Anda di halaman 1dari 26

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


Mampu mengetahui gambaran umum (patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala,
manifestasi klinis, factor resiko dan jenis alergi) penyakit alergi secara umum dan
alergi makanan pada bayi. Mengetahui pemeriksaan alergi yang digunakan pada
anak. Mengetahui tujuan prinsip syarat diet untuk alergi makanan. Mengetahui
fase pemberian MP-ASI yang tepat sesuai dengan usia dan jenis makannanya.
Mengetahui bahan makanan MP-ASI yang tepat untuk An. A serta mengetahui diet
yang tepat untuk An. A dengan kondisi alergi.
B. SKENARIO
Oh Anakku...
An. A jenis kelamin laki-laki, saat ini berusia 7 bulan. Sejak lahir dia sudah
mendapatkan susu formula karena ibu tidak bisa menyusui dengan alasan air susu
tidak bisa keluar. Pada saat usia 6 bulan An. A mendapatkan makanan
pendamping ASI antara lain pisang, pepaya dan bubur instan. Pada usia 7 bulan
mulai diperkenalkan telur. Setelah mengkonsumsi telur muncul gejala muntah,
diare, ada warna kemerahan dan bengkak pada sekitar mulut dan bibir, sehingga
An. A di bawa ke Rumah Sakit untuk menjalankan test/ pemeriksaan. Dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa An. A mendapatkan obat dan dirujuk ke poli gizi
untuk mendapatkan diet yang tepat. An. A diminta untuk kontrol dan ke poli gizi
dua bulan dan tiga bulan kemudian untuk mengetahui keadaan dan perubahan
diet.
C. DAFTAR UNCLEAR TERMS
1. Anamnesis
2. Alergi
3. Susu Formula
4. MP ASI
D. DAFTAR CUES
Ahli gizi diharapkan mampu membuat diet yang tepat untuk anak A dengan
kondisi alergi.
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana Gambaran umum dari alergi? (PES , faktor resiko, manifestasi klinis
2.
3.
4.
5.

dan jenis alergi secara umum)


Bagaimana Patofisiologi dan Etiologi alergi khusus pada bayi?
Pemeriksaan apa yg digunakna untuk mendeteksi alergi pada anak?
Bagaimana TPS diet bayi (usia 1 th) Alergi makanan ?
Bagaimana fase pemberian MP ASI yg tepat sesuai dg usia dan jenis
makanannya?
1

6. Apa saja BM MP ASI yang tepat untuk anak A?


F. HASIL BRAINSTORMING
Unclear Terms
1. Anamnesis
KBBI: keterangan tentang kehidupan seseorang yang diperoleh melalui
wawancara
Dorland: mengingat kembali sejarah masa lalu mengenai pasien dan keularga
Dorland: Ingatan imunologi
Dorland: berdasarkan ingatan pasien
Kesimpulan: keterangan tentang kehidupan seseorang yang diperoleh dengan
mengingat kembali sejarah masa lalu mengenai pasien dan keluarga
berdasarkan ingatan pasien melalui wawancara
2. Alergi
Dorland: keadaan hipersensitif yang didapat melalui pajanan terhadap alergen
tertentu dan pajanan ulang menimbulkan manifestasi akibat kemampuan
bereaksi yang berlebihan
KBBI: reaksi tubuh yang ditandai dengan bengkak dan bisul terhadap kuman
penyakit
Oxford: kondisi yang menyebabkan seseorang beraksi buruk atau merasa sakit
ketika makan atau bersentuhan dengan hal tertentu
Kesimpulan : keadaan hipersensitif pada tubuh yang didapat melalui pajanan
terhadap alergen tertentu dan pajanan ulang menimbulkan bengkak dan
merasa sakit ketika makan atau bersentuhan dengan hal tertentu
3. Susu Formula
Kamus Gizi: Susu hewan mamalia yang dikemas menjadi tepung dengan
komposisi zat gizi utama mendekati komposisi ASI
Kamus Pangan dan Gizi : Susu sapi yang komposisinya dimodifikasi hingga
menyerupai susu manusia untuk memberi makan bayi
Kesimpulan: susu sapi yang dimodifikasi hingga menyerupai ASI yang dikemas
menjadi tepung.
4. MP ASI
Kamus Gizi: Makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
yang didapatkan dari ASI

Problem Identification (PI)


1. Bagaimana Gambaran umum dari alergi? (PES , faktor resiko, manifestasi klinis
dan jenis alergi secara umum)
PATOFISIOLOGI

Ketika ada alergen masuk ke dalam tubuh, tidak ada sistem imunitas /
reseptor sedikit sehingga dapat memacu tubuh untuk mengeluarkan tanda
dan gejala alergi.
Awlanya di dalam tubuh seseorang yang memiliki reagen terhadap beberapa
alergen misal, makanan. Sistem imun di sel darah putih yang mengeluarkan
histamin yang dapat menimbulkan alergi
Terjadi perubahan reaktifitas, tubuh hipersensitivitas dengan ditandai respon
yang berlebihan terhadap benda asing kemudian terdapat mediator-mediator
primer seperti antibodi dan bukan limfosit T, sehingga terjadi T dan G alergi
Alergen merangsang limfosit untuk memproduksi Ig E sbg antibodi. Lalu AB
melekat pada sel, jika makanan dikonsumsi maka akan meningkatkan
histamin yang memicu alergi
ETIOLOGI
benda asing yg masuk ke dlm tubuh,
terpapar debu,
zat alergen
riwayat pemberian asi yg buruk, menyebabkan imunitas berbeda dg normal
konsumsi makanan sumber protein tinggi
mutasi gen
TANDA DAN GEJALA

gatal-gatal
diare
bengak
bercak pada kulit
kulit kemerahan
sesak nafas
mual muntah
bersin-bersin
demam
pusing

FAKTOR RESIKO

keturunan
pemilihan BM yg kurang tepat
jarang mengkonsumsi BM ttt
lingkungan kurang bersih

MANIFESTASI KLINIS

Bengkak, bernanah, daerah gatal menjadi panas.


