Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM-BASED LEARNING

PBL Blok Klinik


SKENARIO “Malnutrisi Ga Ya?”
Minggu ke-1
Tanggal 5 September 2017 s.d 8 September 2017

Grup F
DINDA WIDYA HAVSARI 155070300111005
SONNY WITANTO 155070300111015
FALYA AYU ANANDEA 155070300111021
DEWI MAULIYA NURJANNAH 155070300111029
NUR HABIBAH FAJR`INA 155070300111037
SARI TRISNAWATI 155070301111001
REGITA PUSPANINGASRI 155070301111015
NUR RAHMA DESIANA 155070301111023
MARCELLINA MAGDALENA S. E. 155070301111032
BELLA AMALIA FABIANA 155070301111043
WIZURAINI SATITI 155070307111005
NOVIARA KINARI 155070307111014
IHDINA LINGGAR PUJI ASTUTI 155070307111017

JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2
ISI ............................................................................................................................................. 3
A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI ......................................................................................... 3
B. SKENARIO................................................................................................................................. 3
C. DAFTAR UNCLEAR TERM.......................................................................................................... 3
D. DAFTAR CUES ........................................................................................................................... 4
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE ................................................................................................ 4
F. HASIL BRAINSTORMING ........................................................................................................... 4
G. HIPOTESIS ................................................................................................................................ 23
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE ...................................................................................... 23
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................................................................. 47
REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 48
TIM PENYUSUN .......................................................................................................................... 50

2
ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Mahasiswa dapat melakukan skrining gizi kepada pasien.
2. Mahasiswa dapat membedakan screening tools yang tepat untuk berbagai tipe pasien.
3. Mahasiswa dapat menentukan screening tools yang cocok digunakan kepada pasien sesuai dengan
kondisi pasien tersebut.

B. SKENARIO
Rumah Sakit “Harapan Kita” merupakan rumah sakit rujukan yang terdiri dari bagian IPD, IKA, Bedah,
Obgyn dengan pasien yang terdiri dari berbagai kelompok usia. Semua pasien yang masuk RS akan dilakukan
skrining gizi sebagal salah satu uaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kejadian malnutrisi di
rumah sakit.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM


1. Skrining Gizi :
Proses untuk mengidentifikasi individu yang mengalami malnutrisi atau berisiko malnutrisi untuk
menentukan pemeriksaan lebih lanjut (nutritional assessment).
(ASPEN dalam Charney (2008) dalam Handayani, 2015)
Suatu cara mengidentifikasi sesorang yang mengalami risiko malnutrisi atau sedang mengalami
malnutrisi.
(Mueller et, al., 2011)
Proses mengidintifikasi individu mengalami malnutrisi atau tidak utk mendapatkan pemeriksaan lebih
lanjut dan dilakukan secara cepat oleh tenaga kesehatan yang mempunya ijin (Falya,2017).
2. Malnutrisi :
Keadaan patologis diakibatkan kekurangan atau kelebihan nutrisi yg diperlukan oleh tubuh.
(Supariasa dkk, 2014)
3. IPD (Ilmu Penyakit Dalam) :
Ilmu stase di RS yg menangani orang dewasa meliputi penyakit non bedah mencakup hampir seluruh
tubuh manusia.
(RSCM, 2014)
Menangani diagnosis dan penanganan organ dalam orang dewasa.
(American College of Physicians, 2002)
4. IKA (Ilmu Kesehatan Anak) :
Mencakup kesehatan anak mencakup perawatan hingga pengobatan penyakit anak.
(Dorland, 2015)
3
IKA memiliki 3 bidang pediatric IKA klinik, IKA pencegahan, IKA sosial.
(Departemen Ilmu Kesehatan Anak UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017)
5. Obgyn :
Terdiri dari 2 kata obstetri (mengkaji kehamilan, masa nifas) dan ginekologi (penyakit kelamin pada
wanita). Ilmu kedokteran yg mendalami pencegahan penyakit, diagnosis, perawatan, dan bedah
terkait sistem reproduksi wanita.
(ACS,2017 ; Dorland, 2017)
6. Bedah :
Cabang ilmu kedokteran menangani tentang luka, cedera atau deformitas yang ditangani secara
manual atau dengan proses pembedahan
(Dorland, 2015)
Bedah adalah ilmu kesehatan fokus pada teknik pembedahan yang bertujuan menyembuhkan
gangguan kesehatan akibat penyakit atau cedera (Wizu, 2017).

D. DAFTAR CUES
Ahli gizi diharapkan mampu melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi hasil skrining gizi dalam
berbagai kelompok usia dan semua stase di RS “Harapan Kita” dalam upaya mengurangi malnutrisi.

E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE


1. Apakah tujuan, syarat, serta mekanisme skrining gizi?
2. Apa saja perbedaan dan kelebihan screening tools pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia atau
pada kondisi khusus (IPD, IKA, Bedah, Obgyn)?

F. HASIL BRAINSTORMING
DISKUSI DK 1
Unclear Term
1. IPD
Sebuah bagian di RS yang menangani ilmu penyakit dalam.
2. Obgyn
Suatu stase di RS mengenai saluran kelamin pada wanita.
Cabang kedokteran yang berhubungan dengan kehamilan, masa nifas.
3. Skrining gizi
Metode menganalisis, mengidentifikasi risiko apakah seseorang harus menangani penanganan
lanjut atau tidak.
4. Bedah
Memotong, membuka penyakit dalam (mengoperasi).
Bagian stase RS yg menangani pembedahan medis (sebelum & sesudah).
5. Malnutrisi

4
Keadaan gizi kurang karena asupan zat gizi dibawah atau diatas anjuran yang disarankan.
Keadaan gizi kurang dalam jangka waktu yang lama.
6. IKA
Pediatric, llmu kesehatan anak. Ilmu yang mempelajari pengobatan, penyakit pada anak.

Cues
- Dilakukan skrining kepada pasien untuk menentukan ada tidaknya risiko malnutrisi atau
mengalami malnutrisi untuk ditindak lanjuti.
- Mengevaluasi skrining gizi.
- Ahli gizi diharapkan dapat melakukan skrining gizi dalam upaya pengurangan tingkat malnutrisi di
RS.
- Pasien yang masuk RS akan dilakukan terlebih dahulu untuk mengidintifikasi pasien yang berisiko
terhadap kejadian malnutrisi dan untuk menerapkan tipe diet yang diberikan.
- Ahli gizi diharapkan mampu melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi skrining gizi.
- Ahli gizi diharapkan mampu melakukan skrining gizi untuk berbagai kelompok usia.
- Skrening bisa dilakukan kapan saja, asessment hanya saat divonis terkena penyakit.
- Skreening tidak memiliki keahlian khusus, asessment butuh keahlian.
- Skreening bisa dilakukan tenaga kesehatan.
Disepakati oleh kelompok cues untuk scenario week 1 adalah “Ahli gizi diharapkan mampu
melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi hasil skrining gizi dalam berbagai kelompok usia dan
semua stase di RS “Harapan Kita” dalam upaya mengurangi malnutrisi.”

Problem Identification
- Apakah syarat skrining?
- Assessment apa saja yang dilakukan dalam melakukan skrining gizi?
- Bagaimana cara melakukan skrining gizi?
- Apakah tujuan dilakukan skrining gizi?
- Apakah indikator seseorang dikatakan malnutrisi?
- Apa saja metode dari skrining gizi?
- Kelompok usia berapa yang rentan terkena malnutrisi?
- Apa saja skrining tools yang diperlukan untuk pasien anak-anak, dewasa, dan lansia?
- Mekanisme skrining gizi yang tepat?
- Penyebab terjadinya malnutrisi di RS.
- Stase apakah yang memiliki risiko manutrisi lebih besar?
- Apakah faktor risiko yang menyebabkan kejadian malnutrisi?
- Apakah ada perbedaan antara metode skrining tools yang ada dan kelebihan masing-masing?

5
- Apa ada perbedaan skrining tools antara tiap stase dan kondisi?
- Kapan dilakukannya skrining?
Disepakati oleh kelompok 2 problem identification antara lain:
1. Apakah tujuan, syarat, serta mekanisme skrining gizi
Syarat:
 Mudah diterapkan, efektif, efisien, cepat, reliable, sensitifitas, spesifisitas,murah,
sederhana.
 Reliable: diukur dengan alat yang berbeda hasilnya sama. Bertujuan mendekati hasil
yang sama sama dengan keadaan pasien sebenarnya.
 Sensitifitas: skrining tools mampu signifikan membedakan yang berisiko atau tidak
Tujuan:
Untuk mengetahui pasien berisiko atau tidak terkena malnutrisi, dalam upaya mengurangi
kejadian malnutrisi
Mekanisme:
Pasien datang, diberikan skrining tools pada saat awal pasien masuk RS (1x24 jam) (data
primer/rekam medis), berisiko/tidak, jika berisiko lanjut ke ADIME, jika tidak di monitoring
dan skrining ulang setiap 1 minggu.
Waktu:
Diberikan skrining tools pada saat awal pasien masuk RS (1x24 jam)
Sumber data skrining tools:
 Data yang dipakai BB, PB, TB, IMT, kemampuan menelan, mual muntah, kebiasaan
konsumsi makan.
 Penurunan berat badan atau tidak.
 Penurunan nafsu makan atau tidak.
 Faktor stress suatu penyakit.
 GCS.
2. Apa saja perbedaan dan kelebihan skrining tools pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia
atau pada kondisi khusus (IPD, IKA, BEDAH OBGYN)
Jenis jenis:
 Dewasa: MUST (malnutrition unilever screening tools); MST (malnutrition screening
tools); NRS 2002.
 Anak-anak: NRS, STAMP, strongkids, PYWS.
Kelebihan NRS: Skrening dapat lebih identifikasi, tidak ada batasan usia.
Kelebihan stamp: terbatas pada usia tertentu. Dapat menganalisis infeksi penyakit
(IPD, Obgyn).

