1. ELSILAWATI YUNUS
2. FIRAWATI ISHAK
6. RIANTI P. UMANI
7. SINTIA K. POLAPA
9. SUNARTI HAJARATI
2020
A. Pengertian system imun dan keganasan
Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya
yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh
dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons
imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar
tetap berfungsi secara normal.
Keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran
jaringan secara abnormal. Kanker menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang dapat berupa
mutasi, kelainan jumlah atau struktur.Proses terjadinya kanker ini disebut karsiogenesis
(Azis,2006). Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik
yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan
di dalam organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim (leher
rahim/ serviks), indung telur, dan vagina.
4) Protein Antimikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik disebut sistem
komplemen. Protein tersebut dapat secara langsung membunuh mikroorganisme ataupun
mencegah reproduksinya. Terdapat sekitar 20 jenis protein yang termasuk dalam sistem ini.
Histamin dan interleukin termasuk protein ini. Protein komplemen bersirkulasi dalam darah
dalam bentuk tidak aktif. Jika beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif, hal
tersebut memicu gelombang reaksi yang besar. Mereka mengaktifkan banyak molekul
komplemen lain. Setiap molekul yang teraktifkan, akan mengaktifkan jenis protein komplemen
lain dan begitu seterusnya. Aktivasi protein komplemen terjadi jika protein komplemen tersebut
berikatan dengan protein yang disebut antigen. Antigen telah dimiliki oleh patogen. Aktivasi
dapat terjadi ketika protein komplemen berikatan langsung dengan permukaan bakteri. Beberapa
protein komplemen dapat bersatu membentuk pori kompleks yang menginduksi lisis (kematian
sel) pada patogen. Beberapa protein komplemen yang teraktifkan juga menyebabkan respons
pertahanan tubuh nonspesifik yang disebut peradangan (inflamasi). Selain itu, “menarik” sel-sel
fagosit menuju sel atau jaringan yang rusak.
3. Antibodi
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai
respons terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh
kita.Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh
limfosit B atau sel- sel B.
Antibodi memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna,
seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis
tertentu.
a. Jenis-jenis Antibodi
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi
untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Ada lima macam immunoglobulin,
yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
a) Immunoglobulin G (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan,
menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa
ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan menghambatnya
begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan
racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG
merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke
janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang
menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air
susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap
infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b) Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh
selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru- paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.
Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat
dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir.
c) Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan
sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel- sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
d) Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang
sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit,
misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara berkembang (Pujiyanto,
2012).
4. Respon Kekebalan Imun
Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dikelompkan menjadi dua macam
yaitu kekebalan humoral (antibody – mediated immunity) dan kekebalan seluler (cell –
mediated immunity). Berikut akan saya jelaskan satu persatu respon kekebalan tubuh.
1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan
darah dan limfe. Antibodi yang beredar sebagai respon humoral bekerja melawan bakteri
bebas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada dalam cairan tubuh. Serangkaian
respon terhadap pathogen ini disebut dengan respon kekebalan primer antara lain :
Netralisasi yaitu antibodi akan menetralkan suatu virus dengan cara melekat pada molekul
yang harus digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel inang.mekanisme ini akan
menetralkan racun dari mikroorganisme sehingga akan mudah difagositosis oleh
makrofag.
Aglutinasi (penggumpalan) yaitu proses penggumpalan bakteri atau virus yang
diperantarai oleh antibody yang akan bekerja menetralkan mikrorganisme tersebut. Terjadi
karena setiap molekul antibody memiliki paling tidak dua tempat pengikatan antigen.
Kompleks besar yang terbentuk melalui proses aglutinasi yang akan memudahkan
fagositosis makrofag.
Presipitasi (pengendapan) yaitu proses dimana molekul – molekul antigen yang terlarut
dalam cairan tubuh akan diendapkan oleh antibody. Proses ini akan memudahkan proses
pengeluaran dan pembuangan antigen oleh fagositosis.
