Dora Salfitri (171341107) Irawati (17134110 Kintan Kirani (171341112) Santiya Anggraini (171341122) Syaid Pratama (171341126) Windiyarti Sri Wahyuni (171341128) llmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi, seperti yang tertulis didalam kepmenkes nomer 347 tahun 2007 Kode etik profesi Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dalam kaitannya dengan profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Asas etis menurut ahli Chung, 1981 mengemukakan empat asas etis, yaitu : (1). Menghargai harkat dan martabat (2). Peduli dan bertanggung jawab (3). Integritas dalam hubungan (4). Tanggung jawab terhadap masyarakat. Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi yang mempunyai wewenang masing-masing sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional Ahli gizi bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif. Otonomi dalam melakukan tindakan. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi) Komponen – komponen Diagnosa Gizi Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari langkah yang berurutan dan saling berkaitan yaitu: 1. Pengkajian gizi 2. Diagnosa gizi 3. Intervensi gizi 4. Monitoring dan evaluasi gizi Langkah diagnosa gizi ini merupakan langkah kritis menjembatani antara pengkajian gizi dan intervensi gizi. Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang actual dan atau beresiko menyebabkan masalah menanganinya secara mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah (etiologi) serta tanda dan gejala adanya masalah (sign & symptoms) (Sumapradja dkk, 2011). Etika Dalam Melakukan Diagnosis Gizi 1. Ahli gizi dalam melakukan diagnosis gizi berkewajiban memberikan pelayanan gizi prima, cepat, akurat, serta berpikir kritis dalam menentukan masalah gizi apa yang dialami klien, etiologi serta tanda dan gejalanya.
2. Ahli gizi berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan klien atau
masyarakat yang dilayaninya terkait diagnosis gizi yang ditetapkan.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa
menghormati dan menghargai setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, serta tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, ketidakmampuan, jenis kelamin, usia, dan tidak melakukan pelecehan seksual. Kesimpulan Kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Tujuan disusunnya standar kompetensi ahli gizi adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi. Ahli gizi sebagai tenaga kerja profesional ertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Diagnosis gizi memiliki 3 komponen yaitu problem, etiologi, dan sign/symptom. Dalam menjalankan proses diagnosa gizi, sebagai seorang ahli gizi harus memiliki etika agar diagnosis gizi dapat ditentukan dengan tepat. TERIMAKASIH