Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING
PBL Blok Klinik

“Skrining Gizi: Pilah-Pilih Pasien”

Minggu ke-1
Tanggal 20 s/d 26 Agustus 2019
oleh Grup A
Nama Kelompok
▪ Nora Attamimi (175070301111016)
▪ Sindy Dwi Irawati (175070300111001)
▪ Tsani Farhanah Hamdaini (175070300111021)
▪ Antafani Eka Mawardani (175070300111037)
▪ Afida Nadhira Mediani (175070300111034)
▪ Gustina Berta Uli (175070300111006)
▪ Amira Karina (175070300111012)
▪ Herdina Pindya Rawitningtyas (175070301111018)
▪ Atiqoh Khoirunnisa’ Maftuch (175070300111035)
▪ Maya Amalia Sugiarto (175070307111020)
▪ Dani Munawir Uswanas (175070320111001)
▪ Elly Septiana (185070309111001)
▪ Tri Winarti (185070309111021)
▪ Nurhi Kefi Nomenci Babu (185070309111009)
2
KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI

Tujuan skrining gizi Waktu skrining gizi

Syarat atau prinsip skrining Tindak lanjut skrining gizi


gizi

Data yang diperlukan dalam Tools skrining gizi


skrining gizi

Tata laksana skrining gizi Metode atau penggunaan tools


skrining gizi

Proses skrining gizi Hasil dan interpretasi tools


skrining gizi

3
SKENARIO
”Skrining gizi: Pilah-Pilih Pasien”

Dietisien A adalah Kepala Instalasi Gizi di sebuah


Rumah Sakit baru di Malang. Rumah Sakit tersebut
mempunyai beberapa ruang rawat inap yang terdiri dari
bagian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak,
Bedah, dan Obsgyn dengan jumlah pasien rata-rata
adalah 15 orang/hari di setiap ruangan. Nutrisionis
yang ditempatkan di ruang rawat inap berjumlah 4
orang karena keterbatasan jumlah tenaga kerja.
Nutrisionis perlu melakukan skrining gizi agar dapat
memilih pasien prioritas sebagai bagian dari kegiatan
manajemen bangsal agar proses asuhan gizi berjalan
secara optimal pada seluruh pasien.
4
1
Unclear Term
1. SKRINING GIZI
2. MANAJEMEN BANGSAL

5
Tahapan pelayanan gizi rawat Proses yang cepat,
inap diawali dengan skrining sederhana, efisien, mampu
atau penapisan gizi oleh dilakukan, murah, tidak
perawat ruangan dan beresiko kepada individu
penetapan order diet awal yang diskrining, valid dan
dalam (preskripsi diet awal) reliable, serta dapat
oleh dokter. (Kemenkes RI, dilaksanakan petugas
2013) kesehatan ruangan dan
penetapan diet oleh dokter.
(Herawati, 2014)
Proses sederhana dan cepat
yang dilakuka oleh tenaga
kesehatan yang sensitif
untuk mendeteksi pasien yang SKRINING GIZI: Kesimpulan :
bersiko malnutrisi.
(Susetyowati, 2014) proses yang sederhana
dan cepat yang dapat
Proses untuk dilakukan oleh tenaga
mengidentifikasi individu kesehatan untuk
yang mengalami malnutrisi mengidentifikasi
atau beresiko malnutrisi
untuk menentukan apakah
individu yang mengalami
perlu dilakukan pemeriksaan malnutrisi atau beresiko
status gizi yang lebih malnutrisi secara valid
detail. (ASPEN, 2010) dan reliable. 6
Pemanfaatan sumber daya Suatu proses kerangka kerja
untuk mencapai tujuan rumah yang terorganisir untuk
sakit dilakukan di ruang mengatur suatu pelayanan
perawatan. (KBBI) rawat inap yang menggunakan
ruangan di suatu rumah
sakit. (Kemenkes RI, 2013)
Bangsal adalah ruang besar
untuk pertemuan dan Salah bentuk dari fasilitas
pertunjukan. (KBBI) perawatan dimana pasien
tinggal di RS dalam jangka
waktu tertentu. (Wildan,
2019)
Pengelolaan keselamatan MANAJEMEN BANGSAL:
pasien yang dilakukan di
Kesimpulan :
ruang rawat dipimpin oleh
kepala ruangan yang berperan Suatu proses yg mengelola sumber
sebagai pimpinan dalam daya di unit perawatan atau bangsal
pengorganisasian keselamatan
yang meliputi kegiatan merencanakan,
pasien yang memiliki
tanggung jawab untuk membina mengorganisir, melakukan pengarahan,
budaya keselamatan di tempat mengendalikan dan mengevaluasi
kerjanya sehingga dapat pelayanan shg pengelolaan ruang
meningkatkan pelaksanaan rawat menjadi efektif dan efisien.
keselamatan pasien (Nordin, 7
2013).
2
Cues
Nutrisionis perlu melakukan skrining gizi
agar manajemen bangsal berjalan dengan baik
dan penanganan pasien prioritas berjalan
optimal.

8
3
Daftar Learning Objectives

9
Daftar Learning Objectives

▪ 1. Apakah tujuan dari skrining gizi?


▪ 2. Apakah syarat atau prinsip dari skrining gizi?
▪ 3. Apa saja data yang diperlukan dalam skrining gizi?
▪ 4. Bagaimana tatalaksana skrining gizi?
▪ 5. Bagaimana proses skrining gizi?
▪ 6. Kapan waktu pelaksanaan skrining gizi?
▪ 7. Bagaimana tindak lanjut dari skrining gizi?
▪ 8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?
▪ 9. Bagaimana metode atau penggunaan tools skrining gizi?
▪ 10. Bagaimana hasil dan interpretasi dari skrining gizi?