6
 Lansia: NRI, GNRI, MNA (mini nutritional assessment).
 Kondisi khusus.
Screening tools terbaik sesuai usia menurut kelompok:
 Anak-anak stamp;
 Lansia MNA (mengidentifikasi gizi buruk yang sekarang, stabil, dan berisiko);
 Dewasa MUST.
Alasan memilih 3 jenis: Dalam form ada beberapa pertanyaan bagaimana kondisi sekarang,
mencangkup kondisi gizi (BB, Faktor stress).

Diskusi DK 2
Unclear Term
UNCLEAR TERMS
1 IPD (Ilmu Penyakit Ilmu atau stase di rumah sakit yang menangani orang dewasa
Dalam) meliputi penyakit non bedah mencakup hampir seluruh tubuh
manusia (RSCM,2014) menangani diagnosis dan penanganan
organ dalam orang dewasa. (American College of Physicians,
2002).
2 Obgyn (Obstetrics & Cabang ilmu kedokteran yang berasal dari dua kata, yaitu
Gynecology) obstetrik (mengkaji kehamilan, masa nifas) dan ginekologi
(mengkaji penyakit saluran kelamin pada wanita). Sehingga
Obgyn merupakan cabang Ilmu kedokteran yg menangani
pencegahan penyakit, diagnosis, perawatan, dan bedah terkait
sistem reproduksi wanita serta kelainan yang terkait. (ACS, 2017;
Dorland, 2012)
IKA (Ilmu Kesehatan Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus mengenai
Anak) kesehatan anak mencakup perawatan hingga pengobatan
penyakit anak (Dorland, 2015).
IKA memiliki 3 bidang pediatrik, yaitu
1. IKA klinik,
2. IKA pencegahan,
3. IKA sosisal
(Departemen Ilmu Kesehatan Anak UIN Maulana Malik Ibrahim,
2017)
Resume

7
IKA merupakan singkatan Ilmu Kesehatan Anak mencakup
kesehatan anak perawatan, pengobatan, penyakit, dan
perkembangan anak yang memiliki 3 bidang pediatric yaitu IKA
klinik, IKA pencegahan, IKA sosisal. (Opini Sari)

3 Skrining Gizi  Merupakan proses untuk mengidentifikasi individu yang


mengalami malnutrisi atau berisiko malnutrisi untuk
menentukan pemeriksaan lebih lanjut (nutritional
assessment). (ASPEN dalam Charney (2008) dalam
Handayani, 2015).
 Suatu cara mengidentifikasi seseorang yang mengalami risiko
malnutrisi atau sedang mengalami malnutrisi (Mueller et, al.,
2011) yang dilakukan secara cepat. (Kemenkes, 2014)
 Suatu proses yang sederhana dan cepat, dapat dilakukan staff/
tenaga kesehatan yang mempunyai ijin, sangat sensitif dalam
mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi. (Barendregt et
al., 2008)
Resume
Proses mengidintifikasi individu mengalami malnutrisi atau tidak
untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan dilakukan
secara cepat oleh tenaga kesehatan yang mempunya ijin. (Opini
Falya)
4 Bedah  Cabang ilmu kedokteran menangani tentang luka, cedera
atau deformitas yang ditangani secara manual atau dengan
proses pembedahan. (Dorland, 2015)
 Bedah adalah ilmu kesehatan yang berfokus pada teknik
pembedahan yang bertujuan menyembuhkan gangguan kes.
Akibat penyakit atau cedera. (Opini Wizu)
Resume
Cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada luka, cedera atau
deformitas yang ditangani secara manual atau dengan proses
pembedahan. (Opini Dinda)
5 Malnutrisi Keadaan patologis diakibatkan kekurangan atau kelebihan nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh (Supariasa dkk, 2014) dalam jangka
waktu yg lama (PERSAGI, 2009)

8
Learning Objective
1. Apakah tujuan, syarat, serta mekanisme skrining gizi?
Tujuan skrining gizi
- utk mengidentifikasi yg berisiko/ tdk mengalami malnutrisi atau kondisi khusus berupa kelainan
metabolik, luka bakar, atau lain sebagainya (Kemenkes, 2013)
- utk mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien sedini mungkin utk mengkaji masalah gizi
sehingga dpt memperoleh intervensi yg tepat (Kemenkes, 2014)
- intervensi tepat agar risiko tdk semakin memburuk
- menurunkan sumber daya (lama rawat)
- mengurangi komplikasi penyakit (Kondrup et al (2002) dalam Handayani, 2015)
- memprediksi kemungkinan taua dampak yg lebih baik atau buruk yg disebabkan oleh faktor gizi
dan utk mengetahui pengaruh dari intervensi gizi (Kondrup, 2003)
- mempercepat penyembuhan dan pemulihan kondisi setelah sakit (Kondrup dkk, 2003)
Resume:
utk mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien sedini mungkin utk mengkaji masalah gizi sehingga dpt
memperoleh intervensi yg tepat agar risiko tdk semakin memburuk (Kemenkes RI, 2014)
Syarat:
- cepat
- Karena skrining dilakukan di awal 1x24 jam. Melihat pasien di RS BANYAK DAN Keterbatas tenaga
kesehatan. Agar pasien segera cepat di skrining.
- efisien
- Segi waktu singkat (Falya, 2017)
- efektif
- Tepat sasaran (Falya, 2017)
- murah
- Krn setiap pasien masuk rs akan di skrining. Jadi semakin banyak pasien, biaya yg dikeluarkan
meningkat. Sehingga utk meminimalisir, skrining yg digunakan harus murah. (Regita, 2017)
- Terkait anggaran RS (Kurniasari, 2014 dalam Handayani,dkk, 2014)
- valid (akurat utk mengidintifikasi masalah gizi yg dimaksud)
- Diharapkan tdk sekedar cepat tapi juga valid (Young, Et Al, 2013).
- Mempertahankan skrining gizi menggambarkan keadaan pasien dan asuhan selanjutnya.
Membantu tenaga kes. Dalam mengadakan tindakan lanjutan (Kemenkes RI, 2014)
- Hasil konklusif (Falya, 2017)
- Jika data yg kluar tidak valid. Akan dilakukan skrining ulang sehingga menghabiskan biaya 2x
(Regita 2017)
- reliable (hasil sama pada pengukuran berbeda)
9
- tdk berisiko pada pasien yang di skrining
- dapat dilakukan petugas kesehatan (dinda) maupun keluarga atau non tenaga kesehatan (Abott
Nutrition, 2013) untuk beberapa skrining tools (ASPEN, 2012)
- Tdk semua skrining tools bisa dilakukan oleh non kesehatan (Sari, 2017)
- dapat dilakukan petugas kesehatan (cellin) tanggapan
- spesifitas (menggambarkan siapa saja yg tidak sakit) sensivitas (menggambarkan siapa saja yg
sakit) (Syahril, 2005)
- Krn jk tidak sentif dan spesifisitas akan menghasilkan hasil yang bias
- disesuaikan dgn kondisi dan kesepakatan setiap RS (Charney, 2000)
- Pasien br masuk RS, agar tidak menyusahkan pasien yang sedang mengalami sakit (BAPEN, 2010)
- Sederhana, mudah dalam pengisiannya (Barendregt dkk, 2008)
- dapat digunakan pada populasi heterogen (Susetyowati, 2014)
- Skrining menggambarkan masing-masing keadaan individu
- hasil skrining harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain (Clin Nutr, 2003)
Mekanisme
- Dilakukan 1x 24 jam pd pasien yg baru masuk RS. DILAKUKAN dengan wawancara utk
mendapatkan data primer jika hasilny apsien tdk berisiko malnutrisi akan dilakukan skrining
ulang dalam jangka waktu 1 minggu.
- Jika berisiko, maka akan dilakukan tindakan selanjutnya dalan NCP seperti assessment,
diagnosa, intervensi, monitoring, dan evaluasi (PGRS, 2013).
- Jika berisiko sedang dan tinggi jika terjadi penurunan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan maka akan
dilakukan tindakan selanjutnya dalan NCP seperti assessment, diagnosa, intervensi, monitoring,
dan evaluasi (Charney and Marian, 2008).
- Jika berisiko sedang dan tinggi jika terjadi penurunan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan maka akan
dilakukan tindakan selanjutnya dalan NCP seperti assessment, diagnosa, intervensi, monitoring,
dan evaluasi. (Nila dalam Dian, 2015).
- Jika berisiko sedang dan tinggi jika terjadi penurunan dan peningkatan BB lebih dari dari 10%
atau lebih dari 5% dalam jangka waktu 1 bulan, adanya penyakit kronis atau peningkatan
kebutuhan metabolik maka akan dilakukan tindakan selanjutnya dalan NCP seperti assessment,
diagnosa, intervensi, monitoring, dan evaluasi. (Charney and Marian, (2008) dalam Buku
Nutrition Care Process,2015).
- Dilakukan 1x 24 jam pd pasien yg baru masuk rumah sakit dengan wawancara utk mendapatkan
data primer jika hasilnya pasien tidak berisiko malnutrisi maka akan dilakukan skrining ulang
dalam jangka waktu 1 minggu. Ada dua kemungkinan, jika tdk berisiko akan dimonitoring terus
(continue intervetion care), jika tidak berisiko tidak akan di skrining kembali (Mueller, et. Al.,
2011).
10
- Di skrining ulang tidak berisiko mungkin karena tujuan intervesi sudah tercapai (Kemenkes,
2013).
Data yg diambil meliputi:
- Nama, jenis kelamin, umur, tb, bb, adanya kesulitan meneln, adanya muntah, mual diare.
Perubahan nafsu makan, bb ideal, adanya penurunan bb dalam 2 minggu- 6 bulan terakhir.
(PGRS, 2013)
- Jika pasien keadaannya tdk bisa diambil bb dan tb dietitian mengukur LILA utk memperkirakan
BB dan mengukut Tinggi lutut utk memperkirakan tb. (Kemenkes, 2014)
- Data primer ditambah alergi makanan, kesulitan mengunyah, dan diet yg lagi dijalankan pasien
(Kemenkes RI, 2013).
Komponen kelompok gizi 4:
- Kondisi sekarang
melihat pengukuran bb tb utk mengetahui imt. Jik atdk bisa menggunakan lila
- Kondisi stabil
Penurunan bb dari riwayat pasien, penurunan bb dari pasien (Rasmussen dkk, 2010).
Penurunan berat badan yang tidak diinginkan dari riwayat pasien, dianggap signifikan apabila >
5% dalam 3 bulan (Rasmussen et al., 2010).
Penurunan bb dari riwayat pasien, penurunan bb dari pasien. Signifikan apabila > 5% dalam 3
bulan dan tanpa disadari (ESPEN, 2003).
Mengapa? Dicocokan ke BMI nya. Agar menunjukkan normal atau tidak normal/ tidak
perkekembangannya (Falya, 2017).
- Kondisi buruk
Pertanyaan asuhan makan bisa berupa jumlah, berapa lama pasien tersebut mengalami
penurunan asupan makan (Rasmussen dkk, 2010).
- Pengaruh penyakit
Penurunan nafsu makan dan peningkatan terkait stress metabolik terkait penyakit (Rasmussen
dkk, 2010).
Penurunan nafsu makan dan peningkatan kebutuhan nutrisi terkait stress metabolik terkait
penyakit. (Rasmussen et al., 2010)
Skrining tujuannya mempengaruhi malnutrisi atau tidak. Jadi bb tb kemampuan menelan mengunyah
sgt berpengaruh kpd status gizi. krn jika hasilnya buruk akan ke malnutrisi
Skrining tujuannya mempengaruhi malnutrisi atau tidak. Jadi bb tb kemampuan menelan mengunyah
sgt berpengaruh kpd status gizi. krn jika hasilnya buruk akan ke malnutrisi sehingga tau akan risiko
malnutrisi yg akan terjadi (Kemenkes RI, 2014)
Skrining ada 3 waktu:
Akut care : skrining dalam waktu 24 jam
11
Long term care: setelah pasien masuk rumah sakit atau dalam waktu 14 hari pertama
Home care : saat tenaga medis mengunjungi pasien tersebut. (Kurniasari, 2015 dalam Handayani
et, al., 2015).
Mekanisme