Kematian, dapat terjadi karena bengkak terdapat pada aliran pernafasan
Asma
Bekas pada kulit
3

JENIS ALERGI

Alergi
Alergi
Alergi
Alergi

Makanan
Debu
bakteri, dingin, obat, gastrointestinal, laten, fisik, polen, polivalen
Atopi

2. Bagaimana Patofisiologi dan Etiologi alergi khusus pada bayi?


PATOFISIOLOGI
Ketika ada alergen masuk ke dalam tubuh, tidak ada sistem imunitas /
reseptor sedikit sehingga dapat memacu tubuh untuk mengeluarkan tanda
dan gejala alergi.
Awlanya di dalam tubuh seseorang yang memiliki reagen terhadap beberapa
alergen misal, makanan. Sistem imun di sel darah putih yang mengeluarkan
histamin yang dapat menimbulkan alergi
Terjadi perubahan reaktifitas, tubuh hipersensitivitas dengan ditandai respon
yang berlebihan terhadap benda asing kemudian terdapat mediator-mediator
primer seperti antibodi dan bukan limfosit T, sehingga terjadi T dan G alergi
Alergen merangsang limfosit untuk memproduksi Ig E sbg antibodi. Lalu AB
melekat pada sel, jika makanan dikonsumsi maka akan meningkatkan
histamin yang memicu alergi
ETIOLOGI

benda asing yang masuk ke dalam tubuh,


terpapar debu,
zat alergen
riwayat pemberian asi yang buruk, menyebabkan imunitas berbeda dengan

normal
konsumsi makanan sumber protein tinggi
mutasi gen
Karena sistem pencernaan belum matang,

sehingga

semakin

tinggi

pemberian susu formula dapat memicu tingginya resiko teerkena alergi


3. Pemeriksaan apa yg digunakna untuk mendeteksi alergi pada anak?
Pemeriksaan Limfosit darah
Pemeriksaan fisik klinis
Pemeriksaan menggunakan tusuk jarum pada tangan dengan berdasarkan
bagian alergen pada tangan
Pemeriksaan menggunakan cairan di dalam tabung dan menggunakan kawat,
Pemeriksaan AB Ig E
4. Bagaimana TPS diet bayi (usia 1 th) Alergi makanan ?

TUJUAN
Pemberian diet digunakan untuk mengurangi gejala alergi
Memenuhi kebutuhan pasien
Menghindari terjadnya keprahan tanda dan gejala
PRINSIP

Diet Alergi
Protein rendah
Tinggi energi
Diet eliminasi, anak dihindarkan dari segala macam bahan makanan yang

menimbulkan alergi pada anak tersebut


Diet Provokasi, jika tidak ditemukan bahan makanan yang menimbulkan
alergi, diberikan bahan makanan yang kemungkinan menimbulkan alergi
untuk mengetahui alergi makanan yang sebenarnya
SYARAT
3-5 hari pertama dibebaskan dari bahan makanan yang beresiko terhadap
alergi
Diatas 5 hari, perlahan2 diberikan bahan makanan yang memiliki unsur
menimbulkan alergi
Porsi kecil tapi sering
Dihindari susu sapi diganti dengan susu kedelai, dan susu MCT
Hindari makanan protein tinggi
5. Bagaimana fase pemberian MP ASI yg tepat sesuai dg usia dan jenis
makanannya?
FASE

Usia 6 bulan, pemberian makanan cair, misal: pisang dicairkan


Diatas 6 bulan, pemberian makanan lunak
Usia 7-8 bulan, makanan lunak
Usia 9 bulan, makanan kasar
Usia 11 bulan, makanan biasa
Diatas 6 bulan, diberi fingerfood misal: biskuit
6-7 bulan, ASI, buah dan bubur susu
7-8 bulan, ASI, buah dan bubur susu + nasi tim saring

6. Apa saja BM MP ASI yang tepat untuk anak A?


Wortel dengan pemasakan rebus lunak
Pisang, alpukat
Bubur susu
Tahu, tempe, kacang2n, kedelai, gula, terigu, margarin (Protein nabati)
Campuran beras merah
5

G. HIPOTESA

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


Problem identification
1. Bagaimana Gambaran umum dari alergi? (PES , faktor resiko, manifestasi klinis
dan jenis alergi secara umum)
7

PATOFISIOLOGI

Pada saat paparan awal alergi, alergen makanan akan dikenali oleh sel
penyaji antigen untuk selanjutnya mengekspresikan sel T secara langsung atau
melalui sitokin. Sel T tersensitisasi dan merangsang sel B menghasilkan antibodi
dari berbagai subtipe seperti IgG, IgA, IgM dan IgE. Pembuatan antibodi IgE
dimulai sejak paparan awal dan terus berlanjut. Pada paparan selanjutnya mulai
terjadi produksi sitokin oleh sel T. Sitokin mempunyai berbagai efek terhadap
berbagai sel terutama menarik sel-sel radang misalnya neutrofil dan eosinofil,
sehingga menimbulkan reaksi peradangan (Akib et al., 2009).
Secara imunologis, untuk mencegah respon imun terhadap semua allergen
yang masuk ke tubuh, diperlukan respon yang ditekan secara selektif yang
disebut toleransi/hiposensitisasi. Kegagalan untuk melakukan toleransi akan
memicu produksi antibody IgE berlebihan yang spesifik terhadap allergen. Ketika
allergen masuk, akan memicu IgE yang telah berikatan dengan sel mast untuk
melepas berbagai mediator (histamine, prostaglandin,dan leukotrien) yang
efeknya akan menyebabkan vasodilatasi, sekresi mucus, kontraksi otot polos dan
influx sel inflamasi lain sebagai bagian dari hipersensitivitas gejala alergi
(Rengganis dan Yunihastuti, 2007 dalam Dinar, 2009)
ETIOLOGI
Adanya paparan debu (Nency, 2005)
Alergi terhadap makanan (Nency, 2005)
Imaturitas usus, secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik
merupakan pelindung masuk nya alergen ke dalam tubuh. secara kimiawi
asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen.
Secara imunologik IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina
8

propia dapat menangkal alergen masuk ke dalam tubuh. pada usus imatur,
sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal fungsi sehingga
memudahkan alergen masuk ke dala tubuh (Judarwanto, 2005).
Pajanan berulang pada alergen (Sari, 2013)
Manusia yang mengalami alergi disebabkan oleh protein alergen kecil yang
terhirup dan memicu produksi IgE pada individu yang peka (Rifai, 2011).
SIGN AND SYMTOMPS
Judar(Judarwanto, 2005)
ORGAN/SIST

GEJALA DAN TANDA

EM TUBUH
1

Sistem Pernapasan

Bayi lahir dengan sesak (Transient Tachipneu Of The


newborn), cold-like respiratory congestion (napas
berbunyi/grok-grok).

