Anda di halaman 1dari 23

SISTEM IMUN DAN KEGANASAN

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical bedah

Dosen Pembimbing : Ns. Fadli Syamsuddin, M.Kep.Sp.Kep.MB

Disusun oleh kelompok IX

1. ELSILAWATI YUNUS

2. FIRAWATI ISHAK

3. MOHAMAD AFANDI ISINI

4. MUH I QBAL R. MOHI

5. NUR AIN LADIKU

6. RIANTI P. UMANI

7. SINTIA K. POLAPA

8. SRI INDRAWATI KADIR

9. SUNARTI HAJARATI

10. TITI HARTINA MADIHUTU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2020
A. Pengertian system imun dan keganasan

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya
yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh
dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons
kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons
imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar
tetap berfungsi secara normal.

Keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran
jaringan secara abnormal. Kanker menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang dapat berupa
mutasi, kelainan jumlah atau struktur.Proses terjadinya kanker ini disebut karsiogenesis
(Azis,2006). Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik
yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan
di dalam organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim (leher
rahim/ serviks), indung telur, dan vagina.

B. Fungsi Sistem Imuna


a. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yangmasuk ke dalam tubuh.
b. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
c. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
C. Macam-Macam system pertahanan
1. System pertahanan non spesifik
Respon imun non-spesifik, merupakan imunitas bawaan (innate imunnity) yaitu respon
zat asing, dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut.
Imunitas ini di turunkan secara alamiah, tidak selektif dalam menahan setiap benda asing atau sel
abnormal pada pertama kali terpapar. Respon ini mempertahankan pada infeksi, iritasi, bahan
kimia, luka jaringan karena trauma mekanik atau terbakar. Respon imun non spesifik berperan
dengan menyetakan beberapa agens tubuh, misalnya:
a) Pada peradangan meyertakan neutrofil dan makrofag
b) Interferon untuk menahan serangan virus
c) Natural killer cel, sejenis limfosit menahan serangan virus dan tumor.
d) ystem komplemen, suatu plasma protein
System pertahanan tubuh Non Spesifik Dibagi Menjadi:
Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity),
artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh dapat terjadi walaupun
tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut. Respon imun nonspesifik dapat mendeteksi
adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkannya, tetapi tidak mampu
mengenali dan mengingat zat asing tersebut. Komponen-komponen utama respon imun
nonspesifik adalah pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan selular. Pertahanan ini meliputi epitel
dan zat-zat antimikroba yang dihasilkan dipermukaannya, berbagai jenis protein dalam darah
termasuk komplemen komplemen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai
sitokin, selsel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer (NK)
a. Pertahanan fisik/mekanik
Dalam sitem pertahanan fisik,kulit,selaput lender, silia saluran nafa,batuk dan
bersin,merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi.kulit yang rusak misalnya,oleh luka
bakar dan selaput lender yang rusak oleh asap rokok akan meninggalkan resiko infeksi.
b. Pertahanan biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafasa, kelenjar sebaseus kulit, telinga, spermin
dan semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi asam
mengandung laktoverin,dan asam neuramini yang mempunyai sifata anti bacterial terhadap
E.koli da n staphylococcus.
Lisojim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negative dan hal
tersebut di perkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat meningkatkan
zat besiyang dibutuhkan dalam kehidupan kuman pseudomonas pertahanan humoral
System imun non spesifik ini mengunakan berbagai molekul larut tertentu yang di produksidi
tempat infeksi dan fungsi local, misalnya peptide anti microba (defensin katelesidin dan IVN
dengan efek anti viral)
Namun juga ada factor larut lainya yang di produksi di tempat yang lebih
Jauh dan di kerahkan ke jaringan saran melalui sirkulasi seperti komplemen dan PVA (protein
vase akut )
c. Pertahanan humoral
System imun non spesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu yang
diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi local, misalnya peptide antimikroba
(defensin,katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga ada factor larut lainya yang di
produksi ditempat yang lebih jauh dan di kerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti
komplemen dan PFA (protein fase akut).
Pertahanan humoral di pertahankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C reaktif
protein / protein fase akut), kolektin MBL 9.
a. Kaomplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
1) Kompenen dapat menghancutkan sel membrane bakteri
2) Merupakan factor kemotatik yang mengarahkan makrofag keetempat bakteri
3) Komponen komlemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan
makrofag unruk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi)
b. Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang
mengandung nucleus dan di lepaskan sebagai respon terhadap infeksi virus,interveron
mempunyai sifat anti virus dengan jalan menginduksi sel sel sekitar sel yang terinfeksi irus
sehingga menjadi resistensi terhadap virus.
c. Reactive protein (CRP)
Peran CRP adalah sebagai opsonin dan dapata mengaktifkan komplemen,. CRP dibentuk
oleh badaan bada saat infeksi, CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100x
atau lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperan pada imunitas non spesifi karena
dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat banyak bakteri dan jamur
d. Kolektin MBL 9 (manan binding lecting)
Lekting manose binding (MBL) juga disebut protein mannose binding protein atau
manan binding (MBP) merupakan lekting yang berperan dalam kekebalan bawaan
a. Pertahanan seluler
Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal Mikroba yang mampu menembus sistem
pertahanan tubuh, akan menghadapi garis pertahanan kedua. Mekanisme utama sistem
pertahanan non spesifik internal bergantung pada fagositosis, yaitu proses penelanan
mikroorganisme yang menyerang tubuh oleh sel darah putih tertentu. Selain itu, Jurnal Bio
Educatio, Volume 4, Nomor 1, April 2019, hlm. 01-11 ISSN: 2541-2280 [5] mekanisme
pertahanan tubuh nonspesifik internal juga dilakukan oleh sel natural killer (NK), respon
peradangan dan senyawa antimikroba.
1) Fagositosis
Sel fagosit yang disebut neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak, sekitar
60-70%. Sel neutrofil mendekati sel yang diserang mikroba dengan adanya sinyal kimiawi
(kemotaksis). Neutrofil dapat meninggalkan peredaran darah menuju jaringan yang terinfeksi
dan membunuh mikroba penyebab infeksi.
Sel monosit, meski hanya sebanyak 5% dari seluruh sel darah putih, memberikan
pertahanan fagosit yang efektif. Setelah mengalami pematangan, sel monosit bersirkulasi dalam
darah untuk beberapa jam. Setelah itu, bergerak menuju jaringan dan berubah menjadi makrofag.
Sel mirip Amoeba ini mampu memanjangkan pseudopodia untuk menarik mikroba yang
akan dihancurkan enzim perncernaannya. Namun, beberapa mikroba telah berevolusi terhadap
cara makrofag. Misalnya, beberapa bakteri memiliki kapsul yang membuat pseudopodia
makrofag tidak dapat menempel. Bakteri lain kebal terhadap enzim pelisis fagosit dan bahkan
dapat bereproduksi dalam sel makrofag. Beberapa makrofag secara permanen berada di organ-
organ tubuh dan jaringan ikat.