Fiksasi komplemen (aktivasi) yaitu mengaktivasikan komplemen dengan adanya
kompleks antigen – antibody. Apabila ada infeksi maka protein yang pertama dalam
rangkaian protein komplemen akan diaktifkan, reaksi komplemen ini akan mengakibatkan
lisisnya banyak jenis virus dan sel – sel pathogen.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T Yang bertugas menyerang sel – sel asing atau
jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Berdasarkan cara memperolehnya kekebalan
tubuh digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri, Tubuh
membentuk antibodi sendiri karena infeksi antigen. Kekebalan ini dapat
diperoleh secara alami dan buatan sebagai contoh secara alami melalui penyakit seperti halnya
penyakit cacar dan secara langsung tubuh membentuk vaksinasi virus cacar dengan cara
didalam tubuh penderita dikembangkan kekebalan humoral dan kekebalan seluler, setelah
mengidap penyakit cacar penderita tidak akan terkena dua kali penyakit cacar. Sedangkan cara
buatan dengan adanya vaksinasi (imunisasi) terhadap mikroorganisme tertentu dengan cara
dimasukkan antigen yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam tubuh.
Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibody dari
luar. Kekebalan ini dapat diperoleh dengan cara alami yaitu dengan cara pemberian ASI (Air
Susu Ibu ) dan secara buatan melalui penyuntikkan antiserum yang mengandung antibody IgG
atau immunoglobulin lainnya. Kekebalan pasif buatan ini hanya bertahan beberapa minggu saja
karena immunoglobulin yang berasal dari tubuh akan diuraikan oleh tubuh orang tersebut.
HIV terutama menginfeksi sel limfosit T-helper CD4 dan sel yang mengekspresikan
reseptor CD4 seperti makrofag dan sel dendritik sehingga makin lama jumlah dan fungsinya
akan menurun. Bila sel Th berkurang jumlahnya dan fungsinya juga menurun maka respon
imunitas seluler dan humoral juga akan terganggu sehingga memudahkan timbulnya berbagai
infeksi, salah satunya adalah infeksi oportunistik.
Sistem imun untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
parasit, fungi, dan bakteri intraseluler didominasi oleh respon imunitas seluler. Respon imunitas
ini dilakukan oleh makrofag dan sel NK. Namun pada infeksi HIV, fungsi makrofag, sel NK dan
sel Tc berubah. Fungsi sel makrofag seperti fagositosis dan kemotaksis menurun, termasuk juga
kemampuan untuk menghancurkan organisme intraseluler, misalnya kandida. Kemampuan sel
Tc untuk menghancurkan sel yang terinfeksi virus juga menurun, sehingga terjadi reaktivasi
virus yang tadinya laten seperti herpes zooster dan retinitis sitomegalovirus. Selain itu
kemampuan sel NK untuk menghancurkan antigen asing juga menurun
Infeksi HIV juga menyebabkan abnormalitas imunitas humoral. Imunitas humoral adalah
imunitas dengan pembentukan antibodi oleh sel plasma yang berasal dari limfosit B, akibat
rangsangan sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4+ yang teraktivasi. Sitokin IL-2, BCGF (B
Cell Growth Factor) dan BCDF (B Cell Diffrentiation Factor) akan merangsang limfosit B
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Dengan adanya antibodi diharapkan akan
meningkatkan daya fagositosis dan daya bunuh sel makrofag dan neutrofil melalui proses
opsonisasi (Merati, 2014).