Sistem Pencernaan

sering rewel/colic malam hari, hiccups (cegukan),


sering ngeden, sering mulet, meteorismus, muntah,
mual, kram, sering flatus, berak berwarna hitam atau
hijau,

berak

timbul

warna

darah.

Lidah

sering

berwarna putih. Hernia umbilikalis, scrotalis atau


inguinalis.
3

Telinga

Hidung Sering

Tenggorok

bersin,

Hidung

berbunyi,

kotoran

hidung

berlebihan. Cairan telinga berlebihan. Tangan sering


menggaruk atau memegang telinga.

3
4

Sistem

Pembuluh Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri dada,

Darah dan jantung

colaps, pingsan, tekanan darah rendah

Kulit

Erthema

toksikum.

Dermatitis

atopik,

diapers

dermatitis.
urticaria, insect bite, berkeringat berlebihan.
5

Sistem

Saluran Sering kencing, nyeri kencing, bed wetting (ngompol)

Kemih

Frequent, urgent or painful urination; inability to


control

bladder;

bedwetting;

vaginal

discharge;

itching, swelling, redness or pain in genitals; painful


intercourse.
6
7

Sistem

Susunan Sensitif,

sering

kaget

dengan

rangsangan

Saraf Pusat

suara/cahaya, gemetar, bahkan hingga kejang.

Mata

Mata berair, mata gatal, kotoran mata berlebihan,


bintil pada mata, conjungtivitis vernalis.
9

FAKTOR RESIKO
Faktor lingkungan
o Paparan mikroba menyebabkan gejala klinik alergi makanan (Krause, 2008)
o Polutan dapat meningkatkan produksi IgE 20-50 kali lebih banyak pada
seseorang yang sering terpapar polutan sehingga meningkatkan resiko
terjadinya polusi (Rifai, 2011)
o Menurunnya kejadian infeksi dan paparan terhadap mikroba merupakan
salah satu penyebab dari meningkatnya penyakit atopi pada populasi
(Mahan, 2008)
Regulasi Sitokin
o Sitokin mempunyai peran sentral yang sama dalam reaksi alergi (oleh sel
mast). Penyimpangan respon imun/ gangguan keseimbangan kearah Th2
akan memberikan kemudahan proses perkembangan alergi. Banyak terjadi
dalam fase maternal. (Damayanti, 2010).
Dietetik
o Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekambuhan
dermatitis

atopic

pada

bayi

dan

anak,

terutama

makanan

yang

mengandung tinggi protein. (Damayanti, 2010).


Faktor Genetik
o Bila ada salah satu orang tua yang menderita gejala alergi maka dapat
menurunkan resiko pada anak sekitar 20 40%, ke dua orang tua alergi
resiko meningkat menjadi 40 - 80%. Sedangkan bila tidak ada riwayat alergi
pada kedua orang tua maka resikonya adalah 5 15% (Judaarwanto, 2005).
o Seseorang dengan riwayat keluarga atopi akan mempunyai jumlah IgE dan
eosonofil yang lebih banyak dibandingkan dengan orang normal (Rifai,2011)
o Penelitian menyebutkan bahwa kelompok anak dengan gangguan pada usia
kurang dari 3 tahun yang menetap sampai 6 tahun mempunyai predisposisi
ibu atopi (asma, rinitis, dermatitis atopik), dibandingkan dengan kelompok
anak mengi tidak menetap ibu tidak atopi (Paramita, 2011)
Keturunan dan Atropi
o Keturunan merupakan peran utama dalam perkembangan penyakit atropi
infeksi masa kanak-kanak berkurang dan eksposur mikroba sebagai
penyebab meningkatnya kejadian penyakit atropi dalam populasi sehingga
terjadi alergi. (Kathleen L, 2008)
Faktor Perinatal
o Paparan lingkungan selama kehamilan dapat mempengaruhi berbagai aspek
perkembangan melalui perubahan pada ekspresi gen janin (Global Atlas of
Allergy, 2014)
Permeabilitas Saluran Cerna
o Permeabilitas saluran cerna pada bayi muda dimana mukosa belum matur
dianggap menjadi penyebab allergen mudah masuk ke dalam tubuh melalui
mukosa yang belum matur tersebut
10

(Ezendom, 2010)
Allergc March
Perjalanan penyakit alergi yang mengikuti suatu kurve. Contoh dermatitis
atopik dan alergi makanan sering menjadi manifestafi klinis pertama pada
usia 6 bulan. Berlanjut untuk beresiko ke alergi debu dan tungau yang
akan terjadi pada usia prasekolah (Paramita 2011)
MANIFESTASI KLINIS
ORGAN/SISTEM

GEJALA DAN TANDA

TUBUH
1

Sistem Pernapasan

Batuk, pilek, bersin, mimisan, hidung

buntu,

sesak(astma),

sering

menggerak-

gerakkan /mengusap-usap hidung

asma: mengi atau nafas berbunyi ngik,

tidur terganggu karena sesak, kalimat terputus


karena sesak, mengi setelah aktifitas olahraga,
batuk kering malam hari bukan karena flu.
(Nency, 2005)

Kesulitan

bernafas

berat

yang

disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan


diperkuat dengan hipersekresi mukus. Edema
laring dapat memperberat persoalan dengan
menyebabkan

obstruksi

saluran

pernafasan

bagian atas. Tanpa intervensi segera, dapat


terjadi vasodilatasi sistemik (syok anafilaktik),
dan penderita dapat mengalami kegagalan
sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit
(Sinaga,2009)