Gambar. Proses Fagositosis


Selain neutrofil dan monosit, terdapat juga eosinofil yang berperan dalam sistem pertahan
nonspesifik internal. Sekitar 1,5% sel darah putih merupakan eosinofil. Eosinofil memiliki
aktivitas fagositosit yang terbatas, namun mengandung enzim penghancur di dalam granul
sitoplasmanya. Eosinofil berperan dalam pertahanan tubuh terhadap cacing parasit. Eosinofil
memposisikan diri di permukaan cacing dan menyekresikan enzim dari granul untuk
menghancurkan cacing tersebut.

Gambar : Komponen Leukosit

2) Sel Natural Killer (NK)


Sel NK atau sel pembunuh alami tidak menyerang mikroorganisme secara langsung;
alih-alih mereka merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan sel-sel abnormal yang dapat
membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat fagositik; melainkan menyerang membrane sel
sehingga sel tersebut lisis (pecah).
3) Respon Peradangan
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, misal akibat tergores
atau benturan keras. Pada proses ini dipengaruhi oleh Histamin dan prostalgidin. Histamin yang
dihasilkan oleh sel tubuh berperan untuk meningkatkan konsentrasi otot dan permeabilitas
dinding pembuluh darah kapiler di sekitar areal yang terinfeksi. Peningkatan aliran darah akan
memudahkan perpindahan sel – sel fagosit dari darah ke dalam jaringan yang terluka. Netrofil
merupakan fagosit pertama yang menyelubungi luka selanjutnya monosit berperan dengan
berkembang menjadi makrofag yang akan membersihkan sel – sel jaringan yang rusak.

Gambar : Mekanimse pertahanan tubuh dengan respon inflamatori

4) Protein Antimikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik disebut sistem
komplemen. Protein tersebut dapat secara langsung membunuh mikroorganisme ataupun
mencegah reproduksinya. Terdapat sekitar 20 jenis protein yang termasuk dalam sistem ini.
Histamin dan interleukin termasuk protein ini. Protein komplemen bersirkulasi dalam darah
dalam bentuk tidak aktif. Jika beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif, hal
tersebut memicu gelombang reaksi yang besar. Mereka mengaktifkan banyak molekul
komplemen lain. Setiap molekul yang teraktifkan, akan mengaktifkan jenis protein komplemen
lain dan begitu seterusnya. Aktivasi protein komplemen terjadi jika protein komplemen tersebut
berikatan dengan protein yang disebut antigen. Antigen telah dimiliki oleh patogen. Aktivasi
dapat terjadi ketika protein komplemen berikatan langsung dengan permukaan bakteri. Beberapa
protein komplemen dapat bersatu membentuk pori kompleks yang menginduksi lisis (kematian
sel) pada patogen. Beberapa protein komplemen yang teraktifkan juga menyebabkan respons
pertahanan tubuh nonspesifik yang disebut peradangan (inflamasi). Selain itu, “menarik” sel-sel
fagosit menuju sel atau jaringan yang rusak.

