Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 2-6 HARI

Untuk memenuhi salah satu mata kuliah asuhan kebidanan Neonatus


Dosen Pengampu : R D Rahayu,SST,SPsi,Msi.

Disusun Oleh:
Nama NIM
1. Nur Fitriani (P27224019140)
2. Nur Puspa Arum (P27224019141)
3. Nurul Insani (P27224019142)

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH JENJANG REGULER


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2019/2020
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir
2500 sampai 4000 gram, dengan nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.
Rencana asuhan pada bayi hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah lahir
harus dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada
langkah sebelumnya atau sesuai dengan keadaan bayi pada saat itu, apakah
dalam keadaan sehat, normal atau sakit. Pada bayi-bayi yang lahir di rumah
sakit atau klinik-klinik bersalin, asuhan pada bayi usia 2-6 hari ini juga harus
diinformasikan atau diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali
kerumah, mereka sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri. Secara
umum asuhan yang diberikan kepada bayi usia 2-6 hari meliputi hal-hal
yang berkaitan dengan minum, BAK, BAB, Tidur, kebersihan kulit,
keamanan, tanda-tanda bahaya dan penyuluhan.
BBL dalam hari-hari pertamanya merupakan masa kehidupan yang
rentan dan beresiko tinggi mengalami berbagai komplikasi atau gangguan
kesehatan. Untuk mengantisipasinya perlu diberikan asuhan yang sesuai,
oleh karena itu sangat penting menentukan rencana asuhan yang
komprehensif pada bayi usia 2-6 hari.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian fisik bayi baru lahir?
2. Bagaimana penampilan dan perilaku bayi baru lahir?
3. Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi usia 2 – 6 hari?

1
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian fisik bayi baru lahir.
2. Mahasiswa dapat memahami penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
3. Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi usia 2 – 6
hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. (2017) Pemeriksaan fisik bayi
baru lahir adalah pemeriksaan awal yang dilakukan terhadap bayi
setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk mengetahui apakah
bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya
penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya refleks
primiti. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil,
biasanya 6 jam setelah lahir. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
memerlukan pengetahuandan keterampilan yang adekuat, sehingga
tidak akan menimbulkan resiko yang dapat membahayakan bayi. Pada
pemeriksaan ini yang paling penting adalah cara menjaga agar bayi tidak
mengalami hipotermi dan trauma dari tindakan yang kita lakukan.
Jangan lupa untuk melakukan inform consent terlebih dahulu kepada
ibu/orang tua bayi, apabila bayi telah dirawat gabungkan bersama
ibunya.
2. Tujuan Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
a. Untuk menentukan status kesehatan klien
b. Mengidentifikasi masalah
c. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
d. Untuk mengenal dan menemukan kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera.
e. Untuk menentukan data objektif dari riwayat kesehatan klien.
f. Untuk mengidentifikasi dan merujuk semua anak yang lahir dengan
kelainan bawaan mata, hati, pinggul, dan testis, di mana ini dapat
dideteksi, dalam 72 jam kelahiran. (Lanlehin, R. 2017)

3
3. Prinsip Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
a. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
b. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan.
c. Pastikan pencahayaan baik.
d. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan
diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu
pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat.
e. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh. (Jamil, Siti
Nurhasiyah dkk. 2017)
4. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pengkajian
pada bayi baru lahir antara lain: faktor lingkungan, faktor genetic, faktor
ibu/maternal, faktor perinatal.
Peralatan dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan antara lain:
a. Tempat tidur pemeriksaan.
b. Stetoscope
c. Termometer
d. Pita pengukur
e. Timbangan bayi
f. Sarung tangan
g. Penunjuk waktu/jam.
h. Lampu
i. Sabun
j. Handuk
f. Air mengalir (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)

5. Prosedur Pelaksanaan
a. Tahapan pertama, yaitu pengkajian segera setelah lahir
Bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan
dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu melakukan pemeriksaan

4
sepintas (observasi warna, tonus, dan upaya pernapasan) dan
penilaian APGAR, meliputi appearence (warna kulit), pulse (denyut
jantung), grimace (refleks atau respon terhadap rangsang), activity
(tonus otot) and respiratory effort (usaha bernafas). Pengkajian ini
dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva
(crowning). (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)
Tabel 1 Nilai APGAR
Sumber : American Academy of Pedatrics, 2006 dalam Kosim