Mata gatal, pilek encer, pembengkakan


kongestif, kesulitas bernafas akibat kontriksi
2

Sistem Pencernaan

otot
Nyeri

perut,

kali/perhari),

sering

buang

gangguan

air

buang

besar
air

(>3
besar

(kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak


di celana, berak berwarna hitam atau hijau,
berak ngeden), kembung, muntah
3

Telinga
Tenggorok

Hidung Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal,


pilek, post nasal drip, epitaksis, salam alergi,
11

rabbit nose, nasal creases


Hidung : tersumbat, secret jernih atau encer,
hidung

gatal,

bersin-bersin,

menurunnya

ketajaman penciuman (christanto dan oedono,


2011)
Tenggorok :
palatum

tenggorokan nyeri/kering/gatal,

gatal,

suara

parau/serak,

pendek (berdehem),

batuk

Telinga :

telinga terasa penuh/ bergemuruh/berdenging,


telinga

bagian

dengan

dalam

gendang

gatal,

telinga

nyeri

telinga

kemerahan

atau

normal, gangguan pendengaran hilang timbul,


terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan
di

telinga

tengah,

pusing,

gangguan

keseimbangan.
4
5

Sistem

Pembuluh Palpitasi, flushing (muka ke merahan), nyeri

Darah dan jantung

dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah,

Kulit

Sering

gatal,

dermatitis,

urticaria,

bengkak di bibir, lebam biru kehitaman, bekas


hitam seperti digigit nyamuk,

berkeringat

berlebihan.

Angioedema adalah pembengkakan yang

terjadi pada jaringan subkutan dan submukosa


karena meningkatnya permeabilitas vaskuler
yang disebabkab keluarnya mediator vasoaktif.
Hal ini terjadi seringkali bersama urtikaria
(disebut
Urtikaria

sindrom
dan

urtikaria-angioedema).
angioedema

memiliki

patofisiologis yang sama termasuk vasodilatasi


akut

pembuluh

kecil

dan

peningkatan

permeabilitas vaskuler yang memicu ekstravasi


plasma

dan

makromolekul

pada

dermis

superficial (urtikaria) atau dermis bagian dalam


dan

jaringan

subkutan

(angioedema).

Angioedema paling sering ditemukan pada


bagian leher, mencakup wajah, bibir, dasar
12

mulut,

lidah,

Angioedema

dan

pangkal

disaluran

tenggorokan.
gastrointestinal

menyebabkan edema usus, gejalanya berupa


nyeri kolik abdomen, mual, muntah dan diare.
(Global Atlas of Allergy, 2014)
Sistem Saluran Kemih Nyeri, urgent atau sering

dan kelamin

kencing,

nyeri

kencing, bed wetting (ngompol); tidak mampu


mengintrol

kandung

kemih;

mengeluarkan

cairan di vagina; gatal, bengkak atau nyeri


pada alat kelamin. Sering timbul infeksi saluran
kencing
7

Sistem Susunan Saraf NEUROANATOMIS :Sering sakit kepala, migrain,


Pusat

kejang gangguan tidur.


NEUROANATOMIS

FISIOLOGIS:

Gangguan

perilaku : emosi berlebihan, agresif, impulsive,


overaktif,

gangguan

belajar,

gangguan

konsentrasi, gangguan koordinasi, hiperaktif


8

Jaringan

otot

hingga autisme.
dan Nyeri tulang, nyeri otot, bengkak di leher

tulang
9

Mata

Mata berair, mata gatal, sering belekan, bintil


pada mata. Allergic shiner (kulit di bawah mata
tampak ke hitaman).

(Judarwanto, 2005) (christanto dan oedono, 2011)


JENIS ALERGI

Alergi debu
Alergi obat
o faktor resiko: riwayat alergi sebelumnya dengan obat yang sama,
pemberian parenteral dan topical, pemberian sering dan lama, infeksi
virus tertentu (IDAI, 2009)
o Hasil tes tidak akan merubah manajemen
o Hanya ada beberapa jumlah alergi obat yang dapat dilakukan tes
o Tes kulit dapat mendeteksi IgE antibody tersedia untuk penisilin dan

insulin tapi akurasinya terbatas (kira-kira 80%) (BPAC, 2011)


Alergi makanan
o Alergi makanan tetap : melibatkan respon IgE. Gejala dalam waktu
beberapa detik sampai jam setelah dengan allergen. Sensitivitas
menetap bertahun tahun bahkan dalam waktu yang tidak terbatas.
(sudewi et al 2009)
13

Alergi hewan
Alergi musim
o Alergi serbuk sari : allergen berasal dari serbuk sari rumput atau pohon.
Rute masuk nya melalui inhalasi, gejala dapat berupa pilek, namun juga
dapat menyebabkan kematian jika terjadi kolaps pada sistem sirkulasi

(anafilaksis sistemik) (Rifai, 2011)


Alergi Kontak Dermatitis
o Reaksi inflamasi yang muncul terlambat lebih dari 12 jam setelah
berhubungan dengan alergen disebut juga sebagai reaksi hipersensitif

yang terlambat (BPAC, 2011)


Alergi bahan kimia
o Misalnya tidak tahan terhadap zat yang terkandung dalam parfum atau

deterjen (Choirul, 2014)


Alergi Rhinitis
o Gejala : hidung berair, gatal pada mata, mulut atau kulit, bersin-bersin,
o
o
o
o

hidung tersumbat, kelelahan


Alergen : Outdoor serbuk sari dari pohon, gulma, dan rumput
Indoor rambut hewan, debu, tungau, jamur
Iritan rokok, parfum, asap kendaraan/mesin
Terjadi dalam 2 bentuk :

o Musiman Gejala tampak pada musim semi, panas, dan gugur (karena
serbuk sari dari pohon, gulma, dan rumput yang tumbuh pada musim
tersebut)
o Bertahun-tahun Dikarenakan debu, tungau, kecoa, jamur, rambut
hewan
(American College of Allergy Asthma and Immunology, 2014)