2. Sistem pertahanan tubuh Spesifik


spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke tubuh.
Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik.
Sistem pertahanan tubuh spesifik disebut juga dengan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun.
Sistem kekebalan tubuh terbentuk karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan tubuh
secara spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit karena adanya antigen yang
masuk ke tubuh. Limfosit terdiri atas dua tipe, yaitu limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T).
(1) Sel B
"B" sebenarnya berasal dari kata Bursa Fabrisius, yaitu sebuah organ unik bagi
unggas tempat sel B unggas mengalami pematangan dan tempat dimana limfosit B pertama
kali ditemukan. Akan tetapi karena sel B semua vertebrata lain berkembang dalam sumsum
tulang (bone marrow), "B" bisa diartikan "bone" maupun "bursa".
Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk
antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi 3 jenis berikut.
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat (memori).
 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
 Sel B pengingat (memori), berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh serta
menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua
2) Sel T
"T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar dalam rongga dada di atas jantung yang
berperan dalam pematangan limfosit T setelah diproduksi di sumsum tulang. Sel T berperan
dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen
secara langsung. Sel T juga ikut membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat
dibedakan menjadi tiga jenis berikut.
 Sel T sitotoksik, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
 Sel T helper, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B plasma
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
 Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T sitotoksik. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Gambar : Respon Imun

3. Antibodi

Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein dan dibentuk sebagai
respons terhadap keberadaan benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh
kita.Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh
limfosit B atau sel- sel B.

Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan antigen yang masuk ke


dalam tubuh. Setiap detik sekitar 2.000 molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah satu
contoh peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi karena luka
maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau sel-sel B yang mati setelah
berperang melawan antigen. Antibodi dapat ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler.

Antibodi memiliki struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna,
seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis
tertentu.
a. Jenis-jenis Antibodi
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi
untuk melindungi tubuh lewat proses kekebalan (immune). Ada lima macam immunoglobulin,
yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD.
a) Immunoglobulin G (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu bulan,
menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG
beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Senyawa
ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat antigen berada dan menghambatnya
begitu terdeteksi. Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan
racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan mikroorganisme yang
masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG
merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke
janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang
menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam kolostrum (air
susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap
infeksi sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.

b) Immunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh
selaput lendir, misalnya hidung, mata, paru- paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan sekresi usus.
Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat
dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir.
c) Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan
sel-sel B, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel- sel T, mereka membantu sel-sel T menangkap antigen.
d) Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi
ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang
sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit,
misalnya skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara berkembang (Pujiyanto,
2012).
4. Respon Kekebalan Imun
Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dikelompkan menjadi dua macam
yaitu kekebalan humoral (antibody – mediated immunity) dan kekebalan seluler (cell –
mediated immunity). Berikut akan saya jelaskan satu persatu respon kekebalan tubuh.

1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan
darah dan limfe. Antibodi yang beredar sebagai respon humoral bekerja melawan bakteri
bebas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada dalam cairan tubuh. Serangkaian
respon terhadap pathogen ini disebut dengan respon kekebalan primer antara lain :
 Netralisasi yaitu antibodi akan menetralkan suatu virus dengan cara melekat pada molekul
yang harus digunakan oleh virus untuk menginfeksi sel inang.mekanisme ini akan
menetralkan racun dari mikroorganisme sehingga akan mudah difagositosis oleh
makrofag.
 Aglutinasi (penggumpalan) yaitu proses penggumpalan bakteri atau virus yang
diperantarai oleh antibody yang akan bekerja menetralkan mikrorganisme tersebut. Terjadi
karena setiap molekul antibody memiliki paling tidak dua tempat pengikatan antigen.
Kompleks besar yang terbentuk melalui proses aglutinasi yang akan memudahkan
fagositosis makrofag.
 Presipitasi (pengendapan) yaitu proses dimana molekul – molekul antigen yang terlarut
dalam cairan tubuh akan diendapkan oleh antibody. Proses ini akan memudahkan proses
pengeluaran dan pembuangan antigen oleh fagositosis.
 Fiksasi komplemen (aktivasi) yaitu mengaktivasikan komplemen dengan adanya
kompleks antigen – antibody. Apabila ada infeksi maka protein yang pertama dalam
rangkaian protein komplemen akan diaktifkan, reaksi komplemen ini akan mengakibatkan
lisisnya banyak jenis virus dan sel – sel pathogen.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T Yang bertugas menyerang sel – sel asing atau
jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Berdasarkan cara memperolehnya kekebalan
tubuh digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
 Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri, Tubuh
membentuk antibodi sendiri karena infeksi antigen. Kekebalan ini dapat