(2010)
b. Tahapan kedua, yaitu pengkajian keadaan fisik
Pengkajian fisik yang menyeluruh dilakukan dalam 24 jam pertama
setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami penyimpangan
Pengkajian akan lebih lengkap apabila disertai dengan hasil
pemeriksaan diagnostik/penunjang lain dan catatan medik yang
menunjang.
1) Pemeriksaan Umum
a) Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada
bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi

5
berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dalam
batas normal.
b) Warna Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi
preterm karena kulit lebih tebal.
c) Denyut Jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali
permenit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali
permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu
hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi
mengalami disstres. Jika ragu, ulangi perhitungan denyut
jantung.
d) Suhu Aksiler
36,50C sampai 37,50C
e) Postur dan Gerakan
Postur normal bayi baru lahir dalam keadaan istirahat adalah
kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi
fleksi. Pada bayi dengan letak sungsang selama masa kehamilan,
akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau
sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intrauterine. Jika kaki dapat diposisikan dalam
posisi normal tanpa kesulitan, maka tidak dibutuhkan terapi.
Gerakan ekstremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
f) Tonus Otot/Otot Tingkat Kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran bayi baru lahir adalah
mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika
rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g) Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas disentuh,
dan pembengkakan.

6
h) Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau
bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap
normal, beberapa kelainan kulit juga dianggap normal. Kelainan
ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau
selanjutnya dan eritema toksikum pada muka, tubuh dan
punggung pada hari kedua atau selanjutnya. Kulit tubuh,
punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama juga
masih dianggap normal.
i) Tali Pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai
kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10
hari.
j) Berat Badan
Normal 2500-4000 gram.
2) Pemeriksaan fisik secara sistematis (head to toe)
Pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi baru lahir di
mulai dari:
(a) Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura moulase, caput
succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, rambut meliputi :
jumlah, warna, dan adanya lanugo pada bahu dan punggung
(b) Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran epicanthus) dn
kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital, trauma,
keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva.
(c) Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan
dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.

7
(d) Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan
(e) Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah,
palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, adakah
labio/palatoskisis, trush sianosis.
(f) Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan,
kelainan tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas kromosom dan
lain-lain.
(g) Klavikula dan Lengan Tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
(h) Dada
Bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu, gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.
(i) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut
dan adanya benjolan, distensi, gastrokisis, omfalokel, bentuk
simetri/tidak, palpasi hati ginjal.
(j) Genetalia
Kelamin laki-laki : panjang penis, testis sudah turun berada
dalam skrotum, orifisium uretrae di ujung penis, kelainan
(fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia
mayora dan labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium
uretra, sekret, dan lain-lain.
(k)Tungkai dan Kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari.
(l) Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi spingter ani, adanya atresia
ani, meconium plug syndrome, megacolon.

8
(m) Punggung
Bayi tengkurep, raba kurvatura kolumna vertebralis,
skoliosis, pembengkakan, spina bifida, mielomeningokel,
lesung/bercak berambut, dan lain-lain.
(n)Pemeriksaan Kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udem, bercak, tanda lahir,
memar.
(o)Reflek
Berkedip, babinski, merangkak, manari/melangkah, ekstrusi,
galan’s, moro’s, neck righting, palmar grasp, rooting, startle,
menghisap, tonic neck
(p)Antropometri
BB, PB, LK, LD, LP, LILA.
(q)Eliminasi
g. Kaji kepartenan fungsi ginjal dan saluran gastrointestinal bagian
bawah. Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari enam kali
perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair enam sampai
delapan kali perhari. Dicurigai diare apabila apabila frekuensi
meningkaat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah.
Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada hari minggu pertama kehidupan dan hal ini
diangap normal. (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)

B. Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir


Menurut Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. (2017) Pada waktu melakukan
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, hendaknya dilakukan secara cermat, hati-
hati dan perhatikan beberapa kondisi penampilan bayi secara keseluruhan
antara lain :
1. Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik setelah lahir
dengan frekuensi 40-60x/menit

