat
beberapa perbedaan ringan, bergantung pada bahan yang mencederai atau tempat
kerusakan. Rangkaian proses berikut biasanya terjadi selama responsperadangan.
S ebagai contoh, kita menggunakan masuknya bakteri ke kulit yang rusak.
2. INTERFERON
Interferon menghambat sementara multiplikasi virus di sebagian besar sel.
Interferon, suatu kelompok tiga sitokin yang saling terkait, dilepaskan dari sel
yang terinfeksi virus dan segera menyediakan pertahanan nonspesifik terhadap
infeksi virus dengan memengaruhi sementara replikasi virus yang sama atau tidak
berhubungan di dalam sel pejamu lain. Pada kenyataannya, interferon dinamai
sesuai kemampuannya untuk "memengaruhi" replikasi virus.
SUBKELAS ANTIBODI
Antibodi (juga dikenal sebagai imunoglobulin dikelompokkan menjadi lima subkelas
berdasarkan perbedaan dalam aktivitas biologisnya:
Imunoglobulin IgM berfungsi sebagai RSB untuk perle-katan antigen dan diproduksi
pada tahap-tahap awal respons sel plasma.
IgG, imunoglobulin terbanyak dalam darah, diproduksi dan disekresikan dalam jumlah
besar ketika tubuh kemudian terpajan ke antigen yang sama. Antibodi IgG
menghasilkan sebagian besar respons imun spesifik terhadap bakteri penginvasi.
IgE ikut melindungi tubuh dari cacing parasitik dan meru-pakan mediator antibodi
untuk respons alergik umum, misal-nya hay fever, asma, dan urtikaria.
Imunoglobulin IgA ditemukan dalam sekresi sistem pen-cernaan, pernapasan, dan
urogenital (urinarius dan reproduktif) serta dalam
IgD air susu dan air mata.terdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsinya belum
diketahui.
LIMFOSIT T : Meskipun penting dalam pertahanan spesifik terhadap bakteri dan benda
asing lainnya, limfosit B dan produk antibodinya hanya mewakili separuh dari pertahanan
imun spesifik tubuh. Limfosit T sama pentingnya dalam pertahanan terhadap sebagian besar
infeksi virus dan juga berperan penting dalam mengatur mekanisme imun.
Sel T berikatan langsung dengan sasarannya.
Sementara sel B dan antibodi melindungi tubuh dari benda asing di CES, sel T menghadapi
benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dapat dicapai oleh antibodi atau
sistem komplemen. Tidak seperti sel B, yang mengeluarkan antibodi yang dapat menyerang
antigen jarak jauh, sel T tidak mengeluarkan antibodi. Sel T harus berkontak langsung
dengan sasaran, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas selular, Sel T tipe pemusnah
mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan sel sasaran yang berkontak
dengannya, misalnya sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker. Seperti sel B, sel T bersifat
klonal dan sangat spesifik antigen. Di membran plasmanya, setiap sel T memiliki protein
reseptor unik yang disebut reseptor sel T (RST), serupa tetapi tidak identik dengan reseptor di
permukaan sel B (Gambar 12-8b, h. 449). Limfosit imatur memperoleh reseptornya di timus
sewaktu berdiferensiasi menjadi sel T. Tidak seperti sel B, sel T diaktifkan oleh antigen asing
hanya jika antigen tersebut berada di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda
identitas individu yang bersangkutan; yaitu, antigen asing dan antigen-diri yang dikenal
sebagai molekul kompleks histokompabilitas mayor (major histocompability complex,
MHC), harus bersama-sama berada di permukaan sel sebelum sel T dapat berikatan
dengannya. Selama pendidikan di timus, sel T belajar mengenal antigen asing hanya dalam
kombinasi dengan antigen jaringan sendiri suatu pelajaran yang diturunkan kepada semua
bakal progeni sel T. Pentingnya persyaratan antigen rangkap ini dan sifat antigen diri MHC
dibahas dengan singkat. Setelah pemajanan ke antigen yang sesuai biasanya terdapat jeda
waktu beberapa hari sebelum sel T yang teraktivasi di-persiapkan melancarkan serangan
imun selular. Ketika terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari klona sel T
komplementer berprofiferasi dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan sel T
efektor aktif dalam jumlah besar yang melaksanakan berbagai respons diperantarai sel.
Seperti sel B, sel T membentuk kumpulan memori dan menunjukkan respons imun primer
dan sekunder. Respons primer cenderung dimulai pada jaringan limfoid. Selama periode
beberapa minggu setelah infeksi dibersihkan, lebih dari 90% sejumlah sel T efektor yang
dihasilkan selama respons primer mati dengan cara apoptosis (bunuh diri sel, lihat h. 44).