diperoleh secara alami dan buatan sebagai contoh secara alami melalui penyakit seperti halnya
penyakit cacar dan secara langsung tubuh membentuk vaksinasi virus cacar dengan cara
didalam tubuh penderita dikembangkan kekebalan humoral dan kekebalan seluler, setelah
mengidap penyakit cacar penderita tidak akan terkena dua kali penyakit cacar. Sedangkan cara
buatan dengan adanya vaksinasi (imunisasi) terhadap mikroorganisme tertentu dengan cara
dimasukkan antigen yang telah dilemahkan atau telah mati kedalam tubuh.
 Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibody dari
luar. Kekebalan ini dapat diperoleh dengan cara alami yaitu dengan cara pemberian ASI (Air
Susu Ibu ) dan secara buatan melalui penyuntikkan antiserum yang mengandung antibody IgG
atau immunoglobulin lainnya. Kekebalan pasif buatan ini hanya bertahan beberapa minggu saja
karena immunoglobulin yang berasal dari tubuh akan diuraikan oleh tubuh orang tersebut.

D. Penyakit Yang Dapat menyerang system imun


1. Pengaruh Infeksi HIV terhadap Sistem Imun

HIV terutama menginfeksi sel limfosit T-helper CD4 dan sel yang mengekspresikan
reseptor CD4 seperti makrofag dan sel dendritik sehingga makin lama jumlah dan fungsinya
akan menurun. Bila sel Th berkurang jumlahnya dan fungsinya juga menurun maka respon
imunitas seluler dan humoral juga akan terganggu sehingga memudahkan timbulnya berbagai
infeksi, salah satunya adalah infeksi oportunistik.

Sistem imun untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
parasit, fungi, dan bakteri intraseluler didominasi oleh respon imunitas seluler. Respon imunitas
ini dilakukan oleh makrofag dan sel NK. Namun pada infeksi HIV, fungsi makrofag, sel NK dan
sel Tc berubah. Fungsi sel makrofag seperti fagositosis dan kemotaksis menurun, termasuk juga
kemampuan untuk menghancurkan organisme intraseluler, misalnya kandida. Kemampuan sel
Tc untuk menghancurkan sel yang terinfeksi virus juga menurun, sehingga terjadi reaktivasi
virus yang tadinya laten seperti herpes zooster dan retinitis sitomegalovirus. Selain itu
kemampuan sel NK untuk menghancurkan antigen asing juga menurun

Infeksi HIV juga menyebabkan abnormalitas imunitas humoral. Imunitas humoral adalah
imunitas dengan pembentukan antibodi oleh sel plasma yang berasal dari limfosit B, akibat
rangsangan sitokin yang dilepaskan oleh limfosit CD4+ yang teraktivasi. Sitokin IL-2, BCGF (B
Cell Growth Factor) dan BCDF (B Cell Diffrentiation Factor) akan merangsang limfosit B
tumbuh dan berdiferensiasi menjadi sel plasma. Dengan adanya antibodi diharapkan akan
meningkatkan daya fagositosis dan daya bunuh sel makrofag dan neutrofil melalui proses
opsonisasi (Merati, 2014).

Infeksi HIV menyebabkan stimulasi limfosit B secara poliklonal dan non spesifik,
sehinga terjadi hipergammaglobulinemia terutama IgA dan IgG. Selain itu respon yang
dihasilkan oleh immunoglobulin ini tidak tepat sehingga tetap tidak mampu mengeliminasi
mikroorganisme. Selain respon imunitas humoral yang berlebihan dan tidak tepat, infeksi HIV
menyebabkan penurunan jumlah limfosit

CD4+ sehingga terjadi suatu keadaan disregulasi imun. Oleh karena itu bila terdapat
infeksi dari bakteri, fungi, atau parasit, tidak mampu direspon dengan baik oleh sistem imun
penderita HIV sehingga timbullah infeksi oportunistik merupakan suatu glikoprotein yang
terdapat di permukaan sel imun seperti sel T-helper, monosit, makrofag dan sel dendritik. CD4+
dan sel T helper memainkan peran penting dalam sistem imun karena memberi sinyal ke sel
imun lain misalnya CD8+ untuk menghancurkan partikel-partikel infeksius. Sel T helper
merupakan regulator primer untuk sel T dan sel B, dimana sel ini membantu limfosit sel B yang
terstimulasi antigen untuk membentuk antibodi. Terdapat dua subset fungsional dari T helper
yaitu Th1 dan Th2. Th1 berperan dalam sistem imunitas seluler sedangkan Th2 berperan dalam
pembentukan immunoglobulin