9
2. Frekuensi jantung berkisar 180x/menit, kemudian turun menjadi
140-120x/menit.
3. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat verniks
casseosa.
4. Lemak subkutan cukup tebal
5. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik
6. Aktifitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
7. BB berkisar antara 2500-4000 gram
8. PB antara 45-55 cm
9. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34cm, Mento
Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32cm.
10. Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan meconium.
11. Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30
ml/hari.
12. Genitalia : labia mayora menutupi labia minora, testis sudah turun
kedalam skrotum.
13. Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan
berkedip jarak focus adalah sekitar 15-20 cm.
14. Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya bila mendengar
suara-suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara yang lembut
dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi
akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
Sedangkan beberapa perilaku bayi baru lahir diinterpretasikan
dalam bentuk releks-refleks seperti :
1. Refleks menghisap (sucking reflex) dilihat pada waktu bayi menyusu.
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika ibu menyentuhkan
puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks menghisap terjadi ketika bayi
yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di
mulut mereka. Refleks menghisap memudahkan bayi yang baru lahir
untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting
susu dengan makanan.

10
2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping Reflex adalah
refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang
disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang
setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika
menyodorkan jari telunjuk kepadanya.
3. Refleks leher (tonic neck reflex) letakkan bayi dalam posisi terlentang,
putar kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi
kemana kepala diputar terekstensi, tapi ekstremitas pada sisi lain
terefleksi. Pada keadaan normal bayi akan berusaha untuk
mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian syaraf asesori.
4. Refleks mencari (rooting reflex) Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi
diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai
respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang
menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap.
Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar
3 hingga 4 bulan..
5. Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba
pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang
mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu
melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang,
dan merentangkan tangan dan kakinya. Refleks ini merupakan keadaan
yang normal bagi semua bayi yang baru lahir, juga cenderung
menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan. Babinski Reflex . Refleks
primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika bagian
bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang
di usia 4 bulan.
6. Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda yang
didekatkan ke mulut, dapat dilihat ketika sedang menyusui.
7. Babinski Reflex . Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari
mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf
berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.

11
C. Membuat Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari
Rencana asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus di buat secara
menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya
atau sesuai keadaan bayi saat itu apakah dalam keadaan normal/ sehat atau
mengalami gangguan/ sakit. Pada bayi yang lahir dirumah sakit atau klinik
bersalin, asuhan pada bayi 2-6 hari ini juga di informasikan dan diajarkan
kepada kedua orang tua bayi, sehingga saat kemali ke rumah mereka sudah
siap dan dapat melaksanakannya sendiri. Secara umum asuhan yang
diberikan pada bayi 2-6 hari meliputi hal-hal sebagai beikut:
1. Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum segera mungkin setelah lahir (dalam
waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit, kecuali
apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila
bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap
memberikan ASI.
a. ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30 menit- 1 jam
setelah lahir) dan eksklusif. Bila perlu jelaskan manfaat pemberian
ASI dini. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk
tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efisien, mencegah berbagai
penyakit infeksi, KB (metode amenore laktasi), bonding ibu dan bayi.
Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah
diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi
keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat
sampai selama 4 hari pascapersalinan.
Hindari penggantian ASI (PASI) kecuali ada indikasi medis,
misalnya ASI tidak keluar, bayi prematur dan sebagainya. Bayi baru
lahir yang tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat,
misalnya ibu penderita penyakit infeksi tertentu dan bayi belum
tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan dengan teteap

12
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan lain. Prosedur
pemberian ASI, adalah sebagai berikut :
1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam
(minimal 8 kali dalam 24 jam ) setiap bayi menginginkan.
2) Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan payudara
lain.
3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak
melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan
dot/kempeng.
4) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan
pertama, karena ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk
bayi
5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu
dengan benar.
6) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi
membuka lebar, tampak rooting refleks, bayi melihat sekeliling dan
bergerak.
7) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh
lurus menghadap payudara, hidung dekat puting susu.
8) Cara melekatkan : menyentuhkan puting pada bibir, tunggu mulut
bayi terbuka lebar, gerakkan mulut ke arah puting sehingga bibir
bawah jauh dibelakang areola.
9) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola
di atas mulut bayi lebih luas dari pada dibawah mulut bayi, bayi
menghisap pelan kadang berhenti.
10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila bayi
minum baik. Ibu menyusui perlu mendapatkan dukungan dari
suami dan keluarga. Bentuk dukungan bagi ibu menyusui, antara
lain melibatkan suami dan keluarga dalam kegiatan menyusui ;