10
4
Hasil Brainstorming
1. Unclear Term
2. Cues
3. Problem Identification
4. Hipothesis

11
Unclear Term

Ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, bedah dan obgyn


▪ Tina : Obgyn adalah ilmu yang mempelajari tentang kandungan
dan kehamilan
▪ Nora : obgyn adalah ilmu yang mempelajari tentang organ yang
hanya dimiliki oleh wanita dan penyakit
▪ Amira : ilmu penyakit dalam adalah mempelajari tentang organ
tubuh manusia seperti jantung, paru-paru
▪ Mbak menji : bedah adalah operasi yang dilakukan untuk
penyembuhan penyakit dengan menyayat sebagaian anggota tubuh
(kamus bahasa Indonesia)
▪ Nadira : segala pengetahuan atau bidang yang lebih focus pada
penyakit yg dialami oleh anak –anak
▪ Nora : ilmu kesehatan anak adalah mempelajari individu yang
ada bangsal anak dengan usia kurang dari 18 tahun (Kemenkes) 12
Unclear Term
Skrinning gizi
▪ Nora : pengertian skrinning adalah pemeriksaan sekelompok
individu dengan memisahkan individu yang sehat dari individu
yang mengalami kondisi patologi yang belum terdiagnosis atau
beresiko tinggi (kamus Dorland)
▪ Mbak Tri : skrinning gizi adalah penyaringan (kamus bahasa
Indonesia)
▪ Mbak Menji : proses identifikasi masalah mengetahui antara
malnutrisi dengan tidak malnutrisi, beresiko dengan tidak
beresiko
▪ Mbak Tri : penyaringan pasien atau individu yang mengalami
kondisi patologis atau beresiko tinggi
Asuhan gizi
▪ Sindy : kegiatan yang terdiri dari ADIME 13
Unclear Term
Manajemen bangsal
▪ Pindy : Proses sumber daya secara efektif (kamus bahasa Indonesia)
▪ Mbak tri : suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit
difasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi
kesehatan proaktif
▪ Nadira : cara mengatur agar suatu hal atau kegian menjadi tertata
▪ Fani : pengaturan rumah sakit dalam mengatur agar efektif dan
terlaksana sesuai prodesur
Optimal pada seluruh pasien
▪ Tina : asuhan yg diberikan oleh tenaga kesehatan manfaatnya lebih
terasa secara maksimal oleh pasien
▪ Tsani :Pasien prioritas
▪ Amira :pasien yang harus didahulukan terlebih dahulu
▪ Pindy : yang didahulukan dan diutamakan (kbbi) 14
▪ Sindy : pasien yang didahulukan karena keparahan penyakit
Unclear Term

Pasien prioritas
▪ Amira :pasien yang harus didahulukan terlebih dahulu
▪ Pindy : yang didahulukan dan diutamakan (kbbi)
▪ Sindy : pasien yang didahulukan karena keparahan penyakit
▪ Atiqoh : pasien yang harus didahulukan karena keparahan
pasien, resiko malnutrisi

15
CUES

▪ Mbak menci : perlu adanya skrinning untuk mengathui tingkat


keparahan pasien untuk melakukan penanganan yang baik dan
mengeatahui pasien,
▪ Mbak tri : skrinning untukmengetahui pasien prioritas untuk
mengathui pasein malnutrisi
▪ Tsani : ahli gizi dapat melakukan skrinning gizi dengan baik
dan tepat untuk memilih pasien prioritas dengan adanya
keterbatasan jumlah tenaga kerja
▪ Antafani : mengoptimalkan manajemen bangsal dengan memilih
prioritas melalui skrinning gizi
▪ Amira : diperlukan 1 nutritionis di setiap ruang rawat inap
▪ Tina : bagaimana ahli gizi melakukan manajemen bangsal agar
skrinning gizi optimal 16
▪ Mbak tri : nutritionist perlu melakukan skrinning gizi agar
Problem Identification

Tujuan skrining gizi


▪ Mbak tri : mengidentifikasi pasien yang malnutrisi atau
beresiko
▪ Sindy : untuk melakukan proses asuhan gizi yang tepat
▪ Mbak menci : mengidentifikasi pasien yang malnutrisi atau
beresiko untuk menentukan status gizi sehingga bisa ditangani
▪ Atiqoh : mengetahui pasien-pasien yang malnutrisi atau
beresiko sehingga bisa ditangani dengan cepat agar tidak
terlambat dalam melakukan skrining gizi
▪ Nadira :memisahkan pasien yang beresiko atau tidak untuk
melaksanakan proses asuhan gizi yang tepat
▪ Mengidentifikasi asuhan gizi yang optimal untuk pasien yang
malnutrisi atau bersiko dalam pelaksanaan skrining gizi
▪ Kesimpulan : mengidentifikasi pasien yang beresiko atau tidak 17

untuk melaksanakan proses asuhan gizi yang tepat.


Problem Identification

Syarat atau prinsip skrinning


▪ Pindy : valid dan reliabilitas, akurat
▪ Nadira : dinilai dari data dan alat harus valid dan reliable
▪ Nora : valid adalah sesuai dengan keadaan sebenarnya, reliable
adalah jika dilalakukan berulang hasil konsisten
▪ Mbak menci : cepat, mudah, sederhana, tidak menimbulkan resiko
(tidak membahayakan pasien). Cepat : supaya dapat menangani
pasien dengan cepat
▪ Nora : cepat supaya waktu skrining bisa dilakukan lebih cepat
▪ Antafani : presisi
▪ Maya : sensitif dan spesific

18
Problem Identification

Data yang diperlukan dalam skrinning gizi


▪ Tina : antropometri, biokimia, clinical, dietary, ekologi
▪ Mbak tri : identitas
▪ Sindy : perubahan berat badan
▪ Amira : berat badan, tinggi badan, lila
▪ Dani : data klinik seperti riwayat penyakit dan riwayat makan
▪ Atiqoh : data lab setelah diperiksa
▪ Mbak menci : gambaran umum makanan yang dikonsumsi sebelum dan
setelah sakit
▪ Tina : kebiasaan makan berapa kali sehari, pantangan