SKRINING GIZI

Berisiko Malnutrisi Tidak Berisiko Malnutrisi

Assessment Skrining Ulang (7 hari)


(Antropometri,
asupan, albumin)

Berisiko Tidak Berisiko

Diagnosis

Intervensi

Monitoring
Tujuan Tercapai Terapi Dihentikan
Evaluasi

Tujuan Belum
Tercapai

Pengkajian Ulang
atau Penggantian
Treatment

(Susetyowati, 2014)

12
2. Apa saja perbedaan dan kelebihan skrining tools pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia atau pada kondisi khusus (IPD, IKA, BEDAH OBGYN)?
Sasaran RELIABILITY/
Nama Alat kelebihan kekurangan parameter Yg melaksanakan
kelompok VALIDITY
MUST Komunitas, - Validitas internal dan - Tidak cocok utk populasi - BMI, Reliability -semua staff bisa
(malnutriti dewasa dengan eksternal bagus manula PENURUNAN bb - Kappa= 0,8-1 melakukan
on penyakit akut - Preditor yg baik - Tdk bisa mendeteksi 3-6 bulan - Paling
universal (NEMO, 2014) - Memiliki tingkat reabilitas kelebihan atau kekurangan - Adanya penyakit konsisten &
screening tinggi di RS dan vitamin dan mineral - Masing-masing reliable
tools) komunitas. Memprediksi - Sulit digunakan untuk parameter - Paling
lamanya perawatan di RS pasien dengan kondisi nilainya 0-3 konsisten &
- Pasien berisiko malnutrisi kesulitan komunikasi 0: risiko rendah reliable
mudah ditemukan seperti delirium, demensia, 1: risiko sedang (dibanding
gangguan pendengaran ≥2: risiko tinggi NRS dan MST)
- Cepat prosesnya kurang atau yang memiliki latar (Kumalasari Validity
dari 1 jam. (Anthony, belakang bahasa yang 2014 dalam - Dapat
2008) beda. (Bapen, 2003) Handayani 2014) memprediks
- Tidak dapat digunakan i risiko
- Sekaligus dapat dalam jangka waktu yg kematian
memprediksi panjang. dan
pengeluaran yang - Tidak memperhitungkan meningkatk
mungkin akan gangguan asupan pada an waktu
dikeluarkan oleh keluarga makanan lama dirwat
selama pasien dirawat bagi pasien
(Anthony, 2008) akut

13
NRS 2002 Dewasa - Dapat mencakup semua - List penyakit dan daftar - Penurunan BB Reliabilitas - Tenaga
(Nutrition Dewasa (klinik kategori pasien di RS pertanyaan terbatas - Penurunan BB >2% Kappa= 0,67 kesehatan
Risk atau RS) - VALID DAN MUDAH - Kurang sensitif terhadap - PENURUNAN Validitasnya: lain
Screening) Dewasa ( pasien DIGUNAKAN over nutrition (Kondurp intake Menjelaskan - perawat
kemoterapi, - Kemampuan J, et al. 2003 - PENURUNAN retrospektif dan
bedah, trauma) menghitung status gizi - Butuh waktu dan intake <50% analisis
- direkomendasi dengan tingkat kemampuan lebih - BMI (Queensland
untuk pasien keparahan penyakit - Keparahan Government,
yang kritis (egi) penyakit 2017)
(McClave, - Komprehensif dan (Queensland SE: 70%
Taylor, mempertimbangkan Government, Sp: 85%
Martindale, et usia (Queensland 2017)
al., 2016) Government, 2017) - Faktor usia
- Mengurangi waktu (NEMO, 2017)
rawat inap pasien - Food intake
dengan komplikasi - Diagnosis albumin
- Penilaian tidak hanya
bergantung pada IMT Total skor:
saja. 0-3
Karena dari adanya Manutrisi jika
perubahan BB sudah sama dengan atau
menggambarkan lebih dari 2
malnutrisinya
(Anthony, 2008)
MST dewasa yang - lebih efisien 30 detik. - Tidak bisa diterapkan - Penurunan Se & sp: 93- -tenaga medis
(Malnutritio mengalami (Triwahyu & Alamsyah pada pasien yang BB 95% -perawat
n Screening penyakit akut 2013 memiliki kesulitan - PENURUNA Reliabilitas: -keluarga pasien
Tools) (Fergusson, - Mudah dilakukan komunikasi (Triwahyu & N intake 90-93%
1999) - Pertanyaannya lebih Alamsyah 2013 pasien (Triwahyu &
(Queensland sederhana - Tidak bisa diterapkan - Kriteria Alamsyah 2013
Government, - Tidak tergantung pada pada pasien yang malnutrisi
2017) nilai lab memiliki kesulitan 0-1= untuk
- pasien rawat - Tidak tergantung pada komunikasi, membaca, asupan
inap, rawat nilai lab dan antropometri dan menulis. 0-4=
(NEMO, 2017)
14
jalan, lansia (Triwahyu & Alamsyah - Kurang akurat karena Kehilangan
(NEMO, 2014) 2013) hanya bergantung pada BB
- Cepat, mudah, valid, penurunan BB TOTAL SKOR
konsisten, tidak butuh - Tidak memperhitungkan >2 risiko
satt khusus untuk BMI dan keparahan (Queensland
melakukan skrining. penyakit Government, 2017)
Tidak dapat digunakan
pada pasien dengan Kehilangan BB:
penyakit sub-akut 1-5 kg= skor 1
(Fergusson, 1999) 6-10 kg= skor 2
- Tidak cocok pada pasien 11-15 kg= skor 3
yang tidak rutin Ragu-ragu= skor 2
melakukan BB (Jarvis C, 2008)
SNAQ Dewasa - Cepat dan mudah - tdk cocok monitoring -penurunan BB - <2 = gizi baik
Pasien digunakan berkala status gizi Sebesar 6kg dalam 6 - > atau sama
penyakit akut - bulan/ 3kg dalam dengan 2 tp
1buln terakhir lebih kecil dari
-penurunan nafsu 3 = gizi kurang
makan - Lebih besar
-penggunaan atau sama
minuman suplemen/ dengan 3 =
tube feeding malnutrisi
parah