Dalam pembentukan antibodi, sel B harus distimulasi oleh antigen. Antigen diproses
menjadi beberapa fragmen dan sebagian bergabung ke molekul kelas II MHC dan
dipresentasikan ke permukaan sel CD4+ dan mengaktivasi sel T. Sel T yang teraktivasi
selanjutnya akan mengaktivasi sel B yang telah tersensitisasi antigen untuk berploriferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi
2. Kanker darah atau leukemia

adalah kanker yang menyerang sel – sel yang membentuk sel darah dalam sumsum
tulang. Pada kondisi normal, sel – sel darah putih akan berkembang secara teratur di saat tubuh
membutuhkannya untuk memberantas infeksi yang muncul. Namun lain halnya dengan
pengidap kanker darah. Sumsum tulang akan memproduksi sel – sel darah putih yang
abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan secara berlebihan. Jumlahnya yang
berlebihan akan mengakibatkan penumpukan dalam sumsum tulang sehingga sel – sel darah
yang se Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah
utama di bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Penderita kanker
payudara lebih banyak pada wanita, dengan proporsi 27.5 %.

Jenis Jenis Kanker Leukemia Ada beberapa jenis kanker darah. Berdasarkan cara
perkembangannya, kanker ini dapat dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Kanker darah
akut berkembang dengan cepat akibat penambahan jumlah sel darah putih yang abnormal yang
pesat dan penyebarannya ke dalam aliran darah. Jenis ini harus ditangani dengan segera.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan – lahan dan dalam jangka
panjang. Gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru terdiagnosis setelah
bertahun – tahun. Sel – sel darah putih yang seharusnya sudah mati akan tetap hidup dan
menumpuk dalam aliran darah, sumsum tulang, serta organ – organ lain yang terkait. Kanker
darah juga dapat dikategorikan menurut jenis sel darah putih yang diserang. Kanker darah yang
menyerang sel – sel limfa dikenal dengan istilah leukemia limfotik dan yang menyerang sel –
sel mieloid disebut leukemia mielogen.
Jenis Jenis Kanker Leukemia
Ada beberapa jenis kanker darah. Berdasarkan cara perkembangannya, kanker ini dapat
dikelompokkan menjadi akut dan kronis. Kanker darah akut berkembang dengan cepat akibat
penambahan jumlah sel darah putih yang abnormal yang pesat dan penyebarannya ke dalam
aliran darah. Jenis ini harus ditangani dengan segera.
Sementara itu, kanker darah kronis berkembang secara perlahan – lahan dan dalam
jangka panjang. Gejalanya cenderung tidak segera dirasakan sehingga baru terdiagnosis setelah
bertahun – tahun. Sel – sel darah putih yang seharusnya sudah mati akan tetap hidup dan
menumpuk dalam aliran darah, sumsum tulang, serta organ – organ lain yang terkait. Kanker
darah juga dapat dikategorikan menurut jenis sel darah putih yang diserang. Kanker darah yang
menyerang sel – sel limfa dikenal dengan istilah leukemia limfotik dan yang menyerang sel –
sel mieloid disebut leukemia mielogen.
Berdasarkan dua pengelompokan di atas, terdapat empat jenis kanker darah yang paling
sering terjadi adalah :
a. Leukemia limfotik akut atau acute lymphocytic leukemia (ALL)
ALL dapat menghambat fungsi limfosit sehingga pengidapnya berpotensi mengalami
infeksi yang serius. Kanker darah ini umumnya diidap oleh anak – anak, tapi juga mungkin
menyerang dewasa
b. Leukemia mielogen akut atau acute myelogenous leukemia (AML)
Ini adalah jenis kanker darah yang umumnya menyerang dewasa. Tetapi AML juga dapat
diidap oleh anak – anak serta remaja. Kanker ini akan membentuk sel – sel mieloid yang tidak
sempurna dan dapat menyumbat pembuluh darah.
c. Leukemia limfotik kronis atau chronic lymphocytic leukeia (CLL)
Jenis kanker darah ini hanya dialami oleh orang dewasa. CLL umumnya baru terdeteksi pada
stadium lanjut karena pasien cenderung tidak merasakan gejala-gejalanya untuk waktu yang
lama.

d. Leukemia mielogen kronis atau chronic myelogenous leukmia (CML)


Jenis kanker darah ini umumnya diderita oleh dewasa. CML memiliki dua tahap. Pada
tahap pertama, sel – sel abnormal akan berkembang secara perlahan-lahan. Lalu saat memasuki
tahap kedua, jumlah sel – sel abnormal akan bertambah dengan pesat sehingga kondisi pasien akan
menurun secara drastis.

3. Kangker payudara
Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah
Kanker payudara merupakan penyakit genetik kompleks yang masih menjadi masalah utama di
bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. Penderita kanker payudara
lebih banyak pada wanita, dengan proporsi 27.5 %.