2. Bagaimana Patofisiologi dan Etiologi alergi khusus pada bayi?


PATOFISIOLOGI
Sebagian besar alergi makanan dasarnya adalah reaksi hipersensitivitas tipe
III yang diperankan oleh kompleks antigen-antibodi. Reaksi alergi makanan
dapat timbul tanpa keterlibatan IgE, seperti pada trombositopenia akibat
alergi terhadap susu sapi yang diperankan oleh reaksi antibodydependent
cell-mediated

cytotoxicity

(reaksi

hipersensitivitas

tipe

II),

dan

reaksi

kompleks antigen-antibodi (reaksi hipersensitivitas tipe III) dan reaksi


imunologik lain, seperti antibodi anti-IgA gliadin pada celiac disease. Pada
reaksi hipersensitivitas tipe lambat (reaksi hipersensitivitas tipe IV), gejalanya
timbul setelah beberapa jam sampai beberapa hari kemudian dan sering
memberikan gejala pada saluran cerna (Christanto, 2011)
14

Pada bayi normal seharusnya pola Th1 dan Th2 seimbang, namun pada bayi
atopi keseimbangan lebih berat pada pola Th2. Pada saat kehamilan, memang
Th2 lebih mendominasi, akan tetapi seharusnya setelah lahir keseimbangan
Th1 dan Th2 dapat tercapai. Namun pada bayi atopi keseimbangan tersebut
tidak bisa dicapai. Ketidakseimbangan ini lah yang dapat menimbulkan gejala
alergi (Harsono, 2005)
Kegagalan tubuh untuk dapat mentoleransi suatu makanan akan merangsang
imunoglobulin E (IgE), yang mempunyai reseptor pada sel mast, basophil dan
juga pada sel makrofag, monosit, limfosit, eosinofil dan trombosit dengan
afinitas yang rendah. Ikatan IgE dan alergen makanan akan melepaskan
mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien dan akan menimbulkan
vasodilatasi, kontraksi otot polos dan sekresi mucus yang akan menimbulkan
gejala reaksi hipersensitivitas tipe I. Sel mast yang aktif akan melepaskan
juga sitokin yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I yang lambat.
Bila alergen dikonsumsi berulang kali, sel mononuklear akan dirangsang untuk
memproduksi histamin releasing factor (HRF) yang sering terjadi pada
seorang yang menderita dermatitis atopi. (Siregar 2010)
Fungsi utama saluran cerna ialah memproses makanan yang dikonsumsi
menjadi bentuk yang dapat diserap dan digunakan untuk energi dan
pertumbuhan sel. Selama proses ini berlangsung, mekanisme imunologik dan
non-imunologik berperan dalam pencegahan masuknya antigen asing ke
dalam tubuh.
1. Non imunologik
Menghalangi antigen makanan masuk ke mukosa dengan cara:
- Peristaltik usus
- Lapisan mucus di usus
- Komposisi membran mikrovili usus
Memecah antigen yang masuk dengan cara:
- Asam lambung dan pepsin
- Enzim pancreas
- Enzim usus
- Aktivitas lizosim sel epitel usus
2. Imunologik
Menghalangi antigen masuk ke mukosa usus. S-IgA spesifik

dalam lumen usus


Membersihkan antigen yang telah menembus mukosa usus
IgA dan IgG spesifik dalam serum
Sistem retikuloendotelial

Pada bayi baru lahir kadar SIgA dalam usus masih rendah sehingga antigen
mudah menembus mukosa usus dan kemudian dibawa ke aliran darah sistemik.
(Siregar, dkk., 2006)
15

ETIOLOGI
Alergen dalam makanan: merupakan protein, glikoprotein, atau polipeptida
dengan besar molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan enzim
proteolitik (Wahyuningsih, 2013)
Jenis-jenis allergen pada makanan :
Pada susu sapi : BLG (Betalaktoglobulin), ALA (Alflalaktalbumin), BSA

(Bovin FERUM Albumin) dan BGG (Bovin Gama Globulin)


Pada telur : ovomukoid dan ovalbumin
Pada gandum : albumin, pseudoglobulin dan euglobulin
Pada kacang tanah : arachin, conacachi, dan peanut-1
Pada soya : albumin, visilin, dan legumin
Pada udang : tropomiosin
Pada penyedap rasa : aspartame, nitrit, monosodium glutamate
Pengkonsumsian susu sapi protein lengkap atau protein kedelai dapat
menyebabkan dermatitis atopik

(Christanto dan Oedono, 2011)

Imaturasi usus secara fungsional (ex: fungsi asam lambung, enzim-enzim usus,
glycocalix) maupun fungsi-fungsi imunologis (ex: Ig A sekretorik) memudahkan
penetrasi alergen makanan. Imaturasi juga mengurangi kemampuan usus
mentoleransi makanan tertentu. (Wahyuningsih, 2013)

3. Pemeriksaan apa yg digunakna untuk mendeteksi alergi pada anak?

Pemeriksaan Fisik dan Klinis: melihat gejala dan tandanya


anafilaktik syok: tekanan darah menurun, kesadaran menurun, bila tidak
tertangani dapat mengakibatkan kematian (Sudewi dkk, 2009)
Pemeriksaan penunjang
a. Menurut Sudewi dkk, 2009):
eosinofil total
eosinofil darah tepi
eosinofil dalam sekret
kadar serum IgE total dan spesifik
uji kulit
uji provokasi:
Immuno CAP Phadiatop Infant -> untuk bayi
Berguna untuk mendeteksi Ig E pada bayi hingga usia 2 tahun.
Apabila dibandingkan dengan skin prick test (SPT) dan RAST pada
bayi dengan hasil SPT dan RAST seluruhnya positif atau negatif, maka
PI memiliki sensitivitas 96%, spesifisitas 98%, nilai prediktif positif
89%, dan nilai prediktif negatif 99% namun pada bayi dengan hasil
SPT atau RAST positif, PI menunjukkan sensitivitas 82%, spesifisitas
98%, nilai prediktif positif 94%, dan nilai prediktif negatif 95%.
16