Se= 78%
Sp= 85%
SGA Dewasa -lengkap karena memiliki - waktu lama - Riwayat bb Validitas: Ahli
(Subjektif dengan data antropometri - sulit diaplikasikan smeua (Mueller, et al., Se: 15% gizi
Global penyakit -lebih efektif dan memiliki pasien 2011) Sp: 100%
Assessmen kritis reabilitas tinggi -mahal - Riwayat asupan (NEMO, 2017)
t) bedah, - memprediksi lama rawat -butuh tenaga ahli dalam (Mueller, et al.,
kanker, inap dibandingkan dgn penulisan form 2011)
penyakit serum albumin level, -kurang representatif utk - Adanya GI
ginjal dan skinfold thickness, dan perubahan status gizi sympton selama
pasien ICU (NEMO, 2017) >2 minggu
15
LILA (Wakahara, et al., - Ada diagnosis
LANSIA 2007) kebutuhan
- memprediksi lama rawat metabolik ttt
Setting: inap dibandingkan dgn dan
Akut, serum albumin level, pemeriksaan
rehabilitasi, skinfold thickness, dan fisik
komunitas, LILA (dibandingkan Ada 5:
residental dengan NRS 2002) Asites, persen
aged care. - dapat memprediksi edema
Patient tingkat mortalitas (pergelangan
group: berdasarkan usia, serum kaki, pinggul,
Cedera, albumin, dan kadar hilangnya lemak
lansia, transferrin pasien. (Yang, subkutan di
tumor, ginjal 2007) daerah trisep,
dan muscle
wasting)
- Persen edema
dan ashites
(Barker, 2011)
- Riwayat medis
- Kategori
SGA A= Gizi baik
SGA B=
malnutrisi
ringan
SGA C=
malnutrisi parah
PNI Dewasa - Dapat mengidentifikasi - Kurang praktif, rumit, Ada 4: serum
(Prognostic Pre dan pasca pasien yang dan menghabiskan albumin, serum
Nutrition pembedahan membutuhkan pre banyak waktu transferin, trisep
Index) (Gibson, 2005) operatif support untuk - Infasif karena skinfold, DHR
mengurangi risiko mengambil serum dari (Delayed
terjadinya komplikasi pasien Hypersensitivity
pasca operasi, sepsis - Adanya parameter Reactivity)
dan mortalitas bagi albumin dan transferin Skor PNI
16
pasien yang memiliki dapat dipengaruhi oleh <40% = low risk
nilai PNI >50% faktor lain (kondisi 40-50%=
- Signifikan pada pasien patologis, atau faktor intermediate risk
dewasa malnutrisi) (Gibson, >50% = high risk
- Dapat mendeteksi 2005) (Gibson, 2005)
seberapa besar risiko
komplikasi pasca
operasi (Gibson, 2005)
NRI Dewasa pasca - Dibandingkan dnegan - Hasil lebih tinggi karena -serum albumin
(Nutrition operative SGA utk membandingkan memakai 2 indikator. Bb awal
al Risk (Thieme et al. komplikasi yg terjadi pada Karena dalam Bb aktual
Index) 2013) pasien paska oprasi non menghitungnya
infeksi (Thieme et al. dibutuhkan serum Cut off
2013) albumin level (Thieme et >100= no malnutrition
- Dapat memprediksi lama al. 2013) 97,5-100% = mild
rawat inap pada pasien - Harus memiliki data malnutrition
akut (Mueller, et al., albumin, bb aktual, bb 83,5-97,5 = moderate
2011) stabil yg lebih dari 6 bulan malnutrition
- Dapat memprediksi yg lalu (dipengaruhi daya <83,5 = severe
outcome pada pasien ingat pasien. Dapat bias) malnutrition (Gibson,
post operative (Mueller, - Penggunaan terbatas 2005)
et al., 2011) karena hanya untuk pasien
pasca operasi (Mueller, et Se= 33%
al., 2011) Sp= 92%
- Kondisi edema, asites, gizi
buruk, dan obesitas, dapat
mempengaruhi bb aktual
(dapat bias) (Gibson,
2005)
- Mahal (karena
menambhkan data lab yg
banyak)
PYMS ANAK 1-16 - Cepat (Moeeni, 2012) - Tidak dapat digunakan 3 komponen: Skor Ahli gizi
TAHUN - Memiliki nilai positif pada anak usia kurang 0 = akan Perawat atau dr
(Moeeni, 2012) prediktif lebih tinggi dari dari 1 thn dan anak yg dilakukan pre spesialis anak
17
pada STAMP (Moeeni mengalami endstage 1.Status gizi pasien skrining dalam Moeeni, 2012)
and Day, 2012) paliatif care (Moeeni, saat itu, dengan cara waktu 1minggu
- VALID, mudah digunakan 2012) mengukur BMI 1= pyms diulang Sumber informasi=
(Moeeni, 2012) - Kurang akurat karena 2.PERIBAHAN Status dalam 3 hari orang tua/
- Se dan sp lebih tinggi dari hanya menggunakan gizi terbaru Lebih dari sm dgn pengasuh anak
strong kids (Moeni, parameter status gizi 3.kemungkinan 2 = dilakukan
2012) saja. (Moeeni, 2012 penurunan gizi yang konsultasi gizi
Dapat digunakan dalam - Tidak dapat digunakan disebabkan oleh dan diulang dlm
bangsal anak dan bedah. pada anak usia kurang penyakit jangka waktu 1
Kecuali bedah jantung, dari 1 thn dan anak, Moeeni, 2012) minggu
ginjal, ortopedi, dan pasien bedah jantung, Moeeni, 2012)
kritis. (Susetyowati, ginjal, ortopedi, dan Ada 4 evaluasi:
2014) kritis. Apakah BMI lebih Skor
- Tidak mencakup kecil dr nilai ambang 0 = akan
- Memperhitungkan pertanyaan yg spesifik Apakah ada BB dilakukan pre
keparahan penyakit mengenai underlying menurun dlm waktu skrining dalam
(Joosten, 2015) desease atau kondisi terakhir waktu 1minggu
- Keakuratan dapat di kronis. (Moeeni & Day, Apakah ada (low/ low risk)
tingkatkan dgn training 2012) penurunan nafsu 1= pyms diulang
lanjutan makan dalam 3 hari
Apakah kondisi (moderate risk)
status gizi anak akan Lebih dari sm dgn
dipengaruhi oleh 2 = dilakukan
kondisi penyakit saat konsultasi gizi
ini dan diulang dlm
Moeeni, 2012) jangka waktu 1
minggu (high
risk) (NEMO,
2017)

Realibilitas = 0,53
Se= 85%
Sp=87%

18
Strong kids Anak usia 1 - Objektif - Penilaian fisik klinik masih Digolongkan: -status gizi Perawat
bulan -16 tahun - Cepat (Hulst dkk, 2010) subjektif (NEMO, 2017) Low risk, median risk, -Intake makanan Tenaga medis
(Moeni,2012) - Mudah dilakukan dan high risk -bb lainnya
- Parameternya mencakup Maksimal skoring 5. (Moeeni & Day,
pasien dengan underlying 1-3 = sedang 2012)
desease (Moeeni and 4-5=tinggi -Mempertingkan
Day, 2012) (Huysentruyt, 2013) z-score, hfa, dan
- Cepat (dapat dilakukan 1- wfh (Huysentruyt,
5 menit) 2013)
- Memprediksi lama rawat -keberadaan risiko
inap pasien (Joosten, penyakit
2015) -Penurunan bb
- Dapat mengidentifikasi -Adanya diare >5
kebutuhan intervensi gizi hari perhari
(Huysentruyt, Koen, et al. -Muntah >3x
2013) perhari selama 1-3
hari terakhir
-tube feeding
-Intake makanan
1-3 hari terakhir
-penilaian klinis
subjektif
-keberadaan risiko
penyakit diisi oleh
tenaga kesehatan
-Intake makanan
1-3 hari terakhir
diisi oleh orang
tua

STAMP 2-17 tahun -objektif -tidak bisa mendeteksi -asupan gizi Se= 72% Staff medis
-mudah dilakukan kelebihan vitamin mineral -pengukuran antro Sp= 90%
-diagnosa penyakit (Chourdakis,
2014
19
-sederhana dan murah -tidak bisa diterapkan utk -implikasi gizi (Moeni,
(Queensland anak usia kurang dari 2 tahun 2012) Skor 0-3
Government, 2012). (Joosten, 2014) 0-1= risiko
-rinci. Terdapat rencana -tidak dapat merefleksikan rendah
penanganan sesuai risiko kondisi malnutrisi kronis 2-3= risiko
malnutrisi yg dialami (Central Menchester sedang
(Moeeni, 2012) University Hospital, 2010) Lebih dari sm
-tidak membutuhkan waktu dg 3 = tinggi
yang lama >3 = tinggi
-tidak dapat mengetahu scr (Chourdakis,
pasti penyebab 2014)
malnutrisi pada anak. (Moeeni,
(Joosten, 2015) 2012)

SGNA Anak-anak usia -se tinggi - sp rendah -pertumbuhan anak Reliabitas=0,28 Perawat
30 hari- 17,9 -se rendah -sp tinggi -tb (Joosten, 2014) Tenaga medis
tahun (Moeni, (Moeni, 2012) -mahal (Moeni, 2012) (Queensland
2012) -sulit dilakukan -lila Goverment, 2012)
Terutama untuk -lebih lama pengisiannya -hasil pemeriksaan
Bedah dan high dibandingkan dengan strong -fisik menyeluruh
risk infeksi kids. (Fonseca et al. 2016)
-SGNA lebih cocok menjadi Dikelompokan dalam
assessment tools dibanding kategori=
dgn skrining tools (Moeeni, Well nourish
2012) Moderate
malnourished
Severely malnourished
(Joosten, 2014)