Infeksi HIV menyebabkan stimulasi limfosit B secara poliklonal dan non spesifik,
sehinga terjadi hipergammaglobulinemia terutama IgA dan IgG. Selain itu respon yang
dihasilkan oleh immunoglobulin ini tidak tepat sehingga tetap tidak mampu mengeliminasi
mikroorganisme. Selain respon imunitas humoral yang berlebihan dan tidak tepat, infeksi HIV
menyebabkan penurunan jumlah limfosit
CD4+ sehingga terjadi suatu keadaan disregulasi imun. Oleh karena itu bila terdapat
infeksi dari bakteri, fungi, atau parasit, tidak mampu direspon dengan baik oleh sistem imun
penderita HIV sehingga timbullah infeksi oportunistik merupakan suatu glikoprotein yang
terdapat di permukaan sel imun seperti sel T-helper, monosit, makrofag dan sel dendritik. CD4+
dan sel T helper memainkan peran penting dalam sistem imun karena memberi sinyal ke sel
imun lain misalnya CD8+ untuk menghancurkan partikel-partikel infeksius. Sel T helper
merupakan regulator primer untuk sel T dan sel B, dimana sel ini membantu limfosit sel B yang
terstimulasi antigen untuk membentuk antibodi. Terdapat dua subset fungsional dari T helper
yaitu Th1 dan Th2. Th1 berperan dalam sistem imunitas seluler sedangkan Th2 berperan dalam
pembentukan immunoglobulin
Dalam pembentukan antibodi, sel B harus distimulasi oleh antigen. Antigen diproses
menjadi beberapa fragmen dan sebagian bergabung ke molekul kelas II MHC dan
dipresentasikan ke permukaan sel CD4+ dan mengaktivasi sel T. Sel T yang teraktivasi
selanjutnya akan mengaktivasi sel B yang telah tersensitisasi antigen untuk berploriferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi
2. Kanker darah atau leukemia
adalah kanker yang menyerang sel – sel yang membentuk sel darah dalam sumsum
tulang. Pada kondisi normal, sel – sel darah putih akan berkembang secara teratur di saat tubuh
membutuhkannya untuk memberantas infeksi yang muncul. Namun lain halnya dengan
pengidap kanker darah. Sumsum tulang akan memproduksi sel – sel darah putih yang
abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan secara berlebihan. Jumlahnya yang
berlebihan akan mengakibatkan penumpukan dalam sumsum tulang sehingga sel – sel darah
yang se Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah
utama di bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Penderita kanker
payudara lebih banyak pada wanita, dengan proporsi 27.5 %.
Jenis Jenis Kanker Leukemia Ada beberapa jenis kanker darah. Berdasarkan cara
perkembangannya, kanker ini dapat dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Kanker darah
akut berkembang dengan cepat akibat penambahan jumlah sel darah putih yang abnormal yang
pesat dan penyebarannya ke dalam aliran darah. Jenis ini harus ditangani dengan segera.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan – lahan dan dalam jangka
panjang. Gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru terdiagnosis setelah
bertahun – tahun. Sel – sel darah putih yang seharusnya sudah mati akan tetap hidup dan
menumpuk dalam aliran darah, sumsum tulang, serta organ – organ lain yang terkait. Kanker
darah juga dapat dikategorikan menurut jenis sel darah putih yang diserang. Kanker darah yang
menyerang sel – sel limfa dikenal dengan istilah leukemia limfotik dan yang menyerang sel –
sel mieloid disebut leukemia mielogen.
Jenis Jenis Kanker Leukemia
Ada beberapa jenis kanker darah. Berdasarkan cara perkembangannya, kanker ini dapat
dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Kanker darah akut berkembang dengan cepat akibat
penambahan jumlah sel darah putih yang abnormal yang pesat dan penyebarannya ke dalam
aliran darah. Jenis ini harus ditangani dengan segera.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan – lahan dan dalam
jangka panjang. Gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru terdiagnosis setelah
bertahun – tahun. Sel – sel darah putih yang seharusnya sudah mati akan tetap hidup dan
menumpuk dalam aliran darah, sumsum tulang, serta organ – organ lain yang terkait. Kanker
darah juga dapat dikategorikan menurut jenis sel darah putih yang diserang. Kanker darah yang
menyerang sel – sel limfa dikenal dengan istilah leukemia limfotik dan yang menyerang sel –
sel mieloid disebut leukemia mielogen.
Berdasarkan dua pengelompokan di atas, terdapat empat jenis kanker darah yang paling
sering terjadi adalah :
a. Leukemia limfotik akut atau acute lymphocytic leukemia (ALL)
ALL dapat menghambat fungsi limfosit sehingga pengidapnya berpotensi mengalami
infeksi yang serius. Kanker darah ini umumnya diidap oleh anak – anak, tapi juga mungkin
menyerang dewasa
b. Leukemia mielogen akut atau acute myelogenous leukemia (AML)
Ini adalah jenis kanker darah yang umumnya menyerang dewasa. Tetapi AML juga dapat
diidap oleh anak – anak serta remaja. Kanker ini akan membentuk sel – sel mieloid yang tidak
sempurna dan dapat menyumbat pembuluh darah.
c. Leukemia limfotik kronis atau chronic lymphocytic leukeia (CLL)
Jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa. CLL umumnya baru terdeteksi pada
stadium lanjut karena pasien cenderung tidak merasakan gejala-gejalanya untuk waktu yang
lama.