13
apabila ibu tidak dapat dirawat bersama bayi, upayakan ibu
menginap di tempat dekat; memastikan makanan dan minuman ibu
cukup; menganjurkan ibu mengunjungi dan memegang bayi
sesering mungkin; menjelaskan obat-obat yang perlu diminum ibu
dan tidak mengganggu laktasi, kecuali kotrimoksasol dan fansidar
karena dapat menyebabkan ikterus.
Beberapa ibu mungkin tidak bisa setiap saat memberikan
ASI secara langsung (menyusui) bayinya. Agar bayi mendapatkan
ASI dari ibunya, maka ibu perlu memeras ASI nya untuk diberikan
kepada bayinya dengan pipet, sendok, atau pipa NGT. Berikut ini cara
memeras ASI.
1) Mencuci tangan bersih.
2) Memeras sekitar ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitar.
3) Duduk nyaman, meletakkan wadah steril bermulut lebar (dari
bahan gelas) dibawah payuadara.
4) Mulai memeras ASI dengan cara:
a) Menopang payudara dengan 4 jari, ibu jari diatas areola.
b) Memencet areola diantara ibu jari dan jari lain sambil menekan
payudara ke arah dada.
c) Memeras ASI tiap payudara paling tidak 4 menit, memeras
payudara lain 4 menit juga.
d) Melanjutkan memeras bergantian minimal 20-30 menit.
5) Bila ASI tidak lancar, mengajarkan teknik yang benar, memberikan
kompres air hangat, melakukan pijat punggung dan leher (pijat
oksitosin) agar ibu rileks.
6) Bila ASI tidak segera diberikan, memberikan label pada botol ASI,
menyimpan di lemari es dan menggunakan ASI dalam 24 jam, atau
membekukan ASI pada suhu -200 C paling lama 6 bulan.
7) Bila tidak ada lemari es, menyimpan dalam suhu kamar, tahan
sampai 6 jam.

14
8) Mengusahakan suhu ASI peras saat diminum bayi berada pada
suhu kamar.
9) Menghangatkan ASI dengan merendam dalam air hangat (400C)
10) Menggunakan ASI pada waktunya, sisa ASI jangan dimasukkan
kedalam lemari es.
11) Jangan merebus ASI.
12) Menganjurkan ibu memeras ASI minimal 8 kali dalam 24 jam.
Setiap kali memeras, peras ASI sebanyak mungkin.
13) Memberi dukungan pada ibu.
b. Susu formula
Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) dapat berupa
berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun formula komplit.
Komposisi mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi mineral dan
imunoglobulin.
Untuk bayi usia 0-6 bulan, susu formula yang diberikan
adalah susu formula awal. Untuk bayi yang menderita diare
kronik/sindrompanmal absorpsi, susu formula yang biasa diberikan
adalah susu progestimil. Untuk bayi yang mengalami alergi protein
susu sapi, berikan susu formula nutrilon-soja (bahan susu kedelai).
Susu formula SGM (Skin-Gula-Minyak Nabati) diberikan pada bayi
yang mengalami malabsorpsi lemak. Susu formula Enfalac diberikan
kepada bayi prematur untuk memenuhi kebutuhan kalori 81 kkal/100
cc.
Untuk bayi usia 6 bulan sampai 1 tahun, formula lanjutan,
sudah bisa menerima susu full-cream yang dijual bebas. Dalam
menyajikan susu formula, hendaknya menggunakan sendok
takaryang tepat. Susu formula juga bisa diberikan apabila ibu tidak
bisa menyusui atau memeras ASI. Jika keseimbangan gizi dan cairan
tidak terpenuhi, maka pertumbuhan natural defense mechanismbayi
akan terganggu dan potensi tumbuh kembang tidak optimal.

15
Cara aseptik dalam menyiapkan PASI, antara lain : gunakan
perawatan dan wadah steril dan air yang sudah mendidih 10 menit.
Gunakan susu formula siap pakai dalam 4 jam setelah dibuka dari
wadahnya. Takar susu bubuk dan air, campur dengan mengocok.
Tuangkan jumlah susu formula yang diperlukan dalam
cangkir/semprit, berikan pada bayi. Simpan sisanya dalam lemari es
maksimal 24 jam, beri tanda dan catat waktu dibuka. Cuci peralatan
dengan sabun dan air, bilas air panas/kukus. Bila bayi kecil (BB<2500
gram atau umur kehamilan <37 minggu) gunakan susu formula
khusus. Bila tidak ada susu formula, berikan ASI donor yang telah
dipasteurisasi.(Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)
2. Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi
gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasidalam usus sejak masa
janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah
hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas:mukus,sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini
keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum yang telah
keluar dalam 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi.
Jika mekoneum tidak keluar, bidan/petugas kesehatan harus mengkaji
kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.
Warna feses pada bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi
berumur 4-5 hari. Bayi yang diberi ASI akan membuat warna tinja hijau
keemasan, lembut dan berbentuk biji – bijian. Sedangkan bayi yang
diberi susu formula akan memiliki tinja yang berwarna hitam pekat,
bergumpal. Setelah hari ketiga atau empat mekonium hilang dan
digantikan dengan tinja homogen berwarna kuning muda dengan bau
yang khas.

16
Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari. Pemberian ASI
cenderung membuat frekuansi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari
ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup,maka
bayi akan BAB lima kali atau lebih dalam sehari. Pada saat bayi berumur
3-4 minggu, frekuensi BAB berkurang, menjadi satu kali dalam 2-3 hari.
Bayi dengan pemberian susu formula akan lebih sering BAB, tetapi
cenderung lebih sering mengalami konstipasi. Jika bayi tidak BAB atau
feses tidak keluar, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji adanya
distensi abdomen dan bising usus. (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)
3. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya
volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi 100-200
ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine keruh/merah muda dan
berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24
jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji
jumlah intake cairan dan kondisi uretra. (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk.
2017)
4. Tidur
Bayi baru lahir mempunyai 2 kategori utama perilaku, periode
jaga/bangun dan periode tidur. Pada siang hari hanya 15% waktu
digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan
motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan
untuk bayi tidur.Status tidur mencakup tidur aktif (dangkal) dan tidur
nyenyak.
Mengetahui mengenai status perilaku tidur bayi dapat membantu
dalam memilih kapan berinteraksi atau memeriksa keadaan bayi.
Keadaan jaga/bangun/sadar ialah waktu terbaik untuk berhubungan
secara visual, memberik makan dan memeriksa seorang bayi.
Sebagian besar -tapi tidak semua-bayi yang baru lahir tidur nyenyak.
Beberapa bayi tidur sebanyak 18-20 jam sehari, sementara yang lain

17
mungkin tidur hanya 8 jam sehari. Beberapa bayi lebih aktif dan
waspada, sementara yang lainnya lebih rewel dan menuntut - atau lebih
tenang dan diam). Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya
sering tidur. Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur 16 jam sehari.
Pada umunya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan
selimut dan ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau
terlalu dingin (Rukiyah, 2013).
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya
usia bayi. Pola ini dapat terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Pola tidur menurut usia

5. Kebersihan Kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur.
Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan. Selalu
mencucitangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Memandikan bayi
baru lahir merupakan tantangan tersendiri bagi ibu baru. Ajari ibu, jika
ibu masih ragu untuk memandikan bayi di bak mandi karena tali pusatnya
belum puput, maka bisa memandikan bayi dengan melap seluruh badan
dengan menggunakan waslap saja. Yang penting siapkan air
hangathangat kuku dan tempatkan bayi dalam ruangan yang hangat tidak
berangin.
Lap wajah, terutama area mata dan sekujur tubuh dengan lembut.
Jika ingin menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun yang 2 in 1, bisa
untuk keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi dengan cara