Dengan demikian PI dapat digunakan sebagai pemeriksaan alergi


pada bayi karena dapat menggantikan SPT dan tidak memerlukan
seleksi antigen spesifik baik pada SPT maupun RAST.
b. Menurut Christanto, 2011:
Pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis alergi makanan
meliputi:
1. Catatan buku harian pasien, berisi catatan semua jenis makanan
dan gejala yang timbul untuk jangka waktu tertentu. Hal ini
memberikan informasi yang sangat berharga, terutama pada kasus
kronik.
2. Uji diagnostik
o Tes alergi makanan tipe tetap
Tes cukit kulit (prick test)
Modifikasi tes cukit kulit (modified prick test)
Tes tempel (patch test)
Uji IgE spesifik
o Tes alergi makanan tipe siklik
Intracutaneousprogressive dilution food test (IPDFT)
Tes provokasi makanan (doubleblind placebo-controlled food
challenge, DBPCFC
Pemeriksaan Tusuk Kulit (skin prick test)
merupakan uji lini pertama yang baik untuk semua hipersensitivitas
makanan. Kelebihannya murah, cepat, 95% nilai prediksi negative, dan
sensitivitasnya baik. Namun mustahil dilakukan pada eksema yang meluas
karena

kulit

yang

bersih

untuk

memungkinkan

pemeriksaan

tidak

mencukupi (Webster-Gandy et al, 2012)


Beberapa hal harus diperhatikan pada uji tusuk kulit :
Beberapa jenis makanan tidak dapat dilakukan uji tusuk kulit sebab
tidak stabil misalnya buah jeruk, pisang, pear, melon, kentang, dan
wortel.
Anak dibawah usia 1 tahun sering memberikan hasil uji kulit negative
palsu, yang sebenarnya ia alergi makanan IgE Mediated.
Anak dibawah usia 2 tahun mempunyai ukuran uji kulit lebih kecil
Uji kulit tidak dapat dikerjakan pada pasien dengan reaksi anafilaksisUji
kulit intradermal tidak dilakukan pada alergi makanan, disebabkan
bahaya terjadinya reaksi anafilaksis.
(Siregar, 2008).
Uji IgE spesifik
digunakan untuk mengevaluasi kasus alergi makanan yang diperantarai IgE.
Seperti pada tes cukil kulit, hasil negatif tes ini dapat menyingkirkan alergi
makanan yang diperantarai IgE; namun, bila positif, tidak memastikan
diagnosis. (Christanto dan Oedono, 2011)
17

Uji Provokasi
DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab
secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan
membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa
pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children
Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan
cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC
tersebut

dengan

melakukan

Eliminasi

Provokasi

Makanan

Terbuka

Sederhana (Judarwanto, 2005)


Double blind placebo-controlled fod challenge (DBPCFC)
Alergen disamarkan dan diberikan secara oral lalu pasien dimonitor
reaksinya. Pasien juga dites dengan placebo. Petugas medis serta pasien
tidak tahu nama yang placebo dan mana yang alergen.
Sublingual testing
Meneteskan ekstrak allergen yang diletakkan dibawah lidah lalu dilihat
gejala yang terjadi (Bahna, 2010)
4. Bagaimana TPS diet bayi (usia 1 th) Alergi makanan?
TUJUAN

Menghindari gejala lebih lanjut


Memperbaiki toleransi makanan
Mempertahankan status gizi optimal
Agar anak dapat tumubuh dan berkembang secara optimal
Memberikan alternatif sumber zat gizi
Mengurangi gejala alergi dan mengurangi komplikasi
Mempertahankan diet bergizi dan seimbang untuk pasien

(Raymond, 2008; Wahyuningsih, 2013)


PRINSIP
Diet Eliminasi
Diberikan pada pasien-pasien yang alergi makanan dengan gejala alergi berulang
Prinsip diet : mula-mula diberikan makanan yang jarang menimbulkan alergi dan
menghindari makanan yang sering menimbulkan alergi, kemudian secara
berangsur diberikan makanan yang diketahui sering menimbulkan alergi.
Beberapa makanan harus dihindari yaitu buah, susu, telur, ikan dan kacang.
- Minimal Diet 1 (Modified Rowes Diet 1): terdiri dari beberapa makanan dengan
indeks alergenitas yang rendah. Makanan yang diperbolehkan yaitu: air, beras,
daging sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, gula, garam dan susu formula
kedelai. Bahan makanan yang lain tidak diperbolehkan.
- Minimal Diet 2 (Modified Rowes Diet 2): terdiri dari makanan-makanan dengan
indeks alergenitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya: air,
18

kentang, daging kambing, kacang merah, buncis, kubis. Bahan makanan yang
lain tidak diperkenankan.
(Wahyuningsih, 2013)
Diet Provokasi
Diberikan kepada pasien bila diet emilinasi tidak berhasil menemukan bahan
makanan penyebab alergi
Syarat : Diberikan bahan makanan ikan, telurm udang, susu satu per satu
masing-masing selama 2-4 hari. Bila sesudah makan salah satu bahan makanan
timbul gejala alergi, dapat dikatakan makanan tersebut yang menimbulkan alergi
(Buku

Panduan

Diet

Instalasi

Gizi

RSUD

Dr.

Saiful

Anwar

Malang,

2014;

Wahyuningnsih, 2013)
Tinggi energi, cukup lemak, cukup karbohidrat, cukup protein (Ruliana, 2014)
SYARAT
Eliminasi susu sapi hingga usia 1 tahun
Pemberian ASI sangat dianjurkan
Hindari makanan penyebab alergen
Sayur mayur bisa dianjurkan sebagai pengganti buah
Dilakukan provokasi dengan 1 bahan makanan setiap minggu. Makanan yang
menimbulkan gejala alergi pada provokasi dicatat. Disebut allergen kalau pada 3
kali provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut.
Bila allergen telah ditemukan, maka bahan makanan provokasi harus dihindari
sebaik mungkin dan makanan-makanan yang tergolong hipoalergenik dipakai
sebagai pengganti.
Energi tiinggi diatas kebutuhan biasa, dengan memerhatikan umur dan jenis
kelamin
Protein diberikan 10-15% total energi
Lemak diberikan 25-35% total energi
Karbohidrat diberikan 50-65% total energi
Susunan makanan sama dengan susunan makanan anak sehat
(Ruliana, 2014; Wahyuningsih, 2013)

