Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun


penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena
itu pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Masalah
gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya
tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus
tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial,
krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah
tangga, yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua
anggotanya. Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan
kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan
yang cukup dalam jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi
semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan
masalah kesempatan kerja.
Berdasarkan Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 terlihat adanya kecenderungan
bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita
pendek-normal (2,1%) dan normal-gemuk (0,3%) dari tahun 2010. Sebaliknya, ada
kecenderungan penurunan prevalensi pendek-gemuk (0,8 %), normal-kurus (1,5 %)
dan normal-normal (0,5 %) dari tahun 2010. Pada anak umur 5-12 tahun secara
nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) adalah 11.2 persen, terdiri dari 4,0
persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus dan masalah gemuk pada anak umur 5-12
tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat
gemuk (obesitas) 8,8 persen. Secara nasional, prevalensi pendek pada remaja adalah
35,1 persen 13,8% sangat pendek dan 21,3% pendek. Sedangkan secara
keseluruhan, prevalensi risiko kurang energi kronis naik pada semua kelompok
umur dan kondisi wanita (hamil dan tidak hamil). Pada wanita tidak hamil
kelompok umur 15-19 tahun prevalensinya naik 15,7 persen. Demikian juga pada
wanita hamil kelompok umur 45-49 tahun naik 15,1 persen.

1
2

Data Puskesmas I Sumbang per Agustus 2015 menunjukkan bahwa jumlah


kasus Bawah Garis Merah (BGM) Desa Sumbang sebesar 2,4%, lebih tinggi dari
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 2%. Sedangkan jumlah kasus bumil
KEK sebesar 15,3%, lebih tinggi dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar
15%. Berdasarkan data dari Puskesmas I Sumbang kami memprioritaskan masalah
terkait gizi kesehatan masyarakat yang bisa diselesaikan sesuai dengan sumber daya
yang kami miliki, kemudian memilih alternatif pemecahan masalah dan
melaksanakan intervensi atau kegiatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Intervensi yang kami lakukan terkait kasus Bawah Garis Merah (BGM), yaitu
kegiatan Peningkatan Asupan Nutrisi melalui Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Berbasis Makanan Lokal sebagai Strategi Mengatasi Permasalahan
Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Desa Sumbang Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas.
BAB II

TAHAP PERENCANAAN

A. Analisis Situasi Desa Sumbang


Desa Sumbang secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan
Sumbang yang terletak sekitar 9 km di ujung timur laut wilayah Kabupaten
Banyumas. Kantor Kecamatan Sumbang berada di wilayah RT.2 RW.II Desa
Sumbang. Selain itu, terdapat Puskesmas I Sumbang di Jalan Raya Baturaden
Timur yang termasuk dalam wilayah RW.II dan ±120 meter dari Balai Desa
Sumbang. Desa Sumbang dapat ditempuh dengan angkutan umum dalam
waktu 30 menit dari pusat Kabupaten Banyumas berjarak ±9 km. Desa
Sumbang memiliki luas wilayah 236,37 Ha. Batas-batas Desa Sumbang adalah
sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciberem dan Desa Banteran, sebelah
barat berbatasan dengan Desa Kebanggan dan Desa Tambaksogra, sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Karangcegak, sebelah timur berbatasan dengan
Desa Susukan dan Desa Karangturi.
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Desa Sumbang belum banyak dilakukan pengukuran
karena profil Desa Sumbang baru dalam proses pembuatan. Desa Sumbang
memiliki topografi dataran dengan ketinggian tempat antara 350-400 m di
atas permukaan laut yang termasuk dalam jenis tanah mediteran. Desa
Sumbang mempunyai suhu rata-rata harian 27o C, kelembaban rata-rata
harian 90 % sehingga Desa Sumbang tergolong daerah sedang, sangat baik
untuk pertumbuhann tanaman dan kelangusungan hidup hewan ternak.
Curah hujan ±2.000 mm/tahun dengan penyebaran yang tidak merata
sepanjang tahun. Topografi berombak dengan struktur tanah memiliki ciri
warna merah sampai kekuning-kuningan dan bertekstur liat, struktur tanah
gembur.
2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Desa Sumbang per Oktober 2014, dapat dilihat pada
gambar 4.2.1 :

