Anda di halaman 1dari 4

A.

DEFINISI PROFESI AHLI GIZI

Profesi gizi dan profesi kesehatan lain, dalam sejarahnya merupakan cabang dari
profesi kedokteran. Profesi gizi dituntut untuk mampu menunjukkan profesionalisme yang
lebih tinggi bila ingin ditempatkan sejajar dengan profesi lain. Sebagai tenaga profesi yang
melakukan kegiatan/praktik kegizian tentunya mempunyai pedoman yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya tumpang tindih kewenangan antar profesi kesehatan.

Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. Sebagai
profesi, ahli gizi dituntut memiliki pengetahuan sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan: asuhan gizi klinik, penyelenggaraan makanan institusi, pelayanan gizi
masyarakat, penyuluhan gizi serta menyediakan pelatih sebagai konsultan gizi.

B. SEJARAH PROFESI GIZI

Gizi sebagai profesi di Indonesia telah dideklarasikan bersama dengan didirikannya


organisasi profesi gizi pada tanggal 13 Januari 1957 dengan nama Persatuan Ahli Nutrisionis
Indonesia, yang kemudian disempurnakan pada tahun 1960, 1965, dan 1989 dan menjadi
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) yang terdaftar di Departemen Kesehatan dengan
nomor daftar 00091007 dan SK terdaftar di Departemen Dalam Negeri Ditjen Kesatuan
Bangsa dan Politik No:72/D.III.3/VIII/2006.

Dalam tatanan organisasi profesi, PERSAGI mempunyai pengurus ditingkat pusat


yaitu Dewan Pertimbangan Pusat (DPP) yang berada di ibukota Negara Jakarta, dan ditingkat
provinsi disebut dengan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD) berada pada seluruh provinsi di
Indonesia serta Dewan Pertimbangan Cabang (DPC) yang berada di kabupaten kota.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) merupakan organisasi yang menghimpun


para ahli gizi di Indonesia. Perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam
mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia. Tekad yang bulat untuk menyumbangkan tenaga
dan pikiran demi tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, disatukan dalam satu wadah
organisasi profesi Nutrisionis-Dietisien yang disebut Persatuan Ahli Gizi Indonesia atau
disingkat PERSAGI, dan tidak berafiliasi kepada suatu organisasi politik. Tujuan dari
organisasi ini yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan gizi dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Berdasarkan tujuan ini maka pada logo PERSAGI tercantum motto “SVASTHA HARENA”,
yang artinya perbaikan kesehatan melalui makanan/gizi.

Selain tujuan utama tersebut di atas,PERSAGI mempunyai tujuan lainnyaadalah


sebagai berikut:

1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang gizi dan bidang lainnya yang
terkait.
2. Membina dan mengembangkan kemampuan profesional anggota.
3. Meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Meningkatkan gizi masyarakat.

C. CIRI-CIRI AHLI GIZI PROFESIONAL

Sebagai ahli gizi profesional, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku.
5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan.
7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup.
9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif.
10. Otonomi dalam melakukan tindakan.
11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karier.
12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik.
13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi).
Konsekuensi sebagai tenaga profesional, diperlukan beberapa persyaratan dalam
melakukan pekerjaan yang profesional. Seorang ahli gizi dituntut agar menunjukkan
pekerjaannya dengan persyaratan tertentu. Persyaratan sebagai tenaga profesional adalah
sebagai berikut.
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.

2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional.

3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat.

4. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.

5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.

6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur.

7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.

8. Memiliki etika Ahli Gizi.

9. Memiliki standar praktik.

10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai

dengan kebutuhan pelayanan.

11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.


DAFTAR PUSTAKA

Bakri, Bachyar; Annasari. 2014. Etika dan Profesi Gizi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Darmastuti, Rini. 2007. Etika PE dan E – PR. Edisi Pertama. Yogyakarta : Anggota IKAPI
DIY , Gaya Media.

Hendrik. 2013. Etika & Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC, Anggota IKAPI.

Herlambang, Susatyo. 2011. Etika Profesi Tenaga Kesehatan (pedoman untuk sukses
berkarya

bagi tenaga kesehatan). Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/111/2007 tentang


Standar Profesi Gizi.

Rema, Dona. 2013. 9 Sikap Profesional yang Penting Diterapkan di Kantor

detik.com/read/2013/02/20/191246/2175497/1133/

Seoparto, Pitono; Hariadi; Hermien; Handoko; hari; Anna. 2006. Etik dan Hukum di Bidang
Kesehatan. Edisi kedua. Surabaya : Airlangga University Press

Sumaryono. 1995. Etika Profesi Hukum. Yogyakarta : Anggota IKAPI, Kanisius.

Sungguh, As’ad. 2014. 25 Etika Profesi. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai