PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Klinik
Minggu ke-1
Tanggal 20 s/d 26 Agustus 2019
oleh Grup A
Nama Kelompok
▪ Nora Attamimi (175070301111016)
▪ Sindy Dwi Irawati (175070300111001)
▪ Tsani Farhanah Hamdaini (175070300111021)
▪ Antafani Eka Mawardani (175070300111037)
▪ Afida Nadhira Mediani (175070300111034)
▪ Gustina Berta Uli (175070300111006)
▪ Amira Karina (175070300111012)
▪ Herdina Pindya Rawitningtyas (175070301111018)
▪ Atiqoh Khoirunnisa’ Maftuch (175070300111035)
▪ Maya Amalia Sugiarto (175070307111020)
▪ Dani Munawir Uswanas (175070320111001)
▪ Elly Septiana (185070309111001)
▪ Tri Winarti (185070309111021)
▪ Nurhi Kefi Nomenci Babu (185070309111009)
2
KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
3
SKENARIO
”Skrining gizi: Pilah-Pilih Pasien”
5
Tahapan pelayanan gizi rawat Proses yang cepat,
inap diawali dengan skrining sederhana, efisien, mampu
atau penapisan gizi oleh dilakukan, murah, tidak
perawat ruangan dan beresiko kepada individu
penetapan order diet awal yang diskrining, valid dan
dalam (preskripsi diet awal) reliable, serta dapat
oleh dokter. (Kemenkes RI, dilaksanakan petugas
2013) kesehatan ruangan dan
penetapan diet oleh dokter.
(Herawati, 2014)
Proses sederhana dan cepat
yang dilakuka oleh tenaga
kesehatan yang sensitif
untuk mendeteksi pasien yang SKRINING GIZI: Kesimpulan :
bersiko malnutrisi.
(Susetyowati, 2014) proses yang sederhana
dan cepat yang dapat
Proses untuk dilakukan oleh tenaga
mengidentifikasi individu kesehatan untuk
yang mengalami malnutrisi mengidentifikasi
atau beresiko malnutrisi
untuk menentukan apakah
individu yang mengalami
perlu dilakukan pemeriksaan malnutrisi atau beresiko
status gizi yang lebih malnutrisi secara valid
detail. (ASPEN, 2010) dan reliable. 6
Pemanfaatan sumber daya Suatu proses kerangka kerja
untuk mencapai tujuan rumah yang terorganisir untuk
sakit dilakukan di ruang mengatur suatu pelayanan
perawatan. (KBBI) rawat inap yang menggunakan
ruangan di suatu rumah
sakit. (Kemenkes RI, 2013)
Bangsal adalah ruang besar
untuk pertemuan dan Salah bentuk dari fasilitas
pertunjukan. (KBBI) perawatan dimana pasien
tinggal di RS dalam jangka
waktu tertentu. (Wildan,
2019)
Pengelolaan keselamatan MANAJEMEN BANGSAL:
pasien yang dilakukan di
Kesimpulan :
ruang rawat dipimpin oleh
kepala ruangan yang berperan Suatu proses yg mengelola sumber
sebagai pimpinan dalam daya di unit perawatan atau bangsal
pengorganisasian keselamatan
yang meliputi kegiatan merencanakan,
pasien yang memiliki
tanggung jawab untuk membina mengorganisir, melakukan pengarahan,
budaya keselamatan di tempat mengendalikan dan mengevaluasi
kerjanya sehingga dapat pelayanan shg pengelolaan ruang
meningkatkan pelaksanaan rawat menjadi efektif dan efisien.
keselamatan pasien (Nordin, 7
2013).
2
Cues
Nutrisionis perlu melakukan skrining gizi
agar manajemen bangsal berjalan dengan baik
dan penanganan pasien prioritas berjalan
optimal.
8
3
Daftar Learning Objectives
9
Daftar Learning Objectives
10
4
Hasil Brainstorming
1. Unclear Term
2. Cues
3. Problem Identification
4. Hipothesis
11
Unclear Term
Pasien prioritas
▪ Amira :pasien yang harus didahulukan terlebih dahulu
▪ Pindy : yang didahulukan dan diutamakan (kbbi)
▪ Sindy : pasien yang didahulukan karena keparahan penyakit
▪ Atiqoh : pasien yang harus didahulukan karena keparahan
pasien, resiko malnutrisi
15
CUES
18
Problem Identification
19
Problem Identification
20
Problem Identification
21
Problem Identification
Waktu melakukan skrining gizi
▪ Tina : skrining gizi dilakukan saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit
▪ Maya : dilakukan 1 x 24 jam setelah masuk rumah sakit
▪ Mbak tri : pasien rawat jalan 1 x 24 jam, untuk pasien rawat
inap 1 minggu sekali, komunitas dilakukan 1 bulan sekali
Tindak lanjut dari skrining gizi
▪ Mbak tri : evaluasi hasil skrining gizi
▪ Dani : melihat hasil dari antropo pada pasien malnutrisi
▪ Antafani : menentukan prioritas pasien yang akan ditangani
terlebih dahulu
▪ Mbak tri : setelah penggalian data berlangsung jika pasien
malnutrisi atau beresiko pasien akan dilakukan reskrining,
berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk memperkuat hasil
22
dari skrining
Problem Identification
Tindak lanjut dari skrining gizi
▪ Mbak tri : evaluasi hasil skrining gizi
▪ Dani : melihat hasil dari antropo pada pasien malnutrisi
▪ Antafani : menentukan prioritas pasien yang akan ditangani terlebih
dahulu
▪ Mbak tri : setelah penggalian data berlangsung jika pasien malnutrisi
atau beresiko pasien akan dilakukan reskrining, berkolaborasi dengan
tim medis lainnya untuk memperkuat hasil dari skrining
▪ Melakukan assessment untung mengetahui pasien beresiko atau tidak
untuk dilakukan penangan
Tools yg digunakan (indikator termasuk didalamnya)
▪ Sindy : pembagian tools berdasarkan usia (anak, dewasa, lansia)
▪ Nora : normal menggunakan NRS 2002,
▪ Mbak menci : lansia menggunakan MNA, MUST untuk gizi buruk
23
berdasarkan tingkat keparahan
Problem Identification
24
Problem Identification
27
5
Pembahasan Learning Objektif
28
1. Apakah tujuan dari skrining Memprediksi kemungkinan dampak
gizi ? yang lebih baik atau lebih
buruk yg disebabkan faktor
gizi dan untuk mengetahui
Memprediksi kemungkinan dampak
pengaruh dari intervensi gizi
yang lebih baik atau lebih buruk
yang disebabkan oleh faktor gizi
dan untuk mengetahui pengaruh dari
intervensi gizi (Kurniasari, 2015)
Kesimpulan : untuk
Mengidentifikasi pasien atau mengidentifikasi dan
klien yang beresiko malnutrisi
atau kondisi khusus (PGRS, 2013)
memprediksi pasien yg
beresiko dan tdk beresiko
Penentuan langkah utama untuk pasien malnutrisi atau kondisi
oleh nutrisionis atau dietitian khusus agar dapat
terhadap asesmen gizi, diagnosis dan diberikan dukungan gizi
intervensi gizi (Skipper, 2012) secara cepat dan tepat
untuk menghindari dampak
Mengetahui tingkat resiko malnutrisi pasien
yg buruk dan menunjang
baru sedini mungkin sehingga pasien yang
beresiko malnutrisi dapat segera dikaji keberhasilan pengobatan
masalah gizinya dan mendapat intervensi gizi
yang tepat sehingga status gizi pasien selama
dirawat dapat diperbaiki dan tidak semakin 29
memburuk (ADA dalam Herawati, 2012)
2. Apa syarat atau prinsip dari Sederhana, efisien, cepat,
skrining gizi ? reliable, tidak mahal,
memiliki nilai nilai Se, Sp,
PPV, dan NPV yang dapat
Cepat (memerlukan waktu yg singkat agar
diterima.(Ismail, 2010)
bisa memprediksi pasien bersiko atau
tidak), disesuaikan dengan kondisi dan
kesepakatan di masing-masing RS (PGRS,
2013). Tidak menimbulkan resiko pada Sensitivitas yaitu hasil yang
individu (Herawati, 2014) tepat untuk mendeteksi
individu yang normal atau
sehat. Sedangkan spesifisitas
Dapat digunakan pada populasi dewasa yang yaitu hasil yang tepat untu
heterogen, menggunakan data rutin,cepat mendeteksi individu yang yang
digunakan karena sederhana, cepat dan mudah sakit. Nilai minimal dari
dalam pengisiannya, tidak memburuhkan tenaga sensitivitas dan spesifisitas
staff yang profesional bisa pasien atau menurut WHO berturut - turut
keluarga pasien tidak invasif, mudah, valid 35% dan 70% (Susetyowati,
dan berguna (Mueller, 2011) 2014)
30
3. Apa saja data yang diperlukan Data Skrining:
dalam skrining gizi ? 1. Data penurunan BB didapat
dari : antropometri
Data Skrining: (TB,BB,LILA,IMT)
1. Anamnesis riwayat gizi : asupan makan 2. Data penurunan asupan
termasuk komposisi dan pola makan makanan : asupan makan termasuk
komposisi dan pola makan
2. Biokimia : hasil pemerikasaan
laboratorium yang berkaitan dengan status 3. Data keparahan penyakit :
gizi, status metabolik, dan gambaran saat sakit menyebabkan stress
fungsi organ yang berpengaruh terhadap metabolik yang menyebabkan
timbulnya masalah gizi penurunan nafsu makan, biokimia
(hasil pemerikasaan lab yang
3. Antropometri : pengukuran fisik pada
berkaitan dengan status gizi,
individu yang dilakukan antara lain
status metabolik, dan gambaran
dengan pengukuran TB, BB, LILA, dll
fungsi organ yang berpengaruh
4. Fisik klinis : mendeteksi kelainan terhadap timbulnya masalah
klinis yang dapat berhubungan dengan gizi) (Herawati, 2014)
timbulnya masalah gizi,
5. Riwayat personal : obat-obatan atau
suplemen, sosial budaya, riwayat penyakit
dan data umum (Kemenkes, 2013)
31
3. Apa saja data yang diperlukan
dalam skrining gizi ?
Kesimpulan :
Kondisi pasien saat ini : TB,BB, LILA, IMT. Pasien khusus : tinggi lutut, panjang
lengan, lingkar kepala, lingkar panggul, dan sesuai kebutuhan (Kemenkes RI, 2013)
Kestabilan kondisi pasien : penurunan BB >5% (tidak stabil)
Kondisi pasien semakin buruk : asupan makan(komposisi dan pola makan) menurun dapat
menurunkan BB pasien
Perjalanan penyakit mempercepat malnutrisi : saat sakit stress metabolik yang
menyebabkan penurunan nafsu makan (tergantung kebijakan Rumah Sakit) (Rasmusen, 2010)
32
4. Bagaimana tatalaksana skrining
gizi?
Skrining gizi untuk mengetahui
Pasien yang beresiko masalah gizi
resiko. Yang beresiko dilakukan
dilakukan pengkajian gizi terlebih
assesmen untuk mengetahui asupan,
dahulu kemudian mengisi form asuhan
antrpometri, lalu diagnosis gizi.
gizi
Selanjutnya dilakukan intervensi :
1. menuliskan data diri assesmen edukasi gizi, edukasi + modifikasi,
2. diagnosa edukasi + diskusi dengan tim
kesehatan. Dilakukan monev dan tindak
3. menghitung kebutuhan energi lanjut.
4. menentukan intervensi Tidak beresiko : dilakukan skrining
5. rencana MONEV ulang dlm 7 hari kemudian. Yg
beresiko dilakukan asesmen sampai
6. melakukan monev tindak lanjut (Kemenkes 2013)
7. menulis nama data data pengkajian
(RS Baptis Batu, 2014).
33
4. Bagaimana
tatalaksana
skrining
gizi?
1. Pasien yang masuk RS dibagi menjadi dua, yaitu rawat inap dan rawat jalan.
dilakukan skrining gizi sejak pasien masuk 1 x 24 jam oleh perawat ruangan
atau ahli gizi yang ada di ruangan tersebut untuk mengidentifikasi pasien
2. Mengisi identitas pasien di form
3. Pengukuran TB dan BB di awal. Pengukuran ditulis di form
4. Mengetahui kriteria dan meyesuaikan untuk pengguanan metode skrining atau
screening tools
5. Hasil skrining ditulis dalam form ke kemudian dilakukan pegakumulasian
atau penjumlahan skor dan membuat interpretasi dari hasil
6. Hasil skrining menunjukkan pasien beresiko maka dilanjutkan dg pengkajian
gzi oleh ahli gizi dengan langkah-langkah proses asuhan gizi standar yaitu
assesmen, diagnosis, interensi, dan monitoring evaluasi.
7. Pasien tidak bersiko maka dilanjutkan dengan skrining ulang setelah 1
minggu. Jika hasil skrining ulang menunjukkan pasien beresiko maka
dilanjutkan proses asuhan gizi standar (ASPEN, 2011)
35
5. Bagaimana proses dari skrining gizi?
40
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
41
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
42
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
43
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
44
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
45
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
46
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
49
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
50
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
52
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
53
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
55
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
56
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
57
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
58
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
59
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?
60
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
▪ 1) MST (Malnutrition Screening Tools)
▪ - Jika total skor = 0 atau 1 pasien
dikatakan tidak beresiko malnutrisi
▪ - Jika total skor > 2 pasien dikatakan
resiko gizi kurang (Susetyowati,2014)
66
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
Ø Untuk alat skrining gizi anak yang paling direkomendasikan, paling
reliable adalah PYMS (Pediatrics Yorkhill Malnutrition Score) (Wonoputri
2014 dalam Handayani 2015)
Ø Untuk alat skrining gizi dewasa dibagi menjadi 2 :
- Sektor komunitas yang paling direkomendasikan adalah MUST dipakai
karena memiliki validitas internal dan eksternal yang bagus dan
prediktor outcome yang baik (Handayani, 2015)
- Rumah sakit yang paling direkomendasikan adalah MST karena lebih
efisien dan cepat, pertanyaan lebih sederhana, nilai Se dan Sp 93-95%,
tidak tergantung nilai antropo dan lab (Herawati, 2014)
Ø Untuk alat skrining gizi lansia yang paling direkomendasikan adalah
MNA (Bookhost, 2014). MNA memiliki hubungan yang erat dengan outcome
pasien seperti lama rawat inap, status pulang, dan indikator biokimia
untuk menggambarkan status gizi. MNA juga bisa dilakukan oleh tenaga
yang tidak terlatih dengan waktu 20 menit saja unutk pengisiannya.
67
(Susetyowati, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. “Penuntun Diet”. Instalasi Gizi Perjan RS Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietitien Indonesia. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Anthony, et, al. 2008. The Mini Nutritional Assessment its history,
today's practice, and future perspectives. Nutrition in clinical
practice, 23(4), 388-396.
Andini R, dkk, 2016. Studi komparatif beberapa metode skrining
penilaian status gizi pada pasien dewasa rawat inap rumah sakit.
Jurnal gizi klinik Indonnesia Vol 14 no. 2
Harimawan, A dkk, 2011. Kajian metode subjective global assesment
(SGA) dan Nutrition services screening assessment ( NSSA) sebagai
status gizi awal pasien dewasa sebagai prediktor lama rawat insp dan
status pulang. Jurnal Klinik Indonesia, vol. 7 no.3: 99 - 106.
Herawati, H., Sarwiyata, T. dan Alamsyah, A. 2014. Metode Skrining Gizi
di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(1), hal. 68–71. 68
71