19
Problem Identification

Bagaimana tatalaksana skrinning gizi


▪ Nora : mencatat identitas pasien > melihat kondisi pasien
untuk melakukan pengukuran àpenentuan tools yg digunakan >
mendapatkan hasil
▪ Mbak tri : setelah pengukuran dilakukan penyimpulan apakah
pasein masuk malnutrisi atau beresiko > jika iya dilakukan
self specific jika tidak ditangani sesuai alur yang berlaku
▪ Maya : assessment > diagnosis > intervensi > monitoring dan
evaluasi
▪ Mbak tri : melakukan antropometri > membaca status pasien
terkait pemerikasaan secara klinis yang dilakukan

20
Problem Identification

Proses skrining gizi


▪ Mbak menci : pendaftaran > pengukuran antropometri > hasil
digunakan untuk mengetahui beresiko malnutrisi atau tidak >
penanganan
▪ Maya : Pendaftaran > penggalian data > pengumpulan data >
seleksi data
▪ Fani : memberitahu tujuan dari skrining gizi
▪ Nadira : menjelaskan proses yang dilakukan
▪ Pindy : kontrak waktu dalam proses skrining
▪ Amira : melakukan reskrening supaya hasil valid

21
Problem Identification
Waktu melakukan skrining gizi
▪ Tina : skrining gizi dilakukan saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit
▪ Maya : dilakukan 1 x 24 jam setelah masuk rumah sakit
▪ Mbak tri : pasien rawat jalan 1 x 24 jam, untuk pasien rawat
inap 1 minggu sekali, komunitas dilakukan 1 bulan sekali
Tindak lanjut dari skrining gizi
▪ Mbak tri : evaluasi hasil skrining gizi
▪ Dani : melihat hasil dari antropo pada pasien malnutrisi
▪ Antafani : menentukan prioritas pasien yang akan ditangani
terlebih dahulu
▪ Mbak tri : setelah penggalian data berlangsung jika pasien
malnutrisi atau beresiko pasien akan dilakukan reskrining,
berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk memperkuat hasil
22
dari skrining
Problem Identification
Tindak lanjut dari skrining gizi
▪ Mbak tri : evaluasi hasil skrining gizi
▪ Dani : melihat hasil dari antropo pada pasien malnutrisi
▪ Antafani : menentukan prioritas pasien yang akan ditangani terlebih
dahulu
▪ Mbak tri : setelah penggalian data berlangsung jika pasien malnutrisi
atau beresiko pasien akan dilakukan reskrining, berkolaborasi dengan
tim medis lainnya untuk memperkuat hasil dari skrining
▪ Melakukan assessment untung mengetahui pasien beresiko atau tidak
untuk dilakukan penangan
Tools yg digunakan (indikator termasuk didalamnya)
▪ Sindy : pembagian tools berdasarkan usia (anak, dewasa, lansia)
▪ Nora : normal menggunakan NRS 2002,
▪ Mbak menci : lansia menggunakan MNA, MUST untuk gizi buruk
23
berdasarkan tingkat keparahan
Problem Identification

24
Problem Identification

Metode atau penggunaan tools Metode atau penggunaan tools


skrinning gizi skrinning gizi
a. MNA c. NRS 2002
▪ Riwayat penyakit ▪ Menyiapkan blanko
▪ Skor kecil parah ▪ Mengisi identitas
▪ Menjawab pertanyaan
b. MUST kuisioner menggunakan angka
▪ Kolom untuk IMT ▪ Menjumlahkan skor untuk
mengkategorikan status gizi
▪ Skor IMT
▪ Skor besar parah
d. PDRS
▪ Cara menjawab ya/tidak
25
Problem Identification
Hasil dan interpretasi dari skrining gizi
a. MNA
▪ Skor kecil kondisi parah
▪ Skor dijumlahkan kemudian mengkategorikan status gizi
b. MUST
▪ Skor besar kondisi parah
▪ Skor dijumlahkan kemudian mengkategorikan status gizi
▪ Kategori berupa normal, beresiko malnutrisi, malnutrisi
c. NRS 2002
▪ Skor dijumlahkan kemudian mengkategorikan status gizi
▪ Kategori berupa normal, beresiko malnutrisi, malnutrisi
d.PDRS
▪ Skor dijumlahkan kemudian mengkategorikan status gizi
▪ Jawaban ya > 2 kondisi parah
26
Hipotesis