3
4

Jumlah Penduduk Desa Sumbang

laki-laki
49% 51% perempuan

Gambar 4.2.1 Jumlah Penduduk Desa Sumbang


(Sumber: Data Primer Terolah 2014)

Berdasarkan gambar 4.2.1, Desa Sumbang memiliki jumlah penduduk


sebanyak 6.065 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.092 orang
(51%) dan perempuan sebanyak 2.973 orang (49%). Penduduk Desa
Sumbang terbagi menjadi 1.893 KK yang tersebar di 4 RW dan 32 RT.
3. Lingkungan Sosiokultural
a. Sarana dan Prasarana Desa
1) Sarana dan Prasarana Transportasi Desa
Desa Sumbang dapat diakses dari pusat kabupaten dengan
menggunakan kendaraan angkutan kota yang dilanjutkan dengan
menggunakan angkutan desa. Jalan umum yang ada di Desa Sumbang
sebagian telah teraspal dan sebagian yang lain jalan cor. Transportasi
yang biasa digunakan sepeda, motor pribadi, tersedia pula angkutan
desa walaupun hanya melintas di jalan utama.
2) Sarana Telekomunikasi
Mayoritas warga Desa Sumbang mempunyai televisi, dan telepon
genggam sehingga hal tersebut memudahkan masyarakat untuk
memperoleh informasi dan telekomunikasi. Di Desa sumbang,
terdapat media internet bagi masyarakat yang berupa warnet yang
berjumlah dua buah yang terletak sekitar 800 m dari jalan utama Desa
Sumbang dan difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi
untuk desa.
3) Sarana Air bersih
Desa Sumbang terletak pada kaki Gunung Slamet yang memudahkan
sebagian besar warga dalam mendapatkan air bersih. Mayoritas
5

masyarakat Desa Sumbang mendapatkan air bersih dari sumber mata


air tanah yang digali (sumur) dan air PAM. Sedangkan untuk sarana
jamban/MCK hanya sekitar 480 KK yang memiliki jamban.
4) Prasarana Olahraga
Desa Sumbang memiliki prasarana olahraga yaitu lapangan sepakbola
yang berjumlah 1 buah yang terletak di samping Balai Desa Sumbang.
Lapangan ini serbaguna untuk kegiatan olahraga siswa TK, SD, dan
SMP yang terletak di dekat lapangan tersebut.
5) Prasarana Peribadatan
Desa Sumbang terdiri dari lima lokasi masjid dan 20 lokasi musholla
yang tersebar di seluruh RT.
6) Prasarana Pendidikan
Desa Sumbang memiliki beberapa sarana pendidikan yang terdiri dari
:Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (1 buah), Taman Kanak-Kanak
(TK) (2 buah), Sekolah Dasar (SD) (2 buah), dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) (1 buah).
7) Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa
Jarak Puskesmas dari wilayah Desa Sumbang berjarak 120 m. Tidak
terdapat Pos Kesehatan Desa (PKD) di Desa Sumbang karena sudah
sangat dekat dengan Puskesmas I Sumbang. Desa Sumbang memiliki
9 unit Posyandu yang dinamakan Posyandu Temugiring.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas I Sumbang Per Agustus
2015, didapatkan beberapa permasalahan terkait Gizi di Desa Sumbang, yaitu:
1. Jumlah kasus BGM sebesar 2,4%, lebih tinggi dari Standar Pelayanan
Minimal (SPM) sebesar 2%.
2. Jumlah kasus bumil KEK sebesar 15,3%, lebih tinggi dari Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 15%.
6

C. Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah gizi di Desa Sumbang menggunakan Teknik
Kriteria Matrix (Criteria Matrix Tecnique). Rumus :
P=IxTxR
Keterangan :
P : Prioritas Masalah
I : Pentingnya Masalah (Importance)
T : Kelayakan Teknologi (Technology)
R : Sumber daya yang tersedia (Resources)
Berikut adalah hasil penentuan prioritas masalah gizi di Desa Sumbang
dengan menggunakan Teknik Kriteria Matrix.
Tabel 2.1 Prioritas Masalah Gizi Desa Sumbang
Masalah I T R P Prioritas
BGM 4 2 3 24 I
Bumil KEK 3 2 3 18 II

