Dosen Pembimbing :
Rijanti Abdurrachim,DCN.,M.Kes
Oleh :
JURUSAN GIZI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan tugas proposal mata kuliah Pengembangan Resep/Formula ini dengan
baik.
Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang ditemukan dalam
proposal ini. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan masukan-masukan dan kritik
yang membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki proposal ini.
Merupakan suatu harapan pula, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penyusun, kritik dan saran dari pembaca akan sangat perlu
untuk memperbaiki dalam penulisan proposal dan akan diterima dengan senang hati.
Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penyusun untuk penulisan
makalah yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain dari protein adalah untuk
mengatur keseimbangan air, pembentukan ikatan-ikatan essensial tubuh,
memelihara netralitas tubuh, sebagai pembentuk antibodi, mengatur zat gizi
dan sebagai sumber energi (Almatsier, 2001).Protein dikatakan sebagai
sumber energi yang ekivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4
kkal/g protein (Barasi, 2007). Energi merupakan salah satu hasil
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat
tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan
fisik. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan
energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang (IOM, 2002). Berdasarkan tahapan fase tersebut makanan rujukan
dari Depkes RI (2003) yaitu makanan berupa formula dari WHO (F-75. F-
100, dan F-135)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar
organisasi kesehatan dunia, anak tersebut dapat dikatakan bergizi
baik. Bila sedikit di bawah standar dikatakan bergizi kurang dan
bila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.
4
atau Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh
kategori:
1. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi
badan atau Panjang Badan:
1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.
3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.
4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.
5
b. Ketersediaan pelayanan kesehatan yang tidak memadai
c. Kemiskinan merupakan akibat dari krisis ekonomi dan politik
yang mengakibatkan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang
kemudian berakibat pada minimnya pendapatan seseorang dan
ketersediaan panganpun berkurang.
d. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pekerjaan,
pendapatan, pengetahuan, dan perilaku orang tua dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi anak (Depkes, 2008 dalam
Sulistiyawati 2011).
e. Lingkungan yang tidak sehat dan tempat tinggal yang berjejalan
menyebabkan infeksi akan sering terjadi. Dan kemudian penykit
infeksi itu akan berpotensi sebagai penyokong atau
pembangkit gizi buruk (Gizi Dalam daur Kehidupan. Arisman,
MB., 2002).
6
2.5 Klasifikasi Gizi Buruk
Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi
menjadi 3 :
a. Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling
sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari
tingkat keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak
tampak kurus, rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang
disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti
orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah
makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.
Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan
atrofi otot serta menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan
proses fisiologis. Tubuh membutuhkan energi yang dapat dipenuhi
oleh asupan makanan untuk kelangsungan hidup jaringan. Untuk
memenuhi kebutuhan energi cadangan protein juga digunakan.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan energi tetapi juga untuk sistesis glukosa.
b. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat
disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan
asupan protein yang inadekuat. Hal ini seperti
marasmus,kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat
keparahan gizi buruk.
Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu,
perubahan mental,pada sebagian besar penderita ditemukan oedema
baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala
mudah dicabut, kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan
garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar,sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati,anemia ringan,
pada biopsi hati ditemukan perlemakan.
7
Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan
perlemakan hati dan oedema. Pada penderita defisiensi protein
tidak terjadi proses katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan jumlah kalori yang
cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet akan
menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan
untuk sintesis. Asupan makanan yang terdapat cukup karbohidrat
menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam
amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan
disalurkan ke otot. Kurangnya pembentukan albumin oleh hepar
disebabkan oleh berkurangnya asam amino dalam serum yang
kemudian menimbulkan oedema.
c. Marasmiks-Kwashiorkor
Marasmiks-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran
dari beberapa gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus
dengan Berat Badan (BB) menurut umur (U) < 60% baku median
WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.
Menurut Pudjiadi (2000, dalam Sulistiyawati, 2011) ada empat
dampak gizi buruk. (1) anak dapat memiliki kelainan pada organ-
organ tubuh seperti Analisis praktik atrofi pada sistem gastro
intestinal, penimbunan lemak pada hepar, dan pengecilan pancreas
(2) gizi buruk membuat otak mengurangi sintesa protein DNA.
Akibatnya terdapat otak dengan jumlah sel yang kurang atau otak
dengan ukuran yang lebih kecil (3) dapat terjadi gangguan pada
sistem endokrin (4) dapat mengakibatkan kematian bila gizi buruk
disertai penyakit infeksi seperti tuberculosis, radang paru, atau infeksi
saluran cerna.
Nutrisi berperan penting dalam penyembuhan penyakit.