27
5
Pembahasan Learning Objektif

28
1. Apakah tujuan dari skrining Memprediksi kemungkinan dampak
gizi ? yang lebih baik atau lebih
buruk yg disebabkan faktor
gizi dan untuk mengetahui
Memprediksi kemungkinan dampak
pengaruh dari intervensi gizi
yang lebih baik atau lebih buruk
yang disebabkan oleh faktor gizi
dan untuk mengetahui pengaruh dari
intervensi gizi (Kurniasari, 2015)
Kesimpulan : untuk
Mengidentifikasi pasien atau mengidentifikasi dan
klien yang beresiko malnutrisi
atau kondisi khusus (PGRS, 2013)
memprediksi pasien yg
beresiko dan tdk beresiko
Penentuan langkah utama untuk pasien malnutrisi atau kondisi
oleh nutrisionis atau dietitian khusus agar dapat
terhadap asesmen gizi, diagnosis dan diberikan dukungan gizi
intervensi gizi (Skipper, 2012) secara cepat dan tepat
untuk menghindari dampak
Mengetahui tingkat resiko malnutrisi pasien
yg buruk dan menunjang
baru sedini mungkin sehingga pasien yang
beresiko malnutrisi dapat segera dikaji keberhasilan pengobatan
masalah gizinya dan mendapat intervensi gizi
yang tepat sehingga status gizi pasien selama
dirawat dapat diperbaiki dan tidak semakin 29
memburuk (ADA dalam Herawati, 2012)
2. Apa syarat atau prinsip dari Sederhana, efisien, cepat,
skrining gizi ? reliable, tidak mahal,
memiliki nilai nilai Se, Sp,
PPV, dan NPV yang dapat
Cepat (memerlukan waktu yg singkat agar
diterima.(Ismail, 2010)
bisa memprediksi pasien bersiko atau
tidak), disesuaikan dengan kondisi dan
kesepakatan di masing-masing RS (PGRS,
2013). Tidak menimbulkan resiko pada Sensitivitas yaitu hasil yang
individu (Herawati, 2014) tepat untuk mendeteksi
individu yang normal atau
sehat. Sedangkan spesifisitas
Dapat digunakan pada populasi dewasa yang yaitu hasil yang tepat untu
heterogen, menggunakan data rutin,cepat mendeteksi individu yang yang
digunakan karena sederhana, cepat dan mudah sakit. Nilai minimal dari
dalam pengisiannya, tidak memburuhkan tenaga sensitivitas dan spesifisitas
staff yang profesional bisa pasien atau menurut WHO berturut - turut
keluarga pasien tidak invasif, mudah, valid 35% dan 70% (Susetyowati,
dan berguna (Mueller, 2011) 2014)

30
3. Apa saja data yang diperlukan Data Skrining:
dalam skrining gizi ? 1. Data penurunan BB didapat
dari : antropometri
Data Skrining: (TB,BB,LILA,IMT)
1. Anamnesis riwayat gizi : asupan makan 2. Data penurunan asupan
termasuk komposisi dan pola makan makanan : asupan makan termasuk
komposisi dan pola makan
2. Biokimia : hasil pemerikasaan
laboratorium yang berkaitan dengan status 3. Data keparahan penyakit :
gizi, status metabolik, dan gambaran saat sakit menyebabkan stress
fungsi organ yang berpengaruh terhadap metabolik yang menyebabkan
timbulnya masalah gizi penurunan nafsu makan, biokimia
(hasil pemerikasaan lab yang
3. Antropometri : pengukuran fisik pada
berkaitan dengan status gizi,
individu yang dilakukan antara lain
status metabolik, dan gambaran
dengan pengukuran TB, BB, LILA, dll
fungsi organ yang berpengaruh
4. Fisik klinis : mendeteksi kelainan terhadap timbulnya masalah
klinis yang dapat berhubungan dengan gizi) (Herawati, 2014)
timbulnya masalah gizi,
5. Riwayat personal : obat-obatan atau
suplemen, sosial budaya, riwayat penyakit
dan data umum (Kemenkes, 2013)

31
3. Apa saja data yang diperlukan
dalam skrining gizi ?

Kesimpulan :
Kondisi pasien saat ini : TB,BB, LILA, IMT. Pasien khusus : tinggi lutut, panjang
lengan, lingkar kepala, lingkar panggul, dan sesuai kebutuhan (Kemenkes RI, 2013)
Kestabilan kondisi pasien : penurunan BB >5% (tidak stabil)
Kondisi pasien semakin buruk : asupan makan(komposisi dan pola makan) menurun dapat
menurunkan BB pasien
Perjalanan penyakit mempercepat malnutrisi : saat sakit stress metabolik yang
menyebabkan penurunan nafsu makan (tergantung kebijakan Rumah Sakit) (Rasmusen, 2010)

32
4. Bagaimana tatalaksana skrining
gizi?
Skrining gizi untuk mengetahui
Pasien yang beresiko masalah gizi
resiko. Yang beresiko dilakukan
dilakukan pengkajian gizi terlebih
assesmen untuk mengetahui asupan,
dahulu kemudian mengisi form asuhan
antrpometri, lalu diagnosis gizi.
gizi
Selanjutnya dilakukan intervensi :
1. menuliskan data diri assesmen edukasi gizi, edukasi + modifikasi,
2. diagnosa edukasi + diskusi dengan tim
kesehatan. Dilakukan monev dan tindak
3. menghitung kebutuhan energi lanjut.
4. menentukan intervensi Tidak beresiko : dilakukan skrining
5. rencana MONEV ulang dlm 7 hari kemudian. Yg
beresiko dilakukan asesmen sampai
6. melakukan monev tindak lanjut (Kemenkes 2013)
7. menulis nama data data pengkajian
(RS Baptis Batu, 2014).

33
4. Bagaimana
tatalaksana
skrining
gizi?

(Kemenkes RI, 2013) 34


5. Bagaimana proses dari skrining gizi?

1. Pasien yang masuk RS dibagi menjadi dua, yaitu rawat inap dan rawat jalan.
dilakukan skrining gizi sejak pasien masuk 1 x 24 jam oleh perawat ruangan
atau ahli gizi yang ada di ruangan tersebut untuk mengidentifikasi pasien
2. Mengisi identitas pasien di form
3. Pengukuran TB dan BB di awal. Pengukuran ditulis di form
4. Mengetahui kriteria dan meyesuaikan untuk pengguanan metode skrining atau
screening tools
5. Hasil skrining ditulis dalam form ke kemudian dilakukan pegakumulasian
atau penjumlahan skor dan membuat interpretasi dari hasil
6. Hasil skrining menunjukkan pasien beresiko maka dilanjutkan dg pengkajian
gzi oleh ahli gizi dengan langkah-langkah proses asuhan gizi standar yaitu
assesmen, diagnosis, interensi, dan monitoring evaluasi.
7. Pasien tidak bersiko maka dilanjutkan dengan skrining ulang setelah 1
minggu. Jika hasil skrining ulang menunjukkan pasien beresiko maka
dilanjutkan proses asuhan gizi standar (ASPEN, 2011)
35
5. Bagaimana proses dari skrining gizi?