Berdasarkan tabel 1.1 yang menjadi prioritas masalah gizi di Desa Sumbang
adalah BGM (Bawah Garis Merah).
Setelah ditemukan prioritas masalah gizi BGM, selanjutnya ditentukan
berbagai penyebab masalah BGM diperoleh melalui curah pendapat dengan
membahas data yang diperoleh dari Puskesmas I Sumbang per Agustus 2015.
Berikut penyebab masalah BGM dengan menggunakan alat bantu diagram pohon
masalah.
7

BGM

Cakupan Partisipasi
Penyakit Infeksi Asupan Makanan Terbatas
Masyarakat (D/S)

Pengetahuan Rendah

Pendapatan Rendah

Pola Asuh Tidak Tepat

Gambar 2.1 Bagan Pohon Masalah BGM

Berdasarkan Gambar 2.1, penyebab langsung BGM (Bawah Garis Merah)


adalah penyakit infeksi, asupan makanan terbatas, dan cakupan kunjungan ke
posyandu. Penyebab tidak langsung dari BGM adalah pengetahuan rendah,
pendapatan rendah dan pola asuh tidak tepat.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengeliminasi keseluruhan kasus Bawah Garis Merah (BGM) di Desa
Sumbang pada akhir tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengeliminasi kasus BGM 2,4% per Bulan Agustus 2015 di Desa
Sumbang menjadi 0% pada akhir tahun 2015.
b. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan pola asuh ibu
terhadap balita.
c. Meningkatkan asupan gizi seimbang pada balita.
8

E. Alternatif Intervensi
Penentuan alternatif pemecahan masalah didapatkan hasilnya seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2.2. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah dengan Metode
MVIC
Efektifitas Jumlah
No. Alternatif Pemecahan Masalah
M V I C MxVxI/C
Penyuluhan peningkatan kesadaran
orang tua akan pentingnya pemenuhan
1. 4 3 3 4 9
kebutuhan gizi seimbang dan
penerapan pola asuh yang tepat.
Home Visiting terhadap peserta yang
2. tingkat partisipasi penimbangannya di 3 4 4 4 12
posyandu rendah.
Peningkatan Asupan Nutrisi melalui
Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Berbasis Bahan Makanan
3. 5 5 2 4 12,5
Lokal sebagai Strategi Mengatasi
Permasalahan Balita Bawah Garis
Merah (BGM).

Tabel 2.2 menunjukkan hasil perhitungan MVI/C yang tertinggi


dibandingkan dengan alternatif pemecahan masalah lain yang ada di Desa
Sumbang ialah 12,5. Alternatif pemecahan masalah yang memiliki skor
tertinggi tersebut yaitu Peningkatan Asupan Nutrisi melalui Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan Berbasis Bahan Makanan Lokal sebagai
Strategi Mengatasi Permasalahan Balita Bawah Garis Merah (BGM).

F. Prioritas Intervensi
Proses penentuan alternatif dalam mengatasi masalah untuk meningkatkan
status gizi balita di Desa Sumbang diperlukan analisis data primer yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Proses penentuan alternatif meningkatkan status
gizi balita ini juga diperlukan pemikiran yang kreatif untuk menyusun gagasan-
gagasan alternatif pemecahan masalah. Salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk menentukan keputusan pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
teknik MVIC (Magnitude, Importancy, Vulnerability, dan Cost) yaitu dengan
kriteria dan bobot sesuai dengan kesepakatan kelompok peneliti (Riduwan,
9