Kanker payudara dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu ductal


(adeno)carcinoma, lobular (adeno)carcinoma dan Paget’s disease of the nipple (Gambar 1).
Ductal (adeno)carcinoma merupakan tipe kanker payudara yang berasal dari epitel duktus.
Lobular (adeno)carcinoma berasal dari epitel lobulus. Paget’s disease of the nipple berasal
dari ductal carcinoma di dalam duktus laktiferus dan menyebar melalui sel epidermis putting
susu.4 Kanker payudara berasal dari jaringanithel dan paling sering terjadi pada sistem duktal.
Kanker payudara diawali dengan terjadinya hiperplasia dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Sebanyak 1-2% wanita dengan kanker payudara mempunyai gejala mirip dengan
infeksi payudara akut, yaitu kulit menjadi merah, panas, edema, dan nyeri. Fenomena tersebut
dikenal sebagai inflamasi karsinoma, yaitu tumor yang tumbuh dengan cepat,menginvasi kulit
dan jaringan limfa. Karsinoma payudara dapat menyebar (metastasis) ke jaringan sekitar
melalui saluran limfa dan aliran darah. Organ yang paling sering menjadi tujuan metastasis
adalah paru, pleura, dan tulang.
Gambar 1. Jenis-jenis kanker
Respon Imun

Respon imun terhadap sel tumor diperantarai oleh sel T sitotoksik (T CD8+) yang
spesifik terhadap antigen tumor. Aktivasi sel T CD8+ ini tidak hanya membutuhkan perantara
kompleks histokompatibilita Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas I saja namun juga
membutuhkan kostimulasi dari MHC kelas II (sel T CD4+).

Makrofag melakukan fungsinya sebagai sistem imun dengan cara fagositosis bakteri
yang masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara mengelilingi, kemudian
memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses ini merupakan bagian dari reaksi
peradangan. Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam imun adaptif, dalam hal ini
makrofag akan mengambil antigen dan mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-
komponen imun lain dalam system imun adaptif. TAM berasal dari diferensiasi monosit dan
menuju ke lokasi tumor oleh aktivitas kemotaktik (kemokin) yaitu CCL2/MCP1 . Kebanyakan
karsinoma manusia menghasilkan CCL2. Kadar dan ekspresi CCL2 berkorelasi dengan kenaikan
infiltrasi makrofag (Conti I dan Rollins, 2004). Pada kanker payudara dan kanker esofagus
manusia, kadar CCL2 berkorelasi dengan perluasan infiltrasi makrofag, metastasis limfonodus
dan agresifitas klinis . Chemokine (C-C motif) Ligand 2/ CCL2 berperan dalam perkembangan
tumor, dengan cara menstimulasi pertumbuhan neoplastik, memicu reaksi radang dan
menginduksi angiogenesis. Makrofag juga direkrut ke lokasi tumor oleh suatu sitokin yang
dihasilkan oleh tumor yang berinteraksi dengan reseptor tirosinkinase, seperti vascular
endothelial growth factor (VEGF) dan macrophage colony stimulating factor (M-CSF)

Gambar 2. Hubungan antara makrofag dan sel tumor

Diferensiasi makrofag tergantung pada induksi sitokin yang diterimanya. Aktivasi


makrofag terdiri atas aktivasi klasik atau yang dikenal dengan aktivasi makrofag M1 dan
aktivasi alternatif yang dikenal dengan aktivasi makrofag M2. Makrofag M1 diinduksi oleh
PAMPs dan IFN-γ. IFN-γ yang dapat mengaktivasi makrofag dihasilkan oleh sel NK serta sel
Th1 .
Fenotip makrofag M1 dapat diinduksi oleh adanya stimulus dari IFN-γ dan TNF-α
ataupun akibat adanya induksi produk mikroba, seperti lipopolysaccharide (LPS) (Gambar 3).
Pada sel M1 terjadi peningkatan molekul permukaan seperti MHC kelas II dan B-7 (CD86)
sehingga memiliki kemampuan untuk melakukan presentasi antigen. Makrofag M1 juga
memiliki kemampuan untuk membunuh pathogen Kemampuan makrofag M1 dalam
membunuh patogen meningkat dengan adanya induksi dari inducible NO synthase (iNOS)
untuk memproduksi nitric oxide (NO). Makrofag M1 menggunakan arginin sebagai substrat
untuk membentuk inducible nitric oxide synthase (iNOS) dan menghasilkan nitrit oksida yang
bersifat mikrobisidal Makrofag M2 merupakan makrofag yang bersifat antiinflamasi dan dapat
diinduksi oleh IL-4 dan IL-13 yang dihasilkan oleh sel Th2 M2 menghasilkan beberapa sitokin
antiinflamasi seperti IL-10 dan interleukin-1receptor antagonist (IL-1RA). Makrofag M2
merupakan fenotip makrofag yang tidak efektif dalam presentasi antigen, meskipun
menunjukkan adanya peningkatan molekul MHC kelas II Makrofag M2 menggunakan arginin
sebagai substrat untuk arginase 1 (Arg1), kemudian mendegradasi arginine menjadi ornithine,
yang merupakan prekursor untuk poliamin, prolin, dan kolagen yang dibutuhkan untuk proses
perbaikan jaringan. Poliamin terlibat dalam