Kesalahan pengaturan diet dapat memperlambat penyembuhan
penyakit. Dengan nutrisi akan memberikan makanan-makanan
tinggi kalori, protein dan cukup vitamin-mineral untuk mencapai
status gizi optimal. Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian
8
makanan secara teratur, bertahap, porsi kecil, sering dan mudah
diserap. Frekuensi pemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian
ditingkatkan 3 jam atau 4 jam.
9
Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan
edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat
badan naik
2.7 Fase Transisi
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak (cathup). Fase transisi merupakan fase peralihan
dari fase stabilisasi yang cara pemberian makanan sebagai berikut:
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-
lahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila
anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara
mendadak.
Ganti formula khusus awal (energi 80-100 kkal/kgBB/hr dan protein
1-1.5 gram/kgBB/hari) dengan formula khusus lanjutan (energi 100-
150 kkal/kgBB/hari dan protein 2-3 gram/kgBB/hari ) dalam jangka
waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan
asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali
pemberian (200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada fase transisi :
1) Frekuensi nafas
2) Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi >
25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi
volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi
menaikkan volume seperti di atas.
3) Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
10
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula
WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak
akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
12
Perhitungan
1. Perhitungan kebutuhan gizi
- BBI = Berdasarkan table z-score
= 6,6 kg
- Status gizi = BB/U (5,4 kg Gizi Buruk )
Perhitungan setiap fase :
a. Fase Stabilisasi
- Energi = 80 x BBA
= 80 x 5,4 kg
= 432 kkal
- Protein = 1 x BBA
= 1 x 5,4 kg
= 5,4 gr ( 5% )
- Lemak = 25% x keb. Energy
= 25% x 432 kkal
108
= = 12 gr
9
b. Fase Transisi
- Energi = 110 x BBA
= 110 x 5,4 kg
= 594 kkal
- Protein = 2,1 x BBA
= 2,1 x 5,4 kg
= 11,34 gr ( 7,63% )
- Lemak = 25% x keb. Energy
= 25% x 594 kkal
13
148,5
= = 16,5 gr
9
Cara Membuat :
1. Mencampurkan gula dengan minyak sayur, mengaduk sampai rata.
2. Menambahakan larutan mineral mix.
3. Memasukkan susu skim dan tepung beras sedikit demi sedikit,
mengaduk sampai kalis dan berbentuk gel.
4. Menambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
14ias14eny hingga mencapai 1000 ml.
5. Mendidihkan sambil diaduk hingga larut selama 5-7 menit.
14
Diagram Alir :
b. Modisco ½
Bahan
- Susu skim = 20 gr
- Gula pasir = 10 gr
- Minyak Kelapa = 4,6 cc
- Air = 200 cc
Cara Membuat :
1. Susu skim dan gula pasir dicampur minyak kelapa yang
dipanaskan/dicairkan.
2. Tuangkan minyak sedikit demi sedikit ke dalam susu, aduk dengan
sendok kayu sampai tercampur.
3. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai tercampur rata.
4. Tim selama 15 menit
15
5. Bila mempunyai mixer atau blender semua bahan : susu, gula,
minyak dan air sebagian, diblender sampai tercampur rata,
tambahkan air lalu tim 15 menit.
Diagram Alir :
Cara Membuat :
1. Mencampurkan gula dengan minyak sayur, mengaduk sampai rata.
2. Menambahakan larutan mineral mix.
3. Memasukkan susu skim sedikit demi sedikit, mengaduk sampai kalis
dan berbentuk gel.
16
4. Menambahkan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
17ias17eny hingga mencapai 1000 ml.
5. Larutan 17ias langsung diminum atau dimasak selama 4 menit.
Diagram Alir :
d. Modisco 2
Bahan
- Susu skim = 20 gr
- Gula pasir = 10 gr
- Margarine = 11,2 gr
- Air = 200 cc
Cara Membuat :
Susu Skim, gula dan margarine diaduk sampai rata, lalu
ditambahkan dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk
hingga cairan larut. Disaring dan dimasukkan dalam gelas kemudian
diminum dalam keadaan hangat.
17
3.4 Analisis Nilai Gizi
a. Formula 75 (F-75) dengan tepung
Bahan Protein Vit. Vit. Vit.
Berat Energi Lemak Kh Ca Fosfor Fe Natrium Kalium Coles Serat Air
Makanan Hewani Nabati A B1 C
Susu skim 25 9 0.875 0 0.025 1.275 30.75 24.25 0.03 0 0.01 0.25 9.5 37.25 0 0 22.63
Gula pasir 70 254.8 0 0 0 65.8 3.5 0.7 0.07 0 0 0 0.21 0.35 0 0 3.78
Minyak
27 234.9 0 0.27 26.46 0 0.81 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kelapa
Tepung
35 127.4 0 2.45 0.175 28 1.75 49 0.28 0 0.042 0 0 0 0 0 4.2
beras
Lar.