2006). Efektifitas alternatif pemecahan masalah yang dipakai diukur


berdasarkan empat hal berikut, yaitu:
a. Magnitude, merupakan besarnya masalah yang dapat diselesaikan dengan
alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Vulnerability, merupakan sensitifitas jalan keluar yang terkait dengan
kecepatan alternatif pemecahan masalah dalam mengatasi meningkatkan
status gizi balita.
c. Importance, merupakan pentingnya alternatif pemecahan masalah yang
terkait dengan kelanggengan teratasinya masalah berdasarkan alternatif
pemecahan masalah tersebut.
d. Cost, merupakan nilai efisiensi yang dikaitkan dengan biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan alternatif pemecahan masalah. Semakin
besar biaya yang diperlukan dalam alternatif pemecahan masalah maka
semakin tidak efisien alternatif pemecahan masalah tersebut.
Alternatif pemecahan masalah tentang masih tingginya kasus BGM di
Desa Sumbang memiliki skor magnitude sebesar 5 karena besarnya masalah
yang dapat diselesaikan dengan alternatif pemecahan masalah tersebut paling
tinggi jika dibandingkan dengan kedua alternatif pemecahan masalah yang
lain. Skor 5 untuk vulnerability karena dianggap setelah ditimbang alternatif
pemecahan masalah ini akan sangat sensitif terhadap hasil yang akan diperoleh
dan diharapkan dapat secara cepat mengurangi permasalahan BGM di Desa
Sumbang. Skor 2 untuk importancy karena kelanggengan program tersebut
untuk menyelesaikan masalah dibandingkan dengan alternatif yang lain
cenderung lebih rendah. Skor 4 untuk cost karena kemungkinan biaya yang
diperlukan dalam menjalankan kegiatan alternatif pemecahan masalah ini
cukup besar dibandingkan dengan alternatif pemecahan masalah yang lain.
Kondisi dari faktor penyebab tidak langsung (pengetahuan rendah,
pendapatan rendah, dan pola asuh tidak tepat) memicu risiko asupan makanan
yang terbatas di Desa Sumbang, sehingga memunculkan kasus BGM yang
tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penyelesaian masalah yang efektif
dan efisien dalam menangani kasus tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan Kementerian Kesehatan RI (2011) dalam Panduan
10

Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi


Kurang. Pada panduan tersebut disebutkan bahwa, untuk mengatasi
kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan.
PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu
dari balita sasaran. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan
lainnya seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.
PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita dari makanan keluarga. Makanan tambahan balita ini diutamakan
berupa sumber protein hewani maupun nabati (misalnya telur/
ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan
mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut
(Kemenkes RI, 2011).
PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu
dari balita sasaran. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan
lainnya seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.
PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita dari makanan keluarga. Makanan tambahan balita ini diutamakan
berupa sumber protein hewani maupun nabati (misalnya telur/
ikan/daging/ayam, kacang-kacangan atau penukar) serta sumber vitamin dan
mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut
(Kemenkes RI, 2011).
Alasan pemilihan alternatif pemecahan masalah ini, selain didukung oleh
hasil dari MVIC juga didukung oleh buku panduan yang telah dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2011 yang isinya bisa disimpulkan bahwa
Pemberian Makanan Tambahan merupakan suatu cara yang harus dilakukan
11

untuk mengatasi balita gizi kurang. Program PMT ini dianggap tepat
diterapkan di Desa Sumbang karena sesuai dengan karakteristik masyarakatnya
yang lebih tertarik pada suatu pemecahan masalah yang langsung bisa dilihat
bentuk dan hasilnya dalam jangka waktu yang singkat daripada alternatif
pemecahan masalah yang hasilnya baru bisa dirasakan di akhir atau jauh hari
setelah program berlangsung. Hal tersebut berdasarkan studi di lapangan yang
sudah diobservasi kurang lebih selama satu setengah tahun. Dapat disimpulkan
bahwa, alternatif permasalahan yang tepat adalah peningkatan asupan nutrisi
melalui pemberian makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan
lokal sebagai strategi mengatasi permasalahan balita bawah garis merah
(BGM).
BAB III
TAHAP PELAKSANAAN