Gambar 3. Fenotip dan fungsi makrofag

Pada kanker, makrofag M2 berperan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan


kapasitas proliferasi sel kanker, memacu motilitas, intravasasi, dan sifat invasif sel kanker,
meningkatkan angiogenesis, memediasi imunosupresi, dan reorganisasi matriks ekstraseluler

Gambar 4. Fungsi TAM sebagai protumoral


4. Penyakit osteosarkoma

Osteosarkoma merupakan penyakit keganasan pada tulang. Penyakit keganasan oleh


pembelahan sel yang tidak terkendali. Hal ini terjadi karena sel tersebut memiliki multi gene
defect, yaitu gen yang menyandi protein yang mengatur siklus pembelahan sel seperti
protooncogen dan tumosupressorgene.

Apabila protooncogen mengalami mutasi, maka protein yang disandi bersifat overaktif,
dan bila tumosupressorgene mengalami mutasi, maka protein yang disandi bersifat inaktif.
Karena sel kanker merupakan klon sel yang memiliki gene defect, maka oleh sistem imun tubuh
dianggap sebagai benda asing, sehingga sel kanker akan dihancurkan oleh sistem imun. Sistem
imun yang berperan untuk menghancurkan sel kanker adalah sistem imun seluler, antara lain
natural killer cell (sel NK).

Adapun mekanisme kerja sel NK untuk menghancurkan sel kanker adalah melalui ikatan
antara FasLigan (CD95R) di permukaan sel kanker dengan Ligan (CD95) di permukaan sel NK.
Ikatan antara CD95R dengan CD95 pada permukaan sel kanker dengan sel NK mengakibatkan
di dalam sitosol sel kanker terjadi aktivasi protein yang dikenal dengan fas associated death
domain (FADD). Protein ini kemudian mengaktivasi caspase dan selanjutnya caspase akan
mengaktifkan DNAse sehingga terjadi fragmentasi DNA dari sel kanker dan akhirnya sel kanker
mengalami kematian/apoptosis.

Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan aktivitas sel NK. Faktor yang paling
penting adalah interferon gamma (IFN-γ), dimana sitokin ini dapat dihasilkan oleh beberapa sel
antara lain limfosit T-helper-1 (TH-1), NK sel dan limfosit sitotoksik (CTL). Namun aktivasi
dari setiap sel untuk memproduksi IFN-γ, diinduksi oleh makrofag. Sitokin yang dilepaskan oleh
makrofag untuk menginduksi aktivitas sel TH-1, sel NK, dan CTL untuk memproduksi IFN-γ
adalah IL1dan IL- Faktor yang memengaruhi aktivitas makrofag antara lain patogen yang
dikenal dengan pathogen associated molecule patern/PAMPs, atau sel debris yang dikenal
dengan damage associated molecule patern/DAMps, dimana pembentukan DAMPs ini
diakibatkan oleh trauma, inflamasi, iskemia atau malignansi. Akibat paparan PAMPs atau
DAMPs makrofag akan menghasilkan sitokin proinflamasi seperti IL-1, TNF-α dan IL-6 dan IL-
8, kemudian IL6 dan TNF-α, menginduksi sumsum tulang memproduksi sel darah putih
sehingga terjadi leukositosis. Pada proses leukopoitik akan dibentuk juga sel NK. Peningkatan
pembentukan sel NK di dalam tubuh penderita kanker, mengakibatkan sel kanker banyak
mengalami kematian. Makrofag yang menghasilkan sitokin proinflamasi tersebut dikenal dengan
makrofag-1 (M-1). Namun, sel kanker juga dapat menginduksi makrofag sehingga terjadi
polarisasi makrofag. Makrofag yang diinduksi oleh sel kanker akan mengalami polarisasi
menjadi tumor associated macropage (TAMs), dimana TAMs ini menghasilkan sitokin
antiinflamasi yaitu IL10, TAMs tersebut dikenal juga dengan makrofag-2 (M-2). Makrofag
koloni stimulating faktor (MCSF) berperan pada proses polarisasi M-1 menjadi M-2. 16 Apabila
terjadi peningkatan aktivitas M-1, maka sel NK akan aktif sehingga sel kanker tidak mengalami
perkembangan. Sebaliknya, bila terjadi peningkatan M-2 maka sistem imun seluler akan ditekan
dan akhirnya sel kanker menjadi progresif.