Agar tetap hidup, limfosit T teraktivasi membutuhkan kehadiran terus-menerus antigen
spesifiknya dan dan sinyal rangsangan yang sesuai. Setelah musuhnya mati, sebagian besar
limfosit T melakukan bunuh diri karena antigen suportif mereka dan sinyal rangsangan
ditarik mundur. Eliminasi dari banyak sel T efektor mengikuti respons primer esensial untuk
mencegah kongesti pada jaringan limfe. (Pengurangan seperti ini tidak diperlukan untuk sel
B-mereka yang menjadi sel plasma dan bukan sel B memori pada stimulasi antigen bekerja
dengan cepat menghasilkan antibodi hingga mati.) Sel T efektor yang masih hidup menjadi
sel T memori jangka panjang yang bermigrasi ke semua area tubuh, tempat mereka
menunggu respons sekunder yang cepat terhadap patogen yang sama di masa mendatang.
Ketiga Jenis Sel T Adalah Sel T Sitotoksik, Regulatorik, Dan Helper.
Ketiga subpopulasi sel T dapat dikelompokkan ke dalam dua cara: berdasarkan peran mereka
ketika diaktifkan oleh antigen atau berdasarkan protein spesifik yang berikatan dengan
membran luar mereka. Berdasarkan perannya, ketiga jenis sel T adalah sel T sitotoksik, sel T
helper, dan sel T regulatorik. Berdasarkan jenis protein membran yang spesifik, sel yang
sama ini masing-masing adalah sel T CD8+, sel T CD4+, dan sel T CD4+CD 25+. Berbagai
jenis sel imun memiliki angka dari protein membran permukaan terkait-imun spesifik yang
memberikan angka perancangan kluster (cluster designation, CD) yang resmi yang membantu
dalam mengkarakterisasinya:
■ Sel T sitotoksik, atau killer, menghancurkan sel pejamu yang mengandung apapun
yang asing dan karenanya mengandung antigen asing, seperti sel tubuh yang dimasuki virus,
sel kanker yang memiliki protein mutan akibat transformasi maligna, dan sel cangkokan.
Reseptor sel T untuk sel T sitotoksik berkaitan dengan koreseptor yang dirancang CD8, yang
disisipkan ke membran plasma sewaktu sel ini berjalan melewati timus. Karena itu, sel ini
juga disebut sel T CD8+.
■ Sel T helper tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi imun terhadap
patogen yang masuk. Sebaliknya, sel-sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain. Karena
peranan penting mereka dalam "menghidupkan" kekuatan penuh seluruh limfosit dan
makrofag lain yang teraktivasi, sel T helper merupakan "saklar utama" sistem imun. Sel ini
adalah sel T yang paling banyak, menempati 60-80% sel T yang bersirkulasi. Reseptor sel T
untuk seI T helper berkaitan dengan koreseptor yang dirancang CD4. Oleh sebab itu, sel T
helper juga dikenal sebagai sel CD4+.
■ Sel T regulatorik (Treg) semula disebut subset kecil sel CD4+. Mereka memiliki
koreseptor CD4 yang sama seperti sel T helper, tetapi selain itu mereka juga memiliki CD25,
suatu komponen dari suatu reseptor untuk 11,2, yang memacu aktivitas Treg. Karena itu, sel
ini juga disebut sebagai sel T CD4+CD25+.
Sel T Helper Menyekresikan Bahan Kimia Yang Memperkuat Aktivitas Sel Imun Lain.
Berbeda dengan sel T sitotoksik, sel T helper bukan merupakan sel pemusnah. Sel T helper
menyekresikan sitokin-sitokin yang "membantu", atau memperkuat, hampir semua aspek
respons imun. Sebagian besar sitokin dihasilkan oleh sel T helper. Berikut ini adalah sebagian
dari sitokin sel T helper yang paling dikenal.
1. Sel T helper menyekresikan beberapa interleukin (IL-4, IL-5, dan IL-6) yang
berfungsi secara bersama sebagai faktor pertumbuhan sel B, yang berperan bersama
dengan IL-1 yang disekresi oleh makrofag terhadap fungsi sel B. Sekresi antibodi
sangat berkurang atau tidak ada tanpa bantuan sel T helper, khusuSnya dalam
pertahanan melawan antigen dependen-T.
2. Sel T helper juga mengeluarkan faktor pertumbuhan sel T (IL-2) yang memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan bahkan sel T helper lain yang responsif terhadap antigen.
Dalam mekanisme yang lazim, interleukin 1 yang dikeluarkan oleh makrofag tidak
saja meningkatkan aktivitas klona sel B dan sel T yang sesuai tetapi juga merangsang
sekresi interleukin 2 oleh sel T helper yang teraktivasi.