▪ Pada pasien rawat inap :


▪ 1. Skrining gizi : Beresiko dan tidak beresiko
▪ 2. Assesmen gizi untuk pasien beresiko, yang tidak beresiko diberikan
diet normal. Untuk pasien yg tidak beresiko apabila sudah mencapai tujuan
akan diberhentikan intervensinya
▪ 3. Diagnosa gizi untuk pasien beresiko
▪ 4. Monev untuk pasien beresiko
▪ Pada pasien rawat jalan :
▪ 1. Skrining gizi
▪ 2. Asesmen gizi
▪ 3. Diagnosis gizi
▪ 4. Intervensi
▪ 5. Monintoring evaluasi secara berkala (PGRS, 2014)
▪ (Zahra dkk, 2014) 36

5. Bagaimana proses dari skrining gizi?

▪ Pada pasien rawat inap :


▪ 1. Skrining gizi : Beresiko dan tidak beresiko
▪ 2. Assesmen gizi untuk pasien beresiko, yang tidak beresiko diberikan
diet normal. Untuk pasien yg tidak beresiko apabila sudah mencapai tujuan
akan diberhentikan intervensinya
▪ 3. Diagnosa gizi untuk pasien beresiko
▪ 4. Monev untuk pasien beresiko
▪ Pada pasien rawat jalan :
▪ 1. Skrining gizi
▪ 2. Asesmen gizi
▪ 3. Diagnosis gizi
▪ 4. Intervensi
▪ 5. Monintoring evaluasi secara berkala (PGRS, 2014)
▪ (Zahra dkk, 2014) 37

6. Kapan waktu yang tepat dalam melakukan skrining
gizi?
▪ Skrining dilakukan 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. (Herawati, 2014)
▪ Pasien rawat inap diperiksa 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. Pasein yang
menunjukkan resiko malnutrisi akan dilanjutkan dengan proses asuhan gizi
terstandart. Pasien yang tidak mengalami malnutrisi dilanjut dilakukan
skrining ulang atau skrining lanjutan setelah 1 minggu. Jika hasil skrining
ulang menunjukkan pasien bersiko makan dilakukan proses asuhan gizi
terstandar. (Kemenkes, 2013)
▪ Dilakukan saat pertama kali masuk RS atau 14 hari pertama dan saat kondisi
pasien rawat inap stabil reskrining dilakukan secara periodik atau saat
kondisi pasien mengalami perubahan tertentu (Charney, 2008 dalam PGRS, 2014)
▪ Setelah pasien dirawat setelah 1 sampai 3 hari atau mengunjungi klinik rawat
jalan, perlu dilakukan asesmen awal atau skrining pada pasien untuk mengetahui
apakah pasien membutuhkan asuhan gizi khusus, skrining dilakukan sekali dalam
1 sampai 2 minggu untuk mencegah terjadinya keadaan gizi salah (Almatsier,
2010)
▪ Kesimpulan: acute care dalam 24 jam, long term care pada saat masuk RS atau 14
hari pertama, home care saat kunjungan tenaga medis (perawat). (Handayani,
38
2014)
7. Bagaimana tindak lanjut dari
skrining gizi?
Asesmen jika bersiko lalu dilakukan
intervensi dilanjutkan monev. Jika hasil skrining menunjukkan bahwa
pasien beresiko malnutrisi maka perlu
Pasien dilakukan follow up rutin secara
dilakukan monitoring dan evaluasi
periodik untuk melihat kondisi atau
gizi untuk melihat efektivitas dari
perubahan kondisi slema di RS. Re
intervensi yang diberikan. Monitoring
skrining pasien di RS dilakukan setiap
merupakan suatu langkah yang penting
minggu di rumah atau rawa jalan setiap
sebagai upaya pemenuhan zat gizi.
bulan sedangkan pada komunitas
Melalui monitoring asupan zat gizi
dilakukan pada setiap tahun. (BAPPN,
dapat diketahui sehingga bisa
2003)
dilakukan intervensi gizi sesuai
Pasien tidak bersiko maka skrining perubahan yang terjadi. Evaluasi
ulang setelah 1 minggu oleh perawat. status gizi digunakan untuk melihat
Pasien beresiko sedang dilakukan kondisi kondisi pasien yang berkaitan
skrining lanjut oleh ahli gizi. dengan kesehatannya (Susetyowati,
Pasien beresiko malnuris dilakukan 2014)
pengkajian gizi dan dilanjutkan dg
asuhan gzi terstandart oleh ahli
gizi. Pasien beresiko gangguan gizi
berat lebih baik ditangani secara tim
untuk mempercepat proses penyembuhan. 39
(Herawati, 2014)
7. Bagaimana tindak lanjut dari skrining
gizi?
▪ Kesimpulan : Pasien dilakukan follow up rutin secara periodik untuk
melihat kondisi atau perubahan kondisi selama di RS. Jika pasien tidak
bersiko malnutrisi maka dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu oleh
perawat. Pasien yang beresiko sedang malnutrisi dilakukan skrining lanjut
oleh ahli gizi. Pasien beresiko tinggi malnurtisi dilakukan pengkajian
gizi dan dilanjutkan dengan Asesmen jika bersiko lalu dilakukan
intervensi dilanjutkan monev.
▪ Pasien dilakukan follow up rutin secara periodik untuk melihat kondisi
atau perubahan kondisi slema di RS. Re skrining pasien di RS dilakukan
setiap minggu di rumah atau rawa jalan setiap bulan sedangkan pada
komunitas dilakukan pada setiap tahun. (BAPPN, 2003) asuhan gizi
terstandar oleh ahli gizi. Pasien beresiko gangguan gizi berat lebih baik
ditangani secara tim untuk mempercepat proses penyembuhan.

40
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

41
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

42
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

43
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

44
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

45
8. Apa saja tools yang digunakan dalam skrining gizi?

46
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

▪ 1) MST (Malnutrition Screening Tools)


▪ a. Melakukan skrining awal dengan
penimbangan BB dan TB jika belum ada
data BB dan TB untuk mengetahui data
pasien
▪ b. Pada metode MST, ada 2 pertanyaan
yang berhubunngan dengan penurunan
berat badan dan juga penurunan asupan
makanan karena penurunan nafsu makan
▪ c. Mencatat skor untuk masing-masing
parameter pertanyaan
▪ d. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah
ditentukan
▪ e. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut
beresiko atau tidak beresiko 47
(Susetyowati,2014)
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

b. Mencatat setiap kehilangan BB pasien


▪ 2) MUST (Malnutrition Universal berdasarkan tabel dalam waktu 3 sampai 6 bulan
Screening Tools) terakhir dan catat skor yang sesuai dengan
keadaan pasien
▪ a. Melakukan skrining awal dengan
penimbangan BB dan TB untuk mengetahui
IMT pasien dan catat skor yang sesuai
▪ - Jika tinggi tidak bisa diukur, gunakan
riwayat data pasien dengan menanyakan
langsung kepada pasien. Jika tidak
memungkinkan gunakan tinggi badan
estimasi. c. Menentukan efek dan skor dari parameter
▪ - Jika tinggi dan berat badan tidak bisa penyakit akut
didapatkan, gunakan LILA untuk mengukur
IMT estimasi.

d. Menjumlahkan total skor dan dibandingkan


dengan cut off/acuan yang sudah ditentukan
e. Membuat interpretasi hasil skrining dan
menentukan pasien tersebut beresiko atau tidak
beresiko (Handayani, 2015) 48
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

3) SNST (Simple Nutrition Screening Tool)


a. Melakukan skrining awal dengan parameter
pertanyaan kondisi pasien sekarang, penurunan
berat badan, penurunan asupan makan, dan
riwayat penyakit tanpa ada pengukuran
antropometri
b. Memberikan skor 0 untuk setiap jawaban tidak
dan 1 untuk jawaban ya pada setiap pertanyaan
c. Menjumlahkan total skor dan dibandingkan
dengan acuan yang sudah ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining dan
menentukan pasien tersebut beresiko atau tidak
beresiko (Susetyowati, 2014)

49
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

4) STRONGKIDS (Screening Tool for Risk On


Nutritional Status and Growth)
a. Metode STRONGKIDS terdiri dari pertanyaan
yang menggambarkan kondisi fisik pasien,
penurunan BB, keadaan klinis, dan penyakit
penyerta yang meningkatkan resiko malnutrisi.
b. Mencatat skor untuk masing-masing parameter
pertanyaan
c. Menjumlahkan total skor dan dibandingkan
dengan acuan yang sudah ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining dan
menentukan pasien tersebut beresiko atau tidak
beresiko (Susetyowati,2014)

50
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

5) NRS 2002 (Nutrition Risk Score-2002)


Tahap 1 : Initial screening
a.Pada tahap ini tenaga kesehatan hanya
mengisi pertanyaan yang berhubungan dengan
IMT, penurunan BB, dalam 3 bulan, penurunan
asupan makan, riwayat penyakit dengan jawaban
ya atau tidak

c. Mencatat skor untuk masing-masing


parameter pertanyaan
Tahap II : Final Screening
d. Menjumlahkan total skor dan dibandingkan
▪ b. Pada skrining lanjut mengisi pertanyaan dengan acuan yang sudah ditentukan
yang berhubungan dengan gangguan status
e. Membuat interpretasi hasil skrining dan
gizi,kegawatan penyakit, dan usia dengan
menentukan pasien tersebut beresiko atau51
melingkari yang ada
tidak beresiko (Jun Ye,2018)
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

6) SPNRS (Simple Pediatrics Nutritional Risk


Score)
a. Melakukan skrining dengan melihat kondisi
patologis pasien yang ditentukan menjadi 3
bagian
b. Mengidentifikasi food intake dengan 24
recall
c. Mencatat skor untuk masing-masing parameter
pertanyaan
d. Menjumlahkan total skor dan dibandingkan
dengan acuan yang sudah ditentukan
e. Membuat interpretasi hasil skrining dan
menentukan pasien tersebut beresiko atau tidak
beresiko (Novianti, 2017)

52
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

7) NRI (Nutrition Risk Index)


a. Melakukan skrining dengan data pasien yang dibutuhkan
yaitu BB dan albumin
b. Menghitung menggunakan rumus
c. Membuat interpretasi hasil perhitungan dan menentukan
pasien tersebut beresiko atau tidak beresiko berdasarkan
dari kategori yang sudah ditentukan (Susetyowati, 2014)

53
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

8) SGA (Subjective Global Assessment)


a. Melakukan skrining dengan pengisian
form. Dengan cara mengisi titik-titik
(.....) dan memberikan tanda V pada ( )
atau tanda O pada A,B,C,D untuk jawaban
yang dipilih
b. Pertanyaan berkaitan dengan
penurunan BB selama 6 bulan terakhir,
asupan makan, dan gejala
gastrointestinal.
c. Mencatat skor untuk masing-masing
parameter pertanyaan
d. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah
ditentukan
e. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut beresiko
atau tidak beresiko