18
membungkusnya dengan handuk kering. Bersihkan tali pusat dengan
menggunakan kain kasa seteril untuk menghindarkannya dari infeksi.
Jika tali pusat bayi sudah puput, bersihkan liang pusat dengan cotton
bud yang telah diberi minyak telon atau minyak kayu putih. Usapkan
minyak telon atau minyak kayu putih didada dan perut bayi sambil dipijat
lembut. Kulit bayi baru lahir terlihat sangat kering karena dalam transisi
dari linggkungan rahim kelinggkungan berudara. Oleh karena itu
gunakan baby oil untuk melembabkan lengan dan kaki bayi. Setelah itu
bedaki lipatanlipatan paha dan tangan agar tidak terjadi iritasi. Hindari
membedaki daerah wajah jika menggunakan bedak tabor karena bahan
bedak tersebut berbahaya jika terhirup nafas bayi. Bisa menyebabkan
sesak napas atau infeksi saluran pernapasan. Pakaikan baju ukuran bayi
baru lahir yang berbahan katun agar mudah menyerap keringat.
Sebaiknya bunda memilih pakaian berkancing depan untuk memudahkan
pemasangan pakaian. Jika suhu ruangan kurang dari 2500C beri bayi
pakaian dobel agar dia tidak kedinginan.
Tubuh bayi baru lahir biasanya sering terasa dingin, oleh karena itu
usahakan suhu ruangan bayi baru lahir berada di 270C. tapi biasanya
sesudah sekitar satu minggu bayi baru lahir akan merespon terhadap suhu
lingkungan sekitarnya dan mulai bisa berkeringat (Jamil, Siti Nurhasiyah
dkk. 2017)

6. Perawatan Tali Pusat


Menurut Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. (2017) Tali pusat harus selalu
kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu
masuk kuman dan bisa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat
sejak manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa
tali pusat harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain
bersih secara longgar. Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di
bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/feses, maka tali pusat

19
harus dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan. Upaya
untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat, antara lain dengan
cara sebagai berikut :
a. Mencuci tali pusat dengan air bersih dan sabun (pemakaian alkohol
dapat menunda penyembuhan)
b. Menghindari membungkus tali pusatdenganpemakaianbetadine
c. Pemberian ASI dini dan sering memberikan antibodi pada bayi
7. Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami
kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal – hal yang
tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri
tanpa ada yang menunggu. Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air
atau tempat tidur, kursi atau meja. Tidak memberikan apapun lewat
mulut selain ASI karena bayi bisa tersedak. Membaringkan bayi pada
alas yang cukup keras pada punggung/sisi badannya. Hati – hati
menggunakan bantal di belakang kepala dan di tempat tidurnya karena
dapat menutupi seluruh permukaan kasur untuk mencegah kepala bayi
masuk.
Selain harus dijaga kecelakaan fisik, bayi harus dijaga dari
kemungkinan infeksi. Untuk mencegah bayi agar terlindung dari
berbagai infeksi, antara lain dengan cara selalu mencuci tangan dengan
air, sabun dan handuk bersih sebelum memegang bayi serta setelah
menggunakan toilet (sehabis BAB/BAK), untuk mencegah oftalmia
neonatorum yaitu dengan memberikan salep/obat tetes mata (Tetrasiklin
1%, Eritromisin 0,5%, atau Nitras Argensi 1%) dalam waktu 1 jam
setelah lahir. Obat tetes diberikan berada pada mata bayi, apabila ada
obat di sekitar mata jangan dibersihkan.
Mencegah infeksi pada bayi juga bisa dilakukan dengan menjaga tali
pusat bayi dalam keadaan selalu bersih, meletakkan popok di sebelah
bawah tali pusat. Jika tali pusat kotor, mencuci bersih dengan air bersih
dan sabun. Jangan memberikan apapun pada tali pusat. Mengawasi dan

20
segera melaporkan ke tenaga kesehatan jika ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk pada tali
pusat. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya
dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi dengan bersih, hangat
dan sabun setiap hari. Menjaga bayi dari orang – orang yang menderita
infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah mencuci
tangan sebelumnya.
Bayi juga harus dijaga dari risiko terjadinya hipotermi, dengan cara
bayi dilahirkan di ruangan yang hangat (suhu ruangan antara 24-25C).
Mengeringkan badan bayi baru lahir dengan cepat dan cermat.
Menyelimuti bayi dengan kain kering dan hangat. Menghindarkan bayi
dari tiupan udara dan menempatkan bayi di atas permukaan yang hangat.
Memberikan bayi pada ibu sesegera mungkin agar terjalin skin to skin
contact beberapa jam setelah lahir untuk meningkatkan keterkaitan batin
antara ibu dan bayi, serta pemberian ASI dini. Mengecek kehangatan
tubuh bayi dengan meraba kaki bayi setiap 15 menit. Memandikan bayi
setelah suhu tubuh bayi stabil. (Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. 2017)
8. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi
lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam
nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada baru lahir tersebut, antara lain
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, retraksi dada saat
respirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 37,5ºC atau terlalu dingin
atau kurang dari 36,5C.
b. Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau
sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama)
c. Pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah)