A. Rencana Kegiatan
Pelaksanaan program Peningkatan Asupan Nutrisi melalui Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Berbasis Bahan Makanan Lokal ini
terdiri dari tahap persiapan pelaksanaan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan
pelaksanaan dilakukan guna memastikan hal-hal terkait pelaksanaan program
sudah terorganisasi dengan baik. Tahap persiapan pelaksanaan ini meliputi:
1. Pendataan balita sasaran calon penerima PMT Pemulihan
2. Pengajuan data balita sasaran calon penerima PMT Pemulihan ke Puskesmas
I Sumbang
3. Sosialisasi pelaksanaan PMT Pemulihan kepada kader Posyandu
4. Pembentukan petugas pelaksana PMT Pemulihan Desa Sumbang
5. Penyusunan jadwal, lokasi, jenis, bentuk serta alternatif pemberian
6. Penyuluhan gizi balita dan pengenalan PMT Pemulihan kepada ibu balita
PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal ini diperuntukkan bagi anak
usia 6-59 tahun, yang diberikan selama 90 hari berturut-turut. Pemberian
makanan tambahan dilakukan dengan dua cara, yaitu memasak bersama dan
memberikan makanan tambahan lain untuk di konsumsi selain hari memasak.
Acara memasak bersama dilakukan 2 kali seminggu selama bulan September
sampai Desember 2015. Tujuannya agar ibu mengerti dan mampu memberikan
makanan bergizi pada anak.
Berikut rincian pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT)
pemulihan berbasis bahan makanan lokal.
1. Setiap 2 kali seminggu (hari Senin dan Kamis) kader bersama ibu balita
memasak makanan lokal yang olahannya disesuaikan dengan angka
kecukupan gizi umur balita sasaran di tempat yang disepakati bersama.
2. Masing-masing 1 anak balita sasaran mendapat 1 porsi makanan tambahan
yang sudah dimasak tersebut ditambah 1 jenis buah dan bahan makanan
tambahan lain untuk dibawa pulang selama 2 hari berikutnya.

12
13

3. Selama pelaksanaan program ini, kader memberikan penyuluhan tentang


makanan dan manfaatnya agar ibu dapat menyesuaikan pola asuh makan yang
bergizi pada anak.
4. Jika ada ibu dan balita sasaran yang tidak hadir, kader mengantar makanan
tambahan pemulihan ke rumah balita tersebut.
14

2. Matriks Rencana Kegiatan


Tabel 3.1 Matriks Rencana Kegiatan Program Peningkatan Asupan Nutrisi Melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan
Berbasis Bahan Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah Desa Sumbang Periode September – Desember 2015
Indikator Sumber
No Kegiatan Tujuan Volume Dana Lokasi Metode Waktu
Keberhasilan Dana
1. Pendataan Memperoleh data Adanya data balita 2 kali - - PKD dan Wawancara Minggu ke –
balita sasaran mengenai balita sasaran calon Posyandu Desa dan 3 Agustus
calon penerima sasaran penerima PMT penerima PMT Sumbang dokumentasi
PMT Pemulihan dengan Pemulihan sesuai
Pemulihan kriteria: kriteria
a. balita yang dalam
pemulihan pasca
perawatan gizi
buruk di
TFC/Pusat
Pemulihan
Gizi/Puskesmas
Perawatan atau RS
b. Balita kurus dan
berat badannya
tidak naik dua kali
berturut-turut (2 T)
c. Balita kurus
d. Balita Bawah Garis
Merah (BGM)
2. Pengajuan data Mengajukan data Pengesahan balita 2 kali - - Puskesmas I Diskusi Minggu ke-
balita sasaran balita sasaran ke penerima PMT Sumbang 4 Agustus
calon penerima Puskesmas agar Pemulihan Desa
PMT Pemulihan Puskesmas dapat Sumbang oleh
ke Puskesmas I menentukan balita Puskesmas I
Sumbang penerima PMT Sumbang
Pemulihan