3. Sebagian bahan kimia yang dikeluarkan oleh sel T bekerja sebagai kemotaksin untuk
menarik lebih banyak neutrofil dan calon makrofag ke tempat invasi. Sitokin yang
bertindak sebagai kemotaksin secara spesifik disebut kemokin.
4. Setelah makrofag tertarik ke tempat invasi, macrophage-migration inhibition factor,
suatu sitokin penting lain yang dikeluarkan oleh sel T helper, menahan fagosit besar
ini di tempatnya dengan menghambat migrasi keluar sel ini. Aki-batnya, di daerah
terinfeksi berkumpul banyak makrofag yang tertarik secara kemotaksis tersebut.
Faktor ini juga mening-katkan kemampuan fagositik makrofag yang berkumpul ter-
sebut. Makrofag yang disebut sebagai makrofag marah (angry macrophage) ini
memiliki kemampuan destruktif yang lebih besar. Sel ini sangat penting dalam
pertahanan terhadap bakteri yang menyebabkan tuberkulosis karena mikroba ini dapat
bertahan hidup terhadap fagositosis sederhana dari makrofag yang belum diaktifkan
5. Satu sitokin yang dikeluarkan oleh sel T helper mengaktifkan eosinofil, dan lainnya
(IL-4) mendorong pembentukan antibodi IgE untuk pertahanan terhadap cacing
parasitik.
Sel T Helper 1 Dan Helper 2
Tidak semua sel T helper menyekresikan sitokin yang sama. Dua subset sel T helper sel T
helper 1 (TH1) dan sel T helper 2 (TH2) meningkatkan pola respons imun yang berbeda
dengan mengeluarkan jenis-jenis sitokin yang berbeda. Sel TH1 mengobarkan respons yang
diperantarai oleh sel (sel T sitotoksik) yang sesuai untuk infeksi oleh mikroba intrasel,
misalnya virus, sementara sel TH2 mendorong imunitas yang diperantarai antibodi oleh sel B
dan meningkatkan aktivitas eosinofil untuk pertahanan terhadap cacing parasitik.
Sel T helper yang diproduksi di timus berada dalam keadaan naif hingga mereka berjumpa
dengan antigen yang dikenalinya. Apakah suatu sel T naif akan menjadi sel THI atau sel TH2
bergantung pada sitokin-sitokin yang disekresikan oleh sel dendritik (sel miripmakrofag) atau
makrofag dari sistem imun bawaan yang menyajikan antigen tersebut kepada sel T naif. Anda
akan belajar mengenai presentasi antigen pada bagian selanjutnya. IL-12 mendorong sel T
naif spesifik untuk antigen menjadi sel TH I, sedangkan IL-4 mendorong pembentukan sel
naif menjadi sel TH2. Dengan demikian, sel penyaji antigen pada sistem imun non-spesifik
dapat meme-ngaruhi tujuan keseluruhan respons imun spesifik dengan menentukan apakah
subset sel TH1 atau TH2 yang mendo-minasi. Pada kasus yang biasa, sitokin-sitokin yang
dikeluarkan mendorong perkembangan respons imun yang sesuai dengan ancaman yang
sedang dihadapi.
Ilmuwan baru-baru ini juga menemukan subset yang lebih kecil daripada sel T helper: sel
TH17 dan sel T helper folikular (TFH). Sel TH17 menghasilkan IL-17 (sesuai nama
subsetnya). Mereka memacu inflamasi dan merupakan molekul efektor dalam perkembangan
penyakit autoimun inflamasi seperti sklerosis multipel. Sel TFH yang paling baru ditemukan
berinteraksi secara spesifik dengan sel B di folikel nodus limfe untuk menolongnya
menyekresikan antibodi sebagai respons terhadap antigen dependen T.
Semua sel berinti dari tubuh memiliki molekul permukaan yang unik dan berbeda yang
mengidentifikasinya sebagai diri
Penanda diri ini disebut molekul kompleks histokompatibilitas utama ( MHC kelas I )
dan berfungsi sebagai tag identifikasi
Sistem kekebalan tubuh biasanya tidak akan bereaksi terhadap sel-sel yang membawa
penanda yang ditentukan secara genetik ini (toleransi diri)
Zat apa pun yang dikenal sebagai zat asing dan mampu memicu respons imun
disebut antigan ( nonselfi )
Antigen dikenali oleh limfosit yang berikatan dan mendeteksi bentuk karakteristik
dari bagian yang terpapar ( epitop )
Limfosit memicu produksi antibodi (imunitas adaptif) yang secara spesifik mengikat
epitop melalui paratop pelengkap