SPNRS Anak-anak -dapat mengklasifikasikan -lama dilakukan karena -food intake Cut off Tenaga medis
diatas 1 bulan malnutrisi (Queensland asupan makan dihitung 48 -kondisi patologis 0= no risk Perawat
(Moeni, 2012) Government, 2012). jam (Moeni, 2012) 1-2= moderate Ahli gizi (Moeni,
Pasien pasca -dapat memprediksi -hanya menggunakan bb sbg -kehilangan bb risk 2012)
bedah (Joosten penurunan bb selama indeks antro dlm menentukan -keparahan penyakit >sm dg 3= high
& Jessie, 2014) status gizi shg tidak dapat -kehilangan bb >2% risk
20
(Moeeni, 2012) masa rawat inap mengidentifikasi pasien yg (Joosten & Jessie, 2014
(Joosten, 2015) sakit (Moeeni & Day, 2012)
-menggunakan clinical
outcome
-spesifitas tinggi
MNA SF LANSIA (NEMO, -mudah dan cepat deteksi -tdk utk pasien malnutrisi -intake makanan TOTAL SKOR Tenaga medis
2017) malnutrisi -tdk utk pasien tube feeding -penurunan bb <11 = risk. Jika <11 Orang yg dekat
-cepat. Kurang dr 5 menit (Queensland, 2012) lanjut MNA dengan pasien
(Anthony, 2008) -penyakit akut/ (Queensland
tekanan psikologi Government,
-kelainan 2017)
neuropsikologi Se= 97,9%
-BMI Sp=100% jika di
-mobilitas (NEMO, bandingkan dgn
2017) MNA
(NEMO, 2017)
Jika dibandingkan
dgn SGA
Se=100%
Sp=52%
NSI Lansia -singkat -kurang akurat krn dilakukan -status gizi Perawat
(Nutrition -sederhana oleh keluarga pasien/ pasien -kondisi pasien Keluarga pasien
Screening -mudah digunakan/fleksibel sendiri sehingga -riwayat penyakit Pasien sendiri
Intiatif) mengandalkan daya ingat pasien
(Queensla
nd
Governme
nt, 2012)
GNRI lansia -cepat -mahal. Butuh data albumin -status albumin High risk >82
-valid, -tidak menentukan tingkatan -bb aktual & ideal Moderat risk = 82-
-reliable pada pasien status gizi pasien <92
akut;perawatan Low risk= 92- < sm
rehabilitasi;perawatan dgn 98
jangka panjang No risk = >98
(Luo et al. 2016)
21
MNA Lansia (NEMO, -cepat (<10 menit) dan -sulit digunakan pd pasien
-gangguan nafsu Cut off Ahli gizi
2017) mudah (Kondurp, J et sulit bicara (Kondurp, J et
makan 12-14 = normal
Setting: al.2003) al.2003) -hasil pengukuran 8-11= berisiko
Akut, antro malnutrisi
rehabilitasi, -fokus pada keadaan fisik, -sp rendah pada skrining -BMI (NEMO, 2017) 0-7= malnutrisi
komunitas mental, dan dietary populasi akut -general assessment (Kondurp, J et
(Anthony, 2008) (morbilitas, demensia, al.2003)
depresi) (Anthony,
2014) SE= 96%
-subjektif assessment SP=98%
(persepsi diri sendiri (NEMO, 2017)
ttg gizi dan kesehatan)
-lingkar betis
-riwayat makan/ diet

22
G. HIPOTESIS

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE


1. Apakah tujuan, syarat, serta mekanisme (kapan dilakukan, siapa yang melakukan, sumber data)
skrining gizi?
Tujuan:
• Untuk mengidentifikasi yang berisiko/ tidak mengalami malnutrisi atau kondisi khusus berupa
kelainan metabolik, luka bakar, atau lain sebagainya. (Kemenkes, 2013)
• Untuk mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien sedini mungkin, untuk mengkaji masalah gizi
sehingga depat mengetahui rencana intervensi yg tepat. (Kemenkes, 2014)
• Mempercepat penyembuhan dan pemulihan kondisi setelah sakit. (Kondrup dkk, 2003)
• Mengurangi komplikasi penyakit. (Kondrup et al (2002) dalam Handayani, 2015)
• Sebagai dasar dalam melakukan intervensi yang tepat bagi pasien.
• menurunkan sumber daya (lama rawat) pasien.

23
• memprediksi kemungkinan dampak yang lebih baik atau buruk yang disebabkan oleh faktor gizi
dan untuk mengetahui pengaruh dari intervensi gizi. (Kondrup, 2003)
Resume tujuan
• Untuk mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien sedini mungkin, untuk mengkaji masalah gizi
sehingga dapat memperoleh intervensi yang tepat agar risiko tidak semakin memburuk.
(Kemenkes RI, 2014)
• Untuk mengidentifikasi yang berisiko/ tidak mengalami malnutrisi maupun pasien dengan kondisi
khusus sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat agar keadaan pasien tidak memburuk
(Opini Marcellina).
Syarat :
• Cepat
Karena skrining dilakukan di awal 1x24 jam serta mempertimbangkan akan banyaknya pasien di
rumah sakit dan keterbatas tenaga kesehatan. Selain itu agar pasien segera cepat di skrining
(Opini Wizu).
• Murah
Karena setiap pasien yang masuk rumah sakit akan diskrining, maka diperlukan alat skrining yang
murah (Opini Regita) karena terkait angaran rumah sakit (Opini Marcellina).
• Memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang dapat diterima
Karena jika tidak memiliki nilai sensitif dan spesifisitas yang dapat diterima, maka akan
menghasilkan data yang bias (Opini Bella). Spesifitas (menggambarkan siapa saja yg tidak sakit)
sensitifitas (menggambarkan siapa saja yg sakit) (Syahril, 2005). Jika terdapat pasien masuk RS,
agar tidak menyusahkan pasien yang sedang mengalami sakit (BAPEN, 2010). Tingkat sensitivitas
dan spesifisitas screening tools pada setiap rumah sakit disesuaikan dengan kondisi dan
kesepakatan setiap rumah sakit (Charney, 2000).
• Valid (akurat)
Sreening tools akurat untuk mengidintifikasi masalah gizi yg dimaksud. Diharapkan tidak sekedar
cepat tapi juga valid (akurat) (Young, Et Al, 2013) sehingga dapat memberikan hasil yang konklusif
(Opini Falya). Jika data yang dihasilkan tidak valid, maka akan dilakukan skrining ulang yang dapat
menambah biaya pengeluaran (Opini Regita). Pentingnya screening tools yang valid adalah agar
data yang dihasilkan Benar-benar dapat menggambarkan keadaan pasien sehingga dapat menjadi
dasar bagi ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi selanjutnya. (Kemenkes RI, 2014).
• Efisien
Screening tools tidak boleh memakan waktu terlalu lama dalam pengerjaannya (Opini Falya).
• Efektif
• Screening tools harus tepat sasaran (Opini Falya) dan dapat dikomunikasikan kepada tenaga
kesehatan yang lain (Clin Nutr 2003).
24
• Dapat dilakukan petugas kesehatan (ASPEN, 2012) maupun keluarga (untuk beberapa jenis
screening tools) (Abott Nutrition, 2013)
• Sederhana
Screening tools dapat digunakan pada populasi heterogen (Susetyowati, 2014), mudah dalam
pengisiannya (Barendregt dkk, 2008).
Mekanisme:

Skrining gizi dilakukan 1x 24 jam pada pasien yang baru masuk rumah saki. Dilakukan dengan cara
wawancara untuk mendapatkan data primer jika hasilnya menyatakan bahwa pasien tidak berisiko
malnutrisi maka akan dilakukan skrining ulang dalam jangka waktu 1 minggu. Ada dua kemungkinan,

25
jika tdk berisiko akan dimonitoring terus (continue intervetion care), jika tidak berisiko tidak akan di
skrining kembali (Mueller, et. Al., 2011).
Jika berisiko sedang dan tinggi maka akan dilakukan tindakan selanjutnya dalam Nutritional Care
Process (NCP) seperti assessment, diagnosa, intervensi, monitoring, dan evaluasi (Kemenkes RI, 2014).
Jika berisiko sedang dan tinggi jika terjadi penurunan dan peningkatan BB lebih dari dari 10% atau lebih
dari 5% dalam jangka waktu 1 bulan, adanya penyakit kronis atau peningkatan kebutuhan metabolik
maka akan dilakukan tindakan selanjutnya dalan NCP seperti assessment, diagnosa, intervensi,
monitoring, dan evaluasi. (Charney and Marian, (2008) dalam Handayani,2015). Sementara itu, jika
berisiko sedang dan tinggi jika terjadi penurunan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan maka akan dilakukan
tindakan selanjutnya dalam NCP seperti assessment, diagnosa, intervensi, monitoring, dan evaluasi
(Charney and Marian, 2008). Jika pasien sudah dilakukan skrining ulang namun hasil tetap menyatakan
tidak berisiko malnutrisi, maka mungkin tujuan intervensi sudah tercapai (Kemenkes, 2013).
Data yang diambil meliputi:
• Nama • Adanya kesulitan menelan • Perubahan nafsu makan
• Jenis kelamin • Adanya kesulitan • BB ideal
• Usia mengunyah • Adanya penurunan BB
• Tinggi badan (TB) • Adanya muntah dalam 2 minggu- 6 bulan
• Berat badan (BB) • Adanya mual terakhir
• LILA (lingkar lengan atas) • Adanya diare • Alergi makanan
• Tinggi lutut • Riwayat diet
(Kemenkes RI, 2013)
Komponen Kelompok Gizi:
• Kondisi Sekarang
Melihat pengukuran BB dan TB untuk mengetahu IMT (Indeks Massa Tubuh) pasien. Jika tidak
bisa, maka menggunakan LILA.
• Kondisi Stabil
Penurunan BB dari riwayat pasien, penurunan BB dari kondisi pasien saat itu (Rasmussen
dkk,2010). Penurunan berat badan yang tidak diinginkan dari riwayat pasien, dianggap signifikan
apabila > 5% dalam 3 bulan dan tanpa disadari (Rasmussen et al., 2010; ESPEN, 2003).
• Kondisi Buruk
Pertanyaan asuhan makan bisa berupa jumlah, berapa lama pasien tersebut mengalami
penurunan asupan makan.
• Pengaruh Penyakit
Penurunan nafsu makan dan peningkatan kebutuhan nutrisi terkait stress metabolik yang terjadi
saat mengidap penyakit tersebut. (Rasmussen dkk,2010).