14
15

Indikator Sumber
No Kegiatan Tujuan Volume Dana Lokasi Metode Waktu
Keberhasilan Dana
3. Sosialisasi dari Memberikan informasi Adanya sosialisasi 1 kali 300.000 Puskesmas I Balai Desa Ceramah Minggu ke-1
Puskesmas I tentang PMT tentang rencana Sumbang Sumbang dan diskusi September
Sumbang ke Pemulihan dan pelaksanaan PMT Desa
kader posyandu rencana Pemulihan oleh Sumbang
Desa Sumbang pelaksanaannya Desa Puskesmas I
tentang rencana Sumbang Sumbang
pelaksanaan
PMT Pemulihan
4. Pembentukan Menyusun organisasi Terbentuknya 1 kali - - Balai Desa - Minggu ke-1
petugas pelaksana PMT-P di organisasi pelaksana Sumbang September
pelaksana PMT Desa Sumbang PMT-P di Desa
Pemulihan di Sumbang yang
Desa Sumbang melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan
Desa, Kader
Posyandu dan
Mahasiswa
Kesehatan
Masyarakat
5. Penyusunan Menentukan jadwal Adanya jadwal yang 1 kali - - Balai Desa Minggu ke-1
jadwal, lokasi, pemberian PMT jelas terkait PMT Sumbang September
jenis dan bentuk Pemulihan, lengkap Pemulihan, adanya
PMT Pemulihan dengan lokasi, jenis kesepakatan lokasi,
berbasis bahan dan bentuk serta jensi dan bentuk,
makanan lokal alternatif serta alternatif
serta alternatif pemberiannya, agar pemberian makanan
pemberian program PMT tambahan pemulihan
Pemulihan berbasis
bahan makanan lokal
dapat terlaksana
dengan baik
16

Indikator Sumber
No Kegiatan Tujuan Volume Dana Lokasi Metode Waktu
Keberhasilan Dana
6. Penyuluhan gizi Meningkatkan Peningkatan 1 kali 300.000 Jurusan Rumah Ceramah, Minggu ke-2
dan pengenalan pengetahuan dan sikap pengetahuan dan Kesehatan Koordinator Diskusi dan Septmeber
PMT Pemulihan ibu terkait gizi balita sikap ibu balita Masyarakat Posyandu Demonstrasi
kepada ibu dan PMT Pemulihan terkait gizi balita dan
balita penerima PMT Pemulihan

7. Pelaksanaan Meningkatkan status Menurunkan jumlah 90 kali 1.200.000 Bantuan Rumah warga Bimbingan Minggu ke-3
PMT Pemulihan gizi balita di Desa kasus BGM pada Rincian: Operasional yang telah dan September
a. memasak Sumbang sehingga Bulan Agustus 2015 4 anak x Kesehatan disepakatai penyuluhan sampai
bersama 2 melampaui garis sebanyak 30,7% 24 kali Minggu ke-2
minggu merah pada akhir menjadi 28% pada masak Desember
sekali tahun 2015. akhir tahun 2015 bersama setiap hari
b. memberikan @6.000 Senin dan
penyuluhan 4 anak x Kamis
tentang 66 kali
makanan dan pemberian
manfaatnya PMT
selain hari
memasak
@2.500
17

3. Jadwal Pelaksanaan
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Program Peningkatan Asupan Nutrisi melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan
Berbasis Bahan Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah Desa Sumbang Periode September – Desember 2015
Bulan
No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
1 Pendataan balita sasaran calon penerima PMT Pemulihan
2 Pengajuan data balita sasaran calon penerima PMT
Pemulihan berbasis bahan makanan lokal ke Puskesmas I
Sumbang
3 Sosialisasi dari Puskesmas I Sumbang ke kader posyandu
Desa Sumbang tentang rencana
pelaksanaan PMT Pemulihan berbasis bahan makanan lokal
4 Pembentukan petugas pelaksana PMT Pemulihan berbasis
bahan makanan lokal di Desa Sumbang
5 Penyusunan jadwal, lokasi, jenis dan bentuk PMT
Pemulihan berbasis bahan makanan lokal serta alternatif
pemberian
6 Penyuluhan gizi dan pengenalan PMT Pemulihan berbasis
bahan makanan lokal kepada ibu balita penerima
7 Pelaksanaan PMT Pemulihan
a. memasak bersama 2 minggu sekali
b. memberikan makanan tambahan selain hari masak
bersama
c. memberikan penyuluhan tentang makanan dan
manfaatnya
8 Monitoring kegiatan (dilakukan seminggu sekali selama
pelaksanaan pemberian makanan tambahan)
9 Evaluasi Sumatif (dilakukan setiap kegiatan posyandu
sebulan sekali)
10 Evaluasi sumatif (dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan)
18