20 70 0 0 0 1.8
Elektrolit
1000
Air
ml
Total 696.1 3.595 26.66 96.875 36.81 73.95 0.38 0 0.052 0.25 9.71 37.6 0 0 30.61
b. Modisco ½
Bahan Protein Vit. Vit. Vit.
Berat Energi Lemak Kh Ca Fosfor Fe Natrium Kalium Coles Serat Air
Makanan Hewani Nabati A B1 C
Susu skim 20 7.2 0.7 0 0.02 1.02 24.6 19.4 0.02 0 0.008 0.2 7.6 29.8 0 0 18.1
Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9.4 0.5 0.1 0.01 0 0 0 0.03 0.05 0 0 0.54
Minyak
kelapa 4.6 40.02 0 0.046 4.508 0 0.138 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
200
Air
cc
Total 83.62 0.746 4.528 10.42 25.24 19.5 0.03 0 0.008 0.2 7.63 29.85 0 0 18.64
18
c. Formula 100 (F-100)
Bahan Protein Vit. Vit. Vit.
Berat Energi Lemak Kh Ca Fosfor Fe Natrium Kalium Coles Serat Air
Makanan Hewani Nabati A B1 C
Susu skim 85 30.6 2.975 0 0.085 4.335 104.6 82.45 0.09 0 0.034 0.85 32.3 126.65 0 0 76.93
Gula pasir 50 182 0 0 0 47 2.5 0.5 0.05 0 0 0 0.15 0.25 0 0 2.7
Minyak
kelapa 60 522 0 0.6 58.8 0 1.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lar.
elektrolit 20 70 0 0 0 1.8
1000
Air
ml
Total 804.6 3.575 58.885 53.135 108.9 82.95 0.14 0 0.034 0.85 32.45 126.9 0 0 79.63
d. Modisco 2
Bahan Protein Vit. Vit. Vit.
Berat Energi Lemak Kh Ca Fosfor Fe Natrium Kalium Coles Serat Air
Makanan Hewani Nabati A B1 C
Susu skim 20 7.2 0.7 0 0.02 1.02 24.6 19.4 0.02 0 0.008 0.2 7.6 29.8 0 0 18.1
Gula pasir 10 36.4 0 0 0 9.4 0.5 0.1 0.01 0 0 0 0.03 0.05 0 0 0.54
Margarine 11.2 80.64 0.0672 0 9.072 0.0448 2.24 1.792 0 224 0 0 110.544 2.576 0 0 1.736
200
Air
cc
Total 124.24 0.7672 9.092 10.465 27.34 21.29 0.03 224 0.008 0.2 118.174 32.426 0 0 20.38
19
3.5 Analisis Biaya
No Nama Bahan Jumlah Biaya
F 75 dengan tepung
1 Susu skim bubuk 25 gr 3000
2 Minyak sayur 30 gr 2000
3 Gula pasir 100 gr 1400
4 Lar. Elektrolit 20 gr 2000
5 Tepung beras 35 gr 420
Jumlah Rp 8820
F100
No Nama Bahan Jumlah Biaya
1 Susu skim bubuk 85gr 9000
2 Minyak sayur 60 gr 4000
3 Gula pasir 50 gr 700
4 Lar. Elektrolit 20 gr 2000
Jumlah Rp 15700
Modisco ½
No Nama Bahan Jumlah Biaya
1 Susu bubuk skim 20 gr 3000
2 Gula 10 gr 140
3 Minyak kelapa 4,6 cc 2000
Jumlah Rp 5140
Modisco 2
No Nama Bahan Jumlah Biaya
1 Susu bubuk Skim 20 gr 3000
2 Gula 10 gr 140
3 Margarine 11,2 gr 500
Jumlah Rp 3640
Jumlah Rp 33.300
Cara Kerja :
1. Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat yang telah ditentukan dan diberi
penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian kuesioner.
2. Sampel disiapkan di dalam gelas plastik yang sudah disediakan.
3. Panelis diminta mengemukakan pendapatnya secara spontan pada data kuesioner
20
4. Setelah panelis selesai mencicipi satu sampel, panelis diharapkan minum air putih
yang telah disediakan disetiap meja untuk menetralkan rasa.
5. Data dianalisis kemudian membuat kesimpulan dari uji daya terima yang telah
dilakukan.
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat
Data dianalisis
21
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Nama :
Tanggal :
Sangat suka
Suka
Agak Suka
Tidak Suka
Komentar :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................