3. Kangker payudara
Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah
Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah utama di
bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Penderita kanker payudara
lebih banyak pada wanita, dengan proporsi 27.5 %.
Respon imun terhadap sel tumor diperantarai oleh sel T sitotoksik (T CD8+) yang
spesifik terhadap antigen tumor. Aktivasi sel T CD8+ ini tidak hanya membutuhkan perantara
kompleks histokompatibilita Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas I saja namun juga
membutuhkan kostimulasi dari MHC kelas II (sel T CD4+).
Makrofag melakukan fungsinya sebagai sistem imun dengan cara fagositosis bakteri
yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara mengelilingi, kemudian
memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses ini merupakan bagian dari reaksi
peradangan. Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam imun adaptif, dalam hal ini
makrofag akan mengambil antigen dan mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-
komponen imun lain dalam system imun adaptif. TAM berasal dari diferensiasi monosit dan
menuju ke lokasi tumor oleh aktivitas kemotaktik (kemokin) yaitu CCL2/MCP1 . Kebanyakan
karsinoma manusia menghasilkan CCL2. Kadar dan ekspresi CCL2 berkorelasi dengan kenaikan
infiltrasi makrofag (Conti I dan Rollins, 2004). Pada kanker payudara dan kanker esofagus
manusia, kadar CCL2 berkorelasi dengan perluasan infiltrasi makrofag, metastasis limfonodus
dan agresifitas klinis . Chemokine (C-C motif) Ligand 2/ CCL2 berperan dalam perkembangan
tumor, dengan cara menstimulasi pertumbuhan neoplastik, memicu reaksi radang dan
menginduksi angiogenesis. Makrofag juga direkrut ke lokasi tumor oleh suatu sitokin yang
dihasilkan oleh tumor yang berinteraksi dengan reseptor tirosinkinase, seperti vascular
endothelial growth factor (VEGF) dan macrophage colony stimulating factor (M-CSF)
Apabila protooncogen mengalami mutasi, maka protein yang disandi bersifat overaktif,
dan bila tumosupressorgene mengalami mutasi, maka protein yang disandi bersifat inaktif.
Karena sel kanker merupakan klon sel yang memiliki gene defect, maka oleh sistem imun tubuh
dianggap sebagai benda asing, sehingga sel kanker akan dihancurkan oleh sistem imun. Sistem
imun yang berperan untuk menghancurkan sel kanker adalah sistem imun seluler, antara lain
natural killer cell (sel NK).
Adapun mekanisme kerja sel NK untuk menghancurkan sel kanker adalah melalui ikatan
antara FasLigan (CD95R) di permukaan sel kanker dengan Ligan (CD95) di permukaan sel NK.
Ikatan antara CD95R dengan CD95 pada permukaan sel kanker dengan sel NK mengakibatkan
di dalam sitosol sel kanker terjadi aktivasi protein yang dikenal dengan fas associated death
domain (FADD). Protein ini kemudian mengaktivasi caspase dan selanjutnya caspase akan
mengaktifkan DNAse sehingga terjadi fragmentasi DNA dari sel kanker dan akhirnya sel kanker
mengalami kematian/apoptosis.
Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan aktivitas sel NK. Faktor yang paling
penting adalah interferon gamma (IFN-γ), dimana sitokin ini dapat dihasilkan oleh beberapa sel
antara lain limfosit T-helper-1 (TH-1), NK sel dan limfosit sitotoksik (CTL). Namun aktivasi
dari setiap sel untuk memproduksi IFN-γ, diinduksi oleh makrofag. Sitokin yang dilepaskan oleh
makrofag untuk menginduksi aktivitas sel TH-1, sel NK, dan CTL untuk memproduksi IFN-γ
adalah IL1dan IL- Faktor yang memengaruhi aktivitas makrofag antara lain patogen yang
dikenal dengan pathogen associated molecule patern/PAMPs, atau sel debris yang dikenal
dengan damage associated molecule patern/DAMps, dimana pembentukan DAMPs ini
diakibatkan oleh trauma, inflamasi, iskemia atau malignansi. Akibat paparan PAMPs atau
DAMPs makrofag akan menghasilkan sitokin proinflamasi seperti IL-1, TNF-α dan IL-6 dan IL-
8, kemudian IL6 dan TNF-α, menginduksi sumsum tulang memproduksi sel darah putih
sehingga terjadi leukositosis. Pada proses leukopoitik akan dibentuk juga sel NK. Peningkatan
pembentukan sel NK di dalam tubuh penderita kanker, mengakibatkan sel kanker banyak
mengalami kematian. Makrofag yang menghasilkan sitokin proinflamasi tersebut dikenal dengan
makrofag-1 (M-1). Namun, sel kanker juga dapat menginduksi makrofag sehingga terjadi
polarisasi makrofag. Makrofag yang diinduksi oleh sel kanker akan mengalami polarisasi
menjadi tumor associated macropage (TAMs), dimana TAMs ini menghasilkan sitokin
antiinflamasi yaitu IL10, TAMs tersebut dikenal juga dengan makrofag-2 (M-2). Makrofag
koloni stimulating faktor (MCSF) berperan pada proses polarisasi M-1 menjadi M-2. 16 Apabila
terjadi peningkatan aktivitas M-1, maka sel NK akan aktif sehingga sel kanker tidak mengalami
perkembangan. Sebaliknya, bila terjadi peningkatan M-2 maka sistem imun seluler akan ditekan
dan akhirnya sel kanker menjadi progresif.
5. Penyakit ca paru
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru) maupun
yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan
genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat
dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus
Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau inhalasi
berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Dari beberapa
kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan
merokok. Lombard dan Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok.
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri
tulang belakang, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah badan,
dan obstruksi vena cava. Pembagian praktis berdasarkan hasil histopatologik terdiri atas small
cell lung cancer (SCLC) dan non small cell lung cancer (NSCLC) yang terbagi atas karsinoma
sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveolar dan karsinoma sel besar.
Respon imun pada kanker
Respon imun pada kanker terdiri dari respon innate dan adaptif immune. Sel innate terdiri
dari granulosit, makrofag, sel mast, sel dendritik (DC), dan sel natural killer (NK). Imunitas
bawaan berfungsi sebagai garis pertahanan pertama dalam perlawanan terhadap kanker, karena
reseptor pengenalan pola garis kuman yang dikodekan dengan cepat untuk mendeteksi sel yang
terinfeksi atau sel-sel yang tertekan, sehingga memicu mekanisme efektor yang ditujukan untuk
mengendalikan tumor.
Sel adaptif imun terdiri dari sel B yang memproduksi antibodi CD4+ dan CD8+. Sel T
membutuhkan waktu beberapa hari untuk berevolusi, proses aktivasi dan pembelahan limfosit
spesifik antigen tumor yang bekerja secara somatik sebagai reseptor imunoglobulin atau sel-T.
Sel NK T dan sel T berfungsi sebagai kekebalan bawaan dan adaptif.
Innate imun yang berperan pada penekanan tumor akan mengaktivasi sel T regulator, juga
dapat terbukti merusak ketika jaringan normal terganggu. Pada proses ini menyebabkan ekspresi
downregulation permukaan sel NK melalui peningkatan endositosis dan respon supresi. Sel
tumor dan sel-sel stroma dalam lingkungan mikro tumor telah terbukti memicu supresi immun.
Supresi langsung oleh sitokin seperti TGF-β yang dikeluarkan dari stroma akan menyebabkan
penekanan sel.
Stress dapat memicu ekspresi ligan berupa reaksi antitumor sitotoksik atau memfasilitasi
terjadinya mekanisme escape imun. Adaptif imun merupkan respon di tandai dengan inisiasi sel
dendritik, yang menangkap sel yang lemah. Sel mempresentasikan proses antigenik melalui
MHC kelas I dan II, merangsang antigen spesifik sel T dan B limfosit. Pada lingkungan
mikrotumor, sel dendritik di aktifkan melalui signal “danger” yang dikeluarkan atau tumor
nektotik sel, sehingga memicu kematangan sel melaui co-stimulator molekul dan sitokin.