B. Organisasi Pelaksana
Tabel 3.3 Organisasi Pelaksana Program Peningkatan Asupan Nutrisi melalui
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Berbasis Bahan
Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah Desa Sumbang Periode
September- Desember 2015

No Jabatan Nama NIM


1. Koordinator Program Robiatul Adawiah G1B012023
2. Sekretaris Dhika Kusumasari Barus G1B012024
3. Bendahara Ayu Pri Utami G1B012095
4. Sie. Acara Ayu Fitriastuti G1B012017
Rahmah Martiyasih G1B012061
5. Sie. Hubungan Masyarakat Isna Kun Farikhah G1B012020
6. Sie. Logistik Rendy Manuhutu G1B012056

18
BAB IV
TAHAPAN MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
1. Kegiatan yang dimonitor
a. Input : Kader koordinator pemantauan dan kader koordinator
penyuluhan, sosialisasi kegiatan, kader pelaksana dan
materi tentang pentingnya makanan dan manfaatnya
bagi balita.
b. Proses : Penyelenggaraan masak bersama antara kader dengan
ibu balita untuk memasak makanan sesuai umur anak di
tempat yang telah disepakati dan dilakukan 2 kali dalam
seminggu, serta penyuluhan gizi balita dan pengenalan
PMT Pemulihan kepada ibu balita sebagai upaya
peningkatan asupan nutrisi berbasis makanan lokal.
c. Output : Balita menerima PMT-Pemulihan, kemandirian kader
dalam memberikan penyuluhan dan pelaksanaan
pemantauan, serta kader dan ibu balita rutin melakukan
masak bersama.
2. Cara memonitor dengan cara observasi dan wawancara. Instrumen
monitoring yang digunakan yaitu checklist dan pedoman wawancara
(Instrumen Terlampir).
3. Tim Pemantau
Penanggungjawab : Koordinator Program
Pelaksana : Kader terlatih yang terdiri dari kader koordinator
penyuluhan dan kader koordinator pemantauan
untuk seluruh balita serta perwakilan mahasiswa
yang terdiri dari Robiatul Adawiah, Dhika
Kusumasari Barus, Ayu Pri Utami, Ayu Fitriastuti,
Rahmah Martiyasih, Isna Kun Farikhah, Rendy
Manuhutu.

19
20

4. Waktu Monitoring
Monitoring dilaksanakan selama kegiatan berlangsung dari Bulan
September hingga Bulan Desember setiap satu minggu sekali pada hari yang
tidak ditentukan jadwalnya.

B. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan ini dilaksanakan melalui :
1. Evaluasi Formatif
Melakukan evaluasi pada input, proses, output, dan impact program
(instrumen terlampir). Pelaksanaan evaluasi formatif pada setiap akhir
bulan, terhitung sejak bulan September sampai dengan Bulan Desember.
a. Input
1) Evaluasi jumlah kader dengan spesifikasi tugas masing-masing,
materi yang dimiliki dan jobdesk yang sesuai.
2) Keberadaan sumber dana.
3) Lokasi untuk mengolah makanan PMT.
b. Proses : Bagaimana dan kapan saja proses penyelenggaraan masak
bersama antara kader dengan ibu balita untuk memasak
makanan sesuai umur anak di tempat yang telah disepakati
dan proses penyuluhan gizi balita serta pengenalan PMT
Pemulihan kepada ibu balita. Perencanaan program sesuai
dengan kasus yang terjadi atau tidak.
c. Output : Status gizi balita di Desa Sumbang meningkat dan kasus
BGM menurun, pengetahuan dan pola asuh ibu balita di
Desa Sumbang semakin baik.
d. Impact : Mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
khususnya Desa Sumbang.
2. Evaluasi Sumatif
a. Program PMT pemulihan di Desa Sumbang hingga akhir tahun 2015
telah terlaksana dengan baik atau tidak.
b. Program PMT Pemulihan di Desa Sumbang telah memenuhi target atau
tidak.
21