21
d. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, serta
adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit.
e. Gangguan pada gastrointestinal, antara lain mekoneum tidak keluar
setelah 24 hari pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam
pertama, muntah terus – menerus, distensi abdomen, feses
hijau/berlendir/darah.
f. Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk,
lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus –
menerus, mata bengkak dan mengeluarkan cairan. (Jamil, Siti
Nurhasiyah dkk. 2017)
9. Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
Secara umum, bayi dapat dipulangkan apabila bayi dapat bernafas
tanpa kesulitan dan tidak ditemukan masalah lagi, atau perawatan bayi
dapat dilanjutkan dengan rawat jalan. Selain itu suhu tubuh bayi harus
bisa dipertahankan dalam rentang 36,5-37,50C, bila bayi kecil,
menggunakan cara pengukuran suhu yang dapat digunakan di rumah.
Bayi yang akan dipulangkan harus dapat menyusu dengan baik dan
petugas yakin ibu mampu memberi minum dengan salah satu alternatif
cara pemberian minum lain yang dianjurkan. Bidan harus menganjurkan
ibu untuk kembali ke rumah sakit apabila ditemukan masalah/tanda-
tanda bahaya pada bayinya.
KIE yang harus diberikan kepada ibu sebelum bayi dipulangkan,
yakni menjaga kehangatan bayi, mencegah hipotermi, pemberian ASI,
perawatan tali pusat, mengawasi tanda-tanda bahaya, perawatan bayi
sehari-hari, menjaga keamanan bayi, pencegahan infeksi pada bayi serta
imunisasi pada bayi. Harus ada kebijakan tertulis tentang pemulangan
bayi serta menjelaskan pada ibu dan menjawab pertanyaan ibu bila
ada.Bidan harus melakukan pemeriksaan pada bayi dan memastikan bayi
memenuhi persyaratan pulang. Bidan harus memastikan bayi telah

22
mendapatkan imunisasi yang diperlukan dan memberikan obat/resep
obat dari dokter dalam jumlah cukup untuk perawatan bayi di rumah.
Bidan juga harus memberikan konseling pada ibu sebelum bayi
dibawa pulang. Konseling yang diberikan bidan pada ibu yakni
perawatan bayi baru lahir normal di rumah dan cara menyusui, posisi
tidur bayi yang tepat, tanda-tanda bahaya pada bayi termasuk ibu harus
bertindak apa serta jadwal kunjungan ulang. Bidan juga harus
mendiskusikan bersama ibu dan keluarga mengenai sistem pendukung
dirumah/masyarakat, khususnya jika ibu masih remaja, single parent,
anak pertama atau menderita HIV. Bidan harus melengkapi surat
keterangan pulang dengan catatan berat badan bayi dan diagnosa,
petunjuk pengobatan selanjutnya dirumah serta rencana kunjungan
tindak lanjut.
Saat memulangkan bayi, bidan harus memastikan bayi yang sakit
berat, sangat kecil, atau diberi minum dengan alternatif lain, akan
melakukan kunjungan tindak lanjut. Kondisi lingkungan mempengaruhi
kapan dan berapa kali kunjungan tindak lanjut dilakukan. Bayi dengan
masalah khusus yang perlu tindak lanjut, harus dipastikan telah teratasi.
Hal lain yang harus dilakukan bidan pada saat kunjungan ulang, antara
lain menilai keadaan umum bayi, memberikan KIE tentang
masalah/kekhawatiran ibu, memberikan KIE ulang mengenai cara
menyusui, perawatan bayi baru lahir, tanda bahaya, pemanfaatan
puskesmas dan pemberian imunisasi pada bayi (Jamil, Siti Nurhasiyah
dkk. 2017)