26
Waktu Pelaksanaan Skrining:
Terdapat tiga waktu dalam melaksanakan skrining, yaitu
Akut care : skrining dalam waktu 24 jam.
Long term care: setelah pasien masuk rumah sakit atau dalam waktu 14 hari pertama.
Home care : saat tenaga medis mengunjungi pasien tersebut.
(Kurniasari, 2015 dalam Handayani et al., 2015)

27
2. Apa saja perbedaan dan kelebihan skrining tools pada pasien anak-anak, dewasa, dan lansia atau pada kondisi khusus (IPD, IKA, BEDAH OBGYN)?
Sasaran RELIABILITY/
Nama Alat kelebihan kekurangan parameter Yg melaksanakan
kelompok VALIDITY
MUST Komunitas, - Validitas internal dan - Tidak cocok utk populasi - BMI, Reliability -semua staff bisa
(malnutriti dewasa dengan eksternal bagus manula PENURUNAN bb - Kappa= 0,8-1 melakukan
on penyakit akut - Preditor yg baik - Tdk bisa mendeteksi 3-6 bulan - Paling
universal (NEMO, 2014) - Memiliki tingkat reabilitas kelebihan atau kekurangan - Adanya penyakit konsisten &
screening tinggi di RS dan vitamin dan mineral - Masing-masing reliable
tools) komunitas. Memprediksi - Sulit digunakan untuk parameter - Paling
lamanya perawatan di RS pasien dengan kondisi nilainya 0-3 konsisten &
- Pasien berisiko malnutrisi kesulitan komunikasi 0: risiko rendah reliable
mudah ditemukan seperti delirium, demensia, 1: risiko sedang (dibanding
gangguan pendengaran ≥2: risiko tinggi NRS dan MST)
- Cepat prosesnya kurang atau yang memiliki latar (Kumalasari Validity
dari 1 jam. (Anthony, belakang bahasa yang 2014 dalam - Dapat
2008) beda. (Bapen, 2003) Handayani 2014) memprediks
- Tidak dapat digunakan i risiko
- Sekaligus dapat dalam jangka waktu yg kematian
memprediksi panjang. dan
pengeluaran yang - Tidak memperhitungkan meningkatk
mungkin akan gangguan asupan pada an waktu
dikeluarkan oleh keluarga makanan lama dirwat
selama pasien dirawat bagi pasien
(Anthony, 2008) akut

28
NRS 2002 Dewasa - Dapat mencakup semua - List penyakit dan daftar - Penurunan BB Reliabilitas - Tenaga
(Nutrition Dewasa (klinik kategori pasien di RS pertanyaan terbatas - Penurunan BB >2% Kappa= 0,67 kesehatan
Risk atau RS) - VALID DAN MUDAH - Kurang sensitif terhadap - PENURUNAN Validitasnya: lain
Screening) Dewasa ( pasien DIGUNAKAN over nutrition (Kondurp intake Menjelaskan - perawat
kemoterapi, - Kemampuan J, et al. 2003 - PENURUNAN retrospektif dan
bedah, trauma) menghitung status gizi - Butuh waktu dan intake <50% analisis
- direkomendasi dengan tingkat kemampuan lebih - BMI (Queensland
untuk pasien keparahan penyakit - Keparahan Government,
yang kritis (egi) penyakit 2017)
(McClave, - Komprehensif dan (Queensland SE: 70%
Taylor, mempertimbangkan Government, Sp: 85%
Martindale, et usia (Queensland 2017)
al., 2016) Government, 2017) - Faktor usia
- Mengurangi waktu (NEMO, 2017)
rawat inap pasien - Food intake
dengan komplikasi - Diagnosis albumin
- Penilaian tidak hanya
bergantung pada IMT Total skor:
saja. 0-3
Karena dari adanya Manutrisi jika
perubahan BB sudah sama dengan atau
menggambarkan lebih dari 2
malnutrisinya
(Anthony, 2008)
MST dewasa - lebih efisien 30 detik. - Tidak bisa diterapkan - Penurunan Se & sp: 93- -tenaga medis
(Malnutritio yang (Triwahyu & Alamsyah pada pasien yang BB 95% -perawat
n Screening mengala 2013 memiliki kesulitan - PENURUNA Reliabilitas: -keluarga pasien
Tools) mi - Mudah dilakukan komunikasi N intake 90-93%
penyakit - Pertanyaannya lebih (Triwahyu & pasien (Triwahyu &
akut sederhana Alamsyah 2013 - Kriteria Alamsyah 2013
(Ferguss - Tidak tergantung pada - Tidak bisa diterapkan malnutrisi
on, nilai lab pada pasien yang 0-1= untuk
1999) - Tidak tergantung pada memiliki kesulitan asupan
(Queens nilai lab dan antropometri komunikasi, 0-4=
land
29
Govern (Triwahyu & Alamsyah membaca, dan Kehilangan
ment, 2013) menulis. BB
2017) - Cepat, mudah, valid, (NEMO, 2017) TOTAL SKOR
- pasien konsisten, tidak butuh - Kurang akurat karena >2 risiko
rawat satt khusus untuk hanya bergantung (Queensland
inap, melakukan skrining. pada penurunan BB Government, 2017)
rawat - Tidak
jalan, memperhitungkan Kehilangan BB:
lansia BMI dan keparahan 1-5 kg= skor 1
(NEMO, penyakit 6-10 kg= skor 2
2014) Tidak dapat 11-15 kg= skor 3
digunakan pada Ragu-ragu= skor 2
pasien dengan (Jarvis C, 2008)
penyakit sub-akut
(Fergusson, 1999)
- Tidak cocok pada
pasien yang tidak
rutin melakukan BB
SNAQ Dewasa - Cepat dan mudah - tdk cocok monitoring -penurunan BB - <2 = gizi baik
Pasien digunakan berkala status gizi Sebesar 6kg dalam 6 - > atau sama
penyakit akut - bulan/ 3kg dalam dengan 2 tp
1buln terakhir lebih kecil dari
-penurunan nafsu 3 = gizi kurang
makan - Lebih besar
-penggunaan atau sama
minuman suplemen/ dengan 3 =
tube feeding malnutrisi
parah