5. Penyakit ca paru

Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru) maupun
yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan
genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat
dikendalikan. Kanker paru primer yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau
karsinoma bronkus

Penyebab pasti dari kanker paru belum diketahui secara jelas. Paparan atau inhalasi
berkepanjangan terhadap suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain. Dari beberapa
kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan
merokok. Lombard dan Doering telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok
dibandingkan yang tidak merokok.

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan antara lain sesak nafas, batuk, nyeri dada, nyeri
tulang belakang, hemoptisis, anoreksia, penurunan berat badan yang signifikan, lemah badan,
dan obstruksi vena cava. Pembagian praktis berdasarkan hasil histopatologik terdiri atas small
cell lung cancer (SCLC) dan non small cell lung cancer (NSCLC) yang terbagi atas karsinoma
sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma bronkoalveolar dan karsinoma sel besar.
Respon imun pada kanker

Respon imun pada kanker terdiri dari respon innate dan adaptif immune. Sel innate terdiri
dari granulosit, makrofag, sel mast, sel dendritik (DC), dan sel natural killer (NK). Imunitas
bawaan berfungsi sebagai garis pertahanan pertama dalam perlawanan terhadap kanker, karena
reseptor pengenalan pola garis kuman yang dikodekan dengan cepat untuk mendeteksi sel yang
terinfeksi atau sel-sel yang tertekan, sehingga memicu mekanisme efektor yang ditujukan untuk
mengendalikan tumor.

Sel adaptif imun terdiri dari sel B yang memproduksi antibodi CD4+ dan CD8+. Sel T
membutuhkan waktu beberapa hari untuk berevolusi, proses aktivasi dan pembelahan limfosit
spesifik antigen tumor yang bekerja secara somatik sebagai reseptor imunoglobulin atau sel-T.
Sel NK T dan sel T berfungsi sebagai kekebalan bawaan dan adaptif.

Innate imun yang berperan pada penekanan tumor akan mengaktivasi sel T regulator, juga
dapat terbukti merusak ketika jaringan normal terganggu. Pada proses ini menyebabkan ekspresi
downregulation permukaan sel NK melalui peningkatan endositosis dan respon supresi. Sel
tumor dan sel-sel stroma dalam lingkungan mikro tumor telah terbukti memicu supresi immun.
Supresi langsung oleh sitokin seperti TGF-β yang dikeluarkan dari stroma akan menyebabkan
penekanan sel.

Stress dapat memicu ekspresi ligan berupa reaksi antitumor sitotoksik atau memfasilitasi
terjadinya mekanisme escape imun. Adaptif imun merupkan respon di tandai dengan inisiasi sel
dendritik, yang menangkap sel yang lemah. Sel mempresentasikan proses antigenik melalui
MHC kelas I dan II, merangsang antigen spesifik sel T dan B limfosit. Pada lingkungan
mikrotumor, sel dendritik di aktifkan melalui signal “danger” yang dikeluarkan atau tumor
nektotik sel, sehingga memicu kematangan sel melaui co-stimulator molekul dan sitokin.

Mekanisme pengindraan dan penyuntingan

Sistem imun berinteraksi dengan kanker melalui beberapa mekanisme cancer


immunoediting (penyuntingan sistem imun). Penyuntingan sistem imun oleh sel tumor ini
biasanya tercapai dalam 3 tahap secara umum: eliminasi, Ekuilibrium, dan escape, Eliminasi
adalah suatu proses pengenalan dan penghancuran tumor oleh sel-sel imun innate dan adaptif
sehingga memberikan perlindungan pejamu terhadap kanker. Sel-sel kekebalan mengidentifikasi
dan menghancurkan sebagian besar sel yang pertumbuhan abnormal dan merangsang apoptosis.
Sel yang mampu bertahan akan mengalami mekanisme berikutnya berupa tahap keseimbangan.
Ekuilibrium adalah suatu proses tumor dan sistem imun mengalami keseimbangan dinamik. pada
tahap ini, kekebalan tubuh berkurang secara signifikan. Oleh karena itu, peran utama sistem
kekebalan tubuh tetap terbatas untuk menghambat pertumbuhan sel tumor. Pada tahap akhir, sel
tumor mengalahkan sistem kekebalan tubuh inang dengan menekan respons imun aktif,
mengurangi tindakan pengaturan dan melarikan diri dari apoptosis. Dengan kata lain, sel tumor
mendapatkan kemampuan untuk menghindari respons imun dan muncul sebagai sel ganas. Sel-
sel ini menyamarkan diri mereka sebagai sel normal dan meniru aktivitas sel normal dengan
berbagai mekanisme. Escape adalah suatu keadaan tumor yang telah memasuki tahap
keseimbangan tumbuh pada pejamu yang immunokompeten. Interaksi ini dapat mencegah sistem
imun untuk membunuh sel kanker dan menghambat metastasisnya.

Anda mungkin juga menyukai