23
10. Jurnal KIE Teknik Menyusui Yang Benar

Ying Lau (2015) Research Article Maternal, Infant Characteristics,


Breastfeeding Techniques, And Initiation: Structural Equation Modeling
Approaches : Waktu untuk memulai menyusui eksklusif di awal pasca
persalinan sangat penting, oleh karena itu kita harus memanfaatkan
kesempatan inbi untuk mendukung menyusui yang memberikan efek
menguntungkan seumur hidup bayi. Semoga upaya ini akan membantu
ibu menyusui lebih lama dan lebih sukses.
11. Jurnal Alat Penilaian Klinis untuk Bidan dan Profesional Perawatan
Kesehatan Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

24
Rosemary (2017) A clinical assessment tool for midwives undertaking the
Newborn Infant Physical Examination : Pemeriksaan Fisik Bayi Baru
Lahir (NIPE) dilakukan dalam 72 jam pertama kelahiran, dan
memungkinkan bidan untuk memberikan penilaian holistik terhadap
neonatus dan ibunya, serta memastikan normalitas, mengidentifikasi
kelainan, dan menyediakan intervensi awal untuk neonatus yang berisiko.
13. Jurnal Penampilan Dan Perilaku Bayi Baru Lahir

Ellen P Tappero (2018) Physical Assesment of the newborn


mengidentifikasi kondisi risiko, menggambarkan pola perilaku dan
mengevaluasi fungsi perkembangan adalah aspek penting dari penilaian
perilaku bayi baru lahir. Penting untuk mengikuti prinsip dasar pemeriksaan
fisik saat menilai perilaku bayi, evaluasi bergantung pada ketelitian
pengamat, dan ketrampilan pengamatan yang akurat. Pemeriksa harus
mengamati kemampuan bayi untuk mengatur, mengenali tanda-tanda cacat
dan memodifikasi interaksi berdasarkan respons perilaku bayi.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi
penilaian tahap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia
kehamilan, penilaian adaptasi neonatal (skor APGAR, refleks), penilaian
fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak kelainan morfologi/fisiologi),
pemberian identitas (jenis kelamin, berat badan, panjang badan) serta
menentukan penanganan yang diperlukan. Pengkajian Fisik Bayi Baru
Lahir tahapan pertama, yaitu pengkajian segera setelah lahir, tahapan kedua,
yaitu pengkajian keadaan fisik Pada dasarnya bayi baru lahir sudah
memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus. beberapa
perilaku bayi baru lahir diinterpretasikan dalam bentuk releks-refleks.
Rencana asuhan 2-6 hari setelah persalinan merupan hal yang
penting dilakukan oleh bidan atau ibu. Pada waktu kelahiran, sejumlah
adaptasi psikologik mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir, karena
perubahan ini bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
bagaimana ia membuat suatuu transisi yang baik terhadap kehidupannya
diluar uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat
meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.

B. Saran
Jika dalam penulian makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di
kemudian hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

Jamil, Siti Nurhasiyah dkk. (2017). Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita
dan anak pra sekolah. Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Kosim, S., et al., (2010). Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Lanlehin, R. (2017). A clinical assessment tool for midwives undertaking the
Newborn Infant Physical Examination. British Journal of Midwifery, 25(5),
pp. 293-295
P Taperro, Ellen dan Marry Ellen Honeyfield. (2018). Physical Assessment of the
Newborn United States of America : Library of Congress Cataloging
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2013). Asuhan neonatus, bayi dan anak
balita. Jakarta: Trans Info Media.
Saputra, Lyndon. (2014). Catatan ringkasAsuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Tanggerang selatan: Bina Rupa Aksara Publisher
Wahyuni, Sari. 2012. Asuhan neonatus, bayi dan balita penuntun belajar praktik
klinik. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Ying Lau (2015) Research Article Maternal, Infant Characteristics, Breastfeeding
Techniques, And Initiation: Structural Equation Modeling Approache .
PLoS ONE 10(11): e0142861. doi:10.1371/journal.pone.0142861 Tersedia
diihttps://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4643938/pdf/pone.014
2861.pdf [ Diakses pada tanggal 13 februari 2020]

27
28

Anda mungkin juga menyukai