Se= 78%
Sp= 85%
SGA Dewasa -lengkap karena memiliki - waktu lama - Riwayat bb Validitas: Ahli
(Subjektif dengan data antropometri - sulit diaplikasikan smeua (Mueller, et al., Se: 15% gizi
Global penyakit -lebih efektif dan memiliki pasien 2011) Sp: 100%
kritis reabilitas tinggi -mahal (NEMO, 2017)
30
Assessmen bedah, - memprediksi lama rawat -butuh tenaga ahli dalam - Riwayat asupan
t) kanker, inap dibandingkan dgn penulisan form (Mueller, et al.,
penyakit serum albumin level, -kurang representatif utk 2011)
ginjal dan skinfold thickness, dan perubahan status gizi - Adanya GI
pasien ICU LILA (Wakahara, et al., (NEMO, 2017) sympton selama
2007) >2 minggu
LANSIA - memprediksi lama rawat - Ada diagnosis
inap dibandingkan dgn kebutuhan
Setting: serum albumin level, metabolik ttt dan
Akut, skinfold thickness, dan pemeriksaan fisik
rehabilitasi, LILA (dibandingkan Ada 5:
komunitas, dengan NRS 2002) Asites, persen
residental - dapat memprediksi edema
aged care. tingkat mortalitas (pergelangan
Patient berdasarkan usia, serum kaki, pinggul,
group: albumin, dan kadar hilangnya lemak
Cedera, transferrin pasien. (Yang, subkutan di
lansia, 2007) daerah trisep,
tumor, ginjal dan muscle
wasting)
- Persen edema
dan ashites
(Barker, 2011)
- Riwayat medis
- Kategori
SGA A= Gizi baik
SGA B=
malnutrisi ringan
SGA C=
malnutrisi parah
PNI Dewasa - Dapat mengidentifikasi - Kurang praktif, rumit, Ada 4: serum
(Prognostic Pre dan pasca pasien yang dan menghabiskan albumin, serum
Nutrition pembedahan membutuhkan pre banyak waktu transferin, trisep
Index) (Gibson, 2005) operatif support untuk skinfold, DHR
mengurangi risiko (Delayed
31
terjadinya komplikasi - Infasif karena Hypersensitivity
pasca operasi, sepsis mengambil serum Reactivity)
dan mortalitas bagi dari pasien Skor PNI
pasien yang memiliki - Adanya parameter <40% = low risk
nilai PNI >50% albumin dan 40-50%=
- Signifikan pada pasien transferin dapat intermediate risk
dewasa dipengaruhi oleh >50% = high risk
- Dapat mendeteksi faktor lain (kondisi (Gibson, 2005)
seberapa besar risiko patologis, atau faktor
komplikasi pasca malnutrisi) (Gibson,
operasi (Gibson, 2005) 2005)
NRI Dewasa pasca - Dibandingkan dnegan - Hasil lebih tinggi karena -serum albumin
(Nutrition operative SGA utk membandingkan memakai 2 indikator. Bb awal
al Risk (Thieme et al. komplikasi yg terjadi pada Karena dalam Bb aktual
Index) 2013) pasien paska oprasi non menghitungnya
infeksi (Thieme et al. dibutuhkan serum Cut off
2013) albumin level (Thieme et >100= no malnutrition
- Dapat memprediksi lama al. 2013) 97,5-100% = mild
rawat inap pada pasien - Harus memiliki data malnutrition
akut (Mueller, et al., albumin, bb aktual, bb 83,5-97,5 = moderate
2011) stabil yg lebih dari 6 bulan malnutrition
- Dapat memprediksi yg lalu (dipengaruhi daya <83,5 = severe
outcome pada pasien ingat pasien. Dapat bias) malnutrition (Gibson,
post operative (Mueller, - Penggunaan terbatas 2005)
et al., 2011) karena hanya untuk pasien
pasca operasi (Mueller, et Se= 33%
al., 2011) Sp= 92%
- Kondisi edema, asites, gizi
buruk, dan obesitas, dapat
mempengaruhi bb aktual
(dapat bias) (Gibson,
2005)
- Mahal (karena
menambhkan data lab yg
banyak)
32
PYMS ANAK 1-16 - Cepat (Moeeni, 2012) - Tidak dapat digunakan 3 komponen: Skor Ahli gizi
TAHUN - Memiliki nilai positif pada anak usia kurang 1.Status gizi pasien 0 = akan Perawat atau dr
(Moeeni, 2012) prediktif lebih tinggi dari dari 1 thn dan anak yg saat itu, dengan cara dilakukan pre spesialis anak
pada STAMP (Moeeni mengalami endstage mengukur BMI skrining dalam Moeeni, 2012)
and Day, 2012) paliatif care (Moeeni, 2.PERIBAHAN Status waktu 1minggu
- VALID, mudah digunakan 2012) gizi terbaru 1= pyms diulang Sumber informasi=
(Moeeni, 2012) - Kurang akurat karena 3.kemungkinan dalam 3 hari orang tua/
- Se dan sp lebih tinggi dari hanya menggunakan penurunan gizi yang Lebih dari sm dgn pengasuh anak
strong kids (Moeni, parameter status gizi disebabkan oleh 2 = dilakukan
2012) saja. (Moeeni, 2012 penyakit konsultasi gizi
Dapat digunakan dalam - Tidak dapat digunakan Moeeni, 2012) dan diulang dlm
bangsal anak dan bedah. pada anak usia kurang jangka waktu 1
Kecuali bedah jantung, dari 1 thn dan anak, Ada 4 evaluasi: minggu
ginjal, ortopedi, dan pasien bedah jantung, Apakah BMI lebih Moeeni, 2012)
kritis. (Susetyowati, ginjal, ortopedi, dan kecil dr nilai ambang
2014) kritis. Apakah ada BB Skor
- Tidak mencakup menurun dlm waktu 0 = akan
- Memperhitungkan pertanyaan yg spesifik terakhir dilakukan pre
keparahan penyakit mengenai underlying Apakah ada skrining dalam
(Joosten, 2015) desease atau kondisi penurunan nafsu waktu 1minggu
- Keakuratan dapat di kronis. (Moeeni & Day, makan (low/ low risk)
tingkatkan dgn training 2012) Apakah kondisi 1= pyms diulang
lanjutan status gizi anak akan dalam 3 hari
dipengaruhi oleh (moderate risk)
kondisi penyakit saat Lebih dari sm dgn
ini 2 = dilakukan
Moeeni, 2012) konsultasi gizi
dan diulang dlm
jangka waktu 1
minggu (high
risk) (NEMO,
2017)

Realibilitas = 0,53
Se= 85%
33
Sp=87%
Strong kids Anak usia 1 - Objektif - Penilaian fisik klinik masih Digolongkan: -status gizi Perawat
bulan -16 tahun - Cepat (Hulst dkk, 2010) subjektif (NEMO, 2017) Low risk, median risk, -Intake makanan Tenaga medis
(Moeni,2012) - Mudah dilakukan dan high risk -bb lainnya
- Parameternya mencakup Maksimal skoring 5. (Moeeni & Day,
pasien dengan underlying 1-3 = sedang 2012)
desease (Moeeni and 4-5=tinggi -Mempertingkan
Day, 2012) (Huysentruyt, 2013) z-score, hfa, dan
- Cepat (dapat dilakukan 1- wfh (Huysentruyt,
5 menit) 2013)
- Memprediksi lama rawat -keberadaan risiko
inap pasien (Joosten, penyakit
2015) -Penurunan bb
- Dapat mengidentifikasi -Adanya diare >5
kebutuhan intervensi gizi hari perhari
(Huysentruyt, Koen, et al. -Muntah >3x
2013) perhari selama 1-3
hari terakhir
-tube feeding
-Intake makanan
1-3 hari terakhir
-penilaian klinis
subjektif
-keberadaan risiko
penyakit diisi oleh
tenaga kesehatan
-Intake makanan
1-3 hari terakhir
diisi oleh orang
tua

STAMP 2-17 tahun -objektif -tidak bisa mendeteksi -asupan gizi Se= 72% Staff medis
-mudah dilakukan kelebihan vitamin mineral -pengukuran antro Sp= 90%

34
-sederhana dan murah -tidak bisa diterapkan utk -diagnosa penyakit (Chourdakis,
(Queensland anak usia kurang dari 2 tahun -implikasi gizi (Moeni, 2014
Government, 2012). (Joosten, 2014) 2012)
-rinci. Terdapat rencana -tidak dapat merefleksikan Skor 0-3
penanganan sesuai risiko kondisi malnutrisi kronis 0-1= risiko
malnutrisi yg dialami (Central Menchester rendah
(Moeeni, 2012) University Hospital, 2010) 2-3= risiko
-tidak membutuhkan waktu sedang
yang lama Lebih dari sm
-tidak dapat mengetahu scr dg 3 = tinggi
pasti penyebab >3 = tinggi
malnutrisi pada anak. (Chourdakis,
(Joosten, 2015) 2014)
(Moeeni,
2012)
SGNA Anak-anak usia -se tinggi - sp rendah -pertumbuhan anak Reliabitas=0,28 Perawat
30 hari- 17,9 -se rendah -sp tinggi -tb (Joosten, 2014) Tenaga medis
tahun (Moeni, (Moeni, 2012) -mahal (Moeni, 2012) (Queensland
2012) -sulit dilakukan -lila Goverment, 2012)
Terutama untuk -lebih lama pengisiannya -hasil pemeriksaan
Bedah dan high dibandingkan dengan strong -fisik menyeluruh
risk infeksi kids. (Fonseca et al. 2016)
-SGNA lebih cocok menjadi Dikelompokan dalam
assessment tools dibanding kategori=
dgn skrining tools (Moeeni, Well nourish
2012) Moderate
malnourished
Severely malnourished
(Joosten, 2014)

SPNRS Anak-anak -dapat mengklasifikasikan -lama dilakukan karena -food intake Cut off Tenaga medis
diatas 1 bulan malnutrisi (Queensland asupan makan dihitung 48 -kondisi patologis 0= no risk Perawat
(Moeni, 2012) Government, 2012). jam (Moeni, 2012) 1-2= moderate Ahli gizi (Moeni,
-dapat memprediksi -hanya menggunakan bb sbg -kehilangan bb risk 2012)
penurunan bb selama indeks antro dlm menentukan -keparahan penyakit
35
Pasien pasca masa rawat inap status gizi shg tidak dapat -kehilangan bb >2% >sm dg 3= high
bedah (Joosten (Joosten, 2015) mengidentifikasi pasien yg (Joosten & Jessie, 2014 risk
& Jessie, 2014) -menggunakan clinical sakit (Moeeni & Day, 2012)
(Moeeni, 2012) outcome
-spesifitas tinggi