54
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

9) GNRI (Geriatric Nutrition Risk 10) PYMS (Pediatrics Yorkhill


Index) Malnutrition Score)

a. Menghitung BB aktual dan BB ideaL a. Melakukan skrining terdiri dari 5


langkah pertanyaan yang berkaitan
b. Mencari data albumin dengan IMT, penurunan BB, penurunan
c. Menghitung nilai GNRI melalui rumus asupan makan, dan kebutuhan gizi yang
dipengaruhi oleh kondisi anak
d. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah b. Mencatat skor untuk masing-masing
ditentukan parameter pertanyaan
e. Membuat interpretasi hasil skrining c. Menjumlahkan total skor dan
dan menentukan pasien tersebut beresiko dibandingkan dengan acuan yang sudah
atau tidak beresiko (Luo, 2016) ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut beresiko
atau tidak beresiko (Herlianto, 2019)

55
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

10) PYMS (Pediatrics Yorkhill


Malnutrition Score)
a. Melakukan skrining terdiri dari 5
langkah pertanyaan yang berkaitan
dengan IMT, penurunan BB, penurunan
asupan makan, dan kebutuhan gizi yang
dipengaruhi oleh kondisi anak
b. Mencatat skor untuk masing-masing
parameter pertanyaan
c. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah
ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut beresiko
atau tidak beresiko (Herlianto, 2019)

56
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

10) PYMS (Pediatrics Yorkhill


Malnutrition Score)
a. Melakukan skrining terdiri dari 5
langkah pertanyaan yang berkaitan
dengan IMT, penurunan BB, penurunan
asupan makan, dan kebutuhan gizi yang
dipengaruhi oleh kondisi anak
b. Mencatat skor untuk masing-masing
parameter pertanyaan
c. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah
ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut beresiko
atau tidak beresiko (Herlianto, 2019)

57
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

11) NSSA (Nutrition Service Screening


Assesment)
a. Melakukan skrining dengan pengisian
catatan medik
b. Melingkari jawaban pada kriteria
evaluasi
c. Membuat kesimpulan interpretasi
hasil skrining dan menentukan pasien
tersebut beresiko atau tidak beresiko
(Susetyowati, 2014)

58
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

12) STAMP (Screening Tools for


Assessment of Malnutrition in Pediatric)
a. Melakukan skrining dengan 3 parameter
yang diukur yaitu : Diagnosis, asupan
makanan, dan pengukuran antropometri.
b. Merincikan apakah memiliki dampak
terhadap gizi menggunakan tabel
c. Mengetahui kebiasaan anak untuk
mengetahui asupan gizi
d. Menimbang dan mengukur tubuh anak
sesuai tabel untuk menginterpretasi data
e. Menjumlahkan nilai ketiga langkah
f. Menyusun rencana asuhan sesuai
pedoman (Susetyowati, 2014)

59
9. Bagaimana metode atau penggunaan dari tools skrining gizi?

13) MNA (Mini Nutritional Assessment)


a. Metode MNA terdiri dari skrining gizi
dengan 18 pertanyaan dengan 4 kelompok :
pengukuran antropo, kondisi secara umum
(penyakit), penilaian asupan diet,
penilaian subjektif
b. Mencatat skor untuk masing-masing
parameter pertanyaan
c. Menjumlahkan total skor dan
dibandingkan dengan acuan yang sudah
ditentukan
d. Membuat interpretasi hasil skrining
dan menentukan pasien tersebut beresiko
atau tidak beresiko (Susetyowati,2014)

60
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
▪ 1) MST (Malnutrition Screening Tools)
▪ - Jika total skor = 0 atau 1 pasien
dikatakan tidak beresiko malnutrisi
▪ - Jika total skor > 2 pasien dikatakan
resiko gizi kurang (Susetyowati,2014)

▪ 2) MUST (Malnutrition Universal Screening


Tools)
▪ - Skor 0 = resiko redah, pasien perlu
dilakukan asuhan rutin dan skrining ulang
▪ - Skor 1 = resiko sedang, pasien perlu
pantauan lebih
▪ - Skor 2 = resiko tinggi, pasien perlu
treatment (Susetyowati,2014)
61
10. Hasil dan interpretasi
3) SNST (Simple Nutrition
Screening Tool)
- Jika total Skor 0-2 pasien
dikatakan tidak beresiko
malnutrisi
- Jika total Skor >3 pasien
dikatakan beresiko malnutrisi
(Nemo, 2017)

4) STRONGKIDS (Screening Tool


for Risk On Nutritional
Status and Growth)
- Jika total Skor 0 = pasien
beresiko rendah malnutrisi
- Jika total Skor 1-3 = pasien
62
resiko sedang malnutrisi
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
6) SPNRS (Simple Pediatrics
Nutritional Risk Score)
- Jika total Skor 1 -2 pasien
beresiko rendah malnutrisi
beresiko sedang
- Jika total Skor >=3 pasien
beresiko rendah malnutrisi
beresiko tinggi (Moeeni, 2012)
7) NRI (Nutrition Risk Index)
- Jika total skor > 100 pasien
dikatakan tidak malnutrisi
- Jika total skor 97,5 -100
dikatakan malnutrisi ringan
- Jika total skor 83,5 - 97,4
pasien dikatakan malnutrisi
63
sedang
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
▪ 8) SGA (Subjective Global Assessment)
▪ - A = Gizi baik / normal (skor A pada lebih dari 50% kategori
atau peningkatan signifikan)
▪ - B = Gizi ringan/sedang (tidak terindikasi jelas pada A atau C)
▪ - C = Gizi buruk (skor C pada lebih dari 50% kategori tanda-tanda
fisik signifikan)

▪ 9) GNRI (Geriatric Nutrition Risk Index)


▪ - Jika total skor < 82 pasien dikatakan malnutrisi resiko tinggi
▪ - Jika total skor 82 sampai < 92 pasien dikatakan malnutrisi
resiko sedang
▪ - Jika total skor 92 sampai < 98 pasien dikatakan malnutrisi
resiko rendah
▪ - Jika total skor > 98 pasien dikatakan tidak beresiko (Kemenkes,
64
2018)
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
▪ 10) PYMS (Pediatrics Yorkhill Malnutrition Score)
▪ - Jika total skor 0= pasien dikatakan tidak beresiko
▪ - Jika total skor 1-2 = pasien dikatakan resiko rendah
▪ - Jika total skor 1-3 = pasien dikatakan resiko tinggi (Moeeni, 2012)