5. Bagaimana fase pemberian MP ASI yg tepat sesuai dg usia dan jenis makanannya?
Menurut Depkes RI 2007 dalam Setiawan 2009, pemberian makanan pada bayi dan
anak usia 0 24 bulan yang baik dan benar adalah sebagai berikut:
19

a. Usia 0 6 bulan
Diberikan ASI eksklusif tanpa pemberian makanan lain
Diberikan hanya air susu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali
sehari pagi, siang maupun malam (KEMENKES RI, 2010)
b. Usia 6 12 bulan
6 7 bulan
Makanan dalam bentuk lumat dimuali dari bubur susu sampai nasi tim lunak
2x sehari
6 bulan: 6 sendok makan
7 bulan: 7 sendok makan
8 bulan: 8 sendok makan
9 12 bulan
Makanan dalam bentuk bubur nasi sampai nasi tim diberikan sebanyak 3x
sehari
9 bulan: 9 sendok makan
10 bulan: 10 sendok makan
11 bulan: 11 sendok makan
beri makanan saringan 2x sehari diantara waktu makan, seperti bubur
kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan sebagainya.
Pemberian ASI tetap dilakukan
Pola pada MP ASI: Telur, ayam, ikan tahu, tempe, daging sapi, wortel,
c. Usia

bayam, kacang hijau, santai dan lain sebagainya.


1 2 tahun
Makanan lunak atau nasi lunak
Berikan buah-buahan
Bantu anak makan sendiri
ASI diberikan hingga anak usai 2 tahun

(Setiawan, 2009)
d. Usia 12 24 bulan
Jenis makanan yang diberikan : nasi tim, sari buah, biscuit (jumiyati , 2014)
Bayi tetap diberikan ASI dan makanan lengkap sekurang kurangnya sehari
3x dengan porsi setengah dan makanan selingan 2-3x (Anggraeni, 2009)
Diberikan makanan padat yang merupakan makanan keluarga (secara
bertahap sesuai kemampuan anak) dengan porsi 1/3 orang dewasa, terdiri
dari nasi, lauk, sayur, dan buah. (Kemenkes RI, 2010).
6.Apa saja BM MP ASI yang tepat untuk anak A?

Dalam jenis buah-buahan: Pepaya, pisang, jeruk manis. (Jumiyati, 2014)


Golongan beras dan serealia, karena berdaya alergi rendah

20

Sumber protein (tahu, tempe, daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan.

(Setiawan, 2009)
Karena anak A alergi telur, maka makanan sumber tinggi protein hewani yang
dapat menggantikan telur adalah daging/ayam yang bisa diberikan pada anak A
dalam bentuk cincangan. Untuk sumber protein nabati dapat diberikan mashed
kacang polong, kacang hijau, dan kacang merah. Untuk sumber karbohidrat dapat

diberikan mashed kentang atau sereal gandum (oat). (childrens hospital, 2008)
Air tomat saring
Air wortel saring (KEMENKES RI, 2010)
Foods Allowed
Foods To Avoid
Elimination Diet Level l: Milk-, Egg-, and Wheat-Free
Animal protein
Lamb, chicken, turkey, beef,
Cow's milk, chicken eggs
sources

pork

Vegetable

Soy milk, soybeans, other

protein sources

beans, lentils

Grains or

White potato, sweet potato,

alternative

yams, rice, tapioca, arrowroot,

starches

buckwheat, corn, barley, rye,

Wheat

millet, oats
All vegetables

Butter and margarines

Vegetables

Cane or beet sugar, maple

that include milk

Fruits

synrp, corn syrup

Sweeteners

Soy oil, corn oil, safflower oil,

Oils

coconut oil, vegetable oil, olive


oil, peanut oil, milk-free
margarines
Salt, all spices
Egg Allergy

Foods and Ingredients to Avoid


Albumin
Apovitellin
Dried eggs
Eggrog
Egg white
Egg yolk
Globulin
Hollandaise sauce

Avidin
Egg solids
Flavoprotein
Imitation egg

Bernaise sauce
Egg substitutes
Frozen eggs
Livetin

Lysozl'rne
Ovoglobulin
Ovomuxoid

product
Meringue
Ovomucin
Simplesse

Ovalbumin
Ovomucoid
Vitellin

Mayonnaise
Ovoglycoprotein
Powdered egg

Egg Substitutes( Equivalent to 1 Egg)


1 packet plain gelatin + 1 c boiling water - 3 Tbsp of this mxture
3 Tbsp pureed apple
1/4 cup pureed prunes
21

1 tbsp ground flaxseed mixed with 3 Tbsp of water


I tsp yeast dissolved in cc warm water
I medium banana
I Tbsp fruit puree
l Tbsp water + 1 Tbsp oil + I tsp baking powder
2 Tbsp fruit juice, milk, milk substirute, or water
1/4 cup soft tofu, beaten
(Raymond, 2008)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
Ahli gizi diharapkan mampu membuat diet yang tepat sesuai dengan kondisi alergi
yang diderita pasien. Ahli gizi mampu mengetahui gambaran umum patofisiologi,
etiologi, tanda dan gejala, manifestasi klinis, factor resiko dan jenis alergi penyakit
alergi secara umum dan patofisiologi serta etiologi alergi makanan pada bayi. Ahli
gizi mengetahui pemeriksaan alergi yang digunakan sesuai untuk anak-anak. Ahli
gizi mengetahui tujuan prinsip syarat diet untuk alergi makanan serta pemilihan
bahan makanan untuk makan pasien juga harus sangat dipertimbangkan oleh ahli
gizi agar penyakit tidak semakin parah. Ahli gizi mengetahui fase pemberian MPASI yang tepat sesuai dengan usia 0-24 bulan dan jenis makannanya dari
pemberian ASI hingga pemberian makanan padat yang merupakan makanan
keluarga. Ahli gizi mengetahui bahan makanan MP-ASI yang tepat untuk An. A
dengan memperhatikan makanan yang dianjurkan dan dihindari
B. REKOMENDASI
Berdasarkan pada Problem Based Learning untuk minggu keduabelas ini,
mahasiswa mampu mengetahui dan memahami serta manambah pengetahuan
22