MNA SF LANSIA (NEMO, -mudah dan cepat deteksi -tdk utk pasien malnutrisi -intake makanan TOTAL SKOR Tenaga medis
2017) malnutrisi -tdk utk pasien tube feeding -penurunan bb <11 = risk. Jika <11 Orang yg dekat
-cepat. Kurang dr 5 menit (Queensland, 2012) lanjut MNA dengan pasien
(Anthony, 2008) -penyakit akut/ (Queensland
tekanan psikologi Government,
-kelainan 2017)
neuropsikologi
-BMI Se= 97,9%
-mobilitas (NEMO, Sp=100% jika di
2017) bandingkan dgn
MNA
(NEMO, 2017)
Jika dibandingkan
dgn SGA
Se=100%
Sp=52%
NSI Lansia -singkat -kurang akurat krn dilakukan -status gizi Perawat
(Nutrition -sederhana oleh keluarga pasien/ pasien -kondisi pasien Keluarga pasien
Screening -mudah digunakan/fleksibel sendiri sehingga -riwayat penyakit Pasien sendiri
Intiatif) mengandalkan daya ingat pasien
(Queensla
nd
Governme
nt, 2012)
GNRI lansia -cepat -mahal. Butuh data albumin -status albumin High risk >82
-valid, -tidak menentukan tingkatan -bb aktual & ideal Moderat risk = 82-
-reliable pada pasien status gizi pasien <92
akut;perawatan Low risk= 92- < sm
dgn 98
36
rehabilitasi;perawatan No risk = >98
jangka panjang (Luo et al. 2016)
MNA Lansia (NEMO, -cepat (<10 menit) dan -sulit digunakan pd pasien
-gangguan nafsu Cut off Ahli gizi
2017) mudah (Kondurp, J et sulit bicara (Kondurp, J et
makan 12-14 = normal
Setting: al.2003) al.2003) -hasil pengukuran 8-11= berisiko
Akut, antro malnutrisi
rehabilitasi, -fokus pada keadaan fisik, -sp rendah pada skrining -BMI (NEMO, 2017) 0-7= malnutrisi
komunitas mental, dan dietary populasi akut -general assessment (Kondurp, J et
(Anthony, 2008) (morbilitas, demensia, al.2003)
depresi) (Anthony,
2014) SE= 96%
-subjektif assessment SP=98%
(persepsi diri sendiri (NEMO, 2017)
ttg gizi dan kesehatan)
-lingkar betis
-riwayat makan/ diet

37
FORM SCREENING TOOLS ANAK
1. Pediatrics Yorkhill Malnutrition Score (PYMS)

38
Sumber : Nutrition Tool Steering Group, Women and Children’s Directorate, NHS Greater Glasgow and Clyde,
2009.

39
2. Screening Tools for the Assessment of Malnutrition in Pediatrics (STAMP)

40
Sumber : Central Manchester University Hospitals NHS Foundation Trust. 2010. [Online]
http://www.stampscreeningtool.org/data/pdfs/stamp_screening_form.pdf, diakses pada 12 September 2017.

41
3. Screening Tools for Risk On Nutritional Status and Growth Kids (STRONG Kids)

Sumber : Hulst et al. Dutch national survey to test the STRONGkids nutritional screening tool for hospitalized
children. Clin Nutr; 2010: 106-111.

42
4. Pediatric Nutritional Screening Score (PNSS)

Sumber : Lu, Lina et al. 2017. Development and validation of a pediatric nutritional screening
score (PNSS) for hospitalized children. Shanghai Jiao Tong University School of Medicine. [Online],
http://apjcn.nhri.org.tw/server/APJCN/27/1/0111.pdf, diakses pada 12 September 2017.

43
FORM SCREENING TOOLS DEWASA
1. MST

44
2. MUST

45
FORM SCREENING TOOLS LANSIA
1. Mini Nutritional Assessment-Short Form (MNA-SF)

Sumber : J. Geront. 2001. Mini Nutritional Assessment-Short Form. [Online] http://www.nestle.com/asset-


library/documents/library/events/2010-malnutrition-in-older-people/mna_mini_english.pdf, diakses pada 12
September 2017.

46
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulannya adalah terdapat banyak jenis screening tools yang digunakan untuk mendeteksi risiko
kejadian malnutrisi baik di sektor rumah sakit maupun di sektor komunitas. Untuk penggunaannya disesuaikan
dengan kondisi pasien dan menurut kelompok umur pasien masing-masing.
Rekomendasi screening tools dari kelompok kami adalah NRS 2002 untuk dewasa karena selain cocok di
RS juga cocok di komunitas dan sudah lakukan analisis pada penelitian RCT yang dilakukan oleh N. Johansen
pada April 2002. NRS termasuk screening tools kategori grade 1 dengan nilai Sensitifitas >83% dan nilai
Spesifisitas >90%.
Untuk anak-anak, kelompok kami merekomendasikan STRONGKids karena mudah untuk mendeteksi
pasien malnutrisi, pengisian cepat dan mudah, akurat, mempunyai nilai Sensitifitas yang tinggi, reliable,
berkorelasi dengan malnutrisi akut. STRONGKids juga sudah diaplikasikan kepada 368 responden dan 29 rumah
sakit pada berbagai penelitian.
Kemudian untuk lansia, kelompok kami merekomendasikan MNA SF karena memiliki nilai Sensitifitas yang
tinggi 98,1%, mempunyai nilai negatif dan prediktif 92,3%.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abott Nutrition. 2013. Malnutrition Screening Tools (MST). USA.


American College of Phisycians. 2002. All About Internal Medicine. [online] https://www.acponline.org/ about-
acp/about-internal-medicine. Diakses pada 4 September 2017.
American College of Surgeons. 2017. Obstretics and Gynecology. (https://www.facs.org/education/
resources/residency-search/specialties/obgyn), diakses pada 7 September 2017.
Anthony, P.S (2008). “Nutrition Screening Tool for Hospitalized Patients, Nutrition in Clinical PracticeI, vol. 23
(N0 4), pp 373-382.Barendregt, K., Soeters, P. B., Allison, S. P., & Kondrup, J. 2008. Basic concepts in
nutrition: Diagnosis of malnutrition - Screening and assessment. E-SPEN, 3(3), 121–125.
Charney P, Mariam M, editors. 2008. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment.
Charney, Pamela and Malone, Ainsley M. 2000. Nutrition Assessment 2nd Edition.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak UIN Mauana Malik Ibrahim. 2017. Ilmu Kesehatan Anak, (Online),
(http://fkik.uin-malang.ac.id/index.php/ilmu-kesehatan-anak/), diakses 6 September 2017.
Dorland, W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed. 28. Jakarta: EGC.
Dorland. 2015. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 29. Singapura : Hooi Ping Chee.
ESPEN. 2003. Guidlines for Nutrition Screening 2002.
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Malang: Graha Ilmu.
Joosten, et al. 2014. Nutritional Screening Tools for Hospitalized Children: Methodological
Consideration. Clinical Nutrition 33 (2014) 1-5
Kementerian Kesehatan RI dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2013. Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PGAT) Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Kondrup J, Allison SP, Elia M, Vellas B, Plauth M. ESPEN Guidelines for Nutritional Screening 2002. Clinical
Nutrition. 2003;22 (4):451-421.
Moeeni, Vesal and Adrews S Day. 2012. Nutritional Risk Screening Tools in Hospitalized Children. International
Journal of Child Health and Nutrition Vol. 1, 39-43. Department of Pediatric. University of Otago. New
Zealand.
Mueller, et al. 2012. A.S.P.E.N. Clinical Guidelinnes. Nutrition Screening, Assessment, and Intervention in Adults.
Journal of Parenteral and Enteral Nutrition Vol 35 No. 1.
Queensland Government. 2014. Validated Malnutrition Screening and Assessment Tools: Comparison Guide.
Rasmussen, H. H., Holst, M., & Kondrup, J. 2010. Measuring nutritional risk in hospitals. Clinical Epidemiology,
2(1), 209–216.
R. Meyer (2006). ESPEN Congress Istanbul 2006. ESPEN Nutritional Support Recomendations
(www.espen.org/presfile/Meier.pdf)

48
Susetyowati. 2014. Penerapan Algoritma Proses Asuhan Gizi Terstandar Berbasis Skrining Gizi.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol II No. 01 Juli 2014 hal. 20-30.
Young, A. M. et al. (2013) ‘Malnutrition screening tools: Comparison against two validated nutrition assessment
methods in older medical inpatients’, Nutrition. Elsevier Inc., 29(1), pp. 101–106.

49
TIM PENYUSUN

A. KETUA
Sonny Witanto
B. SEKRETARIS
Sekretaris 1 : Bella Amalia Fabiana
Sekretaris 2 : Sari Trisnawati
C. ANGGOTA DAN PERAN DALAM KELOMPOK

No. Nama Anggota Peran dalam Kelompok

1 Dinda Widya Havsari Anggota aktif

2 Falya Ayu Anandea Anggota aktif

3 Dewi Mauliya Nurjannah Anggota aktif

4 Nur Habibah Fajr`Ina Anggota aktif

5 Regita Puspaningasri Anggota aktif

6 Nur Rahma Desiana Anggota aktif

7 Marcellina Magdalena S. E. Anggota aktif

8 Wizuraini Satiti Anggota aktif

9 Noviara Kinari Anggota aktif

10 Ihdina Linggar Puji Astuti Anggota aktif

D. FASILITATOR
Fasilitator 1 : Kanthi Permaningtyas Tritisari, S.Gz, MPH
Fasilitator 2 : Rachmi Mufida, S.Gz
E. PROSES DISKUSI
1. Kemampuan Fasilitator Dalam Memfasilitasi
Fasilitator dapat mengarahkan diskusi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dari scenario.
2. Kompetensi/ Hasil Belajar yang Dicapai Oleh Anggota Diskusi
- Mahasiswa dapat melakukan skrining gizi kepada pasien.
- Mahasiswa dapat membedakan screening tools yang tepat untuk berbagai tipe pasien.
- Mahasiswa dapat menentukan screening tools yang cocok digunakan kepada pasien sesuai
dengan kondisi pasien tersebut.

50

Anda mungkin juga menyukai