▪ 11) NSSA (Nutrition Service Screening Assesment)


▪ - Pasien dikatakan beresiko malnutrisi jika terdapat minimal 3
kriteria
▪ - Pasien dikatakan tidak beresiko jika nilai < 3 (Susetyowati, 2014)

▪ 12) STAMP (Screening Tools for Assessment of Malnutrition in


Pediatric)
▪ - Jika total Skor > 4 pasien dikatakan resiko tinggi malnutrisi
▪ - Jika total Skor 2-3 pasien dikatakan resiko sedang malnutrisi 65
10. Hasil dan Interpretasi Skrining
13) MNA(Mini Nutritional Assessment)
- Jika total skor 12-14 pasien dikatakan normal
- Jika total skor 8-11 pasien dikatakan beresiko malnutrisi
- Jika total skor 0-7 pasien dikatakan malnutrisi (Susetyowati, 2014)

66
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
Ø Untuk alat skrining gizi anak yang paling direkomendasikan, paling
reliable adalah PYMS (Pediatrics Yorkhill Malnutrition Score) (Wonoputri
2014 dalam Handayani 2015)
Ø Untuk alat skrining gizi dewasa dibagi menjadi 2 :
- Sektor komunitas yang paling direkomendasikan adalah MUST dipakai
karena memiliki validitas internal dan eksternal yang bagus dan
prediktor outcome yang baik (Handayani, 2015)
- Rumah sakit yang paling direkomendasikan adalah MST karena lebih
efisien dan cepat, pertanyaan lebih sederhana, nilai Se dan Sp 93-95%,
tidak tergantung nilai antropo dan lab (Herawati, 2014)
Ø Untuk alat skrining gizi lansia yang paling direkomendasikan adalah
MNA (Bookhost, 2014). MNA memiliki hubungan yang erat dengan outcome
pasien seperti lama rawat inap, status pulang, dan indikator biokimia
untuk menggambarkan status gizi. MNA juga bisa dilakukan oleh tenaga
yang tidak terlatih dengan waktu 20 menit saja unutk pengisiannya.
67
(Susetyowati, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. “Penuntun Diet”. Instalasi Gizi Perjan RS Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietitien Indonesia. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Anthony, et, al. 2008. The Mini Nutritional Assessment its history,
today's practice, and future perspectives. Nutrition in clinical
practice, 23(4), 388-396.
Andini R, dkk, 2016. Studi komparatif beberapa metode skrining
penilaian status gizi pada pasien dewasa rawat inap rumah sakit.
Jurnal gizi klinik Indonnesia Vol 14 no. 2
Harimawan, A dkk, 2011. Kajian metode subjective global assesment
(SGA) dan Nutrition services screening assessment ( NSSA) sebagai
status gizi awal pasien dewasa sebagai prediktor lama rawat insp dan
status pulang. Jurnal Klinik Indonesia, vol. 7 no.3: 99 - 106.
Herawati, H., Sarwiyata, T. dan Alamsyah, A. 2014. Metode Skrining Gizi
di Rumah Sakit dengan MST Lebih Efektif dibandingkan SGA. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 28(1), hal. 68–71. 68

Herlianto, B., Sidiartha, I.G.L. and Pratiwi, I.G.A.P.E., Validity of


DAFTAR PUSTAKA
Joosten, et, al. 2024. Nutritional screening tools for Hospitalized
children : Methodological consideration. Journal Clinical Nutrition
33 : 1-5.
Jun Ye, X., et al. 2018. Comparison of three common nutritional
screening tools with the new European Society for Clinical Nutrition
and Metabolism (ESPEN) criteria for malnutrition among patients with
geriatric gastrointestinal cancer: a prospective study in China. BMJ
open, 8(4), p.e019750.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Moeeni, V., Day, Andrew S. 2012. Nutritional Risk Screening Tools in
Hospitalized Children. International Journal of Child Health and
Nutrition. 2012, 1, 39-43.
Novianti, et, al. 2017. Screening Nutritional Risk in Hospital Children.
Comparisn of two isntrument. Journal Pediatric Indonesia 57(3) : 1-
Nutrition Education Material Online “NEMO” team. 2017. Validated 69

Malnutrition Screening and Assessment Tools: Comparison Guide.


DAFTAR PUSTAKA
Riskiyah dkk, 2016. Faktor ysng mempengaruhi pemahaman kepala ruang
rawat insp tentang pelaporan kinerja utilitad bangsal di RS. Jurnal
kedokteran Brawijaya volume 9 no. 3
RS Baptis Batu. 2014. Panduan Skrining Gizi Rumah Sakit Baptis Batu.
Junrejo-Batu: RS Baptis Batu.
Skipper, A. et al. (2012) “Nutrition screening tools: An analysis of the
evidence,” Journal of Parenteral and Enteral Nutrition, 36(3), hal.
292–298.
Susetyowati, dkk. 2012. Pengembangan Metode Skrining Gizi untuk Pasien
Dewasa Rawat Inap. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 8, No. 4:188-
194.
Susetyowati, dkk. 2014. Development, Validation and Reliability of the
Simple Nutritional Screening Tool (SNST) for Adult Hospital Patient
in Indonesia. Pakistan Journal of Nutrition Vol.13, No.3, : 157-163.
Velasco, C. et al. (2011) “Comparison of four nutritional screening
tools to detect nutritional risk in hospitalized patients: A
70
multicentre study,” European Journal of Clinical Nutrition, 65(2),
Thanks!
ANY QUESTIONS?

71

Anda mungkin juga menyukai