Waktu evaluasi program PMT pemulihan di Desa Sumbang dilaksanakan


pada akhir pelaksanaan program yaitu akhir tahun 2015. Evaluasi program
dilaksanakan dengan cara observasi dengan melakukan kunjungan ke
keluarga setelah pelaksanaan program selesai, dan pengadaan kuesioner
pre-test dan post test untuk mengukur peningkatan pengetahuan.
BAB V
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan penyediaan PMT (Pemberian Makanan


Tambahan) bagi balita yang terkena kasus BGM di Desa Sumbang Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas kami buat, agar dapat memberikan gambaran dan
penjelasan tentang pelaksanaannya. Kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terlaksananya kegiatan tersebut. Semoga
dengan adanya kegiatan tersebut, status gizi balita di Desa Sumbang meningkat dan
kasus BGM menurun, pengetahuan dan pola asuh ibu balita di Desa Sumbang
semakin baik, asupan gizi pada balita semakin seimbang dengan adanya PMT
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya Desa
Sumbang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan


Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang. Ditjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak.

Balitbangkes. 2007. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

__________. 2010. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

__________. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 4. Bandung:


Alfabeta.

23
Lampiran 1

Formulir Pemantauan Mingguan PMT Pemulihan Berbasis Bahan Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah
Desa Sumbang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
September – Desember 2015

Nama : Desa :
Jenis Kelamin : Posyandu :
BB awal : Nama Kader :
PB atau TB awal : Pembina Desa :
Nama KK/Ibu : Puskesmas :
Alamat : Kecamatan :

No Hari/Tanggal Nama Menu Bahan Utama Daya Terima Keterangan


Habis Tidak Habis

24
Lampiran 2

Formulir Evaluasi Bulanan


PMT Pemulihan Berbasis Bahan Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah
Desa Sumbang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
September – Desember 2015

Nama Ibu/Pengasuh : Posyandu :


Nama anak : Puskesmas :
Alamat : Bulan :

Jawaban
No Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
A. Pelaksanaan PMT Pemulihan
1 Apakah makanan tambahan disukai balita?
2 Apakah makanan tambahan habis dimakan?
3 Selain mendapat PMT Pemulihan, apakah balita
tetap diberi makan seperti biasa?
B. Pola Pengasuhan Balita
1 Kebiasaan makan :
Apakah ibu menyuapi anak ?
Selain PMT Pemulihan, makanan apa saja yang
diberikan kepada anak ibu?
2 Kebiasaan merawat anak
Apakah balita selalu diasuh oleh ibu?
3 Menjaga kebersihan
Apakah balita mandi minimal 2 x sehari ?
Apakah ibu mencuci tangan sebelum memberi
anak makan?
Apakah balita mencuci tangan sebelum makan ?
4 Kebiasaan memelihara kesehatan
Apakah ibu membawa balita ke nakes setiap sakit?

25
26

C. Penerapan KADARZI
1. Apakah anak Baduta diberi ASI? (Khusus ibu
Baduta)
2. Apakah anak Baduta diberi MP-ASI? (Khusus ibu
Baduta)
3. Apakah makanan keluarga beraneka ragam (nasi,
lauk pauk, sayur/buah)?
4. Apakah ibu menggunakan garam beryodium ?
5. Apakah balita diberi suplemen gizi (Vit A)?
D. Manfaat PMT Pemulihan
1 Apakah ibu merasakan manfaat PMT Pemulihan
bagi balita?
2 Apakah ada masukan/saran bagi kelangsungan
program PMT Pemulihan?

Tanggal……………
Petugas Pemantau

(_________________)
Lampiran 3
Formulir Evaluasi Akhir PMT Pemulihan Berbasis Bahan Makanan Lokal Balita Bawah Garis Merah
Desa Sumbang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
September – Desember 2015

Perkembangan Pengukuran
Pengukuran Awal
Tanggal Nama Nama Berat Badan Akhir
No Nama Anak L/P Keterangan
Lahir/Umur Orangtua Posyandu BB TB atau Status Bulan Bulan BB TB atau
(kg) PB (cm) Gizi*) ke 1 ke 2 (kg) PB (cm)

*) status gizi berdasarkan BB/TB

27
29

Anda mungkin juga menyukai