mengenai diet yang tepat untuk penyakit alergi. Dimana pada konteks ini
mahasiswa mampu mempelajari dan berpikir kritis mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan diet yang tepat untuk penyakit ini. Sehingga
diharapkan dengan adanya skenario tersebut dapat mempermudah mahasiswa
dalam proses pembelajaran dan pemahamannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, wenti wahyu. 2009. Faktor faktor yang berhubungan dengan usia pertama
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) di Kelurahan Genuksari kecamatan
Genuk kota Semarang. Semarang
BPAC, 2011. What Are The Different Types of Allergy?
Christanto, Anton. 2011. Manifestasi Alergi Makanan pada Telinga, Hidung, dan
Tenggorok. Yogyakarta
Children Allergy Center. Rumah Sakit Bunda. Jakarta
Damayanti, Frida. 2010. Hubungan Antara Asma, Rinitis Alergik, dengan Immunoglobulin
E Spesifik
Depkes RI, 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Kementerian Kesehatan RI: 20
Dinar, Agatha. 2009. Reaksi Hipersensitivitas Sebagai Dasar Mekanisme Alergi Terkait
dengan Faktor Nutrisi. Scribe

23

Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri
Kesehatan Anak. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Bakti Husada.
European Academy of Allergic and Clinical Immunology. 2014. Global Atlas of Allergy
Gizi & Dietetika, Joan Webster-Gandy et.al, 2014. Oxford Handbook of Nutrition and
Dietetics. Jakarta: EGC, 2014
Harsono, Ariyanto. 2005. Pencegahan Primer Penyakit Alergi. FKUnair RSU Dr.Soertomo.
Surabaya
Judarwanto, Widodo. 2005. Alergi Makanan Diet pada Autism. Children Allergy Center.
Jakarta
Jumiyati. (2014). Pemberian MP ASI Setelah Anak Usia 6 Bulan.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kathleen L, S. E.-S. (2008). Nutritiot and Dietetics. Krauses, Food and Nutrition Therapy.
Mahan, Escott-Stump. 2008. Krauses Food and Nutrition Theraphy 12th Edition
Management of Foo and Allergy inth United State
National Institute of Allergy and Infectious Disease. 2015. Guideline for the Diagnosis and
Nency, Yetty Movieta. 2005. Prevalensi dan Faktor Risiko Alergi pada Anak Usia 6-7 Tahun
di Semarang. Tesis. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Siponegoro
Paramita, O.D., 2011. Hubungan Asma, Rinitis Alergik, Dermatitis Atopik dengan IgE
Spesifik pada Anak Usia 6-7 Tahun. , pp.726
Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak; Kementerian Kesehatan RI; 2010
Pudjiadi, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Indonesia
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. 2014. Buku Panduan Diet. Instalasi Gizi RSSA Malang
Raymond, Janice. 2008. Krauses Food and Nutrition Therapy. United States: Elsevier
Saunders
Rifai, Muhaimin. 2011. Alergi dan Hipersensitif. Universitas Brawijaya. Malang
Sari, Cut Yulia Indah. 2013. Inflamasi Alergi pada Asma. CDK-207. Vol.40, No.8.

24

Setiawan, Albertus. 2009. Pemberian MP-ASI Dini dan Hubungannya dengan Kejadian
Infeksi pada Bayi 0 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Cipayung, Kota Depok
Tahun 2009. Skripsi. Depok: Gizi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Siregar. Dkk. 2006. Pentingnya Pencegahan Dini dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. Sari
Pediatri Vol.7 No.4 Maret 2006 : 237-243
Siregar, S.P., 2010. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. , 3, pp.6878.
Siregar, Sjawitri. 2008. Alergi Makanan Pada Bayi dan Anak. Sari Pediatri, Vol.3,
Desember 2008 : 168-174
Sudewi, N. P., Kurniati, N., & Munasir, Z. (2009). Berbagai Teknik Pemeriksaan untuk
Menegakkan Diagnosis Penyakit Alergi. Sari Pediatri, 11(3).
The Childrens Hospital at Westmead, Sydney Childrens Hospital, randwick and
Koleidoscope, Hunter Childrens Health Network. 2008. Babys First Food Australia.
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Graha Ilmu. Yogyakarta

TIM PENYUSUN

A. KETUA
Fajar Abdillah

135070300111028

B. SEKRETARIS
1. Yuni Erikawati

135070300111029

2. Ardhilla Aprilia U

135070300111030

C. ANGGOTA
1. Hasmah

135070300111031

2. Puteri Aisyaffa N. A. N

135070300111032

3. Ali Akbar Velayati

135070300111027
25

4. Bella Amalia P

135070300111033

5. Sukma Kurnia M

135070300111010

6. Miranti Arsi W.M

135070300111011

7. Maria Princessa M.M

135070300111012

8. Alviena Ramadhan

135070300111013

9. Stephani Nesya R
10.

135070300111014
Aqmarina Diah S
135070300111016

11.

Kautsar Annisaa S
135070300111036

12.

Anna Fadhilah K
135070300111037

13.

Fadlillah Dzaky A
135070300111038

D.

FASILITATOR
Kak Risty Medisa

E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
- Sangat mengarahkan jalannya diskusi sesuai dengan Learning Objective yang
dituju
- Sudah cukup membimbing mahasiwa menjadi terlatih dan bersungguh-sungguh
dalam mengikuti pembelajaran metode Problem Based Learning
- Sangat memotivasi seluruh anggota diskusi untuk berpartisipasi aktif dalam
jalannya Problem Based Learning
- Sudah menengahi proses diskusi yang sedikit mengalami masalah (perbedaan
pendapat yang terus menerus)
- Mengarahkan mahasiswa apabila topik yang dibicarakan menyimpang dari
pembahasan yang sebenarnya
2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR
-

Mahasiswa mengetahui secara rinci mengenai alergi dan alergi makanan pada

bayi
Mahasiswa mengetahui diet yang tepat untuk kondisi alergi pada An. A

26

Anda mungkin juga menyukai